Anda di halaman 1dari 9

JUDUL : Pembelajaran dan Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Tingkat SMPLB NEGERI 1 Gedangan Sidoarjo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Metode penulisan laporan

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah
SLB Negeri Gedangan terletak di
Kecamatan Gedangan tepatnya di jalan Sedati Km. 2 Gedangan Nomor
282000 Sidoarjo. Letaknya yang tidak jauh dari jalan raya membuat lokasi ini
strategis dan mudah dijangkau. Selain itu SLB Negeri Gedangan
letaknya agak masuk ke kampung sehingga tidak terdengar suara-
suara yang mengganggu saat terlaksanaya proses belajar dan mengajar.
IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama sekolah : SLB Negeri Gedangan
2. Alamat sekolah : Jl. Sedati Km. 2 Gedangan Sidoarjo
3. Nomor Statistik Sekolah : 831050216035
4. Nomor Identitas Sekolah : 282000
5. Nama Kepala Sekolah :
6. Status Sekolah : Negeri
7. Status Akreditasi Sekolah :B
8. Perubahan Sekolah : SD LAB SGPLB N 1974
SLB LAT SGPLB N 1989
SLB Negeri 1997
VISI DAN MISI
SLB Negeri Gedangan merupakan sekolah satu atap. Di SLB Negeri
gedangan ini terdapat jenjang dari TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.
Adapun visi dan misi menjadi satu, yakni sebagai berikut:
a. Visi
Terwujudnya peserta didik yang berprestasi, berkarakter dan mandiri.
b. Misi
1. Mengembangkan prestasi akademik peserta didik berkebutuhan
khusus.
2. Mengembangkan prestasi di bidang seni dan olahraga
3. Mengembangkan karakter peserta didik berkebutuhan khusus.
4. Mengembangkan keterampilan vokasional/life skill peserta didik
berkebutuhan khusus
5. Menjadi pusat sumber (resource center) pengembangan sekolah
inklusi

KLASIFIKASI KELAS SMPLB


Berikut data identifikasi jenis-jenis ABK, jenjang dan jumlah anak
dimasing-masing jurusan yang berhasil kami rangkum:
Para siswa yang diajar dan dididik di SLB Negeri Gedangan
merupakan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Siswa yang dididik mulai
dari TK, SD, SMP dan SMA. Jumlah siswa yang dididik di SLBN Gedangan
mulai dari SD sampai SMA sekitar 130 siswa. Anak berkebutuhan khusus
yang ada di SLBN Gedangan sangat beragam dengan berbagai keunikan-
keunikan tersendiri. Keberagaman anak berkebutuhan khusus yang dididik
di SLBN Gedangan antara lain:
1. Tipe A: Anak tunanetra
2. Tipe B: Anak tunarungu wicara
3. Tipe C: Anak tunagrahita
4. Tipe D: Anak tunadaksa
5. Tipe E: Anak tunalaras
Jumlah rombongan belajar
a. SMPLB-A
Kelas 8 : 1 Rombongan Belajar
b. SMPLB-B
Kelas 8 : 1 Rombongan Belajar
Kelas 9 : 1 Rombongan Belajar
c. SMPLB-C
Kelas 7 : 1 Rombongan Belajar
Kelas 8 : 1 Rombongan Belajar
Kelas 9 : 1 Rombongan Belajar
d. SMPLB-C1
Kelas 7 : 1 Rombongan Belajar
Kelas 9 : 1 Rombongan BelajaR
e. SMPLB-D
Kelas 7 : 1 Rombongan Belajar
f. SMPLB-D1
Kelas 7 : 1 Rombongan Belajar

