Anda di halaman 1dari 16

MUATAN LOKAL

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Berdasarkan Kurikulum 2013

Disajikan pada Bimbingan Teknis MKKS SMK Sulawesi Utara


Hotel Sahaid Kawanua, Manado
24-27 Juli 2018

Oleh:
DR. Jenny Evelin Palunsu, MT.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PROVINSI SULAWESI UTARA
TAHUN 2018

1
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran tentang muatan lokal pada kurikulum 2013,


diharapkan peserta:
1. memahami makna pembelajaran muatan lokal bagi peserta didik
2. memahami perbedaan makna muatan lokal pada Permendikbud 81A
tahun 2013 dan Permendikbud 79 tahun 2014
3. mampu menganalisis lingkungan alam, social dan atau budaya untuk
merumuskan muatan lokal
4. mampun melakukan identifikasi potensi wilayah yang dikembangkan
5. mampu mengintegrasikan muatan lokal pada mata pelajaran-mata
pelajaran
6. mampu menyusun mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri
7. mampu menyusun silabus muatan lokal kurikulum 2013
8. mampu menyusu RPP muatan lokal kurikulum 2013
9. mampu menyusun kisi-kisi bahan ajar muatan lokal

TAGIHAN-TAGIHAN

1. Hasil Analisis lingkungan (LK 1)


2. Rumusan rekomendasi muatan lokal masing-masing kabupaten kota
3. Rumusan Kompetensi Dasar muatan lokal
4. Kisi-kisi materi muatan lokal
5. Silabus muatan lokal
6. RPP muatan lokal

2
BAGIAN 1 PENDAHULUAN

A. Pengertian
Perubahan dan perkembangan diberbagai bidang dalam masyarakat saat
ini terjadi begitu cepat, lebih khusus lagi perkembangan dibidang teknologi,
termasuk teknologi digital. Penggunaan teknologi digital dalam hal ini computer,
dan penggunaan internet, dalam hal pembuatan dan penyebaran informasi, juga
berkembang dengan cepat, baik yang bersifat local maupun global. Ketertarikan
masyarakat atas perubahan yang terjadi sangat besar, khusus ketertarikan anak
muda terhadap perkembangan di dunia luar. Ketertarikan anak muda terhadap
perkembangan dan kemajuan di dunia luar tidak berbanding lurus dengan
ketertarikan mereka terhadap hal-hal yang bersifat tradisional kedaerahan yang
unik. Anak “jaman now”, begitu istilah yang digunakan oleh anak muda saat ini
(termasuk siswa SMK), sangat menggandrungi hal yang berkembang di luar,
seperti produk Film Korea dengan bintang Lee Ming Hoo, tarian Gang Nam style,
gaya berjalan, gaya berpakaian, gaya menari, menghafal lagu dan liriknya bahkan
sampai pada gaya Selfie mereka.
Hal ini bukan berarti anak muda bersalah ketika meniru-niru hal yang
berkembang diluar, namun ada baiknya juga anak muda seperti siswa SMK
mengenal berbagai potensi dan keunikan lokal yang ada di sekitarnya. Karena
keunikan lokal tersebut dapat saja menjadi daya tarik sebaliknya dari turis Korea
atau Manca Negara lainnya, sebagaimana anak muda Indonesia tertarik akan
budaya Negara lain. Ketika anak muda memahami keragaman budaya yang
dimiliki daerahnya sendiri, kemudian mencermati kelebihannya dan berusaha
mengemasnya dalam bentuk yang lebih menarik maka dapat dipromosikan ke
berbagai daerah mau negara lain, sehingga dapat menjadi satu kebanggaan dan
bahkan dapat mempengaruhi kehadiran turis di daerah/local yang mana
selanjutnya dapat mengembangkan perekonomian masyarakat setempat.
Kebijakan pemerintah melalui jalur pendidikan terkait pemberian
pemahaman siswa tentang perlunya pengenalan terhadap keunikan budaya lokal
telah tertuang dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dimana salah satu bagian kajiannya adalah membentuk
pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
Selanjutnya dirancang dalam konsep pembelajaran pada satuan pendidikan
dalam bentuk muatan local. Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata
pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran
tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk
pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat
tinggalnya. Muatan local dapat merupakan bahan kajian atau mata pelajaran
pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal.

