Anda di halaman 1dari 32

MINI RISET STUDI KASUS

(Studi Kasus Tentang Remaja Yang Sulit Mengendalikan Emosi


Marah Dampak dari Lingkungan Keluarga)
Dosen Pengampu :
Nindya Ayu Pristani, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 4
Audira Fadillah (1193351062)
Azura Asnim Sitepu (1193151037)
Nurul Hidayah Br. Hasibuan (1191151026)

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKILTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan Mini Riset sebagai tugas mata kuliah Studi Kasus.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
penulis dalam menulis makalah. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat . Terima kasih.

Binjai, 28 Oktober 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 5

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian 8
B. Tempat Penelitian 8
C. Subjek Penelitian 8
D. Tehnik Penelitian 9
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 11
B. Pembahasan Penelitian 11
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan 29
DAFTAR PUSTAKA 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Stanley Hall dalam Yusuf (2012:185) menyatakan: “Masa Remaja merupakan periode yang
berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan asmara, dan pemberontakan dengan
otoritas orang dewasa”. Oleh karena itu, pendidik harus menyadari bahwa memperhatikan emosi
peserta didik sangat penting karena mempengaruhi hasil belajar dan baik atau buruknya perilaku
peserta didik. Baik buruknya perilaku pendidik sangat memberikan dampak pada emosi anak
menuju kedewasaannya, sehingga lingkungan pendidikan juga berpeluang besar sebagai sumber
timbulnya emosi marah. Salah diantara faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya emosi
marah adalah guru yang melakukan tindakan otoriter kepada siswanya. Penyebab lainnya
adalah perilaku teman sebaya yang memperlakukannya kurang adil pada saat sendau gurau,
saling mengejek dan ketidak sukaan terhadap sesuatu sehingga timbullah perasaan marah.
Soesilowinradini dalam Alma (2012:9) mengatakan: “Kemarahan remaja ditimbulkan karena
bilamana dia atau teman-temannya merasa diperlakukan kurang adil dan diperlakukan
sewenang- wenang sehingga timbul perasaan padanya bahwa dia dianggap sebagai anak-anak,
dikecam, diganggu atau merasa terganggu diwaktu diwaktu sedang mengerjakan suatuStanley
Hall dalam Yusuf (2012:185) menyatakan: “Masa Remaja merupakan periode yang berada
dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan asmara, dan pemberontakan dengan otoritas
orang dewasa”. Oleh karena itu, pendidik harus menyadari bahwa memperhatikan emosi peserta
didik sangat penting karena mempengaruhi hasil belajar dan baik atau buruknya perilaku peserta
didik. Baik buruknya perilaku pendidik sangat memberikan dampak pada emosi anak menuju
kedewasaannya, sehingga lingkungan pendidikan juga berpeluang besar sebagai sumber
timbulnya emosi marah. Salah diantara faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya emosi
marah adalah guru yang melakukan tindakan otoriter kepada siswanya. Penyebab lainnya adalah
perilaku teman sebaya yang memperlakukannya kurang adil pada saat sendau gurau, saling
mengejek dan ketidak sukaan terhadap sesuatu sehingga timbullah perasaan marah.
Soesilowinradini dalam Alma (2012:9) mengatakan: “Kemarahan remaja ditimbulkan karena
bilamana dia atau teman-temannya merasa diperlakukan kurang adil dan diperlakukan

4
sewenang- wenang sehingga timbul perasaan padanya bahwa dia dianggap sebagai anak-anak,
dikecam, diganggu atau merasa terganggu diwaktu diwaktu sedang mengerjakan suatu hal.

B. Tujuan Penelitian
 Untuk Mengetahui Untuk mengungkap tingkah laku remaja yang sulit mengendalikan
emosi dampak dari lingkungan keluarga
 Untuk mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa sulit dalam
mengendalikan emosi marah dampak dari lingkungan keluarga
 Mengungkap Alternatif atau bantuan yang tepat untuk mengatasi permasalahan remaja
yang sulit mengendalikan emosi marah dampak dari lingkungan keluarga

C. Manfaat Penelitian
Memberikan Informasi terkait Perkembangan Emosi Remaja dalam mengendalikan emosi dan
alternatif pengentasan masalah

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kematangan Emosi


Kematangan emosi adalah kemampuan remaja dalam mengekspresikan emosi secara tepat dan
wajar dengan pengendalian diri, memiliki kemandirian, memiliki konsekuensi diri, serta
memiliki penerimaan diri yang tinggi. Pengendalian diri adalah kemampuan remaja dalam
mempertahankan dorongan emosi, serta memahami emosi diri untuk diarahkan kepada tindakan-
tindakan positif. Kemandirian adalah keadaan dimana remaja tidak menggantungkan dirinya
kepada orang lain. Rasa konsekuen adalah rasa tanggung jawab remaja dengan kesadaran untuk
menjalankan keputusan, serta berani bertanggung jawab terhadap semua akibat dan keputusan
yang telah diambil. Penerimaan diri adalah kemampuan remaja untuk dapat menerima keadaan
diri sendiri, baik kelemahan maupun kelebihan, menerima diri secara fisik maupun psikis dengan
baik (Albin, 1996).
Keberadaan emosi di satu sisi dapat menjadikan orang pasif dan tidak berdaya, tidak mampu
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan. Emosi di sisi lain dapat menjadi sumber energi
yang membuat seseorang sanggup melakukan apa saja secara tepat tanpa terpikirkan
sebelumnya. Seseorang perlu mengontrol emosinya. Kontrol emosi bukan berarti eliminasi atau
penekanan emosi moral, tetapi belajar mengekspresikan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat
diterima atau disetujui oleh kelompok sosial dan pada saat yang sama tetap dapat memberikan
kepuasan yang maksimum dan mengurangi gangguan ketidakseimbangan. Kenakalan remaja
sebagian disebabkan oleh pencapaian emosi yang kurang matang. Remaja menjadi nakal karena
belum mampu melakukan kontrol emosi secara lebih tepat dan mengekpresikan emosi dengan
cara-cara yang diterima oleh masyarakat (Lugo dalam Haryono, 1996).

2. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kematangan Emosi


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi, menurut Young
(dalam Rachmawati, 2013) faktor-faktor tersebut meliputi: faktor lingkungan yang mencakup
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, seperti keharmonisan keluarga, penerimaan keluarga,

6
keberfungsian keluarga dan dukungan sosial, faktor individu meliputi kepribadian yang dimiliki
setiap individu dan faktor pengalaman yang diperoleh individu. Pengaruh lingkungan keluarga
juga mencakup pola asuh, relasi orangtua remaja dan kondisi keluarga itu sendiri. Salah satu
fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana anak bersikap dan
berperilaku (Warga, 1983). Keluarga merupakan lembaga pertama yang mengajarkan individu
(melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya berupa
bagaimana mengenal emosi, merasakan emosi, menanggapi situasi yang menimbulkan emosi
serta mengungkapkan emosi yang kemudian membantu dalam proses kematangan emosi.
Individu melakukan tindakan seperti apa yang didemonstrasikan orang tuanya ketika
mengasuhnya dengan mengungkapkan emosinya secara verbal maupun secara non verbal (Izard,
2000). Imitasi anak pada orang tua akan menentukan reaksi potensial yang akan mereka gunakan
untuk mengungkapkan emosinya (Hurlock, 1980). Remaja yang berada dalam keluarga penuh
dengan konflik dapat memicu kenakalan remaja, karena cenderung mengalami ketidakmampuan
dalam mengendalikan emosi. Agar remaja tumbuh dan berkembang secara optimal terutama
dalam hal kematangan emosi maka perlunya keluarga yang dapat menjalankan fungsinya dengan
baik (Brook, dalam Santrock, 2003). Agustina (dalam Qudsyi, 2005) menyatakan bahwa
keberfungsian keluarga tidak dapat dilepaskan dari istilah keluarga fungsional yang diartikan
sebagai keluarga yang dapat menjalankan fungsi-fungsi yang ada pada keluarga dengan baik.
Moos dan Moos (dalam Stewart, 1998) menambahkan definisi keberfungsian keluarga sebagai
kualitas interaksi antar anggota keluarga. Selain itu, dikonsepkan juga sebagai tingkat kohesifitas
dalam keluarga. Lingkungan keluarga yang mendukung akan membantu remaja dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Gardner (dalam Ali & Asrori, 2015) menyatakan bahwa interaksi
antar anggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu faktor yang menjadi penghambat
perkembangan emosional remaja.

3. Peran Keluarga
Kedekatan keluarga yang hangat dan terbuka dapat merangsang individu dalam mengeluarkan
kata-kata dan berani mengekspresikan dirinya, menawarkan gagasannya dan
menggeneralisasikan makna dengan aktif sehingga terbentuklah emosi yang matang (Morgan,
1979). Kedekatan keluarga disini ditandai dengan adanya kepedulian antar anggota keluarga

7
(terutama orang tua kepada anak), keterbukaan untuk mengungkapkan terhadap masalah yang
dialami, serta perhatian orang tua yang ditunjukkan secara terbuka pada anaknya.
Keberfungsian keluarga ditunjukkan dengan adanya kemampuan keluarga (ibu, ayah, dan
anak-anaknya) dalam menjalankan fungsinya yang berkaitan dengan pemecahan masalah,
komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku. Remaja akan
mempersepsi secara positif terhadap keberfungsian keluarganya jika remaja merasa dapat
mendiskusikan tentang berbagai masalah yang dihadapi, memikirkan berbagai cara untuk
menyelesaikan masalah dan menjalankan keputusan yang diambil untuk menyelesaikan masalah
tersebut sehingga jika remaja sedang menghadapi konflik, remaja dapat menyelesaikannya tanpa
pertengkaran.
Keluarga dikatakan berfungsi dengan baik jika remaja mempersepsi positif bahwa dalam
keluarganya terdapat pembagian tugas yang jelas dan semua anggota keluarga dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik sehingga remaja akan belajar untuk bertanggung
jawab pada dirinya sendiri. Remaja yang merasa dapat merasakan kasih sayang dari keluarganya,
dapat menangis secara terbuka di hadapan anggota keluarga dan anggota keluarga saling
menunjukan kelembutan antar anggota keluarga maka persepsi remaja terhadap keberfungsian
keluarganya positif sehingga remaja dapat mencapai kematangan emosi yang ditunjukan dengan
remaja akan memiliki empati dan toleransi dan tidak akan bersikap cuek pada sekitarnya.
Terbuktinya peranan keberfungsian keluarga pada kematangan emosi juga sejalan dengan
pendapat Hamalik (2004) bahwa karakteristik lingkungan keluarga yang ditandai oleh adanya
perhatian yang cukup, rasa kasih sayang, suasana yang penuh persaudaraan dan persahabatan,
penghormatan terhadap diri personal, keterbukaan dan sikap penerimaan, dan suasana humoris
dapat mempengaruhi cara pengelolaan emosional tiap individu. Dapat dikatakan bahwa untuk
mendukung pencapaian kematangan emosi, remaja membutuhkan kedekatan dengan anggota
keluarga yang akan tercapai dengan berfungsinya keluarga tersebut. Lebih lanjut, Mallinckrodt
dan Coble (1998) mengungkapkan bahwa salah satu sebab kurangnya kematangan emosi pada
remaja dikarenakan tidak berfungsinya strukturstruktur di dalam keluarga. Kondisi ini
mengakibatkan kemampuan emosional pada remaja akan berkembang lebih lambat (Brooks,
2011). Adapun karakteristik keluarga yang kurang memiliki kedekatan antar anggotanya antara
lain ditandai oleh orang tua yang tidak responsif terhadap komunikasi yang melibatkan emosi.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan metode deskriptif. Bentuk penelitian adalah studi kasus. Menurut Sanjaya
(2015:73) menyatakan bahwa “Studi kasus dapat diartikan sebagai metode penelitian deskriptif
untuk menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam dan komprehensif dengan melibatkan
subjek penelitian yang terbatas sesuai dengan jenis kasus yang diselidiki”. Pada metode ini
diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas. Terlebih untuk
mencari tahu secara mendalam penyebab permasalahan dan alternatif bantuan yang tepat untuk
remaja yang sulit mengendalikan emosi dampak dari lingkungan keluarga.

B. Tempat Penelitian
Dirumah masing-masing, kegiatan pengumpulan data (anamnesa) dilakukan pada
tanggal 25 Oktober 2021

C. Subjek Penelitian
Subjek kasus dalam penelitian ini adalah remaja-remaja SMA di Pematangsiantar yang
memiliki permasalahan sulit dalam mengendalikan emosi marah dampak dari lingkungan
keluarga.