B. Pembelajaran dan layanan ABK SMPLB


Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah SLB Negeri
Gedangan Sidoarjo dapat di gambarkan bagaimana bimbingan belajar
tersebut berjalan melalui deskripsi berikut ini :
Saat melakukan observasi kami mengikuti pelajaran dikelas VIIIA,
kebetulan waktu itu sedang berlangsung pelajaran Matematika. Dari
segi ruangnya kelas VIIIA memiliki ruangan sebesar 2 x 5 meter,
ditempati 8 siswa. Dalam satu jam pelajaran memiliki waktu 45 menit.
Wawancara dengan Bu kus (guru matematika) mengenai pembagian
waktu, beliau memaparkan sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan
belajar pada anak tunagrahita ringan agar dapat berjalan dengan
baik maka perlu adanya penyelenggaraan bimbingan belajar. Adapun
tekhnik penyelenggaraan bimbingan belajar dalam meningkatkan prestasi
belajar matematika pada anak tunagrahita ringan di SLB Negeri Gedangan
Sidoarjo dapat melalui : Media Pembelajaran Congklak (dakon)
Congklak adalah suatu permainan rakyat jawa.
Biasanya dimainkan oleh anak perempuan berjumlah 2 orang. Alat ini
terbuat dari kayu menyerupai perahu di kedua ujungnya bermotif naga
dalam posisi lebih tinggi. Alat ini mempunyai cekungan besar di kedua
ujung, dan cekungan kecil berjumlah ganjil ( 7 atau 9 buah )
berjajar sepanjang badan perahu. Manfaat dari Congklak (dakon) adalah
sebagai salah satu alternatif alat permainan edukatif (APE). Sebuah alat
dinamakan sebagai APE ketika ia memiliki nilai manfaat yakni
untuk menstimulasi potensi anak. Misalnya saja yang terstimulasi dalam
Cogklak adalah kemampuan motorik halus, anak menggenggam biji
congklak dan memindahkan dari tangannya dan dimasukkan dalam
lobang. Kemampuan numerik, untuk anak yang belum dapat berhitung
bisa distimulasi dengan memancingnya dengan sebutan angka yang
tidak utuh. Jadi seperti ini “sa……….tu………..”. Melatih
daya konsentrasi, bahwa optimalisasi konsentrasi berhubungan dengan
perhatian ke berbagai hal. Dengan latihan ini akan membuat
lebih panjang waktu untuk berkonsentari.
Dengan begitu maka dengan adanya permainan
congklak yang dipakai dalam pelaksanaan bimbingan
belajar diharapkan alat tersebut bisa dipergunakan secara efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tunagrahita ringan di SLB
Negeri Gedangan Sidoarjo, dan permainan congklak ini dipilih sebagai
metode untuk dapat mempermudah siswa dalam mengerjakan
matematika aspek perkalian.
Pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah SLB Negeri
Gedangan Sidoarjo dilakukan didalam kelas selama satu jam pelajaran
(45menit). lima menit pertama digunakan
oleh guru untuk mengkondisikan kelas, seperti mengawali pelajaran
dengan mengucapkan salam, mengamati dan mengarahkan
sikap siswa agar siap memulai pelajaran. Kemudian di
35 menit yang kedua, guru memulai kegiatan inti dengan melakukan
penjelasan singkat tentang tujuan dan proses pembelajaran yang akan
dijalani siswa, guru menyajikan informasi/ menjelaskan kegiatan proses
belajar mengajar serta menjelaskan materi pelajaran
matematika aspek perkalian dengan menggunakan tekhnik Congklak,
Setelah menjelaskan Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, dengan sabar bu Kus menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh salah satu muridnya, dan memberikan penjelasan
sampai siswa yang bertanya dapat memahami materi yang disampaikan.
Setelah itu guru memberikan latihanlatihan soal untuk dikerjakan
oleh siswa, langkah awal yang dilakukan siswa ketika menyelesaikan soal
dengan tekhnik congklak adalah dengan cara memasukkan bijibiji dari
congklak tersebut kedalam lobang yang berada didepannya kemudian
menjalankan sesuai jalur dari congklak tersebut dan mengarjakan sesuai
dengan soal matematika yang telah dibagikan. Dan didalam mengerjakan
latihan tidak semua siswa dapat mengerjakan soalsoal dengan mudah ada
juga siswa yang tidak mau mengerjakan dan ada juga yang
merasa kesulitan dalam menyelesaikannya. Untuk membantu siswa
yang masih kesulitan dalam mengerjakan soalsoal tersebut
guru berusaha membantu mengarahkan, hal ini dilakukan karena
anak tunagrahita tidak secara langsung bisa menerapkan tekhnik cong
klak dalam mengerjakan soal matematika, tetapi perlu pengulangan
sehingga terbiasa.
Sesekali ditengah proses belajar bu kus juga memberikan
motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan tadi dengan
selalu member semangat dan dorongan untuk selalu meningkatkan
prestasinya. Salah satu motivasi yang ia berikan kepada siswa yaitu, “Ayo
semangat jangan pernah putus asa, kalian pasti bisa mengerjakan, nanti
kalau jawabannya benar kalian akan mendapat hadiah”. Motivasi--
motivasi semacam itu sering ia ucapkan kepada anak didiknya, dengan
motivasi semacam itu, dapat dipastikan siswa pasti akan
lebih bersemangat dan dipastikan prestasi
belajar matematikanya akan meningkat. Dan pada 5 menit terakhir
guru menanamkan nilainilai dan pesanpesan positif bagi siswa, melakukan
relaksasi bersama untuk menjernihkan daya piker, mengakhiri pelajaran
dengan mengucapkan salam. Didalam proses pelaksanaan layanan
bimbingan belajar didalam kelas tidak semua siswa dapat menguasai
langsung materi yang diberikan oleh guru, maka disini guru memberikan
bantuan dengan cara memberika pendampingan di luar jam mata pelajaran
(layanan bimbingan pribadi).