3
Muatan lokal untuk satuan pendidikan diatur oleh dua peraturan yakni
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum,
Pedoman Pengembangan Muatan Lokal. Kedua peraturan tersebut bersifat
komplementer atau saling mendukung satu dengan lainnya. Terdapat beberapa
kesamaan maupun perbedaan yang termuat pada kedua peraturan tersebut.

Perbedaan dan Kesamaan


Muatan Lokal pada Permendikbud 81A Muatan Lokal pada Permendikbud 79 tahun
tahun 2013 tentang Implementasi 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum
kurikulum 2013
Mengatur pedoman implementasi Khusus mengatur tentang Muatan Lokal
kurikulum 2013 yang memuat 5 (lima) Kurikulum 2013
lampiran pedoman. Salah satunya
Pedoman Pengembangan Muatan Lokal
Salinan berisi 3 Pasal dan 2 Ayat Salinan berisi 12 pasal dan 22 ayat
Lampiran II memuat 8 Bagian yakni:
Bagian 1, Pendahuluan
Bagian 2, Tujuan Pedoman
Bagian 3, Pengguna Pedoman
Bagian 4, Definisi Operasioal
Bagian 5, Komponen Muatan Lokal
Bagian 6, Mekanisme Pengembangan dan
Pelaksanaan
Bagian 7, Pihak yang Terkait
Bagian 8, Penutup

B. Tujuan Muatan Lokal


Tujuan diberikannya muatan lokal dalam proses pendidikan adalah untuk
membekali anak agar:
1. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di
daerahnya;
2. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang
berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang
pembangunan nasional. 


C. Prinsip Pengembangan Muatan Lokal


Beberapa prinsip pengembangan yang dapat diterapkan oleh pengembang dalam
merumuskan muatan lokal yang tepat bagi satuan pendidikan maupun bagi
daerahnya antara lain:

4
 kesesuaian dengan perkembangan peserta didik;

 keutuhan kompetensi; 

 fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan;
 kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan

global. 


D. Jenis Muatan Lokal


Jenis muatan lokal yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dapat
merupakan bagian dari mata pelajaran dalam struktur kurikulum ataupun
berdiri sebagai sebuah Mata Pelajaran tersendiri. Muatan pembelajaran dapat
berupa bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat
tinggalnya. 
Apabila muatan lokal berdiri sendiri sebagai matapelajaran, maka
mata pelajaran yang dapat serumpun dengan mata pelajaran yang lain atau
berbeda sama sekali. Tetapi apabila muatan lokal terintegrasi dengan mata
pelajaran yang telah ada.

Mata pelajaran yang dapat diintegrasikan pada mata pelajaran sebagaimana


Permendikbud nomor 81a Tahun 2016 antara lain:
1) Seni budaya, 

2) Prakarya, 

3) Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, 

4) Bahasa,
5) Teknologi. 


Mata pelajaran yang dapat dihubungkan dengan muatan lokal sebagaimana


Permendikbud nomor 79 Tahun 2017 antara lain:
1) Kelompok Mapel A 

2) Kelompok Mapel B
3) Kelompok Mapel C 

Semua mata pelajaran dapat dikembangkan menggunakan alokasi waktu muatan
local.

4) Pendekatan Muatan Lokal


Muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan dengan pendekatan antara
lain:
1) Diintegrasikan dalam mata pelajaran
Muatan lokal yang diintegrasikan dengan mata pelajaran dapat dilakukan
dengan menganalisis kompetensi dasar dan materi ajar yang ada pada mata
pelajaran tersebut. Kompetensi dasar yang membutuhkan dukungan materi
ajar yang banyak kecil kemungkinan dapat diberi muatan lokal. Namun
kompetensi dasar yang mana materi ajar dapat dipadatkan, maka pada mata
pelajaran tersebut dapat diberi muatan local.