D. Tehnik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpul data yang digunakan yaitu teknik non tes. Dalam penelitian ini
teknik yang digunakan adalah wawancara anamnesa, observasi, dan kunjungan rumah (home
visit). Berdasarkan teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian mengenai remaja
yang sulit mengendalikan emosi, maka alat pengumpul data yang sesuai untuk menunjang
teknik-teknik tersebut di antaranya yaitu panduan wawancara anamnesa dan panduan observasi.

9
Panduan wawancara yaitu alat yang digunakan peneliti dalam menunjang teknik wawancara
dengan subjek kasus itu sendiri, orang tua, guru BK, guru mata pelajaran dan teman dekat, guna
mendapatkan informasi secara langsung tentang masalah yang dihadapi subjek kasus,
mengetahui faktor penyebab permasalahannya, penentuan model bantuan, pelaksanaan bantuan,
evaluasi dan tindak lanjutnya. Anamnesa adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan antara
seorang konselor dengan kliennya melalui suatu percakapan secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi klien, untuk mendapatkan data klien beserta
permasalahannya.Anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.

Sedangkan panduan observasi yaitu alat yang digunakan untuk menunjang teknik observasi,
adapun orang yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah subjek kasus itu sendiri.
Observasi yang dimaksud digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang
karakteristik gejala yang tampak pada subjek kasus, kegiatan yang dilakukan subjek kasus, sikap
dan respon subjek kasus terhadap orang lain.

Kemudian kunjungan rumah (home visit) dalam penelitian ini akan digunakan untuk
menunjang wawancara dengan orang tua dalam mendapatkan informasi tentang latar belakang
keluarga subjek kasus. Informasi tersebut antara lain seperti, kondisi lingkungan rumah,
hubungan antar keluarga, disiplin dalam rumah, pola asuh orang tua, dan sikap anak kepada
orang tua.

Setelah semua data diperoleh dengan alat pengumpul data seperti yang telah ditetapkan diatas,
selanjutnya data tersebut akan diolah dan di analisis. Data dalam penelitian kualitatif diperoleh
dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpul data yang bermacam-macam dan
dilakukan secara terus menerus. Tohirin (2011:319), menyatakan bahwa: “Ada beberapa langkah
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik di sekolah, yaitu: a.
Identifikasi masalah, b. Diagnosis, c. Prognosis, d. Pemberian bantuan/ terapi, e. Evaluasi dan
tindak lanjut”.

10
Adapun langkah-langkah konseling dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah dimaksudkan untuk mengenal kasus atau masalah serta gejala-gejala yang
nampak pada peserta didik yang sulit mengendalikan emosi.

b. Diagnosis

Bahwa pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan “masalah” peserta didik yang
sulit mengendalikan emosi berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah.

c. Prognosis

Prognosis adalah langkah yang dilakukan untuk menentukan alternatif bantuan guna
memecahkan masalah yang dialami oleh peserta didik yang sulit mengendalikan emosi yang
ditetapkan berdasarkan langkah identifikasi masalah dan diagnosis yang sudah dilakukan ditahap
sebelumnya.

d. Pemberian bantuan/ treatment

Pemberian bantuan/ treatment adalah langkah yang dilakukan dengan merealisasikan langkah-
langkah alternatif bantuan yang telah disesuaikan dengan masalah dan latar belakang yang
menjadi penyebab.peserta didik yang sulit mengendalikan emosi tersebut.

e. Evaluasi dan Tindak lanjut

Langkah evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah bantuan yang
telah dilaksanakan dan telah mencapai hasilnya. Sedangkan dalam langkah tindak lanjut dilihat
perkembangan selanjutnya dari peserta didik yang sulit mengendalikan emosi tersebut dalam
jangka waktu yang lebih jauh.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Kasus I

Hasil Wawancara Anamnesa :

1) Data umum /identitas klien dan orang tuanya


- Nama : Yola Liyundzira inisial YL
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : 16 tahun
- Alamat : Jalan Rakutta Sembiring
- Pekerjaan : Siswa
- Perkawinan : Belum Menikah
- Agama : Islam
- Suku bangsa : Indonesia

2) Status praesens
- Kondisi fisik :
Baik, Semua anggota tubuh lengkap, TB : 165 BB : 55 ,sehat
- Kondisi psikologis :
Kurang ramah, wajah nya sedikit murung, sikapnya diawal sangat acuh dan
menjawab salam dengan singkat dan nada yang ketus, diawal jumpa konseli
menunjukkan kondisi psikis yang kurang baik

3) Riwayat keluhan
- Keluhan yang dirasakan saat ini :
Kalau marah itu jadi pribadi yang meledak-meledak, kurang bisa
mengendalikan/mengontrol emosi marah
- Kapan pertama keluhan ini muncul :
Sejak 2019 an , sejak hubungan ayah dan ibu merenggang

12
- Kronologi keluhan :
Sebelumnya ya seperti biasa, seperti orang-orang lain, saya sekolah ,pulang,
makan, tidur , hidup ya tenang-tenang ajah gitu , cuman setelah ayah ketahuan
selingkuh, ya keadaan rumah makin ga enak, belum lagi mereka sering bedebat,
saling menghina satu sama lain, makin buat sakit kepala, nanti apa-apa yang
kulakuin selalu ajah salah,belum lagi punya kakak yang ga pedulian, dah muak
sama hidup , di keluarga ini sistemnya udah kayak urus urusan masing-masing.

- Upaya yang sudah dilakukan :


Saya sudah berusaha untuk bodo amat sama semua hal, fokus buat diri sendiri
senang ajah, dan menghindari yang namanya marah, cuman ada ajah yang
mancing gitu, kek mau pergi sekolah, dirumah orangtua pagi-pagi udah begado,
sampek sekolah ada temen yang usil, ujung-ujungnya terlampiaskan ke temen.

- Harapan – harapan klien :


Saya lebih bisa untuk bersikap bodo amat terhadap semuanya.

