Anda di halaman 1dari 12

PERAN PENGRAJIN BATIK DI CERME LOR DALAM UPAYA PELESTARIAN

BATIK PITUTUR GRESIK

Disusun Oleh :
1. Nenny Chanidatus Shofiyah 18010684065
2. Siti Aminatus Sa’diyah 18010684062
3. Nisa’ul Adillah 18010684049

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


KOTA SURABAYA
2019
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama Ketua : Nenny Chanidatus Shofiyah
Nama Anggota : Siti Aminatus Sa’diyah
Nisa’ul Adillah
Kelas : PG PAUD 2018 B
Angkatan : 2018
CP : 085655291622
Cabang Lomba : LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah)

Judul karya : Peran Pengrajin Batik Di Cerme Lor Dalam Upaya Pelestarian Batik
Pitutur Gresik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ini adalah benar-benar ciptaan saya,
belum pernah dipublikasikan. Apabila terbukti melanggar pernyataan ini, Saya bersedia
menerima sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Surabaya, 05 November
2019

Yang membuat
pernyataan

Nenny Chanidatus
Shofiyah
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah
yang berjudul Peran Pengrajin Batik Di Cerme Lor Dalam Upaya Pelestarian Batik Pitutur
Gresik.
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun sebagai syarat mengikuti Lomba Karya
Tulis Ilmiah yang diselenggarakan oleh jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2019.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Nurul Khatimah, S.Pd., M.Pd Selaku Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNESA
2. Ibu Dra. Ruqoyyah Fitri, S.Ag., M.Pd selaku dosen Pembimbing Kemahasiswaan
Jurusan PG PAUD FIP UNESA
3. Seluruh tim yang telah membantu menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

Kami Penulis berharap penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat untuk membangun wawasan dan ilmu pengetahuan tentang budaya yang ada
diIndonesia ini. Kami Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penyusunan, penulisan, dan bahasa. Oleh karena itu Penulis
berharap kritik dan saran sebagai masukan bagi penulis untuk yang lebih baik lagi.

Surabaya, 05 November
2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................... Error! Bookmark not defined.


SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS .. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan dan Manfaat .....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
A. .....................................................................................................................
B. .....................................................................................................................
BAB III METODOLOGI PENULISAN ............................................................
A. .....................................................................................................................
B. .....................................................................................................................
C. .....................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................
A. .....................................................................................................................
B. .....................................................................................................................
BAB V PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
Abstrak
Batik merupakan salah satu kebudayaan yang berwujud seni kerajinan lukis. Keberadaan
batik dengan keindahan motif, desain, maupun coraknya telah m enjadikan seni batik sebagai salah
satu warisan budaya yang dilestarikan melalui pengakuan UNESCO yang menyebutkan bahwa batik
adalah Warisan Kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oraland
Intangible Cultural Heritage of Humanity). Desa Cerme Lor Kabupaten Gresik merupakan daerah
yang memiliki peran cukup penting dalam sejarah perkembangan batik pitutur di Gresik. Batik
pitutur berkembang pesat hingga saat ini serta masih eksis ditengah gempuran batik mancanegara
dan menarik peran-peran kelompok masyarakat untuk turut serta dalam pelestarian batik agar terjaga
keberadaannya di balik persaingan usaha batik yang ketat. Pengrajin batik di Cerme Lor memiliki
andil besar dalam perkembangan dan pelestarian batik pitutur Gresik dengan berbagai aktivitas dan
peran didalamnya. Terdapat pula berbagai faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
perkembangan peran pengrajin batik pitutur Gresik di Cerme Lor dalam pelestarian batik. Tujuan
penelitian : (1) Mengetahui peran pengrajin batik di Cerme Lor dalam upaya pelestarian batik pitutur
Gresik; (2) Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat peran di Cerme Lor dalam upaya
pelestarian batik pitutur Gresik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Lokasi penelitian di Desa Cerme Lor Kabupaten Gresik. Informan utama adalah pengurus
UKM pengrajin batik, informan pendukung adalah pengrajin batik dan karyawan batik, penduduk
Desa Cerme Lor setempat terkait dalam pelestarian batik pitutur. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data dengan teknik triangulasi data. Teknik
analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi.Hasil penelitian adalah (1) Peran pengrajin batik di Cerme Lor dalam pelestarian batik
diekspresikan dengan mentransformasi kearifan lokal budaya Gresik yaitu: Damar Kurung, Gapura
dan Pudak dalam mengembangkan kreasi motif batik pitutur, menyelengarakan promosi batik pitutur
dalam berbagai jenis media, dan bekerjasama dengan pemerintah; (2) Faktor pendukung pengrajin
batik di Cerme Lor dalam pelestarian batik pitutur adalah letak geografis dan dukungan pemerintah,
sedangkan faktor penghambatnya adalah usia pengrajin yang sudah tua, generasi muda lebih memilih
kerja di kota, persaingan usaha yang tidak sehat dan daya beli masyarakat yang rendah.
Kata kunci: pelestarian batik, batik pitutur, pengrajin.

Abstract
Batik is one of the tangible cultures of painting crafts. The existence of batik with its beautiful
motifs, designs, and patterns has made batik art as one of the cultural heritages preserved through
UNESCO's recognition that batik is a Humanitarian Heritage for oral and non-material culture
(Masterpieces of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity). Cerme Lor Village Gresik
Regency is an area that has an important role in the history of the development of pitutur batik in
Gresik. Pitutur batik is growing rapidly until now and still exists amid the onslaught of foreign batik
and attracting the roles of community groups to participate in the preservation of batik so that its
existence is maintained behind the fierce batik business competition. Batik craftsmen at Cerme Lor
have a big hand in the development and preservation of the Gresik pitutur batik with various
activities and roles therein. There are also various supporting and inhibiting factors in the
development of the role of the Gresik pitutur batik craftsmen in Cerme Lor in the preservation of
batik. Research objectives: (1) Determine the role of batik craftsmen in Cerme Lor in the effort to
preserve Gresik pitutur batik; (2) Knowing the supporting factors and inhibiting factors in the role
of Cerme Lor in the effort to preserve Gresik pitutur batik. The research method used is a qualitative
research method. The research location is in the village of Cerme Lor, Gresik Regency. The main
informants were the management of UKM batik artisans, supporting informants were batik artisans
and batik employees, local Cerme Lor Village residents involved in the conservation of batik
pitutur. Data collection techniques with interviews, observation, and documentation. Data validity
with data triangulation technique. Data analysis techniques include data collection, data reduction,
data presentation, and drawing conclusions or verification. The results of the study are (1) The role
of batik craftsmen in Cerme Lor in the preservation of batik is expressed by transforming the local
wisdom of Gresik culture, namely: Damar Kurung, Gapura and Pudak in developing pitutur batik
motif creations, holding the promotion of batik pitutur in various types of media, and in
collaboration with the government ; (2) The supporting factors of batik craftsmen in Cerme Lor in
the conservation of pitutur batik are geographical location and government support, while the
inhibiting factors are the age of the old craftsmen, the younger generation prefers to work in the
city, unfair business competition and low purchasing power .
Keywords: batik preservation, batik pitutur, craftsmen.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik adalah warisan budaya Indonesia yang semakin diakui keberadaannya oleh
dunia, setelah diakui oleh UNESCO sebagai “ World Herritage “ (Warisan Dunia) tahun 2009.
Pantaslah jika batik dijadikan sebagi warisan dunia karena batik merupakan hasil pikiran nenek
moyang yang penuh dengan nilai sejarah dan budaya. Tradisi membatik merupakan suatu
tradisi yang turun temurun. Pada masa lampau perempuan-perempuan jawa menggunakan
ketrampilan membatik mereka sebagai mata pencaharian. Batik dikenal erat kaitannya dengan
kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan semenjak zaman raden wijaya ( 1294-1309 ) pada
masa kerajaan Majapahit.
Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki batik dengan karakteristik tersendiri,
seperti batik Solo, batik Pekalongan, batik Banyumas, batik Cirebon, batik Ponorogo, batik
Tulungagung, batik Gresik, batik Surabaya, batik Madura, dan banyak lagi dengan nama yang
berbeda-beda. Selain batik yang telah disebut, terdapat juga batik yang menjadi kebanggaan
orang Gresik, yaitu batik Pitutur. Keunikan dalam proses pembuatan batik dan coraknya
menjadikan batik memiliki citra kebudayaan Jawa yang tergambarkan dalam corak dan
motifnya. Batik tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, melainkan telah dikenal masyarakat
di luar negeri pula.
Batik di Indonesia dibuat diberbagai daerah, terutama yang berada di pulau Jawa.
Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam seni batiknya. Walaupun mempunyai ciri
khas tersendiri akan tetapi batik juga dapat menyatukan berbagai perbedaan suku bangsa,
bahasa,ras dan agama. Apabila terdapat perbedaan dalam gaya dan selera , itu disebabkan oleh
letak Geografis daerah pembuat batik yang bersangkutan, sifat dan tata penghidupan daerah
yang bersangkutan, kepercayaan dan adat istiadat yang ada didaerah yang bersangkutan,
keadaan alam sekitarnya dan adanya kontak atau hubungan dengan daerah pembatik lain (Nian
Djoemena.s, 1986).
Desa Cerme Lor sebagai kampung pengrajin yang memiliki kebudayaan batik, identitas
juga selayaknya tidak hanya dimunculkan melalui aspek fisik semata. Aktifitas-aktifitas
membatikperlu dimunculkan sebagai satu identitas kawasan yang kuat. Oleh karena itu perlu
adanya peran serta masyarakat dalam proses pelestarian yang ada. Partisipasi masyarakat
mutlak diperlukan agar pembangunan fisik yang ada dapat terus terjaga dan terus kontinu
menghasilkan perbaikan sosial, ekonomi, dan ekologis kawasan (Qamariah, 2011). Partisipasi
masyarakat dapat diwujudkan melalui peran suatu kelompok atau organisasi yang terlibat
langsung dalam proses pelestarian (Mutia, 2017).
Batik di Kabupaten Gresik kurang dikenal oleh masyarakatnya, karena masyarakat
Gresik umumnya bekerja di Pabrik hal ini sesuai dengan keadaan kota Gresik yang dikenal
sebagai kota Industri. Peran pengrajin batik sangat diperlukan untuk menumbuhkan lagi batik
yang ada dikabupaten Gresik Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian budaya batik dengan
mewujudkan kecintaan pada batik. Salah satu seorang perajin batik pensiunan PNS Sekretaris
Desa, membuat batik yang berbeda dengan daerah lainnya, dengan corak batik motif mainan
Damar Kurung dan jajanan Pudak sebagai ciri khas budaya lokal Gresik. Batik Pitutur Luhur
khas Gresik berbeda dengan batik lainnya yang ada di Tanah Air. Kerajinan batik lokal ini
dikelola seorang pensiunan Sekretaris Desa bernama H. Ilham, warga Desa Cerme Lor,
Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik.
Beberapa penelitian tentang pelestarian batik telah dilakukan, diantaranya oleh Mutia
(2017), hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil participation in giving information,
masyarakat menekankan bahwa belum ada tindakan pelestarian yang representatif baik dari
warga maupun Pemerintah. Hal ini mempengaruhi pelestarian yang ada, dibuktikan dengan
temuan fisik yakni 2/3 bangunan lama di daerah Cerme Lor yang digunakan untuk tempat
pengrajin batik ini dalam kondisi tidak terawat. Melalui tindakan participation in consultation,
menunjukkan karakter imagibilitas yang tinggi jika ditinjau dari aspek fisik kawasannya. Hal
ini kemudian yang menjadi dasar dalam pengembangan arahan pelestarian yang sustainable
yakni pelestarian dan pemanfaatan bangunan lama, keselarasan visual kawasan, penanganan
ekologis, dan memberikan masyarakat sarana untuk berpartisipasi.
Kekhasan yang dimiliki batik pitutur Gresik masih ada dikarenakan para pengrajin
batik di Cerme Lor yang masih mempertahankan tradisi membatik dengan membawa khas
corak batik Gresik yang ditonjolkan. Peran pengrajin batik pitutur Gresik memiliki andil besar
dalam perkembangan batik pitutur khas Gresik. Pengrajin batik pitutur Gresik ikut serta dalam
pelestarian batik pitutur Gresik dengan berbagai aktivitas dan peran di dalamnya. Terdapat pula
berbagai factor pendukung dan faktor penghambat dalam perkembangan peran pengrajin batik
dalam pelestarian batik pitutur Gresik. Perlu dipertanyakan dan dipertegas kembali mengenai
otoritas pelestarian batik Gresik yang sebenarnya diperankan oleh para pengrajin batik di Desa
Cerme Lor. Perlu juga diperjelas faktor pendukung dan penghambat dalam pelestarian batik
pitutur Gresik yang dilakukan oleh para pengrajin batik di Desa Cerme Lor.

B. Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
1. ff
2. bbb
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang
2. Untuk mengetahui tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BATIK PITUTUR
Motif batik yang dimiliki bangsa Indonesia sangat beragam dan mulai banyak
bermunculan motif-motif baru yang diseusaikan dengan lingkungan disekitarnya, seperti
halnya dengan pengrajin batik pitutur di Cerme Lor dengan menciptakan beberapa motif batik
khas Gresik. Motif tersebut antara lain motif damar kurung, motif Bandeng, motif Pudak, dan
motif Gapura Gresik. 30 Motif damar kurung yang didalam kain batik tersebut dilukis gambar
damar kurung beserta isi dari damar kurung tersebut yaitu berisi tentang cerita-cerita. Motif
selanjutnya yaitu motif Bandeng yang digambarkan tentang ikan bandeng khas kota Gresik,
motif ini berbeda dengan motif loh bandeng, motif bandeng mempunyai pesan filosofis
tersendiri sedangkan motif bandeng merupakan motif yang menggambarkan ikon kota Gresik.
Motif pudak selanjutnya yang diciptakan oleh pengrajin batik pitutur di Cerme Lor,
pudak sendiri merupakan makanan khas dari kota Gresik. Makanan tersebut adalah makanan
yang terbuat dari tepung beras yang dibungkus dengan pelepah pohon pinang.Motif berikutnya
adalah motif Gapura Gresik, maksud dari Gapura Gresik adalah di perbatasan antara kota
Gresik dan Kota Surabaya terdapat Gapura selamat datang di Kota Gresik sehingga dibuatlah
motif tersebut. Motif-motif yang diciptakan menggambarkan keadaan masyarakat Gresik
dengan berbagai macam ikon khas dari Gresik.

B. BATIK GRESIK
Pada abad XIX M masyarakat Gresik pada umumnya hidup berwiraswasta. Pada saat
ini jiwa berwiraswasta semakin meluasyang tidak hanya dalam bidang usaha pertambakan
melainkan juga pada kesenian. Seni kerajinan rakyat misalnya kerajinan gerabah, kerajinan
emas, perak, imitasi, loyang, anyaman pandan, tenun dan sebagainya tersebar di kabupaten
Gresik.
Pada masa lampau kerajinan batik, loyang, udheng (ikat kepala), peti tempat pakaian
(kopor) di Giri dan kerajinan pembuatan perahu di Gresik dan pulau Bawean dari jenis sampan
hingga perahu layar yang pada abad XXI M sisa-sisanya masih dapat ditemukan, kerajinan-
kerajinan tersebut pernah berkembang di kabupaten Gresik. Pada tahun 1973 Batik di Gresik
mengalami pasang surut, meskipun tidak sepesat didaerah lain Batik Gresik pernah popular
dengan motif dan pewarnaan. Batik Gresik sendiri sejak dulu memang ada akan tetapi tidak
ditemukan bentuk aslinya yang tertinggal hanya teknik membatik dari beberapa refrensi
ditemukan yaitu batik Ndulitan dan sudah lama gulung tikar (Mardiantoro, 2013).
Pada bulan Mei Tahun 2012 motif batik Damar Kurung dirintis oleh keluarga Imam
Bachtiar. Motif batik Damar Kurung menggambarkan tentang kehidupan masyarakat Gresik
yang beragam. Batik yang ada di Kabupaten Gresik memang sangat beragam akan tetapi batik-
batik yang ada tetap menonjolkan tentang Identitas Kota Gresik. Kota Gresik tidak hanya
dikenal sebagai Kota Santri akan tetapi menonjolkan kehidupan masyarakatnya. Dalam setiap
motif batik yang diciptakan mempunyai nilai filosofi yang tinggi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti focus pada penelitian studi deskriptif dengan metode
kualitatif. Salah satu prosedur pada penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Dengan ciri khas yaitu natural
setting, mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku
yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam
suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan
holistik. Penentuan informan dalam pada penelitian ini menggunakan teknik snowball
sampling. Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan yang dianggap
mengetahui informasi lebih tentang pengrajin batik pitutur Gresik di Desa Cerme Lor.

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik Pengumpulan data yang di gunakan terdapat beberapa macam yakni:
a) Wawancara Mendalam
Teknik wawancara dalam penelitian ini ditunjukan pada H.Ilham selaku pencetus batik
pitutur Gresik. Wawancara mendalam pada para pengrajin batik di Desa Cerme Lor
digunakan karena wawancara yang digunakan bebas dan tidak hanya berpaku pada
pedoman wawancara saja, melainkan pertanyaan bisa berkembang ketika berhadapan
dengan informan. Peneliti melakukan wawancara dengan membuat kesepakatan pertemuan
terlebih dahulu dengan informan mengenai waktu dan tempat wawancara seperti yang telah
dijabarkan diatas.
b) Observasi Partisipan (Participant observation) dan non partisipan (non participant
observation)
Observasi didefinisikan oleh Cartwright dalam Suharsaputra (2012: 209) sebagai suatu
proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk
suatu tujuan tertentu. Dari segi pelaksanaanya, observasi dapat dibedakan menajdi dua yaitu
observasi berperan serta (Participant observation), dan observasi non partisipan (non
participant observation).
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang lebih
mendalam. Sugiyono (2014: 240) yang menyatakan bahwa studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif yaitu Reduksi Data
(Data Reduction), Penyajian Data (Data Display), Penarikan Kesimpulan (Conclusion
Drawing).

BAB IV
PEMBAHASAN
A. SEJARAH DAN KEISTIMEWAAN BATIK PITUTUR GRESIK
Batik Pitutur, merupakan satu-satunya produk batik bercorak khas Gresik yang makin
bersinar di tengah gempuran produk-produk batik dari negara lain. Produk asli warisan nenek
moyang ini justeru makin diminati karena mempertahankan nuansa tradisional khas kota wali.
Ragam desain motif dan gambar yang tertuang dalam Batik Pitutur ini, mampu menyentuh dan
memikat hati Bupati Gresik yang tak kuasa menahan diri untuk ikut mendesain beragam pola
motifnya.
H. Ilham, seorang pensiunan sekdes warga desa Cerme Lor, Kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik, meraih sukses setelah menekuni batik. Di usia nya yang sudah 60 tahun,
pria dua putra ini menemukan motif batik bercorak khas kota Gresik yang disukai banyak
kalangan. Seperti pudak, ketupat, udang, bandeng, Gapura, hingga rusa Bawean. Bermula dari
mengikuti kegiatan pelatihan - pelatihan yang dibuat Diskoperindag Kabupaten Gresik maupun
Provinsi Jawa Timur di pertengahan tahun 2009, dia mengenal batik. Bahkan beberapa bulan
menghabiskan waktu dibalai museum batik di Jogjakarta. Di tahun 2011 H. Ilham juga sempat
singgah satu bulan di Pekalongan. Belajar membatik baginya cukup bermakna. Selain
melestarikan budaya nusantara, juga untuk mengisi waktu di hari tua. Meski gempuran produk-
produk batik dari mancanegara mulai membanjiri pasar di dalam negeri, tetapi Pria yang telah
dikaruniai enam orang cucu ini pantang menyerah, dan terus melakukan inovasi produk-
produknya. Berkat ketekunan dan semangat kerjanya, produk batik buatanya kini justeru
semakin bersinar dan mulai banyak diminati warga.
Batik Pitutur bermotif khas Gresik, merupakan salah satu produk batik unggulan karya
tangan dengan mengembangkan motif batik Damar Kurung dalam batiknya. Damar Kurung
legendaris di Gresik dengan senimannya yang sangat terkenal yaitu Mbah Masmundari.
Gambar-bambar yang diciptakan Masmundari kemudian ditrasformasikan dalam desain-desain
batik. Seiring dengan program Pemkab Gresik yang menginginkan terdapat ciri khas Batik
Gresik, beberapa ikon Gresik ditorehkan mendampingi motif Damar Kurung. Di antaranya
memasukkan unsur religi yaitu gapura Makam Sunan Malik Ibrahim. Yang paling khas dan
tidak ada di wilayah lain adalah motif makan tradisional yaitu Pudak. Selain mempertahankan
nuansa lokal tradisional, pewarnaan batik pitutur menggunakan pewarna alami untuk
menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Pewarna batik dari bahan-bahan alami
diantaranya dari daun jati, daun sirih, daun kenikir, daun jambu, kulit beragam pohon, dan
tanaman lain yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumah warga.
Sama dengan produk batik lainnya. Pembuatan batik Pitutur diawali dengan pembuatan
desain dan dilanjutkan dengan proses canting. Setelah itu, proses dulit, dan nembok
menggunakan malam untuk menutup warna. Selanjutnya kain direbus untuk menghilangkan
malam, dan dilanjutkan dengan pewarnaan yang memanfaatkan menggunakan bahan baku
alamiah. Yakni daun-daun tanaman yang banyak menghasilkan pewarna alamiah yang banyak
tumbuh di sekitar pekarangan.
Setelah menekuni batik hampir tujuh tahunan, H. Ilham saat ini memiliki Sembilan
karyawan dan puluhan warga binaan yang tersebar di beberapa daerah di Kabupaten Gresik.
Diantaranya 20 orang di desa Sawo, Kecamatan Dukun. 30 orang warga binaan di Desa
Betoyoguci, 60 orang di Desa Wringinanom, dan puluhan lainnya di desa Giri, Kecamatan
Kebomas. Harga produk batik Pitutur Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 175
ribu sampai dengan 900 ribu rupiah yang berbahan baku kain sutera. Meski harus melalui masa
masa sulit, usaha H. Ilham di hari tua terbukti tidak sia-sia. Ragam desain motif dan gambar
yang tertuang dalam Batik Pitutur ini, mampu menyentuh dan memikat hati Bupati Gresik yang
tak kuasa menahan diri untuk ikut mendesain beragam pola motif nya. Dari Batik Pitutur khas
Gresik karyanya ini, terlahirlah Batik Pamiluto yang saat ini dipatenkan sebagai batik resmi
Kabupaten Gresik.