5
2) Dijadikan mata pelajaran yang berdiri sendiri

Muatan lokal dapat dijadikan mata pelajaran tersendiri apabila hasil analisis
lingkungan alam, spsial budaya telah dilakukan hasilnya ternyata tidak
relevan dengan mata pelajaran yang adap pada kurikulum 2013 yang
berlaku. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk pengembangan muatan
local sebagai mata pelajaran antara lain: 1) merumuskan kompetensi dasar;
2) merumuskan materi ajar; 3) membuat Silabus; 4)membuat RPP; dan 5)
membuat buku ajar.

6
BAGIAN 2
MEKANISME PENGEMBANGAN DAN PELAKSANAAN

A. Pengembangan Muatan Lokal


Muatan lokal dikembangkan oleh satuan pendidikan dan pemeritah daerah. Pada
tahapan-tahapan pengembangan muatan lokal ada beberapa tahapan yang harus
dikerjakan oleh satuan pendidikan dan beberapa tahapan lain dilakukan oleh
pemerintah daerah. Adapun tahapan-tahapan dimaksud sebagai berikut.


1. Analisis konteks lingkungan, alam, sosial,
dan/atau budaya
Dilakukan oleh
sekolah
2. Identifikasi Muatan Lokal yang
dikembangkan

3. Perumusan kompetensi dasar untuk


setiap jenis muatan lokal

4. Penentuan tingkat satuan pendidikan


yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar

5. Pengintegrasian kompetensi dasar ke


dalam muatan pembelajaran yang relevan
Dilakukan oleh
Pemerintah
6. Penetapan muatan lokal sebagai bagian Kab/Kota
dari muatan pembelajaran atau menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri

7. Penyusunan Silabus dan RPP

8. Penyusunan Buku Teks Pelajaran

Gambar 1. Tahapan-tahapan pengembangan muatan lokal

Pengembangan muatan lokal dikoordinasikan dan disupervisi oleh dinas


pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya. 
Berikut ini merupakan penjelasan setiap
tahapan pengembangan muatan lokal.

7
1. Pengembangan Muatan Lokal oleh Satuan Pendidikan
Pengembangan muatan lokal oleh satuan pendidikan dilakukan oleh tim
pengembang Kurikulum di satuan pendidikan dengan melibatkan unsur
komite sekolah/madrasah, narasumber, serta pihak lain yang terkait. 
Muatan
Lokal dikembangkan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Melakukan analisis konteks lingkungan alam, social dan atau budaya


Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi,
keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode
identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim. 


b. Mengidentifikasi muatan lokal yang akan dikembangkan 



Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik),
kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan,
dan kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).
 Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-
nilai sosial, dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang
bersifat lokal. 

 Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang mencakup
pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan
kecakapannya. 

 Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata
pelajaran muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih
baik, mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan
mengembangkan potensi lingkungan. 

 Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra- vokasional,
lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat
menumbuhkan suatu kecakapan hidup.

2. Pengembangan Muatan Lokal oleh Pemerintah Daerah


Pengembangan muatan lokal oleh daerah dilakukan oleh Tim Pengembang
Kurikulum Provinsi, Kabupaten/Kota, Satuan Pendidikan, dan dapat
melibatkan narasumber serta pihak lain yang terkait.

c. Merumuskan kompetensi dasar setiap jenis muatan lokal


Kegiatan perumusan kompetensi dasar pada dasarnya untuk mendata dan
mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai
bahan kajian sesuai dengan keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan.

8
1) Jika muatan lokal menjadi mata pelajaran tersendiri, maka penentuan
bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
 kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; 

 kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang
diperlukan;

 tersedianya sarana dan prasarana; 

 tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa; 

 tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan; 

 kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan
pendidikan; 

 karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah; 

 komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi,
keunggulan, dan kebutuhan/tuntutan); 

 merumuskan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi
inti dan kompetensi dasar.
2) Jika muatan lokal terintegrasi pada mata pelajaran, maka satuan
pendidikan perlu melakukan beberapa hal berikut:
 keluasan kompetensi yang akan dicapai (terlalu besar atau kecil);
 kemampuan guru dalam merumuskan kembali;
 kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang
diperlukan;

 ketersediaan bahan pendukung (bahan ajar, peralatan, bahan) yang
dibutuhkan;
 mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada
kompetensi inti.