4) Latar belakang keluarga


- Kedekatan hubungan dengan ayah, persepsi terhadap ayah, kelebihan dan
kekurangan ayah :
Baik sih, masih gak lupa kalau punya anak, jadi kek masih mau ngasih uang jajan,
cuman ya gitu selingkuh
Kelebihan : gak lupa sama anak
Kekurangan : emosian
- Kedekatan hubungan dengan ibu, persepsi terhadap ibu, kelebihan dan
kekurangan ibu
Baik juga , bahkan lebih pedulian dari pada ayah
Kelebihan : lebih peduli
Kekurangan :emosian
- Kedekatan hubungan dengan saudara kandung, persepsi terhadap saudara
kandung, kelebihan dan kekurangan saudara kandung

13
Kakak : Tekadang baik tekadang buat muak.
Kelebihan : pintar dalam hal bodo amat
Kekurangan : cuek
- Kedekatan hubungan dengan famili, persepsi terhadap family, kelebihan dan
kekurangan famili
Biasa aja
Kelebihan : biasa ajah
Kekurangan : ya rata-rata emosian
- Life style
Saya suka menjadi apa adanya

5) Latar belakang pendidikan


- Riwayat pendidikan formal dan informasi :
SD NEGERI 125549 PEMATANGSIANTAR
SMP NEGERI 1 PEMATANGSIANTAR
SMA TAMAN SISWA PEMATANGSIANTAR
- Mata pelajaran/kuliah yang disukai atau tidak disukai
Matkul Yang Disukai : Matematika
Matkul Yang Tidak Disukai : Sejarah
- Bidang yang menonjol dan tidak disukai
Bidang yang paling di sukai : Angka/Hitungan
Bidang yang paling tidak disukai : Segala yang berbau Bacaan
- Apa yang dilakukan ketika mengalami kesulitan dalam belajar
Mencari informasi dari google atau yt
- Hubungannya dengan guru dan siswa lain
Di SMA ga deket sama sekali
- Aktivitas lain di sekolah/kampus
Tidak ada

6) Kehidupan emosi
- Perasaan yang menyenangkan

14
Ketika harapan saya terwujud
- Perasaan yang tidak menyenangkan
Ketika sampai rumah orangtua bergadoh
- Apa yang biasa dilakukan ketika merasa senang / sedih/marah
Kalau senang : tersenyum dan tertawa
Kalau sedih :diam atau menangis dan lebih memilih untuk mengurunh diri
Klau marah : langsung kuungkapin ,cakap kotor, bahkan sampek
ngelempar/ngancurin barang
- Reaksi-reaksi emosi yang muncul kapan ?kepada siapa ? bagaimana reaksinya?
Senang : ada orang yang mau terbuka ataupun dekat samaku, ya senang ,senyum
Sedih : gadak satupun yang peduli sama diriku, pengen nangis ajah
Marah : ketika orang tua bedebat saling menyalahkan satu sama lain , aku banting
pintu kamar, atau nyuruh mereka diam karna malu didengar tetangga

7) Kehidupan social
- Pandangan terhadap pertemanan
Pertemanan itu adalah hubungan sosial
- Pandangan terhadap persahabatan
Persahabatan itu pertemanan yang sangat dekat
- Dengan siapa berkeluh kesah
Dengan pacar
- Siapa saja teman /sahabat
Habib
- Kegiatan yang dilakukan dengan teman/sahabat
Cerita-cerita dan having fun
- Kegiatan social lain yang diikuti dan posisinya sebagai apa ?
Tidak ada
- Pandangan terhadap nilai social / budaya
Nilai sosial : paham yang ada di lingkungan sosial
- Kalau ada masalah dengan teman/sahabat apa yang dilakukan ?
Jelas marah , aku bentak ajah

15
8) Kehidupan heteroseksual
- Menjalin hubungan dengan lawan jenis
Ya
- Kualitas hubungan
Biasa-biasa saja

9) Kehidupan seksual
- Pertama haid/mimpi basah, apa yang dirasakan pada saat itu? Apa yang dilakukan
?
Kelas 1 SMP semester 1
- Pengalaman seksual pertama ?Kapan ?Dimana ? Dengan siapa?
Tidak ada
- Pengalaman masturbasi/onani
Tidak ada

10) Kehidupan perkawinan

Lama perkawinan

- Kapan / ketika kapan memutuskan menikah ? Alasannya


- Yang dirasakan selama perkawinan
- Pengalaman malam pertama
- Komitmen yang dibangun dalam pernikahan ? Apakah terlaksana ?
- Harapan-harapan dalam perkawinan

Tambahan dari Kakak nya Yola :


Yola anaknya pendiam sih dirumah, ya maen-maen, pulang langsung masuk kamar, memang
sejak ayah sama ibu hubungannya kurang baik, dirumah memang jadi sistem urus diri masing-
masing, gadak hangat-hangat nya lagi , aku pribadi juga ngerasa gak nyaman, tapi emang Yola
berani sih untuk marah gitu atau ngebentak orangtua kita kalau lagi bedebat, dia berani nyuruh
mereka diam, bahkan sangkin palak nya dia pernah gak pulang ke rumah sampek 3 hari, ya dia

16
baik anaknya ,cuman ya gitu ,emosian juga sama kek orangtua ku sih lebih tepatnya, aku ajah
tekadang nyakapi dia ,dia ngejawab sambil marah-marah, dan bahkan aku sampek diusir dari
kamarnya, dia gak segan-segan bilang benci sama orang , ngatain orang dengan kasar, cakap
kotor, pokoknya kalau dia marah itu betul-betul mending gausah di tengok lah apalagi di sentuh,
berapi-api kali, mangkanya aku sering gado samanya, karna dia lebay kali kalau marah.

Ya aku bukan cuek sih ,cuman ya cari aman ajah, aku juga punya perasaan kan ,aku juga mo
mendapatkan kesenangan, aku dekatkan diri ke orang-orang yang buat aku senang, aku pernah
kok bilang ke Yola jangan emosian kali sama orang, tapi ya respond dia malah ga baik.

Kasus II :

Hasil Wawancara Anamnesa :

1) Data umum /identitas klien dan orang tuanya


- Nama : Alwi Ansari
- Jenis kelamin : Laki Laki
- Umur : 20 tahun
- Alamat : Padang Halaban
- Pekerjaan : Mahasiswa
- Perkawinan : Belum Menikah
- Agama : Islam
- Suku bangsa : Indonesia

2) Status praesens
- Kondisi fisik :
Baik, Semua anggota tubuh lengkap, TB : 169 BB : 60 ,sehat
- Kondisi psikologis :
Mempunyai sifat emosian dan tidak bisa mengontrol Emosi, mudah tersingung
dan mudah marah.

