Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINI RISET

MK. PROFESI KEPENDIDIKAN

PRODI S1 PPB/BK-FIP

SKOR:

HAMBATAN YANG DI ALAMI GURU DALAM MENJALANI


PROFESINYA

NAMA MAHASISWA KELOMPOK 7:

1. T MAHWILDA OCTAVIANI (1213151035)


2. ROHIMI SEBAYANG (1213351053)
3. PUTRI RAMADHANI (1213151036)

KELAS: BK D REGULER 21

DOSEN PENGAMPU: ALBERT PAULI SIRAIT , S.Pd, M.Hum

MATA KULIAH: PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Mini Riset (MR) untuk memenuhi tugas mata kuliah
Profesi Kependidikan ini dengan tepat waktu meskipun masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata kesempurnaan. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak ALBERT PAULI SIRAIT ,
S.Pd, M.Hum, selaku Dosen mata kuliah Profesi Kependidikan telah memberikan tugas ini
kepada kami Kelompok 7.

Kami menyaydari bahwa di dalam Mini Risetg (MR) ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, baik dari segi penulisan, tata bahasa dan serta penulisannya. Oleh karena itu Kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi lebih baik
dimasa yang akan dating. Semoga Mini Riset (MR) Kami ini dapat dipahami dan berguna bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya Kami Kelompok 7 mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.

Medan, Mei 2022

KELOMPOK 7

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Terkait Mengenai Hambatan Seorang Guru ............................... 5

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ...................................................................................... 7


B. Subjek Penelitian ......................................................................................... 7
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 7

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisa Penelitian......................................................................................... 9

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Sebagai ikhtiar untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional seperti yang telah diamanatkan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Oleh sebab
itu guru dituntut agar terus mengembangkan kapasitas dirinya sesuai dengan perkembangan
jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan
terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing
baik di forum regional, nasional mupun internasional

Namun pada kenyataanya, masih banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi
terakhir. Kurang bonafide, jika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang maka profesi sebagai guru
yang menjadi pilihan. Bahkan guru ada yang dipilih secara asal, yang penting ada yang
mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurik ulum pendidikan. Ujung tombak pejuang
pemberantas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah
bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Masalah dalam Profesi Guru ?

2. Bagaimana Upaya kita dalam mengembangkannya ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui masalah yang tedapat dalam profesi Guru.

2. Mengetahui upaya dalam mengembangkan profesi Guru.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hambatan atau Masalah Profesi Guru

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengungkapkan ada


tiga persoalan besar terkait profesi guru di Indonesia. Ketiga persoalan itu meliputi sistem
pendidikan keguruan, distribusi, dan kualitas guru "Persoalan yang kita hadapi untuk ngurus
guru di Indonesia ada tiga. Pertama, persoalan sistem pendidikan keguruan. Suplai guru. Oleh
karena itu sedang kita tata. Dulu guru bukan profesi, tapi semenjak Undang-Undang (UU) Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah profesi," kata M Nuh.

Meski guru telah diakui sebagai profesi, pendidikan untuk profesi guru baru dirintis. Saat
ini, lanjutnya, sarjana pendidikan (S.Pd) sebenarnya belum menjadi guru Mereka perlu
bersertifikasi untuk bisa jadi guru. "Ke depan, modelnya tidak seperti itu. Mereka yang sudah
S.Pd belum boleh ngajar tapi harus masuk pendidikan profesi dul. Jadi, pendidikan profesi
melekat dalam PT, persis seperti dokter. Sarjana kedokteran tidak bisa praktik di posyandu, harus
kut pendidikan profesi dulu," ungkapnya. Kedua, dari sisi distribusi guru Wahupun guru di
Indonesia memiliki rasio nasional yang baik, 1:17 sampai 1:20, persoalan distrbusi mash menjadi
masalah. Ada satu tempat yang kelebihan guru tapi di tempat lain justru kekurangan.

"Penyebabnya ada di kewenangan dengan adanya UU 32 tenQng Otonomi Daerah


Pendidikan terletak pada kewemangan kabupaten/kota, didaerahkan. Beda dengan agama,
keuangan, dan pertahanan yang disentralkan. Maka ada kesulitan jika kami mau melakukan
redistribusi, tidak bisa lintas," tutur mantan Rektor Institut Teknobgi Sepulh Nopember (ITS)
Surabaya itu.