d. Menentukan tingkat dalam satuan pendidikan yang sesuai dengan


kompetensi dasar
Kompetensi dasar yang telah disusun sebelumnya kemudian dianalisis
kesesuaian dengan tingkat satuan pendidikan misalnya kompetensi dasar
sesuai dengan pembelajaran pada kelas 10 atau 11 dan seterusnya.

e. Mengintegrasikan atau membuat mata pelajaran baru
Proses pengembangan muatab lokal dengan mengintegrasikan pada mata
pelajaran yang telah ada ataupun membuat mata pelajaran baru dapat
mengikuti langkah-langkah berikut.
1) Mengintegrasikan pada mata pelajaran
Untuk mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran yang
telah ada, dapat dilakukan beberapa langkah berikut:
 Lakukan analisis terhadap kompetensi dasar yang ada apakah
terlalu luas atau terlalu sedikit;

9
 Lakukan analisis terhadap bahan ajar apakah sudah tersedia atau
belum;
 Rumuskan dan tata kembali kompetensi dasar yang akan
diintegrasikan (ditambah/dikurangi);
 Rumuskan dan tata kembali bahan ajar yang akan diintegrasikan
(ditambah atau dikurangi);
 Periksalah kembali silabus yang telah dibuat dan sesuaikan dengan
kompetensi dasar dan bahan ajar yang telah ditetapkan.

2) Membuat mata pelajaran baru


Untuk membuat mata pelajaran muatan lokal yang baru, dapat
dilakukan beberapa langkah berikut:
 Periksa kembali kompetensi dasar yang telah dirumuskan untuk
mata pelajaran muatan lokal;
 Analisis terhadap kompetensi dasar;
 Susunlah indikator-indikator pencapaian kompetensi;
 Lakukan analisis terhadap kebutuhan bahan ajarnya;
 Susunlah kerangka materi ajar.

f. Menyusun silabus dan RPP muatan lokal


1) Pembuatan silabus muatan lokal
Silabus muatan lokal sama dengan silabus mata pelajaran lainnya.
Proses pengembangan muatan lokal selanjutnya adalah menyusun
silabus. Gunakan contoh-contoh silabus yang telah ada seperti Jawa
Barat, kemudian modifikasi sebagaimana yang dikehendaki. Perhatikan
komponen-komponen yang harus ada pada silabus antara lain:
 Identitas Sekolah (satuan pendidikan, kelas, semester, materi
pokok)
 Kompetensi Inti
 Kompetensi Dasar
 Materi Pokok (ringkas)
 Kegiatan Pembelajaran
 Penilaian
 Alokasi Waktu
 Sumber Belajar

2) Pembuatan RPP muatan lokal


RPP muatan lokal sama dengan RPP mata pelajaran lainnya
menggunakan petunjuk pada Standar Proses Permendikbud nomor 65
tahun 2013. Gunakan contoh-contoh silabus yang telah ada seperti Jawa
Barat, kemudian modifikasi sebagaimana yang dikehendaki. Perhatikan

10
komponen-komponen yang harus ada pada RPP antara lain:
 Identitas Sekolah (satuan pendidikan, kelas, semester, materi
pokok)
 Identitas Mata Pelajaran
 Kelas/Semester
 Materi Pokok
 Alokasi Waktu
 Tujuan Pembelajaran
 Kompetensi dasar
 Indikator Pencapaian Kompetensi
 Metode Pembelajaran
 Media Pembelajaran
 Sumber Belajar
 Langkah-langkah Pembelajaran
 Penilaian Hasil Belajar

g. Menyusun buku ajar 



Bahan ajar untuk muatan lokal yang diintegrasikan pada mata pelajaran
dapat mengacu dari kompetensidan rumusan bahan ajar yang telah ditata
ulang. Bahan ajar muatan lokal dalam bentuk mata pelajaran sendiri
mengacu pada rumusan kompetensi inti, kompetensi dasar dan kisi-kisi
bahan ajar yang telah disusun sebelumnya. Beberapa tips menyusun bahan
ajar sebagai berikut: 1) periksa dengan teliti kisi-kisi bahan ajar; 2)
kumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber; 3) lakukan proses
pengetikan atau penggambaran kembali; 4) lakukan editing dan review oleh
ahli.