3) Riwayat keluhan
- Keluhan yang dirasakan saat ini :

17
Kalau marah itu menjadi pribadi yang meledak-meledak, kurang bisa
mengendalikan/mengontrol emosi marah
- Kapan pertama keluhan ini muncul :
Sejak 2018 an , sejak mulai perkuliahan dengan banyaknya tugas dan tidak ada
dukungan dari orang tua ataupun keluarga. Dan banyak mengalami tekanan.
- Kronologi keluhan :
Sebelumnya ya seperti biasa, seperti orang-orang lain, saya sekolah ,pulang,
makan, tidur , hidup ya tenang-tenang ajah gitu ,namun saat memasuki
perkuliahan dengan banyak nya tugas dan merasa salah jurusan disitulah mulai
merasa tertekan dan tidak bisa mengendalikan emosi.
- Upaya yang sudah dilakukan :
Saya sudah berusaha untuk bodo amat sama semua hal, fokus buat diri sendiri
senang ajah, dan menghindari yang namanya marah, cuman ada ajah yang
mancing gitu, ketika orang tua menasehati dengan cara bentak bentak ataupun
marah marah hal itu membuat saya juga ikut marah marah.

- Harapan – harapan klien :


Saya lebih bisa mengontrol emosi untuk kedepannya

4) Latar belakang keluarga


- Kedekatan hubungan dengan ayah, persepsi terhadap ayah, kelebihan dan
kekurangan ayah :
Baik, namun juga emosian dan suka marah marah
Kelebihan : peduli
Kekurangan : emosian
- Kedekatan hubungan dengan ibu, persepsi terhadap ibu, kelebihan dan
kekurangan ibu
Baik juga , dan sangat menyayangi syaa
Kelebihan : lebih peduli
Kekurangan : sedikit suka marah marah
- Kedekatan hubungan dengan saudara kandung, persepsi terhadap saudara

18
Saya anak tunggal
- Kedekatan hubungan dengan famili, persepsi terhadap family, kelebihan dan
kekurangan famili
Biasa aja
Kelebihan : biasa ajah
Kekurangan : ya rata-rata emosian
- Life style
Saya suka menjadi apa adanya

5) Latar belakang pendidikan


- Riwayat pendidikan formal dan informasi :
SD NEGERI 112309 padang Halaban
SMP NEGERI 1 Batu Satu
SMA N 1 Aek Kuo
- Mata pelajaran/kuliah yang disukai atau tidak disukai
Matkul Yang Disukai : Olahraga
Matkul Yang Tidak Disukai : Matematika
- Bidang yang menonjol dan tidak disukai
Bidang yang paling di sukai : Olahraga
Bidang yang paling tidak disukai : Segala yang berbau Angka
- Apa yang dilakukan ketika mengalami kesulitan dalam belajar
Mencari informasi dari google
- Hubungannya dengan guru dan siswa lain
Biasa saja
- Aktivitas lain di sekolah/kampus
Tidak ada

6) Kehidupan emosi
- Perasaan yang menyenangkan
Ketika harapan saya terwujud
- Perasaan yang tidak menyenangkan

19
Ketika Orang tua marah marah
- Apa yang biasa dilakukan ketika merasa senang / sedih/marah
Kalau senang : tersenyum
Kalau sedih :diam atau menangis dan lebih memilih untuk mengurunh diri
Klau marah : langsung kuungkapin ,cakap kotor, bahkan sampek
ngelempar/ngancurin barang dan mukul dinding
- Reaksi-reaksi emosi yang muncul kapan ?kepada siapa ? bagaimana reaksinya?
Senang : saat jalan jalan
Sedih : ketika tidak mendapat dukungan dari keluarga
Marah : ketika orang tua bedebat saling menyalahkan satu sama lain , ketika saya
dimarahi karena tidak bisa diatur dan mudah marah kepada saya

7) Kehidupan social
- Pandangan terhadap pertemanan
Pertemanan itu adalah hubungan sosial
- Pandangan terhadap persahabatan
Persahabatan itu pertemanan yang sangat akrab
- Dengan siapa berkeluh kesah
Tidak ada
- Siapa saja teman /sahabat
aldi
- Kegiatan yang dilakukan dengan teman/sahabat
Nongkrong dan jalan jalan
- Kegiatan social lain yang diikuti dan posisinya sebagai apa ?
Tidak ada
- Pandangan terhadap nilai social / budaya
Nilai sosial : paham yang ada di lingkungan sosial
- Kalau ada masalah dengan teman/sahabat apa yang dilakukan ?
Jelas marah , dan diam

8) Kehidupan heteroseksual

20
- Menjalin hubungan dengan lawan jenis
Ya
- Kualitas hubungan
Biasa-biasa saja

9) Kehidupan seksual
- Pertama haid/mimpi basah, apa yang dirasakan pada saat itu? Apa yang dilakukan
?
Kelas 1 SMP semester 1
- Pengalaman seksual pertama ?Kapan ?Dimana ? Dengan siapa?
Tidak ada
- Pengalaman masturbasi/onani
Tidak ada

10) Kehidupan perkawinan

Lama perkawinan

- Kapan / ketika kapan memutuskan menikah ? Alasannya


- Yang dirasakan selama perkawinan
- Pengalaman malam pertama
- Komitmen yang dibangun dalam pernikahan ? Apakah terlaksana ?
- Harapan-harapan dalam perkawinan

21
B. Pembahasan Penelitian
Kasus I :
Analisis Kasus :
Seorang Remaja dengan inisial YL yang sulit mengendalikan emosi marah nya dampak dari
lingkungan keluarga, dimana YL adalah anak dari keluarga broken home, YL merasa capek
dengan situasi rumahnya yang dimana ibu dan ayahnya sering bertengkar ditambah lagi kakak
nya YL yang tidak pedulian dengan YL sehingga berdampak kepada YL ,dia jadi pribadi yang
sulit mengendalikan emosi marahnya dan membuat dia memiliki permasalahan sosial dengan
teman-teman sekolah/seumuran nya juga

Diagnosis :
Diagnosis merupakan langkah penetapan masalah yang dialami oleh subyek kasus berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara yang diperoleh dari hasil identifikasi sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penyebab subyek kasus adalah:
1) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri subyek kasus yakni FZ memiliki sikap tidak senang dengan
keributan, dia suka ketenangan, terlebih ketika dia diganggu, maka YL langsung merespon
dengan kemarahannya. YL memiliki sikap mudah marah yang meledak-ledak. Begitu pula YL
mudah bising apabila mendengar celotehan atau omelan yang ditujukan kepadanya.
Kejadian tersebut biasanya terjadi dirumah, apabila YL melakukan kesalahan yang dianggap
kakaknya kesalahan yang fatal, maka kakaknya langsung memarahinya. Tidak jarang YL
langsung membalas celotehan ibunya dengan kata-kata pembelaannya. YL sering mudah
tersinggung dan
marah jika mendapatkan tanggapan dari orang lain mengenai dirinya.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri subyek kasus yakni YL ialah faktor kedua orang tua YL tidak
memiliki hubungan harmonis layaknya kedua orang tua lainnya, dia berasal dari keluarga broken
home . Ayah dan ibunya selalu saja bertengkar dan saling berkata kasar satu sama lain,terutama
ayahnya yang sangat kasar sekali. Oleh karena itu, YL sulit menerima kenyataan yang terjadi.
Tidak jarang pula YL menjadi sasaran kemarahan mereka. Bahkan sampai YL pernah ngebentak

22
orangtuanya agar diam. Terlebih lagi kakaknya yang cuek sekali dengan YL membuatnya
semakin merasa bahwa orang-orang disekitarnya tidak ada yang menyayanginya.

Prognosis
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya maka direncanakanlah alternatif bantuan yang
akan diberikan kepada subyek kasus secara bertahap dan berlanjut untuk mengatasi masalah
sikap mudah marah dampak dari broken home.
Untuk mengatasi masalah subjek kasus, peneliti menggunakan pendekatan model konseling
Rational Emotive Therapy(RET) . Di mana pada model konseling Rational Emotive
Therapy(RET) peneliti beruaaha untuk menarik konseli dari yang awalnya berpikiran irrasional
menjadi rasional serta berusaha untuk menghilangkan gangguan emosional yanb merusak
konseli,seperti rasa emosi
Disini peneliti menggunakan konfrontasi tehnik kognitif dengan mempertanyakan keyakinan
irrasional nya

Treatment
Proses percakapan :
Konselor : Assalamualaikum dek
Konseli : Waalaikumsalam kak
Konselor : Gimana kabarnya hari ini?
Konseli : Baik
Konselor : Kalau harinya gimana?
Konseli : Biasa ajah sih, gadak menarik
Konselor : Okay lah kalau begitu kita buat menarik dengan melakukan konseling individual pada
hari ini *tersenyum
Bagaimana adek sudah siap ?
Konseli : *tersenyum yaudah
Konselor : okay dek, disini kakak mau jelasin lebih dulu bahwa di dalam pelaksanaan layanan ini
ada namanya asas kerahasiaan, jadi segala apapun yang kita bahas disini yang tau hanya kakak
dan adek saja, Rahasia aman dek , jadi apapun yang mau adek ungkapin silahkan di ungkapin
ajah, karena setiap ungkapan itu penting ,okay dek?

23
Konseli : Okay kk
Konselor : Nah 3 hari ini kata kakak nya adek, adek jarang keluar kamar, bahkan juga gadak
cakap sama Kakak nya adek, knapa cobak?
Konseli : Ya Malas ajah
Konselor : Ha? Kenapa bisa malas? Setahu saya adek ini anaknya rajin loh
Konseli : Ha? Rajin ?
Konselor : Rajin cuek
Konseli : *tersenyum, bukan gitu kk, soalnya gadak hal yg mau di bicarakan, dia juga sibuk,
semuanya sibuk kan, ya jelas semua gadak yang peduli samaku
Konselor : Cobak kakak pengen tau ,kenapa adek bisa berpikiran seperti itu ?
Konseli : Ya kakak tau sendiri kan kek mana keadaan rumah kami, capek kali loh kak rasanya
denger orang gado tiap hari , ya seharusnya kan rumah itu tempat ternyaman kita, tapi enggak
kak sama rumah ku, ayah sama mama saling ngebentak , siap itu mama nangis , mereka pergi
dari rumah, ya kek mana aku gak emosi nyuruh diam kan kak, biar kakak tau jugak kawan akrab
kakak itu cuman diam, dia anak pertama loh kak ,seharusnya kalau udah orangtua kami kek gitu
,dia yang jaga aku, dia yang bimbing aku , ini apa? Dia malah gak gak peduli, dia gak mau akrab
samaku, bahkan dia juga sering marah-marah ke aku. *nangis
Konselor : *menenangkan dengan mengelus pundak YL
Jadi itu juga yang membuat adek jadi kurang mampu mengendalikan emosi nya ya? Terutama
emosi marahnya
Konseli : Ya situasi yang aku hadapi setiap hari begitu kak, kek mana gak jadi pemarah kan
,orang-orang di rumah semua Gilak marah Gilak ngebentak.
Gadak yang sayang samaku kak.
Kenapa sih dunia gak seadil ini sama ku.
Konselor : Aduh , kalimat ituloh ,membunuh perasaan ku. Kakak sayang kok sama adek, kakak
adek juga sebenarnya sayang sama adek, orangtua YL juga kakak yakin sayang sama adek.
Jangan bilang gadak yg gak sayang adek.
Konseli : Buktinya?
Konselor : Kakaknya adek kemarin-kemarin tuh cerita ke kakak, kalau dia ingin memperbaiki
hubungan sama adek, ingin akrab layaknya kakak-adik, mangkanya selama 3 hari ini dia

24
mencoba untuk mendekatkan diri kan sama Adek, mencoba berkomunikasi, cuman adek yang
gak mau terbuka , mengurung diri di kamar bahkan Sampek ngebentak kakaknya juga
Konseli : Oh jadi gitu yang sebenarnya.
Konselor : iya dekku sayang mandja, ayolah buka hatimu dekku.
Karena mau sampai kapan begini ? Mau sampai kapan gak mau akrab sama kakak sendiri,
mungkin hubungan orangtua bisa putus ,tapi hubungan saudara kandung gak bakalan pernah
putus.
Konseli : *diam merenung
Konselor : bener kan kk bilang ?
Konseli : Tapi itu sulit kak, aku dah benci kali sama dia.
Konselor : Iya memang sulit ,sulit kali pun , cuman di tes ajah yok kakak bantuin semangati pun,
kakak yakin one hundred percent adek pasti bisa mengakrabkan diri sama kakak nya adek.
Kalau pun udah benci ,ya benci kan singkatan dari benar-benar cinta, ha ,pakek kali lagi kan, apa
gak cinta nya parah kali kek gitu Sampek tak bisa dipisahkan.
Konseli : ishhh, kakak ini loh, orang lagi sedih
Konselor : Ya jangan sedih-sedih pulak, kan udah mau memiliki hubungan saudara yang baik ,
senang lah pulakkkk.
Kalau bisa buat acara manggang-manggang kita untuk perayaan ini, biar semakin close kalian
Bisa ya dek, bisa di amalkan yaaa.
Diusahakan mampu mengendalikan emosi marahnya ,okay? Taukan emosi itu apa?
Konseli : emosi itu marah
Konselor : marah ajah?
Konseli : iyalah kak, kan orang emosian itu dibilang orang Gilak marah
Konselor : nah begini dekku, emosi itu artinya perasaan, jadi bukan tentang marah ajah , bahagia,
sedih, takut, kaget itu juga termasuk ke dalam bagian emosi
Konseli : Oh gitu ya kak, baru tau aku
Konselor : Alhamdulillah dapat ilmu kan , jadi gini dek ,coba kakak tanya rasa Adek bagus gak
kita kalau kurang mampu dalam mengendalikan emosi marah ?
Konseli : enggak lah kak
Konselor : pinterrr, kira-kira knapa coba gak bagusnya? Tolong di jelasin cantik
Konseli : Dijauhi ,terutama sama temen-temen lah ,ditakuti ,kek kakakku takut samaku

25
Konselor : haha, ya enak gak di jauhi?
Konseli : Gatau kak
Konselor : haha, ngelawak dia ah
Konseli : *senyum
Konselor : Jelas permasalahan kurang mampu mengendalikan emosi marah tidak bagus kan dek
apalagi buat diri kita bermasalah terhadap lingkungan.
Kalaupun lingkungan kita juga tidak mendukung kita untuk baik, ingat ikan yang hidup di laut
,walaupun dikelilingi air asin, rasa ikan tidak pernah asin
Cocok?
Konseli : *tersenyum Cocok kak
Konselor : Jadi gimana untuk kedepan nya udah bisa bertanggung jawab mengamanahkan diri
untuk mampu mengendalikan emosi ?
Konseli : Insyaallah bisa kak
Konselor : Gitu dong, jadi seminggu ini kakak pantau loh , kakak pantau-pantau manjda
Konseli : *tersenyum
Iya kak, aman
Konselor : Yaudah dek, beginilah memang layanan konseling, kakak pribadi mengucapkan
terimakasih karena telah mau mengikuti layanan konseling pada hari ini
Konseli : kenapa kakak yang makasih, aku sih yang berterimakasih kali sama kakak. Makasih ya
kakak
Konselor : Oh, kalau gitu makasihnya di uang kan aja dek ,hahaha, becanda kk ihh
Jangan segan-segan pokoknya sama kakak, apapun keluhannya tetap kakak tempat tujuan mu ya,
langganan kita ,dah jika kakak ada salah-salah cakap ,baik yang kakak sengaja ataupun tidak
,kakak mohon maaf ya , mudah-mudahan baik kakak ataupun Adek bisa jadi pribadi yang lebih
lebih baik lagi kedepannya ,aamiin
Konseli : amiin kak
Konselor : Okay see you

Evaluasi
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan setelah seminggu pemberian layanan kepada YL ,
YL menjadi lebih akrab dengan kakak nya ,saya sering melihat mereka jalan jalan atau having

26
fun bersama, YL juga lebih terlihat lebih ceria ,berbeda dengan sebelum-sebelumnya yang suka
murung dan cenderung sangat pendiam , dan ketika saya ajak berbicara juga YL lebih asik dan
lebih terbuka dan lebih murah senyum

Wawancara dengan kakak nya YL


Berdasarkan kakak YL , YL yang awalnya berbicara dengan kakak nya, tepat setelah 2 hari YL
melakukan konseling ,dia berbicara dengan kakaknya ,berkeluh kesah dan mengungkapkan
segala yang dipendam dia mengenai keluarganya, dia juga bercerita mengenai pengharapan-
pengharapannya kepada kakaknya, mereka jadi saling terbuka satu sama lain, sangat akrab
karena setiap hari saling becerita dan sering menghabiskan waktu bersama sekarang.

Wawancara dengan subyek kasus


YL mengatakan bahwa dirinya sedikit demi sedikit sudah bisa menerima nasihat orang lain dan
meninggalkan perilaku yang dapat merusak hubungannya dengan orang lain, dan dia mengatakan
bahwa dia merasa sangat lebih baik sekarang.

Tindak lanjut
Dari hasil evaluasi untuk diperoleh hasil yang optimal, maka dilakukan tindakan yaitu
bekerjasama dengan masing-masing pihak yang terkait dengan individu, untuk tetap
mempertahankan perubahan yang sudah subyek kasus dapatkan yaitu:
YL dapat terus berusaha dan mempunyai motivasi yang kuat untuk berubah, sehingga berfikir
sebelum bertindak, meminta bantuan kepada orang-orang yang dapat dipercaya dan
meningkatkan ibadah.
Berkerjasama dengan kakaknya YL guna untuk memonitor perkembangan dan perubahan-
perubahan pada diri subyek kasus agar tetap bertahan dan tetap terpelihara ke kondisi yang
positif. Serta memberikan kesempatan kepada subyek kasus untuk mengeksplorasi kemampuan
minat dan bakat yang ia miliki. Dan berusaha selalu memberikan pujian dan kebaikan pada
subjek supaya perubahannya tetap bertahan dan selalu senantiasa memberikan dukungan dalam
berbagai hal kepadanya agar tetap semangat.

27
Kasus II :
Analisis Kasus :
Seorang Remaja dengan inisial AA yang sulit mengendalikan emosi marah nya dampak dari
lingkungan keluarga, dimana AA adalah anak dari keluarga yang lengkap dan AA adalah anak
tunggal, AA anak yang merasa tertekan oleh keadaan perkuliahannya dia merasa salah jurusan
dan dia jadi pribadi yang sulit mengendalikan emosi marahnya dan membuat dia memiliki
permasalahan sosial dengan teman-teman sekolah/seumuran nya juga.

Diagnosis :
Diagnosis merupakan langkah penetapan masalah yang dialami oleh subyek kasus berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara yang diperoleh dari hasil identifikasi sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penyebab subyek kasus adalah:
1) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri subyek kasus yakni AA memiliki sikap tidak senang dengan
keributan dari orang tua nya yang menuntut banyak pada dirinya karena dia anak satu satu nya,
dia suka ketenangan, terlebih ketika dia diganggu, maka AA langsung merespon dengan
kemarahannya. AA memiliki sikap mudah marah yang meledak-ledak. Begitu pula AA mudah
bising apabila mendengar celotehan atau omelan yang ditujukan kepadanya.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri subyek kasus yakni AA ialah faktor kedua orang tua AA yang
tidak pernah mendukung pendidikannya malah memarahinnya selalu.