C. Sarana dan Prasana


Di SLBN Gedangan terdapat beberapa kelas yang digunakan dalam
proses belajar mengajar. Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di
SLBN Gedangan terbatas, namun dengan keterbatasan tersebut, SLBN
Gedangan mampu memajukan dan mendidik anak didiknya untuk maju.
Beberapa ruangan yang ada di SLBN Gedangan antara lain:
1. Aula utama
Gedung aula ini merupakan gedung serba guna yang ada di SLBN
Gedangan. Selain digunakan untuk acara-acara besar. Gedung ini sering
digunakan untuk pertunujukkan para siswa di SLBN Gedangan, di aula
tersebut disediakan semacam panggung permanen untuk siswa
menunjukkan kemampuan mereka dan bakat mereka.
Saat kunjungan para siswa memberikan persembahan berupa kemapuan
mereka dalam bernyanyi. Siswa yang menyanyi di atas panggung
adalah siswa yang menyandang tunanetra, tunadaksa, dan tunagrahita.
Saat pertunjukan para siswa yang sedang tampil di depan aula terlihat
sedih, kurang percaya diri, selalu melihat bawah, grogi bahkan ada
siswa yang sedikit emosi. Hal seperti ini adalah dinamika psikologi
yang terjadi pada para anak berkebutuhan khusus.
2. Ruang Guru dan staf sekolah
Ruang guru yang ada di SLBN Gedangan cukup besar dan memadai.
3. Ruang kelas sesuai tingkatan
Di SLBN Gedangan terdapat beberapa pembagian kelas berdasarkan
tingkatannya, untuk siswa TK, SD, SMP dan SMA. Untuk masing-
masing jenjang juga memiliki kelas yang berbeda sesuai dengan materi
pelajaran yang diberikan dan ketunaan yang disandangnya.
Beberapa kelas yang dikunjungi adalah ruang kelas SMP antara lain:
a) Ruang 1 : untuk tunanetra
Ada 2 siswa yang sedang belajar komputer dengan huruf braile
dengan guru yang juga tuna netra. Mereka hanya belajar
komputer secara teori, tidak menggunakan komputer yang
sebenarnya, karena keterbatasan sarana yang ada di SLBN
Gedangan.
Kedua siswa tersebut sedang membongkar tasnya untuk
mencari tugas saat guru mereka memerintahkan mengumpulkan
tugas. Dengan kesulitan yang luar biasa mulai dari meraba satu
per satu kertas-kertas yang ada di tas mereka. Isi tas mereka hanya
berisi kertas-kertas putih dengan huruf braile yang timbul. Namun
dengan susah payah mereka akhirnya menemukan tugas yang
diminta gurunya. Saat guru menerangkan pelajaran komputer,
guru tersebut juga meraba-raba kertas sambil menjelaskan bacaan
yang tertera pada kertas. Begitulah suasana kelas ketika siswa
penyandang tuna netra sedang belajar. Memang sulit namun
mereka tidak putus asa meskipun terlihat mimik mereka yang
mencerminkan kondidi psikologis mereka yang nampak sedih
dan kurang percaya diri. Hal ini ditunjukkan ketika ditanya
mereka menjawab namanya dengan pelan dan terbatah, ditambah
lagi mereka hanya menunduk ke bawah dan meremas-remas
tangan mereka.
b) Ruang 2: untuk tunagrahita
Di ruangan ke dua ini ada seorang yang sedang menerangkan
5 siswa yang mengalami tunagrahita. Siswa yang ada di kelas ini
merupakan siswa yang memiliki IQ di bawah 70 dengan