B. Mekanisme Pelaksanaan Muatan Lokal


1. Pelaksanaan Muatan Lokal Pada Satuan Pendidikan
Pelaksanaan muatan lokal pada satuan pendidikan harus sejalan dengan: a)
kebijakan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya; dan 
b) ketersediaan sumber
daya pendidikan yang dibutuhkan. 
Satuan pendidikan dapat mengajukan
usulan muatan lokal kepada pemerintah kabupaten/kota berdasarkan: a)
hasil analisis konteks alam, social, dan/atau budaya; dan b) identifikasi
muatan lokal.

11
Pemerintah

Ketersediaan Sum
Pemerintah Provinsi Kebijakan
MUATAN ber
LOKAL day
aya
Pemerintah Kab/Kota

Satuan Pendidikan

Gambar 2. Pelaksanaan Muatan Lokal di Satuan Pendidikan

2. Pelaksanaan Muatan Lokal pada Pemerintah Kabupaten/Kota


Pemerintah kabupaten/kota melakukan: 
a) analisis dan identifikasi terhadap
usulan satuan pendidikan, 
b) perumusan kompetensi dasar untuk setiap jenis
muatan lokal; dan 
c) penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk
setiap kompetensi dasar. 
Pemerintah kabupaten/kota menetapkan muatan
lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran
yang berdiri sendiri. 
Pemerintah kabupaten/kota mengusulkan hasil
penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri kepada pemerintah provinsi. 


3. Pelaksanaan Muatan Lokal pada Pemerintah Provinsi


Pemerintah provinsi menetapkan muatan lokal yang diusulkan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk diberlakukan di wilayahnya. Pemerintah provinsi atau
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya merumuskan:
a) kompetensi dasar
b)penyusunan silabus
c) penyusunan buku teks pelajaran muatan lokal

Dalam hal satuan pendidikan tidak mengajukan usulan muatan lokal
pemerintah daerah dapat menetapkan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. 


Contoh penerapan:

SMK Texmaco  Provinisi menetapkan Mulok di Jawa Tengah adalah


Semarang, Jawa Bahasa Jawa. SMK Texmaco mengembangkan Mapel
Tengah Bahasa Jawa secara terpisah. Semua siswa
 SMK Texmaco juga mengembangkan Mulok untuk Mapel
Agama dengan cara melakukan analisi KD, dan analisis

12
kedalaman materi. Apabila terdapat KD dengan
dukungan materi ajar yang dianggap berlebihan, guru
harus ceramah dst selama 3 jam, maka KD dan materi
dimaksud dipadatkan dan kemudian waktu yang ada
digunakan untuk penambahan materi misalnya
membaca Alquran.
 Setiap Mapel mengembangkan sendiri Mulok secara
terintedrasi
SMK N Cirebon,  Gubernur Provinisi Jawa Barat menetapkan bahwa
Jawa Barat Mulok di Jawa Barat adalah Bahasa Daerah
 Mulok ditetapkan oleh Gubernur dalam bentuk SK
 Tim pengembang provinsi melakukan analisis
lingkungan dan mengindetifikasi Kompetesi Dasar,
menyusun Silabus, RPP dan Buku Ajar
 Satuan Pendidikan SMK N Cirebon menggunakan hasil
pengembangan Tim yang mengembangkan Mulok
Bahasa dan Sastra Cirebon
SMK-SMK dibawah  Yayasan menetapkan semua sekolah dibawah Yayasan
yayasan Muhamadiyah untuk mengembangkan Mulok
Muhamadiyah Pendidikan Agama dengan focus membaca Alquran.
Samarinda,
Kalimantan Timur

13
BAGIAN 4
PRAKTEK PENYUSUNAN MUATAN LOKAL
(LEMBAR KERJA-LEMBAR KERJA)

Kegiatan 1: Analisis konteks lingkungan, alam, social, dan/atau budaya (45


menit)

Langkah-langkah:
1) Silahkan Saudara duduk berkelompok sesuai kabupaten kota asal Saudara
(5’)
2) Lakukan identifikasi dengan brainstorming terkait jenis-jenis seni budaya,
kerajinan tangan, olahraga, bahasa maupun teknologi
konvensional/tradisional daerah Saudara masing-masing (20’)
3) Tuliskan kesimpulan kelompok ke dalam LK 1 juga di kertas Plano untuk di
Presentasikan (10’)
4) Hasil pada kertas Plano ditempelkan pada dinding ruangan (3’)
5) Tentukan sesorang untuk mempresentasikan hasil di atas (2’)
6) Semua peserta kembali ke kelompok besar (5’)

Lembar Kerja 01: Analisis konteks lingkungan, alam, social, dan/atau budaya

Kelompok Jenis Nama


Seni Budaya

Kerajinan Tangan

Olahraga

Bahasa

Teknologi

Kegiatan 2. Presentasi hasil Analisis konteks lingkungan, alam, social, dan/atau


budaya (45 menit)

Langkah-langkah:
1) Tentukan moderator kegiatan presentasi (5’)
2) Moderator mengatur jalanya presentasi (5’)
3) Setiap kelompok mempresentasikan hasil analisis (4 kelompok @10’ = 40’)
4) Kelompok besar menyimpulkan jenis Mulok yang dapat direkomendasikan
ke pemerintah (15’)

14
Lembar Kerja 02: Rumusan Mulok Provinsi Sulawesi Utara

Kelompok Kabupaten/Kota dan Nama/Jenis


Seni Budaya Manado Bitung Tomohon Minahasa dst
Kerajinan
Tangan
Olahraga
Bahasa
Teknologi

Kegiatan 3. Menyusun Silabus (Bahasa Mandarin sesuai SK Gubernur)

Langkah-langkah:
1) Silahkan Saudara berkelompok sesuai bidang (Pariwisata, Maritim,
Agribisnis, dll) (10’);
2) Tentukan ketua kelompok dan sekertaris (5’);
3) Silahkan mencermati kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Mandarin
yang telah disusun (30’); jika belum ada silahkan buat kompetensi dasar dan
kisi-kisi materi menggunakan LK 03;
4) Petakan ke dalam tingkatan kelas (jika belum terpetakan) (45’)
5) Jika kompetensi dasar telah terpetakan, silahkan Saudara menyusun silabus
(gunakan pola silabus hasil modifikasi milik Sulawesi Utara jika ada. Jika
tidak ada silahkan gunakan contoh yang ada (180’);
6) Presentasikan hasil pembuatan kompetensi dasar dan silabus kepada
kelompok besar (45’).

LK 03a. Pembuatan Kompetensi Dasar dan Kisi-kisi Materi

Kelompok :
Jenis :
Nama :

No Kompetensi Kisi-kisi No Kompetensi Kisi-kisi Materi


Dasar Materi Teori Dasar Praktek

15
LK 03b Pembuatan Silabus

Satuan Pendidikan :…………………


Kelas/Semester :…………………
Materi Pokok :………………….
Kompetensi Inti :………………….. (catatan: Mulok baru perlu buat)

Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber


Materi Penilaian
Dasar Pembelajaran Waktu Belajar

Kegiatan 4. Menyusun RPP (Bahasa Mandarin sesuai SK Gubernur atau Mulok


lain)
Langkah-langkah:
1) Cermati kembali kompetensi dasar dan silabus yang telah disusun
sebelumnya (15’);
2) Silahkan bagi kelompok untuk menyusun RPP (sesuai yang berlaku) (15’)
3) Petakan RPP masing-masing jenjang/tingkat kelas (jika belum terpetakan)
(20’)
4) Susunlah RPP menggunakan contoh yang ada (180’);
5) Presentasikan hasil pembuatan RPP kepada kelompok besar (45’)

16

Anda mungkin juga menyukai