Prognosis
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya maka direncanakanlah alternatif bantuan yang
akan diberikan kepada subyek kasus secara bertahap dan berlanjut untuk mengatasi masalah
sikap mudah marah dampak dari tekanan orang tua.
Untuk mengatasi masalah subjek kasus, peneliti menggunakan pendekatan model konseling
Rational Emotive Therapy(RET) . Di mana pada model konseling Rational Emotive
Therapy(RET) peneliti beruaaha untuk menarik konseli dari yang awalnya berpikiran irrasional
menjadi rasional serta berusaha untuk menghilangkan gangguan emosional yanb merusak
konseli,seperti rasa emosi

28
Disini peneliti menggunakan konfrontasi tehnik kognitif dengan mempertanyakan keyakinan
irrasional nya

Treatment
Konselor memberikan konseling dengan terlebih dahulu membicarakan tentang pola pikir yang
salah pada konseli yang menganggap bahwa orangtua nya jahat karena selalu memikirkan
kemauan orangtuanya dibandingkan keinginan anaknya. Hal ini lah yang harus dibicarakan
bahwa orang tua ingin sekali anaknya sukses sehingga orangtua selalu memberikan arahannnya,
namun mungkin dalam penyampaiannya yang slaah dengan kata kata kasar sehingga konseli
sering tertekan.

Evaluasi
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan setelah seminggu pemberian layanan kepada AA,
AA menjadi lebih akrab dengan Ayah nya,saya sering melihat mereka jalan jalan bersama, AA
juga lebih terlihat lebih ceria ,berbeda dengan sebelum-sebelumnya yang suka murung dan
cenderung sangat pendiam , dan ketika saya ajak berbicara juga AA lebih asik dan lebih terbuka
dan lebih murah senyum

Wawancara dengan subyek kasus


AA mengatakan bahwa dirinya sedikit demi sedikit sudah bisa menerima nasihat orang lain dan
meninggalkan perilaku yang dapat merusak hubungannya dengan orang lain, dan dia mengatakan
bahwa dia merasa sangat lebih baik sekarang dan sudah dapat mengontrol emosinya.

29
BAB V
PENUTUP

Emosi adalah suatu perasaan atau gejolak jiwa yang ada didalam diri seseorang. Masa
Remaja merupakan periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan
asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa”. Oleh karena itu, pendidik harus
menyadari bahwa memperhatikan emosi peserta didik sangat penting karena mempengaruhi
hasil belajar dan baik atau buruknya perilaku peserta didik. Baik buruknya perilaku pendidik
sangat memberikan dampak pada emosi anak menuju kedewasaannya, sehingga lingkungan
pendidikan juga berpeluang besar sebagai sumber timbulnya emosi marah. Salah diantara faktor
yang diduga menjadi penyebab timbulnya emosi marah adalah guru yang melakukan tindakan
otoriter kepada siswanya. Penyebab lainnya adalah perilaku teman sebaya yang
memperlakukannya kurang adil pada saat sendau gurau, saling mengejek dan ketidak sukaan
terhadap sesuatu sehingga timbullah perasaan marah. Soesilowinradini dalam Alma (2012:9)
mengatakan: “Kemarahan remaja ditimbulkan karena bilamana dia atau teman-temannya merasa
diperlakukan kurang adil dan diperlakukan sewenang- wenang sehingga timbul perasaan
padanya bahwa dia dianggap sebagai anak-anak, dikecam, diganggu atau merasa terganggu
diwaktu diwaktu sedang mengerjakan suatuStanley Hall dalam Yusuf (2012:185) menyatakan:
“Masa Remaja merupakan periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan,
penderitaan asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa”. Oleh karena itu,
pendidik harus menyadari bahwa memperhatikan emosi peserta didik sangat penting karena
mempengaruhi hasil belajar dan baik atau buruknya perilaku peserta didik. Baik buruknya
perilaku pendidik sangat memberikan dampak pada emosi anak menuju kedewasaannya,
sehingga lingkungan pendidikan juga berpeluang besar sebagai sumber timbulnya emosi
marah.

30
DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, Nur Indah Sari, Yuline. STUDI KASUS PESERTA DIDIK SULIT
MENGENDALIKAN EMOSI MARAH KELAS X SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK.
2010. Jurnal Ilmu Pendidikan. vol 3 No 01 halaman 1--8.

Betalia, Yuline, Purwanti . STUDI KASUS TENTANG PESERTA DIDIK YANG


BERPERILAKU AGRESIF DI KELAS X SMAK ABDI WACANA. jurnal Bimbingan
Konseling. 2015. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Abdillah Hanafi. 1984. Memahami Komunikasi antar Manusia. Surabaya: Usaha Nasional.

Akhmad Subekhi. 2012. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya. Djoko Purwanto. 2003. Komunikasi Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Luthfia Fajrinah. STUDI KASUS TENTANG PESERTA DIDIK YANG SULIT


MENGENDALIKAN

EMOSI PADA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PONTIANAK. Jurnal Bimbingan Konseling.
Vol 1 No 02 Halaman 1-11

Purwanti, Nur Indah Sari, Yuline. STUDI KASUS PESERTA DIDIK SULIT
MENGENDALIKAN EMOSI MARAH KELAS X SMA ISLAM BAWARI
PONTIANAK. 2010. Jurnal Ilmu Pendidikan. vol 3 No 01 halaman 1--8.

Ankgah februari. Studi kasus tentang siswa yang mudah marah dampak dari broken
home di sma. 2018. Pontianak.

31
Betalia, Yuline, Purwanti . STUDI KASUS TENTANG PESERTA DIDIK YANG
BERPERILAKU AGRESIF DI KELAS X SMAK ABDI WACANA. jurnal Bimbingan
Konseling. 2015. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Yola Anelia Sianipar, Busri Endang, Purwanti. STUDI KASUS TENTANG SISWA YANG
MUDAH MARAH DI SMK PGRI PONTIANAK. Jurnal Bimbingan Konseling. Vol 3
No 1 halaman 1-15

32

Anda mungkin juga menyukai