B. FAKTOR PENDUKUNG PENGRAJIN BATIK DI CERME LOR DALAM UPAYA


PELESTARIAN BATIK PITUTUR GRESIK
Faktor pendukung ini dimulai dari faktor alam dan geografis. Faktor alam sangat
mempengaruhi berhasilnya proses produksi batik, sehingga dapat terus mengembangkan serta
melestarikan seni kerajinan batik. Wilayah desa Cerme Lor merupakan wilayah yang berada di
pinggiran kabupaten Gresik. Ada Daerah Aliran Sungai Kali Lamong menampung air saat
musim hujan. Sungai Kali Lamong dapat dimanfaatkan untuk pembuangan limbah pencucian
batik. Tentunya dengan diolah terlebih dahulu, sehingga tidak menimbulkan pencemaran.
Peran Pemerintah Kabupaten Gresik dalam upaya melestarikan batik tulis adalah
dengan memberikan support pengembangan baik pitutur sebagai potensi ekonomi kreatif Jawa
Timur khususnya di kabupaten Gresik. Selain itu Ketua DPC PDIP Gresik Siti Muafiyah
bersama Walikota Surabaya Ibu Tri Risma juga memotivasi puluhan ibu-ibu di Cerme Lor agar
menjadi perempuan mandiri. Ibu Risma juga menceritakan soal pembinaan para Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) di Surabaya yang telah dilakukannya. Menurut dia, di Surabaya
awalnya ada 89 kelompok UMKM. Mereka kemudian dilatih dan disupport dengan tekun.

C. FAKTOR PENGHAMBAT PENGRAJIN BATIK DI CERME LOR DALAM UPAYA


PELESTARIAN BATIK PITUTUR GRESIK
Faktor penghambat yang sering kali menganggu kelangsungan pengembangan serta
kelestarian batik pitutur Gresik adalah memiliki kesulitan dalam mengorganisasi kaum tua,
diaman mayoritas anggota paguyuban pada waktu itu adalah masyarakat yang sudah sepuh.
Sehingga salah satu hal untuk menganalisir hal tersebut yaitu dengan cara mendorong kaum
muda-mudi agar tertarik untuk bergelut dengan batik pitutur. Semakin menurunnya jumlah
pengrajin batik pitutur adalah keengganan dari kaum muda untuk meneruskan atau melanjutkan
usaha batik tulis. Menurut H. Ilham, kendala yang ada saat ini yaitu adanya kaum muda di
daerah Cerme Lor sebagian besar lebih memilih kerja di perkotaan dan di pabrik, mereka pada
umumnya tidak ingin meneruskan batik pitutur karena modal yang didapatnya hanya sedikit
sementara pekerjaan diluar sangat menjanjikan gaji yang sesuai, dengan begitu maka sulit untuk
menjaring masyarakat kaum muda untuk ikut serta dalam mengembangkan dan melestarikan
batik pitutur.
Selain itu dengan minimnya pengetahuan masyarakat muda yang tersebut membuat
suatu permasalahan tersendiri. seprti ketika orang tuanya memiliki usaha batik pitutur
sedangkan anaknya tidak diberikan ilmu tentang batik sehingga dalam hal ini tentu menjadi
permaslahana yang penting. Hal ini sesuai dengan angapan H.Ilham mengenai peran orangtua
sebagai pendidik anaknya agar terus mengembangaan dan melestarikan batik pitutur.
Menurut informan, factor penghambat yang berasal dari luar yaitu minat daya beli
masyarakat luar untuk membeli produk batik pitutur Gresik, dalam hal ini masyarakat atau
kelompok pengrajin perlu meningkatkan daya beli, dengan promosi batik pitutur maka hal ini
bisa sebagai salah satu cara untuk tetap meningkatkan minat pembeli. Pada kesimpulannya,
menurut informan dalam pengembangan dan pelestarian batik pitutur ini perlu adanya peran
pengrajin dan juga pemerintah. Dalam hal ini terlebih dahulu mereka harus menata kelompok
pengrajin yang sudah ada, sehingga jika kelompok pengrajin tersebut sudah dapat tertata rapih
maka batik pitutur yang saat ini dinaungi oleh kelompok pengrajin menjadi salah suatu karya
anak bangsa yang dapat dikembangakan lebih mendalam serta dilestarikan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai