Anda di halaman 1dari 28

Laporan Penelitian Individual

PERILAKU AGRESIF ANAK DI KAMPUNG 1001 MALAM SURABAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak dalam Keluarga

Dosen Pengampu : Mallevi Agustin Ningrum, S.Pd., M.Pd.

Kelas 2018 B

Oleh :
Nenny Chanidatus Shofiyah
18010684065

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
penelitian yang berjudul “Perilaku Agresif Anak di Kampung 1001 Malam
Surabaya” Meskipun selama penyusunan, banyak menghadapi kesulitan, namun
berkat usaha yang keras serta dorongan semua pihak, penulis berhasil
menyelesaikan tulisan ini.

Akhir kata, penulis mengharap agar penelitian yang membahas tentang


model pengasuhan anak pada keluarga buruh pabrik ini bermanfaat bagi pembaca.
Kepada pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan
laporan penelitian ini, sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat
berkontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam rangka pengembangan
pendidikan anak usia dini di Indonesia.

Surabaya, 02 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Lampiran iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perilaku Agresif 3
1. Pengertian Perilaku Agresif 3
2. Jenis-Jenis Perilaku Agresif 4
3. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif 4
4. Faktor Penyebab Perilaku Agresif 4
5. Penanganan Perilaku Agresif 7
B. Kampung 1001 Malam 8
1. Sejarah 8
2. Perilaku Agresif anak 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek yang Diteliti 10
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 10
C. Instrumen Pengumpulan Data 10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uraian Hasil Penelitian 12
1. Analisis 12
2. Sintestis 12
3. Diagnosis 13
4. Prognosis 13
5. Treatment 13
B. Pembahasan 14

ii
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 16
B. Saran 16
Daftar Pustaka 17
Lampiran

iii
iv

DAFTAR LAMPIRAN

Biodata Anak 11
Lembar Observasi 13
Pedoman Wawancara
Format Catatan Anekdot
Dokumentasi Kegiatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu
pertumbuhan yang bersifat individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian,
temperamen, gaya belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga. Pada
umumnya perilaku agresif pada anak-anak usia dini mungkin belum begitu
terpengaruh oleh faktor lingkungan. Berbeda dengan anak-anak pada usia yang
lebih besar dimana perilaku yang mereka dapatkan adalah hasil dari proses
meniru perilaku di sekitar mereka atau hasil pembelajaran dari lingkungan
sekitarnya.
Agresi adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi, benci atau marah dan didasari keadaan emosi secara mendalam dari
setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional yang dapat
diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri, atau secara destruktif. Agresi
berkaitan dengan trauma pada masa anak, pada saat merasa lapar, kedinginan,
basah, atau merasa tidak nyaman (Tim Familia, 2006).
Rita Eka Izzaty (2005:116) menjelaskan bahwa tingkah laku agresif harus
segera ditangani dan mendapatkan perhatian baik dari orangtua maupun
pendidiknya, karena jika dibiarkan mempunyai peluang besar menjadi sebuah
perilaku yang menetap. Tingkah laku ini jika dibiarkan begitu saja, pada saat
remaja akan menjadi juvenile delinquency yaitu tingkah laku khas kenakalan
remaja.
Dalam konteks pembentukan perilaku agresif pada anak, pertanyaan yang
muncul kemudian adalah bagaimana jika anak-anak tumbuh dan berkembang
dalam sebuah lingkungan keras yang memiliki banyak faktor terhadap
kemunculan perilaku agresif mereka dan bagaimana akibat yang akan terjadi
dari perilaku anak-anak tersebut? Kampung 1001 Malam adalah perkampungan
sederhana bagi keluarga-keluarga tunawisma yang terisolir dari perkampungan
di sekitar kawasan Dupak, Surabaya.
Anak-anak Kampung 1001 Malam adalah anak-anak dari keluarga kelas
bawah yang miskin. Orang tua mereka menghidupi keluarga mereka dengan

1
2

bekerja keras baik sebagai pemulung, tukang becak, pengemis, bahkan pekerja
seks. Tak jarang anak-anak harus ikut bekerja untuk mencukupi kebutuhan
keluarga mereka, baik dengan mengamen, atau menjual koran di perempatan
jalan. Kekerasan, kekurangan dan kemiskinan adalah hal yang harus mereka
hadapi setiap harinya baik dalam keluarga, lingkungan masyarakat, maupun
hubungan dengan teman sebayanya atau teman sepermainannya. Kondisi
tersebut di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh McCandless bahwa salah
satu faktor yang mendukung kemunculan perilaku agresif adalah kemiskinan.
Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku
agresif mereka secara alami mengalami penguatan (Sarwono, 2002).
Ada bermacam-macam realitas agresifitas dalam kehidupan sebaya anak-
anak, baik secara verbal atau secara fisik maupun aktif dan pasif. Dari observasi
di awal penelitian, perilaku agresif pada anak-anak muncul terkadang hanya
sekedar untuk mencari perhatian volunteers yang datang, sebagai cara
bagaimana mendominasi teman-teman sebaya yang lain, dan juga sebagai
bentuk ekspresi emosi karena tidak mengerti emosi apa yang harus ditampilkan.
Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa tingkat prilaku
agresif yang terjadi pada anak-anak di Kampung 1001 Malam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa tingkat perilaku agresif yang muncul pada salah satu anak di
Kampung 1001 Malam ?
2. Bagaimana cara penanganan anak yang berperilaku agresif ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendiskripsikan tingkat perilaku agresif yang muncul pada salah
satu anak di Kampung 1001 Malam.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan anak yang berperilaku
agresif
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Perilaku Agresif
1. Pengertian Perilaku Agresif
Tidak semua anak mencapai taraf perkembangan sesuai usianya.
Menurut Rosmalia Dewi (2005:109) satu bentuk perilaku anak yang
mengalami kesulitan perkembangan sosial adalah tingkah laku agresif.
Tingkah laku agresif dapat terjadi pada anak usia dini yaitu suatu perilaku
di mana mereka saling menyerang secara fisik seperti mendorong,
memukul, berkelahi, maupun penyerangan secara verbal baik mencaci,
mengejek, dan memperolok-olok temannya (Rusda Koto Sutadi & Sri
Maryati Deliana, 1996:32).
Hurlock (1978:263) mengartikan agresi sebagai suatu tindakan
nyata atau ancaman permusuhan yang biasanya tidak ditimbulkan oleh
orang lain. Penyerangan fisik atau lisan terhadap pihak lain merupakan
ekspresi sikap agresif mereka. Biasanya sikap ini ditujukan kepada anak
yang lebih kecil.
Rosmalia Dewi (2005:109) mengartikan agresif adalah suatu
tingkah laku menyerang baik yang dilakukan secara lisan atau verbal
maupun melakukan suatu ancaman yang digunakan sebagai pernyataan
adanya rasa permusuhan. Tingkah laku ini dapat mengakibatkan kerugian
atau melukai orang lain. Kerugian yang ini dapat berupa kerugian
psikologis maupun kerugian fisik.
Dari beberapa hal yang dijelaskan di atas, perilaku agresif dapat
didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental atau secara verbal
dan merugikan atau menimbulkan korban pada pihak lain.Tingkah laku
agresif dalam penelitian ini adalah suatu tindakan yang disengaja oleh
pelaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan baik membela diri atau
membuat lawan tidak berdaya.

3
4

2. Jenis-Jenis Perilaku Agresif


Menurut Berkowitz et al. (dalam Wiwid Kurniawati, 2010:6)
agresifitas dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu:
a. Agresif fisik yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang secara fisik seperti memukul dan menendang.
b. Agresif verbal yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang sebagai umpatan atau bahkan ancaman seperti memaki dan
mengancam.
c. Agresif pasif yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang tidak secara fisik dan verbal misal menolak bicara ,
bungkam, dan tidak peduli.
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga jenis tingkah laku agresif
yaitu agresif fisik, agresif verbal, dan agresif pasif.

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif


Medinus & Johnson (1976) mengelompokkan agresi menjadi empat
bentuk sebagai berikut:
a. Menyerang secara fisik (memukul, mendorong, meludahi, menendang,
menggigit, memarahi, dan merampas).
b. Menyerang suatu objek (menyerang benda mati atau binatang).
c. Menyerang secara verbal atau simbolis (mengancam secara verbal,
menuntut).
d. Melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain.

4. Faktor Penyebab Perilaku Agresif


Faktor-faktor penentu perilaku agresif yang utama adalah rasa
marah, dan proses belajar respons agresif. Proses belajar tersebut dapat
terjadi melalui langsung terhadap respons agresif atau melalui imitasi
(Sears, 2002). Sementara itu, Rimm (2003:156-157) menjelaskan
penyebab-penyebab munculnya tingkah laku agresif secara lebih rinci
yaitu:
a. Korban kekerasan. Salah satu penyebab anak-anak yang mempunyai
sifat agresif yang berlebihan adalah pernah menjadi korban perilaku
5

agresif. Tindakan orang di sekitar anak yang melakukan tindak


kekerasan dijadikan sebagai objek imitasi. Hal ini dapat digambarkan
menjadi sebuah mata rantai di mana anak yang pernah menjadi korban
akan menjadikan anak lain sebagi korbannya dan berkelanjutan.
b. Terlalu dimanjakan. Keinginan yang selalu dituruti dapat menjadi
pemicu anak menjadi agresif baik secara verbal maupun fisik. Hal ini
karena anak merasa berkuasa, tak mau berbagi, atau tidak mau
menerima apabila keinginan mereka tidak dipenuhi.
c. Televisi dan video game. Seperti diketahui bahwa anak dapat meniru
perilaku agresif dan kekerasan dengan melihat. Hal ini juga ketika anak
melihat acaraacara orang dewasa di televisi yang mengandung
kekerasan. Bahkan film kartun juga memberikan menampilkan contoh
perilaku agresif yang dapat ditiru oleh anak. Tidak hanya televisi,
video game juga sering kali mengajarkan kekerasan yang tidak
seharusnya dilakukan oleh anak.
d. Sabotase antar orangtua. Orangtua merupakan satu tim dalam
mendidik anak, jika tidak hal ini juga dapat menimbulkan perilaku
agresif. Apabila salah satu dari orang tua memihak anak di saat
menentang orangtua yang satunya akan memacu sikap memanipulasi
dan agresif karena anak akan merasa lebih berkuasa dibandingkan
dengan orangtua yang ditentangnya. Kemarahan. Tingkah laku agresif
dapat terjadi karena munculnya kemarahan pada diri anak yang tidak
diketahui alasannya oleh anak itu sendiri. Misalnya lingkungan
keluarga yang tidak kondusif dan menimbulkan stres seperti
pertengkaran orangtua, penyakit yang diderita orangtua, atau situasi
traumatis lainya yang memunculkan rasa tidak bahagia dan frustasi.
e. Penyakit dan alergi. Tidak kalah penting, ketegangan dan rasa frustasi
yang muncul karena penyakit, alergi, atau kelemahan yang tidak
disadari orang tua juga berperan dalam munculnya tingkah laku agresif
pada diri anak.
6

Melengkapi kajian di atas, Davidoff (dalam Rita Eka Izzaty,


2005:157-158) memaparkan faktor yang penyebab munculnya tingkah laku
agresif pada anak yaitu:
a. Faktor-Faktor Biologis
1) Gen. Hal ini berkaitan di mana gen diyakini mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku
agresif.
2) Sistem Otak. Sistem otak memang tidak terlibat dalam agresi akan
tetapi dapat memperlambat atau memperkuat sirkuit neural yang
mengendalikan agresi.
3) Kimia darah. Kimia darah yang khususnya hormon kelamin yang
ditemukan pada faktor keturunan juga dapat mempengaruhi
perilaku agresi.
b. Faktor Lingkungan
1) Kemiskinan. Daya nalar anak yang belum berkembang dengan
optimal dan dihadapkan dengan situasi krisis bagi pertahanan
hidup dianggap sebagai faktor anak mudah memunculkan tingkah
laku agresif.
2) Anonimitas. Jika seseorang merasa sendiri maka ia cenderung
berperilaku sendiri-sendiri, tidak merasa terikat dengan norma-
norma masyarakat, dan berdampak kurang mempunyai rasa
simpati pada orang lain.
3) Suhu udara yang panas. Suhu suatu lingkungan yang tinggi
memiliki dampak terhadap peningkatan agresivitas.
4) Meniru. Di sini meniru dianggap sebagai faktor yang dapat
memicu anak memunculkan tingkah laku agresif. Dengan
menyaksikan perkelahian dan pembunuhan meskipun sedikit akan
menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru
model tersebut.
7

5. Penanganan Perilaku Agresif


Ummu Haya Nida (2009:170-174) menjelaskan cara-cara
pencegahan yang dapat kita lakukan untuk menangani tingkah laku agresif
pada anak melalui:
a. Tindakan Preventif
1) Orangtua jangan selalu memenuhi tuntutan atau keinginan anak.
Orangtua hendaknya tidak selalu menuruti semua keinginan anak,
buatlah aturan-aturan yang bertujuan mendisiplinkan anak tanpa
membuat mereka merasa tertekan bahkan tidak dapat
mengembangkan diri.
2) Batasi dan kontrol anak dalam menonton televisi. Hal ini
dikarenakan tayangan yang ditampilkan banyak yang
mengandung unsur kekerasan yang dapat memicu munculnya
tingkah laku agresif pada anak.
3) Orangtua atau orang sekitar selalu menunjukkan perilaku yang
baik. Berkenaan dengan sifat anak mudah meniru, sudah
sepatutnya menunjukkan perilaku yang baik saat marah maupun
sedih untuk menjadi contoh yang baik bagi anak.
4) Ciptakan suasana menyenangkan dalam rumah. Hal ini
menyebabkan anak akan cenderung berlaku ramah terhadap
dirinya dan orang lain.
b. Tindakan Kuratif
1) Memberikan pujian atau hadiah ketika anak menunjukkan
perilaku tidak menyakiti orang lain maupun tidak membentak saat
bermain.
2) Mengajak anak untuk ikut merasakan perasaan orang lain untuk
membangun kepekaan sosial terhadap orang lain.
3) Tidak memberikan hukuman fisik.
4) Memberikan nasihat kepada anak bahwa perilaku yang mereka
munculkan menyakiti orang lain.
5) Membiasakan anak untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah
dilakukannya.
8

B. Kampung 1001 Malam


1. Sejarah
Di kolong jalan tol daerah Dupak yang menghubungkan Surabaya
Gresik terdapat sebuah kampung yang dinamakan kampung 1001 malam.
Kampung 1001 Malam awalnya merupakan merupakan area bawah kolong
Tol Dupak yang tidak berpenghuni karena memang bukan diperuntukkan
bagi pemukiman. Area ini juga dulunya menjadi markas para ‘bajing
loncat’ yakni pencoleng yang mencuri barang muatan dari atas kendaraan
(seperti truk, bus) yang sedang berjalan.
Kampung ini berada di sebuah lahan yang terisolir, tepatnya di
pinggiran Kali Anak Kelurahan Lasem Baru Kecamatan Krembangan
Surabaya, karena aksesnya terputus akibat adanya jalan tol tersebut. Orang
pertama yang tinggal dan babat alas di kampung ini bernama Sudarjo (68
tahun), sehingga saat ini dia dipanggil Mbah Jo. Dialah yang mencetuskan
nama 1001 malam dan orang yang pertama kalinya mendirikan sepetak
rumah di lahan tersebut.
Di tengah usianya yang sudah sepuh itu, dia menceritakan asal
muasal kampung itu bernama 1001 malam. Nama ini bermula ketika ia
pertama kali datang di daerah itu pada tahun 1999an. Di daerah ini dulunya
hanya ada pepohonan dan ilalang, sehingga kalau malam hari sangat gelap.
Selain itu, kalau mau masuk ke kampung ini harus melewati kolong jalan
tol yang sangat sempit dan gelap juga.

2. Perilaku Agresif Anak


Permasalahan anak yang terjadi di Kampung 1001 Malam antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak yang kurang akrab, gaduh, ramai, berkelahi: dimungkinkan
karena kurangnya perhatian, cemburu, iri, ketergantungan teman
akrab, pada dasarnya memang jahil, suka mengganggu dan menang
sendiri.
b. Anak sulit diajak untuk berkembang. Fakta menunjukkan bahwa
prestasi akademis semakin berkurang. Kegagalan ini meliputi:
1) Kegagalan akademis
9

2) Kegagalan kemampuan finansial dari orangtua


3) Kegagalan dalam interaksi sosial.
c. Konsentrasi belajar anak berkurang karena karakter diri anak yang
bersangkutan, pertemanan dengan orang yang dekat serta sarana
belajar dan metode pendampingan yang kurang.
d. Anak yang sudah sekolah sering tidak mau diajak belajar karena
kemungkinan besar bagi mereka menempatkan belajar hanya untuk
menghindari perintah dari orangtua.
e. Hidup dalam lingkaran kekerasan, baik kekerasan verbal atau fisik.
Teladan yang baik dari orang tua masih sangat kurang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti rendahnya


tingkat pendidikan, mata pencaharian dan bahkan tingkat ekonomi
masyarakat yang cukup rendah juga menjadi faktor pembentukan perilaku
anak-anak di sana. Pendidikan yang kurang tepat dari orang tua yaitu
dengan membentak-bentak penuh kemarahan dan caci maki sangat
memberikan andil dalam pembentukan perilaku pada anak-anak di
lingkungan tersebut.
Perlakuan yang mereka (anak-anak) dapatkan, yang telah mereka
lihat dan bahkan terima dari ketika usia mereka masih kecil membuat anak-
anak memiliki perilaku yang sama yang ia tiru dari pemberi perlakuan
tersebut. Tak jarang pula perilaku tersebut masih melekat sampai pada usia
mereka remaja. Bagaimana tidak, perilaku agresif yang sering mereka
temui dan alami, seperti memberikan legalitas pada perilaku agresif mereka
dan tak jarang perilaku agresif yang mereka pelajari dan alami tersebut
mereka kenakan pada temanteman sepermainan atau sebaya mereka, anak
yang lebih kecil dan bahkan pada orang-orang yang usianya di atas mereka.
Di sisi lain, anak-anak dengan keadaan emosional yang masih labil dan
sangat memiliki perilaku meniru membuat mereka semakin jauh dari
kehidupan normal anak-anak seusia mereka atau masyarakat pada
umumnya dan tentu saja memberikan penguatan pada perlaku agresif
mereka (anak-anak Kampung 1001 Malam).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek yang Diteliti


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan subjek penelitian dengan menentukan terlebih dahulu
ciri-ciri atau karakteristik subjek yang menjadi penelitian, pemilihan
sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Azwar, 1992). Peneliti akan
mengambil 1 subyek yaitu anak-anak Kampung 1001 Malam pada masa anak-
anak atau usia sekolah TK yang berusia 0 sampai 6 tahun yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Anak-anak yang tinggal di Kampung 1001 Malam.
2. Anak-anak usia 0-6 tahun.
3. Mendapat pendampingan di Kampung 1001 Malam dan mengikuti
kegiatan “Minggu belajar” yang diselenggarakan oleh sinergi unesa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kampung 1001 Malam yang terletak di bawah
Tol Dupak yang terisolir dari perkampungan di sekitar kawasan Laem Baru,
Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. Waktu yang
dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian studi kasus masalah perilaku
agresif pada salah satu anak yang bernama “Galang” yaitu di mulai dari bulan
Agustus sampai dengan bulan Desember 2019.

C. Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian (Suharsimi
Arikunto, 2006:222). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti pada penelitian terhadap anak pada di Kampung 1001 Malam adalah:
1. Observasi
Kunandar (2008:143) menjelaskan observasi adalah tindakan
pengamatan untuk melihat seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
10
11

sasaran. Dalam penggunaan teknik observasi terdapat beberapa hal yang


harus diperhatian yaitu memperhatikan fokus penelitian dan menetapkan
kriteria yang diamati, dengan mendiskusikan terlebih dahulu ukuran-
ukuran yang digunakan dalam pengamatan (Kunandar, 2008:143-144).
Suharsimi Arikunto (2002:133) menyatakan bahwa terdapat dua jenis
observasi yaitu:
a. Observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan dengan
menggunakan instrumen.
b. Observasi non-sistematis yaitu observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan alat instrumen.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi sistematis
dengan lembar observasi. Peneliti menggunakan alat pencatat hasil
observasi dalam bentuk check list.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat kejadian yang ada
dilapangan dengan memanfaatkan data sekunder yang ada.
3. Wawancara
Wawancara menurut Kunandar (2008:157) adalah suatu proses
tanya jawab secara lisan yang dilakukan untuk mengungkap data yang
berkaitan dengan sikap, pendapat, dan wawasan. Wawancara ini dilakukan
dengan beberapa tim sinergi unesa untuk kegiatan pembelajaran dan
beberapa tetangga anak untuk mengetahui kegiatan keseharian anak di
lingkungan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uraian Hasil Penelitian


1. Analisis
Galang adalah salah satu dari anak-anak yang tinggal di Kampung
1001 Malam yang usianya kini 4 tahun. Dia merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara dari keluarga yang kurang mampu. Adiknya baru saja
lahir beberapa bulan yang lalu. Galang merupakan anak laki-laki yang kuat,
banyak bergerak, sering melawan orang yang lebih tua darinya dan juga
sering memukul tanpa alasan yang jelas. Dia lebih takut kepada ayahnya,
daripada ibunya. Jika ibunya memarahi galang, maka galang akan balik
mengancam ibunya untuk mengadukan perbuatan ibunya kepada ayahnya.
Ayahnya juga terkadang mendukung galang dengan menegur atau
memarahi ibunya.
Ketika galang menginginkan sesuatu dan tidak dikabulkan ibunya
maka dia akan merengek, memukul ibunya atau menyakiti badannya
sendiri (membanting dirinya di lantai atau di dinding dan memukul
badannya sendiri). Tapi hal itu akan hilang sendiri jika menemukan barang
lain yang diinginkannya. Dia juga suka merebut barang apa saja yang
dipegang oleh orang lain. Jika dipukul atau dimarahi, dia hanya nangis yang
kemudian cepat berhenti dan kembali mengulangi kesalahan yang sama.
Perilaku galangg juga terlihat hanya sebagai cari perhatian.

2. Sintetis
Setelah menganalisis permasalahan yang dialami Galang yaitu dapat
disimpulkan bahwa:
a. Galang mengalami masalah dalam perilakunya ke diri sendiri dan juga
interaksi sosialnya. Ia tidak dapat tenang, suka melawan, dan memukul
tanpa alasan yang jelas.
b. Galang kurang mendapat perhatian dari kedua orangtuanya terkhusus
dari ibunya karena ibunya lebih perhatian kepada adiknya yang baru
lahir.

12
13

c. Pola asuh dari yang diterapkan kedua orangtua galang yang tidak
konsisten dalam mendidik anak.

3. Diagnosis
Dari penyebab masalah diatas dapat diketahui bahwa Galang
termasuk anak yang berprilaku agresif fisik. Karena dia suka menyakiti
orang lain melalui fisik seperti memukul, menggigit dan mencubit. Dari
beberapa kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan
anak berprilaku agresif, Galang termasuk di dalam kriteria-kriteria tersebut.
Penyebab masalah yang dialami Galang adalah salahnya pola asuh dari
orang tua. Tidak ada kerja sama yang terlihat dari Ayah dan ibu Galang
dalam menerapkan disiplinnya. Contohnya seperti ketika Galang mengadu
kepada Ayahnya agar memarahi ibunya setelah ibunya memarahi Galang
dan ayahnya pun menegur ibunya. Hal ini malah dapat membuat Galang
tidak dapat mengetahui kesalahannya dan akan mengulanginya kembali.

4. Prognosis
Langkah awal dari penanganan adalah mengingatkan orang tua
Galang ketika ada kegiatan parenting di kampung 1001 malam agar tidak
terlalu keras terhadapnya. Galang suka menonton kartun yang menunjukan
adegan kekerasan seperti power rangers atau robot-robotan. Karena saya
tidak bersama Galang setiap saat maka orang tua diberi penjelasan agar
tidak membiarkan Galang menonton kartun seperti itu terlalu lama dan
sering. Orang tua juga memberikan contoh yang benar kepada Galang agar
Galang tahu seperti apa berprilaku yang baik dan benar.

5. Treatment
Dalam penanganan sikap agresif Galang, saya bersama teman-teman
sinergi unesa setiap hari minggu saat ada kegiatan belajar mengajar di
kampung 1001 malam mencoba memberikan penanganan yaitu:
a. Mengajarkan Galang bermain sambil belajar secara berkelompok agar
dia bisa menerima pendapat orang lain. Sehingga dia dapat belajar
untuk bekerjasama dan dapat mengurangi sikap agresifnya. Yang
14

biasanya dia akan memukul teman-temannya, maka dia akan perlahan


menerima pendapat temannya.
b. Membiasakan Galang untuk menerima hal-hal yang tidak perlu
dimilikinya. Biasanya Galang akan merengek, guling-guling,
memukul orang yang tidak mengabulkan permintaannya bahkan
menyakiti dirinya sendiri. saya memberikan alternative lain, jika dia
ingin robot, alihkan perhatian Galang dengan barang lain. Karena apa
yang dia inginkan itu pun hanya sementara.
c. Memberikan pengertian kepada otangtua galang untuk tidak memarahi
galang secara berlebihan agar tidak memicu sikap agresif Galang.
Tidak saling menyalahkan dihadapan Galang juga memberikan contoh
yang baik. Jika orang tua Galang mampu menciptakan kondisi seperti
itu maka Galang pun dapat menghilangkan sikap agresif nya secara
perlahan-lahan. Hasil dari treatment ini adalah Galang mulai bisa
mengontrol emosinya. Dia tidak lagi merengek, memukul orang-orang
didekatnya, juga bisa menerima pendapat dari teman-temannya atau
orang lain.

B. Pembahasan
Dalam konteks pembentukan perilaku agresif, dunia luas sangat
berpotensi terhadap pembentukan perilaku agresif pada anak. Kondisi
lingkungan yang ada di Kampung 1001 Malam yang sangat penuh dengan
budaya keras dan agresif akan sangat membentuk perilaku agresif pada anak.
Dalam perkembangan sosialnya, anak-anak usia ini cendrung
mengidentifikasikan dirinya berdasarkan karakteristik sosial dan perbandingan
sosialnya. Kecenderungan untuk memperlihatkan perilaku agresif akan muncul
secara mencolok pada masa anak-anak. Perilaku tersebut biasanya muncul
dalam interaksi sosialnya dalam bentuk perilaku seperti marah, bermusuhan,
bertengkar, mengancam orang lain, menghancurkan barang orang lain,
membanting mainan, atau menyerang secara fisik (Santrock, 2002).
Jika dilihat berdasarkan kategorisasi, galang memiliki perilaku agresif
dalam kategori sedang. Hal tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan yang
15

sangat mendukung akan kemunculan perilaku agresif pada anak tersebut.


Meskipun banyak perilaku-perilaku kekerasan dan agresif di lingkungan
pergaulan galang, akan tetapi anak mampu melakukan kontrol diri atau
pengendalian diri untuk tidak melakukan perilaku agresif. Selain dikarenakan
kcenderungan pribadi anak untuk tidak melakukan perilaku agresif, hadirnya
pendampingan dan volunteers di Kampung 1001 Malam juga ikut andil dalam
penurunan atau kontrol terhadap munculnya perilaku agresif anak tersebut.
Jika dilihat berdasarkan analisis keseluruhan setiap aspek bentuk perilaku
agresif, anak-anak Kampung 1001 Malam lebih cenderung melakukan perilaku
agresif menyerang secara verbal atau simbolik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
melihat pada bentuk perilaku tersebut yang lebih tinggi dari bentuk perilaku
yang lain. Hal tersebut dikarenakan seiring dengan pertambahan usia anak,
perilaku agresif yang terjadi juga akan berubah. Anak-anak tidak lagi
melakukan perilaku agresif secara fisik tetapi lebih pada perilaku agresif secara
verbal atau simbolik misalnya dengan mengejek, menghindar atau perilaku
penolakan (Wiwid Kurniawati, 2010).
Salah satu faktor penentu terjadinya perilaku agresif adalah pembelajaran
respon agresif yang bisa terjadi secara langsung maupun imitasi (Sears, 2002).
Anak-anak Kampung 1001 Malam secara langsung maupun tidak belajar respon
agresif dari lingkungan sekitar mereka yang sarat akan perilaku keras dan
agresif. Kurangnya teladan yang baik terhadap anak juga memberikan andil
terhadap kemunculan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif pada anak-
anak Kampung 1001 Malam juga muncul karena frustrasi. Frustrasi adalah
hambatan dalam pencapaian tujuan. Sebagai contohnya adalah ketika anak tidak
bersekolah dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Anak
menjadi berperilaku agresif. Hal tersebut terlihat ketika mereka ada dalam
kegitan “Minggu Belajar”. Anak yang tidak bersekolah cenderung untuk susah
di atur atau bahkan mengganggu teman yang sedang belajar sebagai
representasi dari perilaku agresif verbal dan simbolis mereka.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data setiap
bentuk perilaku agresif pada anak usia dini di Kampung 1001 Malam, dapat
ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini di Kampung 1001 Malam memiliki
perilaku agresif yang sedang atau di atas rata-rata dan lebih banyak melakukan
perilaku agresif menyerang secara verbal atau simbolik. Perilaku agresif
tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan orangtua tentang
bagaimana mendidik anak yang baik serta faktor kurangnya ekonomi dan
tuntutan kehidupan dengan lingkungan yang sangat keras dan kejam.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan data yang telah
diperoleh, maka diajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi anak-anak Kampung 1001 Malam
Anak-anak Kampung 1001 Malam diharapkan lebih bisa melakukan atau
mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif baik di Kampung 1001 Malam
(kegiatan Minggu Belajar) maupun di lingkungannya untuk lebih
mengurangi dan atau lebih bisa untuk mengontrol perilaku agresifnya
tersebut.
2. Bagi Volunteers.
Diharapkan untuk lebih memberikan pendampingan yang intensif terhadap
anak-anak Kampung 1001 Malam dan menyediakan atau memberikan
program-program yang mampu untuk menekan perilaku agresif anak-anak
tersebut.
3. Bagi peneliti yang akan datang
Agar penelitian memiliki hasil yang lebih baik, peneliti diharapkan
menambah metode dengan metode lain seperti wawancara untuk
mendapatkan lebih banyak data dan meningkatkan validitas dan reliabilitas
data.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1992). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak, Jilid 1. (Alih bahasa: Meitasari


Tjandrasa & Muslichah Zarkasih). Jakarta: Erlangga.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Medinnus, G.R., & Johnson, R.C. (1976). Child & Adolescent Psychology, 2nd
edition. Canada: John Wiley & Son, Inc.

Rimm, S. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. (Alih
bahasa: Lina Jusuf). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rita Eka Izzaty. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.

Rosmalia Dewi. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.

Rusda Koto Sutadi & Sri Maryati Deliana. (1996). Permasalahan Anak Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Santrock, John W.(2002). Life-Span Development:Perkembangan Masa Hidup


(Ed.5). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan (2002). Psikologi Sosial: Individu dan teori-teori


psikologi sosial (cet.3). Jakarta: Balai Pustaka.

17
Sears, D. O., Freedman, J. L. & Peplau, L. A. (2000). Psikologi Sosial Jilid 2 (Ed.
5). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Tindakan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Pustaka Familia.(2006). Menyikapi perilaku Agresif Anak. (Pengantar:


Anantasari, S.Psi., M.Si.). Yogyakarta: Kanisius.

Ummu Haya Nida. (2009). “2T Tips & Trik” Melejitkan Talenta sang Buah Hati.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Wiwid Kurniawati. (2010). Mengurangi Agresivitas Anak Usia Dini dengan


Metode Time-out. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: UGM.

18
Lampiran 1

BIODATA ANAK

Nama Lengkap : Galang Ali Khadafi


Nama Panggilan : Galang
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tgl Lahir : Surabaya, 03 Agustus 2011
Umur : 4 Tahun
Anak ke :3
Berat /Tinggi badan : 18 Kg / 108 cm
Agama : Islam
Nama Sekolah : Tidak bersekolah

Nama orang tua


Ibu : Yanti
Ayah : Sudarman
Alamat : Kawasan kampung 1001 malam
Pekerjaan orang tua
Ibu : Tidak bekerja
Ayah : Pemulung, Tukang becak

19
Lampiran 2

DAFTAR CHECK LIST

Tujuan : Untuk mengetahui perilaku agresif apa saja yang dilakukan anak
Nama : Galang
Usia : 4 tahun
Lokasi : Rumah belajar sinergi unesa (Kampung 1001 Malam)
Hari/Tgl :

Skala
No. Aspek Indikator Frekuensi Selalu Sering Kadang- Tidak
Kadang Pernah
1. Agresif Mencubit
Fisik Memukul
Menampar
Menendang
Menjambak
Mendorong
Menggigit
Mencakar
2. Agresif Membantah
Verbal Mengancam
Menghina
Memaki
3. Agresif Marah
Kemarahan Cemburu
4. Agresif Benci
Permusuhan Ketidakpercayaan
Kekhawatiran
Keterangan:
Selalu : lebih dari 6 kali
Sering : 4-6 kali
Kadang-kadang : 2-3 kali
Tidak pernah : kurang atau sama dengan 1 kali

20
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan : Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi “Galang”


berperilaku agresif.
Bentuk : Wawancara tidak terstruktur

No. Data yang akan diperoleh Sumber Data


1. Informasi tentang bagaimana sikap orang tua Anak bernama ‘galang’
terhadap ‘galang’ dan perilaku agresif yang di
lakukan
2. Tanggapan kakak pendamping mengenai masalah Volunteer Sinergi Unesa
perilaku agresif yang dialami ‘galang’
3. Informasi tentang bagaimana sikap ‘galang’ di Orang tua ‘galang’ dan
rumah dan apa saja kegiatannya serta mencari tau orang terdekat ‘galang’,
faktor penyebab perilaku agresif ‘galang’ yang misalnya seperti saudara,
meliputi gen, jenis kelamin, sifat, penyakit dan teman sepermaian serta
alergi, pendidikan anak dalam keluarga, tetangga sekitar
kemiskinan, meniru, korban kekerasan, terlalu
dimanjakan dan sabotase antar orangtua

21
Lampiran 4

CATATAN ANEKDOT

Nama : Galang
Usia : 4 Tahun

No. Tanggal/Waktu Tempat Perilaku Penyebab Akibat


1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

22
Lampiran 5

DOKUMENTASI KEGITAN

Belajar membaca cerita Belajar tentang human limbs

Face to face pada anak Anak marah tidak terpenuhi keinginanya

Belajar menghitung dengan congkak Kegiatan mewarnai berkelompok

Hasil karya anak Letak rumah belajar sinergi unesa

23

Anda mungkin juga menyukai