Untuk itu, M Nuh mengaku sudah mengusulkan merevisi UU tersebut dan dilarapkan
rampung tahun ini. "Karena pendidikan bukan urusan kabupaten/kota tapi urusan bersama yakni
pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Kenadian dibagi kewenangan di antara ketiganya sehingga
mobiitas guru akan lebih baik dari segi pendistribusian" urai M Nuh.Persoalan ketiga,
tambahnya, terkait kualitas. M Nuh mengungkapkan, peringkatan kualtas guru tidak pernah
berhenti karena guru mengajar ke depan yang akan terus mengalami perubahan. Schingga
peningkatan kualitas guru harus terus ditingkatkan.

"Tapi diharapkan ada modal dasar yang dimiiki oleh guru yaitu mampu belajar atau
meningkatkan kemampuan secara mandiri. Guru adalah pembelajar sejati sekaligus sumber
keteladanan sejati. Jika itu bisa dilakukan ditambah dengan pelatihan berkelanjutan, distribusi
berjalan baik, pabriknya juga baik, maka kesejahteraan guru akan terjamin lewat UU," tutup
mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) itu.

5
Menurut Anwar dan Sagal ada empat hal yang perl dibahas mengenai permasalahan
profesi dalam pendidikan yatu :

1. Profesionalisme profesi keguruan

Pada dasarnya pengajaran merupakan bagian profesi yang memiliki ilmu maupun
teoritikal, ketrampilan, dan mengharapkan ideobgi profesional tersendiri. Oleh sebab itu,
seseorang yang bekerja di institusi pendidikan dengan tugas mengajar jika diukur dari teori dan
praktek tentang suatu pengetahuan yang mendasarinya, maka guru juga merupakan profesi
sebagaimana profesi hin

2. Otoritas profesional guru

Disiplin profesi guru memiliki hubungan dengan anak didik dimana para guru harus
melaksanakan tugasnya dengan penuh gairah, keriangan, kecekatan (exhilaration), dan metode
yang bervariasi dalam mendidik anak-anak. Perxiklik profesional memberi bantun sampai turtas
(advocation) kepada ank didik. Jadi guru yang profesional tidak hanya terkonsentrasi pada materi
pelajaran, tetapi mereka juga memperhatikan situasi-situasi tertentu. Guru telh mendapat
pengetahuan melalui perxiiikan profesional keguruaan. Dengan dasar itu, menunjukkan bahwa
yang berhak mengadvokasi dala pendidikan untuk anak hinya otoritas guru. Walaupun secara
gains besar gura mengujar dan membantu anak didik memperoich ilmu pengetahuan, maka
otontas guru ada pada subjek pengajaran, dan pendklikan.

3. Kebebasan akademik (academic freedom)

Kebebasan akademik adalah kebebasan yang memberi kebebasan berkreasi dalam suatu
forum dalam Ingkup kebenaran. Dalam kasus ini secara positif guru memiliki tanggung jawab
keilmuwan. Guru bekerja bukan atas tekanan kebutuhan belajar muridnya, tetapi atas tuntutan
profesional, dan ini adalah batas kebebasan yang dimaksud. Tetapi guru tidak mengabaikan
kebutuhan belajar muridnya. Makanya demonstrasi pemboikotan untuk menuntut kesejahteraan
bagi guru dengan mengorbankan tugas mengajar adalah tidak tepat. Kebebasan akademik bukan
berarti bebas otonomi, bebas dari aturan disiplin tetapi perlu melegitimasi permintaan sejawat,
murid, dan profesionalsmenya sendiri. Secara akademik, guru bebas menyelidiki dan
mengekspresikan kebenaran tampa tuntutan orang hin, bebas mengajak muridnya mendiskusikan
secara kritis topik-topik yang kontroversial, agar lebih kritis serta mampu mengerti apa dan
bagaimana. Jadi academic freedom adalah suatu konsep yang mulia dan mendasar serta
memberikan kebebasan akademik kepada anak didik tanpa suatu tekanan atau paksaan dan
mereka bisa memutuskan apa kursus dan kajian yang mereka kaitkan.

4. Tanggung jawab moral (responsible) dan pertangggungjawaban jabatan (accountability)

Responsible maksudnya memiliki otoritas untuk mampu membuat suatu keputusan tanpa
supervisi. Sedangkan accountibility adalah tanggung jawab atau bisa dipertanggungjawabkan

6
atas suatu tindakannya. Sehingga penekanannya adahh cara guru mempertanggungjawabkan
keputusannya tentang apa yang diajarkan. kapan diajarkannya dan bagaimana mengajarkannya
berdasarkan otortas profesionalnya sendiri sebagai perpaduan kompetensi disiplin, metode dan
pengajaran keilmuannya.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2022. Penelitian ini
dilakukan secara daring dan bertempat di rumah masing-masing dikarenakan kondisi
yang tidak memungkinkan untuk penelitian langsung ke lapangan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dilakukan adalah seorang guru bahasa Indonesia di sekolah Y

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik wawancara secara langsung kepada guru
yang bersangkutan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada guru tersebut.

D. Prosedur Penelitian

Adapun yang menjadi Prosedur penelitian atau langkah-langkah dalam penelitian


tersebut yaitu:

1. Menentukan topik atau tema yang akan diangkat ke mini riset.


2. Mengumpulkan dan menganalisis jurnal dan studi pustaka yang relevan dengan
topik yang diangkat ke mini riset
3. Menentukan subjek, teknik pengumpulan data, tempat dan waktu penelitian..
4. Mengumpulkan data penelitian.
5. Menulis hasil penelitian ke dalam mini riset.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisa Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung kepada guru bahasa Indonesia, maka
dapat diperoleh data sebagai berikut:

Pertanyaan I : sudah berapa lama kah ibu mengajar disekolah ini?

Jawaban : saya mengajar disini kurang lebih sudah 7 tahun

Pertanyaan II : di sekolah ini ibu mengajar mata pelajaran apa?

Jawaban : Saya disini mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia

Pertanyaan III :apakah ibu di sekolah ini sebagai wali kelas? atau hanya guru mata
pelajaran biasa?

Jawaban : Alhamdulillah Tahun ini saya mendapat kepercayaan menjadi wali kelas
juga, Saya menjadi wali kelas di kelas X ipa

Pertanyan IV : apakah ibu sebagai seorang guru telah memahami hal-hal yang
terkandung di dalam kode etik seorang guru?

Jawaban : Yaa, saya sudah memahami nya

Pertanyaa V :bagaimana cara ibu menerapkan hal-hal atau makna yang terkandung di
dalam kode etik seorang guru?

Jawaban : saya menerapkannya contohnya dengan, membimbing para siswa,


Memperdalam informasi tentang siswa untuk bimbingan,

Pertanyaan VI : selama menjadi seorang guru kesulitan apa saja yang ibu rasakan,yang
sehingga menghambat profesi ibu sebagai seorang guru?

Jawaban : Contohnya seperti sifat dan watak siswa yang berbeda-beda

Pertanyaan VII : bagaimana cara ibu menyesuaikan diri dengan lingkungan ataupun para
siswa yang pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda?

Jawaban : Dengan cara menerima segalanya dan mempelajari lingkungan nya atau
mempelajari dan memahami karakter setiap siswa yang saya ajar

Pertanyaan VIII : setelah melewati masalah-masalah tersebut solusi apa yang biasanya ibu
lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

9
Jawaban : yang pertama saya akan menentukan metode belajar yang tepat,
menciptakan suasana belajar yang menyenang kan, memberlakukan siswa saya secara adil tidak
membedakan yang satu dengan yang lain, memberi motivasi-motivasi untuk maju, dan
mendukung siswa-siswa saya untuk maju.

10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang guru hendaklah tetap mengingat dan melaksanakan kode etik guru,
dan sebagai seorang guru, harus bisa membangun suasana belajar yang efekteif dan
nyaman karena sangat berhubungan dengan keadaan siswa di dalam kelas. Juga
sebagai guru harus bisa memahami setiap karakter dari siswa nya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan ialah supaya para guru tidak akan pernah
lupa untuk menerapkan kode etik guru.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.infodiknas.com/penerapan-kode-etik-pada-profesi-guru.html

http://jandrissky.gurusiana.id/article/2018/4/ancaman-gangguan-hambatan-dan-tantangan-
profesi-guru-di-sekolah-1484628?bima_access_status=not-logged

11

Anda mungkin juga menyukai