kemampuan dan kelemahan yang berbeda-beda. Guru tersebut
mengajar sesuai dengan kemampuan dan kelemahan siswa yang
berbeda-beda. Apabila ada siswa yang lemah dalam berhitung
maka dia akan ditekankan dalam mengitung dengan lebih cepat.
Saat memasuki ruangan ini terlihat ada siswa yang sedang
ditunjuk maju dan sedang diledeki teman-temannya karena tidak
bisa menjawab pertanyaan guru. Hal seperti inilah yang
seharusnya menjadi perhatian dari sisi psikologisnya karena dapat
menurunkan kepercayaan diri siswa dan mengurangi motivasi
dalam berprestasi.
c) Ruang 3: untuk tuna grahita dan down sindrom
Di ruang ke tiga ini ada 2 siswa yang sedang belajar pelajaran
IPS dengan seorang guru. Seorang siswa menderita sindrom down
dan yang satunya tunagrahita dengan IQ yang rendah sekali.
Siswa tersebut dengan perlahan mengikuti intruksi dari pendidik
untuk menyalin dan menjawab pertanyaan yang ada di papan
tulis. Mereka mampu menulis dan menjawab pertanyaan dengan
benar meskipun dibutuhkan waktu yang lama.
d) Ruang 4: untuk tunawicara dan runggu
Di dalam ruangan ke lima ini ada ada 11 siswa dengan
tunarunggu-wicara yang diajar oleh guru yang juga mengalami
tunawicara dan ada guru yang mengalami hambatan dalam
berbicara. Di ruangan ini siswa diajarkan untuk membuat hasil
kerajinan seni mulai dari melukis di atas kanvas kain, merajut dan
menjahit. Berbagai macam barang telah dihasilkan mereka
dengan bimbingan para guru. Hasil karya mereka bagus-bagus.
Bahkan kita saja belum tentu bisa. Hasil karyanya seperti selimut
bantal, tas, tutup kulkas, lukisan yang bagus, dll dan semuanya itu
nantinya akan diperdagangkan yang akan membawa keuntungan.
Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan kebutuhan khusus pun
dengan keterbatasannya masih mampu menghasilkan karya yang
bagus dan terus berusaha untuk mengembangkan potensinya.
e) Ruang 5: untuk tuna grahita
Di ruang ke lima ini terdapat anak-anak tunagrahita. Mereka
sedang belajar matematika tentang rumus-rumus debit dan
satuannya. Guru kelas berusaha menjelaskan dengan baik dan
perlahan untuk membuat siswa didiknya memahami pelajaran
tersebut. Para siswa memperhatikan guru saat menjelaskan
meskipun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan gurunya
dan lebih sibuk bermain alat tulisnya.
f) Ruang 6: untuk tunagrahita
Di ruangan ini terdapat siswa tunagrahita yang berumur 27
tahun, terlihat malu-mau, tidak PD namun berusaha mencari
perhatian pada para mahasiswa dan mengajak bercanda
mahasiswa. Terlihat dari perilakunya seperti anak usia 10 tahun
dengan usia 27 tahun.
g) Ruang 7: untuk tunadaksa
Di ruangan ini terdapat siswa dengan kelainan fisik tunadaksa,
namun tidak ada aktivitas karena para siswanya berada di luar
kelas.
4. Ruang bina diri
Ruangan ini digunakan untuk melatih dan menerapi para siswa yang
berhubungan dengan kemampuan sehari-hari dan penyesuaian
lingkungan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai