Ustek RTRW Kabupaten Banyuasin PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 44

PENDEKATAN & METODOLOGI

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyu asin 2012- 2032

Tanggapan dan Saran Terhadap


KAK

GAMBAR
SISTEMATIKA PEKERJAAN

PEMILIHAN
KRITISI MASUKAN
ALAT

PEMAHAMAN THD TANGGAPAN THD APRESIASI & METODOLOGI


PEKERJAAN PEKERJAAN INOVASI PEKERJAAN

TUJUAN
· LATAR BELAKANG PEKERJAAN PEKERJAAN
· MAKSUD & TUJUAN PEKERJAAN
· SASARAN & OUTPUT PEKERJAAN Sasaran Pekerjaan
· MANFAAT PEKERJAAN
· RUANG LINGKUP PEKERJAAN Output Pekerjaan
· METODE PELAKSANAAN
· PELIBATAN TENAGA AHLI Lingkup Pekerjaan

Pemahaman terhadap Kerangaka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan


pemahaman penyedia jasa (konsultan) dalam menyikapi kerangka-
kerangka kerja pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan oleh pemberi
kerja. Selain itu, penyedia jasa juga akan menguraikan pemahamannya
terhadap materi pekerjaan yang akan dihadapi dan pemahaman penyedia
jasa terhadap wilayah pekerjaan. Pemahaman terhadap KAK ini
merupakan pemahaman awal penyedia jasa dalam rangkaian kegiatan
pekerjaan yang akan dilakukan. Pemahaman terhadap materi pekerjaan
menggambarkan sejauh mana penyedia jasa menguasai materi dan
literatur pekerjaan.

II-1
PENDEKATAN & METODOLOGI

A.1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP LATAR BELAKANG


Latar belakang Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin 2012-2032 ini didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu :
1. Perubahan Undang-undang tentang penataan ruang dari Undang-
undang Nomor 24 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 telah mengubah kebijakan penataan ruang untuk
pemerintah pusat maupun daerah. Menurut Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), setiap daerah
Kabupaten perlu menyusun rencana tata ruangnya sebagai arahan
pelaksanaan pembangunan.
2. Dalam UUPR Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah
kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah
kabupaten yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten,
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
3. Orientasi waktu perencanaan berdasarkan UUPR No. 26/2007
tersebut tidak lagi 10 tahun ke depan, tetapi 20 tahun. Karena itu,
maka semua daerah kabupatenRTRW-nya perlu menyesuaikan
kembali merujuk pada undang-undang tersebut.
4. Kabupaten Banyuasin sebagai salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan merupakan salah satu kabupaten yang telah
menyelesaikan Perda RTRW melalui Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuasin Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2012-2032.
Berdasarkan latar belakang yang telah termuat dalam KAK, Hal yang perlu
digaris bawahi adalah bahwa peninjauan kembali dan revisi rencana tata
ruang wilayah kabupaten dilakukan bukan untuk pemutihan
penyimpangan pemanfaatan ruang. Penyimpangan pemanfaatan ruang
merupakan kondisi ketidaksesuaian rencana pemanfaatan ruang dengan
kondisi nyata di lapangan. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor
penyebab simpangan tersebut, diantaranya dapat disebabkan oleh:
· perubahan kebijakan
· pengaruh ekonomi regional/global
· perubahan cara pandang dan ukuran
· proses pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang
· faktor hambatan alam (bencana alam)
· perubahan sistem ruang

II-2
PENDEKATAN & METODOLOGI

A.2 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP LANDASAN HUKUM


Dalam KAK telah diuraikan beberapa landasan hukum yang menjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin 2012-2032. Konsultan sepakat bahwa yang menjadi titik point
landasan hukum dalam pelaksanaan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Banyuasin 2012-2032 adalah bersumber pada Perubahan
Undang-undang tentang penataan ruang dari Undang-undang Nomor 24
Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 telah
mengubah kebijakan penataan ruang untuk pemerintah pusat maupun
daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (UUPR), setiap daerah Kabupaten perlu menyusun
rencana tata ruangnya sebagai arahan pelaksanaan pembangunan.

Sesuai dengan Pasal 26 (5) UUPR, bahwa RTRW Kabupaten ditinjau


kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Sesuai dengan masa berlakunya
yang sudah menginjak pada tahun ke-4 (tahun 2012-32), maka
Pemerintah Kabupaten Banyuasin dapat melakukan peninjauan kembali
RTRW-nya dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

A.3 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP MAKSUD, TUJUAN DAN


SASARAN
Maksud penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin 2012-2032 ini adalah terwujudnya suatu penataan ruang
wilayah Kabupaten Banyuasin yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku terkait dengan Penataan Ruang.

Sedangkan tujuan penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Banyuasin 2012-2032 ini adalah Revisi RTRW Kabupaten
Banyuasin adalah tersusunnya dokumen Revisi RTRW Kabupaten
Banyuasin 2012 - 2032

Berdasarkan tujuan diatas, konsultan memandang perlunya menjabarkan


lebih lanjut dalam beberapa sasaran pencapaian kegiatan, meliputi:
Berdasarkan tujuan tersebut, maka dapat dijabarkan lebih lanjut dalam
beberapa sasaran pencapaian kegiatan, meliputi:
· Teridentifikasinya hasil peninjauan kembali melalui proses pengkajian,
evaluasi dan penilaian penyimpangan RTRW Kabupaten Banyuasin
2012-2032
· Terumuskannya rekomendasi hasil peninjauan kembali RTRW

II-3
PENDEKATAN & METODOLOGI

Kabupaten Banyuasin 2012 - 2032


· Terlaksananya proses revisi RTRW Kabupaten Banyuasin sesuai
dengan ketentuan PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Gambar D.1. Hubungan Tujuan dengan Sasaran Pekerjaan

SASARAN 1

SASARAN 2 OUTPUT 1

SASARAN 3 OUTPUT 2 TUJUAN

SASARAN 4 OUTPUT n

SASARAN n

A.4 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP FUNGSI DAN MANFAAT


PEKERJAAN
KAK Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin 2012-2032 telah mengarahkan fungsi dan manfaat pekerjaan.
Berdasarkan fungsi dan manfaat pekerjaan yang telah diarahkan oleh KAK,
akan menjadi pedoman bagi konsultan dalam menyusun metodologi
pekerjaan dan rencana kerja pekerjaan yang akan diuraikan lebih lanjut
pada bagian E dan F dalam usulan teknis ini.

A.5 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP RUANG LINGKUP


PEKERJAAN
Seperti halnya bahasan terkait substansi pekerjaan, dalam lingkup
pekerjaan pun konsultan memberikan catatan bahwa substansi pekerjaan
dan lingkup pekerjaan yang telah diarahkan oleh KAK Konsultan sudah
cukup jelas memahami lingkup kegiatan tersebut.

II-4
PENDEKATAN & METODOLOGI

A.6 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP PENGERAHAN TENAGA AHLI

Komposisi tenaga ahli yang dijabarkan dalam KAK telah mengarah pada
kebutuhan pelaksanaan pekerjaan serta tahapan-tahapannya. Konsultan
melihat bahwa komposisi yang ada telah mencukupi dalam mendukung
upaya pelaksanaan pekerjaan.

A.7 TANGGAPAN TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 6 (enam) bulan kalender atau 180


(seratus delapan puluh) hari kalender terhitung Sejak Surat Perintah Kerja.
Terkait dengan output penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Banyuasin 2012-2032, waktu yang tersedia cukup memadai,
tapi perlu kiranya diantisipasi keterbatasan waktu ini dengan melakukan
persiapan tim yang maksimal di awal pekerjaan, antara lain dengan
mendiskusikan dan merinci lebih jauh rencana-rencana kegiatan secara
mendetil yang perlu dilakukan baik oleh tim konsultan dan tenaga ahlinya
serta tim teknis agar tahapan dan sasaran (key-target) untuk tiap tahapan
dapat terjadwal dengan baik dan realistis.

Walau demikian, dalam Usulan Teknis ini, konsultan telah menyertakan


suatu jadwal pekerjaan yang paling mendekati dengan kondisi riil yang
telah diantisipasi berdasarkan pengalaman pekerjaan-pekerjaan sejenis
sebelumnya. Beberapa tahapan bahkan dapat dilakukan secara paralel
dengan tahapan lainnya, sehingga akan mempersingkat waktu
pelaksanaannya, dan tenaga yang ada dapat dimanfaatkan untuk
pelaksanaan kegiatan lainnya. Efektifitas jadwal dapat diukur melalui
pencapaian sejumlah key-target yang telah ditetapkan sebagai suatu
sasaran antara (milestones).

A.8 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP SISTEM PELAPORAN

Pelaporan dari pekerjaan Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Banyuasin 2012-2032 yang konsultan pahami meliputi :
1. Laporan Pendahuluan sejumlah 10 eksemplar dalam format A4,
diserahkan paling lambat 30 hari kalender terhitung
penandatanganan kontrak. Laporan juga harus disampaikan dalam
bentuk softcopy (DVD/CD) sebanyak 5 buah.
2. Laporan bulanan Sekurangnya berisi notulensi rapat pembahasan dan
konsultasi, catatan perjalanan, bahan-bahan terkait serta catatan
kegiatan Bantuan Teknis yang berlangsung dalam bulan laporan.

II-5
PENDEKATAN & METODOLOGI

Laporan ini diserahkan sebagai progres pekerjaan bulanan yang


dikerjakan oleh penyedia jasa untuk menjadi bahan diskusi antara
penyedia jasa dan tim supervisi serta diserahkan kepada Pengguna
Jasa/Tim Supervisi, masing-masing sebanyak 5 (lima) eksemplar.
3. Laporan Antara dalam tahap ini, pihak penyedia jasa telah melakukan
pengumpulan data dan informasi, analisis dan kajian simpangan
pemanfaatan ruang. Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar, ukuran kertas A4 dan diserahkan selambat-lambatnya 4
(empat) bulan setelah dikeluarkan SPMK.Laporan ini juga harus
disampaikan dalam bentuk softcopy (DVD/CD) sebanyak 5 buah.
4. Draft Laporan Akhir dibuat sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar,
ukuran kertas A4 dan diserahkan selambat-lambatnya 5 (lima) bulan
setelah dikeluarkan SPMK, yang berisikan
5. Laporan akhir merupakan dokumen resmi hasil kajian yang memuat
semua materi yang telah ditentukan dalam lingkup kegiatan dan
mengakomodasikan masukan serta tanggapan dari hasil pembahasan
Tim Teknis dalam forum seminar / presentasi dari stakeholder
terkait, dibuat sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar yang diserahkan
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah dikeluarkan SPMK.
Laporan ini dilengkapi juga kedalam bentuk softcopy (DVD/CD)
sebanyak 5 buah, bersamaan dengan album peta RTRW sebanyak 10
(sepuluh) album A1 dan 10 (sepuluh) album A3.
6. Eksekutif Summary merupakan ringkasan yang melengkapi Laporan
Akhir yang harus diserahkan bersamaan dengan Laporan Akhir
kegiatan sebanyak 20 (duapuluh) eksemplar.

A.9 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP HASIL YANG DIHARAPKAN

Dalam KAK telah diuraikan terkait hasil yang diharapkan sebagai output
dalam pelaksanaan pekerjaan. Konsultan memandang bahwa hasil yang
diharapkan tersebut akan membantu konsultan dalam merumuskan
output-output pekerjaan yang akan dihasilkan.

A.10 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP PEMBAHASAN


LAPORAN/DISKUSI

KAK telah mengarahkan bahwa selama berlangsungnya pelaksanaan


pekerjaan ini, diperlukan adanya pembahasan laporan serta pelaksanaan
kegiatan diskusi. Pembahasan dan sosialisasi kepada masyarakat akan
dilaksanakan untuk setiap tahapan pelaksanaan kegiatan.

II-6
PENDEKATAN & METODOLOGI

PEMAHAMAN PENINJAUAN KEMBALI (REVISI) RTRW KABUPATEN

Bagaikan suatu siklus, proses perencanaan merupakan proses yang terus


berlanjut. Demikian halnya dengan sebuah produk rencana tata ruang seperti
RTRW Kabupaten, yang dalam proses perencanaannya tidak akan berhenti
pada dokumen yang telah dihasilkannya. Mengingat dinamika pertumbuhan dan
perkembangan sosial ekonomi pada suatu wilayah yang terus berlangsung
begitu cepat, sehingga seringkali membuat apa yang telah diarahkan dalam
dokumen tata ruang kerap tidak lagi sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam
pengertian ini, peninjauan kembali merupakan bagian dari proses yang
memperbaiki rencana tata ruang yang telah disusun serta menilai
implementasinya terhadap rencana yang ada tersebut.

Merujukpada KepMen Kimpraswil Nomor 327 Tahun 2002 Tentang Peninjauan


Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten bahwa Peninjauan
kembali dan/atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
(RTRWK) merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkala selama
jangka waktu perencanaan berjalan agar selalu memiliki suatu rencana tata
ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan.

1.1 Kedudukan Peninjauan Kembali Dalam Sistem Penataan Ruang

Peninjauan kembali dalam konteks penataan ruang secara keseluruhan


merupakan bagian dari proses perencanaan tata ruang, sebagai proses untuk
memperbaiki rencana tata ruang yang telah ada, bukan berarti penyusunan
rencana baru secara totalitas, namun merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan yang prosesnya terjadi setelah suatu siklus kegiatan penataan
ruang yang terdiri dari perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, peninjauan kembali rencana
tata ruang ini merupakan kegiatan peninjauan kembali secara total terhadap
keseluruhan kinerja penataan ruang, termasuk mengakomodasikan dan
pemutakhiran yang dirasakan perlu akibat kemungkinan adanya paradigma serta
peraturan/rujukan baru pembangunan dan perencanaan tata ruang.

Mengingat kinerja penataan ruang dipengaruhi bukan hanya faktor internal


wilayah, kualitas rencana, dan ketepatan tata cara pemanfaatan, tapi juga faktor
eksternal seperti adanya paradigma baru dalam pembangunan atau penataan
ruang nasional, perubahan peraturan atau rujukan baru, maka penyempurnaan
RTR dilakukan setelah juga memperhatikan faktor eksternal wilayah. Kegiatan
peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten tidak
terlepas dari kegiatan penyusunan rencana ataupun kegiatan revisi, karena
didalam suatu mekanisme penanganan rencana tata ruang yang utuh, kegiatan
tersebut satu dengan lainnya merupakan satu sikuensis, dimana output kegiatan
yang satu akan merupakan input bagi kegiatan lainnya. Secara diagramatis,
kedudukan peninjauan kembali dalam rencana tata ruang masuk dalam kegiatan
Evaluasi, secara garis besar dapat di gambarkan dalam diagram sebagai berikut
ini.

II-7
PENDEKATAN & METODOLOGI

Gambar 1
Kedudukan Peninjauan Kembali dalam Rencana Tata Ruang

EVALUASI

Dari gambar tersebut terlihat bahwa untuk melakukan evaluasi, dalam hal ini
peninjauan kembali diperlukan adanya masukan yang berasal dari monitoring
mengenai implementasi suatu rencana. Adapun keluaran peninjauan kembali
dapat berupa suatu informasi dan rekomendasi yang akan dipergunakan sebagai
dasar terbentuknya suatu kebijaksanaan sehubungan dengan kemungkinan
adanya perbaikan/revisi rencana atau penyusunan rencana yang baru. Inti tujuan
kegiatan peninjauan kembali adalah menilai sejauh mana RTRW Kabupaten
telah/dapat dilaksanakan, atau sebagai upaya menilai efektifitas RTRW melalui
pengendalian pemanfaatan lahan.

1.2 Perlunya Peninjauan Kembali RTRW

Pada kegiatan penyusunan rencana tata ruang, dalam hal ini Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin, pengkajian terhadap aspek-
aspek sumberdaya alam, manusia dan buatan, perumusan konsepsi, strategi
yang didasarkan pada asumsi tertentu dan faktor sosial ekonomi yang bersifat
internal maupun eksternal terhadap wilayah perencanaan merupakan hal yang
wajib dilakukan. Dalam perjalanan penyusunan rencana sebagai dasar
pemanfaatan ruang dapat terjadi berbagai kemungkinan yaitu antara lain:
1) Perubahan faktor eksternal terhadap wilayah seperti perkembangan
ekonomi nasional dan global, perubahan wilayah sektor dan tata ruang
wilayah nasional.
2) Perubahan kondisi-kondisi internal seperti keinginan daerah, perkembangan
yang sangat pesat dari satu sektor atau kawasan dalam satu wilayah.
3) Kekurangtepatan menggunakan rencana dan pengendalian sehingga
terjadi simpangan.

II-8
PENDEKATAN & METODOLOGI

Keseluruhan ini dapat menyebabkan kemungkinan:

a. RTRW masih dapat mengakomodasikan dinamika perkembangan yang


bersifat eksternal dan internal namun terjadi simpangan-simpangan dalam
pemanfaatan karena kelemahan dalam pengendalian. Untuk kondisi yang
pertama maka tidak perlu dilakukan peninjauan kembali tetapi yang
dibutuhkan adalah penertiban, yang dapat mencakup perubahan
pemanfaatan agar menjaga konsistensi rencana, atau penyempurnaan
mekanisme pengendalian.
b. RTRW tidak dapat lagi mengakomodasikan dinamika perkembangan yang
bersifat eksternal dan atau internal. Adanya perubahan faktor eksternal dan
internal dapat mempengaruhi RTRW yang ada sehingga rencana menjadi
tidak relevan lagi sebagai acuan pemanfaatan ruang, maka perlu dilakukan
peninjauan kembali. Perubahan dan pengaruhnya terhadap RTRW tidak
selalu sama akan tetapi kadarnya dapat bervariasi.

Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK),


dapat dilaksanakan karena beberapa alasan atau kondisi, diantaranya adalah
pada UU 26 Tahun2007 tentang Penataan Ruang yaitu pada pasal 16 sebagai
berikut:

Pasal 16

(1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali.


(2) Peninjauan kembali rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
dapat menghasilkan rekomendasi berupa:
a. rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya; atau
b. rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.
(3) Apabila peninjauan kembali rencana tata ruang menghasilkan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b, revisi rencana tata ruang
dilaksanakan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali
rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan pemerintah.

Faktor yang sebenarnya menjadikan kegiatan peninjauan kembali menjadi suatu


aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala dalam proses penataan
ruang adalah karena adanya ketidaksesuaian dan/atau simpangan antara
rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal
maupun faktor eksternal.

II-9
PENDEKATAN & METODOLOGI

A. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perlunya peninjauan kembali,


yaitu:

(1) Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan dan/atau


rujukan sistem penataan ruang.
(2) Adanya perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral
dari tingkat propinsi maupun kabupaten yang berdampak pada
pengalokasian kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang berskala
besar.
(3) Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma
sistem pembangunan dan pemerintahan serta paradigma perencanaan tata
ruang.
(4) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat
dan seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam
meminimalkan kerusakan lingkungan.
(5) Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan
pola pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya
maupun lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.

B. Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perlunya peninjauan kembali yaitu:


(1) Rendahnya kualitas RTRWK yang dipergunakan untuk penertiban
perizinan lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasi
tingkat perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat
dan dinamis.
(2) Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses
teknis dan prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang.
(3) Terbatasnya pengertian dan komitmen aparatur yang terkait dengan tugas
penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRWK dalam
pelaksanaan pembangunan.
(4) Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang
berlaku di dalam masyarakat.
(5) Lemahnya kemampuan aparatur yang berwenang dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.

1.3 Kriteria Tipologi Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten

Peninjauan kembali RTRWK lebih mudah ditindaklanjuti dengan membuat


dan mengikuti suatu tipologi peninjauan kembali. Adapun kriteria-kriteria yang
membentuk tipologi tersebut adalah:

A. Kelengkapan dan Keabsahan Data

Data dikatakan lengkap jika minimal terdapat:


1. Data Kebijaksanaan Pembangunan Daerah (sasaran dan tujuan) dan
DataRegional:

II-10
PENDEKATAN & METODOLOGI

a. Data kesimpulan arahan Pola Dasar Pembangunan Daerah dan


Propeda
Propinsi terhadap Kabupaten.
b. Data Pola Dasar Pembangunan Daerah dan PropedaKabupaten.
c. Data kebijaksanaan pembangunan sektor lainnya yang berpengaruh.
d. Data atau informasi arahan RTRWN, RTR Pulau atau Perwilayahan,
RTRW Kabupaten terhadap Kabupaten.

2. Data karakteristik ekonomi wilayah dan hasil pengamatan perkembangannya,


yang meliputi:
a. Data PDRB Kabupaten (time series 5 tahun).
b. Data mobilitas orang dan barang di kabupaten.
c. Data sistem jaringan transportasi jalan.
d. Data produksi per sektor pembangunan total kabupaten.
e. Data produksi per sektor pembangunan dirinci per kecamatan.
f. Data APBD Kabupaten (time series 5 tahun).
g. Data realisasi penerimaan dan pengeluaran rutin.
h. Data realisasi penerimaan dan pengeluaran pembangunan.
i. Data investasi pembangunan per sektor yang terkait dengan
penataan ruang.

3. Data dan kondisi perkembangan kependudukan atau demografi, yang


meliputi:
a. Data jumlah penduduk kabupaten, kecamatan, kota-kota (perkotaan), dan
perdesaan.
b. Data kepadatan penduduk kabupaten, kecamatan dan kota.
c. Data rate pertumbuhan kabupaten, kecamatan, desa.
d. Data lapangan pekerjaan penduduk kabupaten, dirinci per kecamatan.

4. Data sumber daya buatan, meliputi:


a. Data sarana ekonomi tiap kecamatan dan perkotaan.
b. Data sarana sosial tiap kecamatan dan perkotaan.
c. Data dan peta sarana dan prasarana transportasi di kabupaten.
d. Data dan peta prasarana pengairan.
e. Data dan peta sumber air baku.
f. Data dan peta sistem jaringan listrik.
g. Data dan peta sistem telekomunikasi.

5. Data sumber daya alam, meliputi:


a. Data dan peta penggunaan lahan/tanah.
b. Data dan peta hidrologi/sumberdaya air.
c. Data dan peta topografi dan morfologi.
d. Data dan peta geologi dan jenis tanah.
e. Data dan peta sumberdaya mineral.
f. Data dan peta unsur-unsur iklim.
g. Data dan peta kehutanan.
h. Data dan peta kawasan rawan bencana.

Peta dibuat dengan kedalaman skala 1:100.000 sampai dengan 1:50.000.

II-11
PENDEKATAN & METODOLOGI

B. Relevansi Metoda dan Hasil Analisis

Analisis yang digunakan dalam penyusunan RTRWK dianggap lengkap jika


minimal terdapat:

1. Analisis untuk melihat kedudukan Kabupaten dalam sistem perwilayahan


nasional, sistem tata ruang pulau, sistem perwilayahan propinsi, dan
keterkaitannya dengan kabupaten lainnya. Analisis ini dinyatakan lengkap
jika minimal memiliki:
a. Analisis mengenai jaringan transportasi nasional, pulau, propinsi
b. Analisis mengenai arahan kebijakan RTRWN, RTR Pulau,
Perwilayahan, RTRW Kabupaten , dan kebijaksanaan sektoral.
c. Analisis sistem perkotaan, regional yang berpengaruh terhadap
kabupaten.
d. Analisis fungsi dan peranan kabupaten dalam lingkup nasional, pulau,
propinsi dilihat dari aspek ekonomi, transportasi dan pencapaian
pembangunan nasional/ regional secara umum.
e. Analisis sektor-sektor unggulan yang menjadi prime mover di kabupaten,
propinsi, pulau maupun nasional.

2. Analisis Demografi
a. Analisis tingkat perkembangan penduduk.
b. Analisis mengenai pergerakan/mobilitas penduduk antar kabupaten dan
dalam kabupaten.
c. Analisis distribusi/kepadatan penduduk kecamatan, perkotaan, dan
perdesaan.
d. Analisis struktur pekerjaan penduduk kecamatan, perkotaan dan
perdesaan.
e. Analisis strukltur umur dan tingkat partisipasi angkatan kerja per
kecamatan, perkotaan dan perdesaan.

3. Analisis Sosial Kemasyarakatan


a. Analisis adat-istiadat yang menghambat dan mendukung pembangunan.
b. Analisis tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan.
c. Analisis kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
d. Analisis pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
setempat.
e. Analisis kinerja tingkat pelayanan fasilitas dan utilitas sosial.

4. Analisis Ekonomi
a. Analisis mengenai ekonomi dasar.
b. Analisis mengenai struktur ekonomi wilayah kabupaten.
c. Analisis mengenai peluang pertumbuhan ekonomi.
d. Analisis pergerakan barang dan jasa intra dan inter wilayah.
e. Analisis pola persebaran ekonomi dalam wilayah.
f. Analisis mengenai potensi investasi

5. Analisis Fisik dan Daya Dukung Lingkungan


a. Analisis kendala fisik pengembangan kawasan budidaya (rawan gempa,
banjir, longsor, dll).

II-12
PENDEKATAN & METODOLOGI

b. Analisis lokasi dan kapasitas sumber daya alam.


c. Analisis kesesuaian lahan untuk kawasan lindung maupun budidaya.

6. Analisis Sarana dan Prasarana


a. Analisis kondisi, jenis dan jumlah sarana sosial dan ekonomi.
b. Analisis sarana dan prasarana transportasi
c. Analisis sarana dan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.

7. Analisis struktur dan pola ruang serta kecenderunganperkembangannya


Analisis ini dinyatakan lengkap apabila dapat dirangkum faktor-faktor
pembentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang dari kesimpulan analisis
pola sebaran penduduk, pola sebaran kegiatan pembangunan (kegiatan
budidaya), dan pola sebaran jaringan sarana-prasaran.

8. Analisis potensi dan kondisi sumber daya alam, sumber daya buatan dan
sumber daya manusia
a. Potensi sumber daya alam yang ada, kemungkinan dan keterbatasan
pengembangannya.
b. Potensi pengembangan sumber daya buatan.
c. Kemampuan sumber daya manusia yang ada untuk mengelola sumber-
sumber di atas

9. Analisis Keuangan dan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan Daerah


a. Analisis mengenai jumlah dan proporsi pembiayaan
pembangunan kabupaten serta arahan dari tingkat propinsi.
b. Analisis PAD, subsidi pemerintah pusat, dan subsidi dari tingkat propinsi.
c. Analisis sumber-sumber pembiayaan lainnya (swasta, BLN, dsb).
d. Kesesuaian Perumusan Konsep dan Strategi Pemanfaatan Ruang
WilayahKabupaten

C. Kesesuaian Perumusan Konsep dan Strategi Pemanfaatan Ruang


Wilayah Kabupaten

Bagian-bagian perumusan konsep dan strategi pemanfaatan yang diperiksa


kesesuaiannya meliputi:
1. Perumusan tujuan pemanfaatan ruang.
2. Perumusan masalah pembangunan kabupaten dan keterkaitannya dengan
masalah pemanfaatan ruang.
3. Perumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah
kabupaten.
4. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah kabupaten
ke dalam langkah-langkah berikut:
a. Strategi pengelolaan kawasan kawasan lindung dan budidaya
b. Strategi pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan kawasan
tertentu.
c. Strategi pengembangan sistem kegiatan pembangunan serta sistem
permukiman perdesaan dan perkotaan.
d. Strategi pengembangan sarana dan prasarana wilayah.

II-13
PENDEKATAN & METODOLOGI

e. Strategi pengembangan kawasan prioritas


f. Strategi pemanfaatan ruang.
g. Strategi pengendalian pemanfaatan ruang.

D. Kesahan Produk RTRWK

RTRW Kabupaten dinyatakan sah sesuai UUPR, apabila memiliki:

1. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten serta konsep dan strategi


pengembangannya untuk mencapai tujuan tersebut di atas.
2. Rencana struktur pemanfaatan ruang:
a. Rencana sistem kegiatan pembangunan;
b. Rencana sistem permukiman perkotaan dan perdesaan;
c. Rencana sistem prasarana wilayah yang terdiri dari: Rencana sistem
prasarana transportasi dan Rencana sistem prasarana energi/listrik;
d. Rencana sistem prasarana lingkungan;
e. Rencana sistem prasarana lainnya.
3. Rencana pola pemanfaatan ruang.

E. Prosedur Penyusunan RTRWK

Penyusunan RTRWK umumnya mengikuti prosedur yang berciri sebagai berikut:


1. Disusun berdasarkan pedoman penyusunan yang berlaku.
2. Melibatkan seluruh tim koordinasi penataan ruang wilayah kabupaten
bersangkutan serta masyarakat dan pakar termasuk swasta.
3. Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dari semua pihak dan
mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan dari rencana tata ruang yang
lebih tinggi.

Penentuan kriteria dan tata cara penilaian dalam evaluasi bertujuan untuk
menghasilkan rumusan kebijaksanaan akibat terjadinya penyimpangan terkait
pelaksanaan RTRW Kabupaten. Kebijaksanaan dimaksud akan menyangkut
apakah RTRW Kabupaten berdasarkan evaluasi perlu direvisi atau tidak dan
kapan RTRW Kabupaten tersebut perlu disusun ulang walaupun masa berlaku
rencana tersebut belum habis.

1.4 Kriteria Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten

Proses peninjauan kembali merupakan suatu bagian dari keseluruhan


mekanisme dari rangkaian penataan ruang, dan dilakukan secara
konsisten terhadap proses pemanfaatan ruang yang menerima pengaruh dari
faktor internal dan eksternal. Proses peninjauan kembali RTRWK dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Evaluasi data dan informasi dari hasil kegiatan, pengendalian pemanfaatan
ruang dari pelaporan dan pemantauan
a. Pengumpulan data pemanfaatan ruang yang sudah berlangsung
dan dibandingkan dengan strategi dan rencana pola dan struktur ruang

II-14
PENDEKATAN & METODOLOGI

b. Pengumpulan data mengenai kebijakan eksternal dan evaluasi


adanya perubahan-perubahan terhadap asumsi faktor-faktor eksternal
yang ada, serta kajian mengenai pengaruhnya terhadap strategi, struktur
dan pola ruang
c. Mengkaji keabsahan RTRW dengan memperhatikan perubahan
pemanfaatan dan adanya perubahan faktor eksternal. Data,
metoda/analisis, konsep dan strategi dikaji apakah masih tepat dan absah
serta produk rencana sesuai UUPR dan apakah rencana masih sesuai
dengan perkembangan.

Kegiatan tahap ini akan menghasilkan produk :


a. Profil dan kualitas / kesahan RTRW
b. Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang, berupa simpangan-
simpangan pemanfaatan ruang dan lokasi pembangunan
c. Perubahan-perubahan dari kebijakan-kebijakan diluar sistem penataaan
ruang
b. (faktor eksternal)

2. Penentuan perlu tidaknya peninjauan kembali


Kriteria indikatif yang secara tepat dapat menentukan apakah RTRW perlu
ditinjau kembali, meliputi :

a. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah/sektor untuk pembangunan


skala besar atau kegiatan penting sehingga tidak dapat ditampung oleh
pola dan struktur ruang RTRW. Perubahan tersebut akan mengganggu
rencana struktur dan pola ruang sehingga mungkin dapat menurunkan
efisiensi pembangunan dan atau kerusakan lingkungan.
b. Terjadi perubahan faktor-faktor internal dalam pembangunan daerah
karena adanya perubahan preferensi/prioritas perkembangan kawasan-
kawasan atau sektor yang tidak dipertimbangkan sebelumnya dan lain-
lain.
c. Terjadinya simpangan-simpangan besar dalam struktur dan pola ruang
karena penyimpangan pemberian izin lokasi pembangunan dan kurang
tanggapnya pemerintah daerah terhadap dinamika pembangunan yang
ada.

Jika sekurang-kurangnya salah satu dari kriteria indikatif tersebut atau lebih
dipenuhi, maka diperlukan proses peninjauan kembali atau penyempurnaan
terhadap seluruh proses penataan ruang yang ada, dan sebaliknya apabila
tidak dipenuhi maka RTRW masih dianggap dapat dipergunakan sebagai
mata spasial pembangunan.

3. Penentuan tipologi peninjauan kembali berdasarkan kriteria tipologi


peninjauan kembali

Apabila telah ditentukan perlu dilakukan peninjauan kembali, maka perlu


dilakukan penentuan tipologi peninjauan kembali, untuk menganalisis aspek-
aspek/komponen-komponen yang perlu diperbaiki mengingat banyak

II-15
PENDEKATAN & METODOLOGI

kemungkinan dari kombinasi-kombinasi faktor penyebab. Tipologi


peninjauan kembali masing- masing perlu dikaji faktor-faktor yang perlu
diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya meliputi :

a. Tipologi A
Kondisi RTRW sah, terjadi simpangan kecil dan tidak terjadi
perubahan faktor eksternal
RTRW tersebut memiliki kondisi berlaku/digunakan sebagai acuan
pembangunan dan memenuhi syarat ketentuan-ketentuan prosedur dan
proses penyusunan rencana dan terpenuhi substansi RTRW. Simpangan-
simpangan dalam pemanfaatan dan pengendalian rencana secara prinsip
tidak mempengaruhi perubahan tujuan, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah, demikian pula faktor-faktor eksternal masih
sangat kecil pengaruhnya pada perubahan wilayah.

b. Tipologi B
Kondisi RTRW sah, terjadi simpangan kecil, namun terjadi
perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal berpengaruh
terhadap kinerja RTRW.
RTRW tersebut memiliki kondisi berlaku digunakan sebagai acuan
pembangunan dan memenuhi syarat ketentuan-ketentuan prosedur dan
proses penyusunan rencana, namun karena adanya pengaruh faktor
eksternal, RTRW tersebut tidak lagi dapat sepenuhnya dijadikan acuan
pembangunan karena tidak lagi dapat mengakomodasi perkembangan
yang ada. Secara mendasar RTRW memerlukan perubahan-perubahan
mendasar dalam tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayahnya.

c. Tipologi C
RTRW sah, terjadi simpangan besar dan perubahan faktor eksternal
secara signifikan.
Dalam pemanfaatan RTRW terjadi simpangan-simpangan yang
menyalahi ketentuan yang diinginkan dalam RTRW, disebabkan oleh
pengaruh faktor- faktor eksternal yang secara signifikan. Perlu dilakukan
perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan
ruang wilayah.

d. Tipologi D
RTRW sah, terjadi simpangan besar, namun tidak terjadi perubahan
pada faktor-faktor eksternal.
Dalam pelaksanaan RTRW telah terjadi simpangan dalam pemanfaatan
dan pengendalian yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diinginkan dalam RTRW, walaupun kondisi RTRW sendiri telah
memenuhi prosedur dan ketentuan penyusunan RTRW.

e. Tipologi E, F,G dan H


Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki kondisi yang sama
yaitu
RTRW yang bersangkutan tidak sahih.

II-16
PENDEKATAN & METODOLOGI

Perbedaan tipologi hanya dibedakan atas dasar pelaksanaan


pemanfaatan serta pengaruh faktor-faktor eksternal, meliputi :
· Tipologi E : simpangan kecil, faktor eksternal bertambah
· Tipologi F : simpangan kecil, faktor eksternal tetap
· Tipologi G : simpangan besar, faktor eksternal berubah
· Tipologi H : simpangan besar, faktor eskternal tetap

Pada dasarnya untuk keempat tipologi ini perlu dilakukan penyempurnaan


RTRW atau perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam pedoman penyusunan rencana dan sesuai dengan
perubahan yang diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal tersebut.

4. Kegiatan peninjauan berupa kegiatan analisis, kajian dan


evaluasi/penilaian

· Analisis Perubahan Faktor Eksternal


Perubahan faktor eksternal yang perlu diperhatikan dalam peninjauan
kembaliRTRW Kabupaten, dapat berupa :

a. Peraturan dan rujukan baru


diperhatikan bahwa peraturan-peraturan baru atau rujukan baru untuk
dinilai sampai berapa jauh pengaruhnya terhadap RTRW Kabupaten.

b. Kebijakan baru, baik yang dilakukan oleh Pusat, Daerah maupun Sektor
Dalam hal ini melihat sejauh mana kebijakan tersebut mempengaruhi
strategi, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kabupaten yang
ada dalam RTRW Kabupaten, misalnya dapat berupa perubahan
strategi perwilayahan nasional, perubahan pola dasar pembangunan,
kebijaksanaan pemanfaatan lahan berskala besar atau mempertahankan
lahan-lahan beririgasi teknis.

c. Perubahan dinamis akibat kebijakan maupun pertumbuhan ekonomi

1. Terjadinya perubahan fungsi kota.


2. Munculnya berbagai investasi properti berskala besar yang
berpengaruh terhadap pola dan struktur pengembangan daerah.
3. Terjadinya perubahan-perubahan pembangunan infrastruktur yang
berpengaruh terhadap pola dan struktur ruang wilayah.
4. Dibangunnya pusat-pusat pelayanan atau outlet baru yang
berpengaruh terhadap pola dan struktur ruang wilayah.

d. Paradigma baru pembangunan dan atau penataan ruang

Penilaian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pendekatan-


pendekatan yang dilakukan dalam RTRW kemungkinan tidak lagi sah
untuk mengakomodasikan faktor-faktor eksternal seperti pengaruh

II-17
PENDEKATAN & METODOLOGI

globalisasi atau penemuan teknologi baru, sehingga dirasakan perlu


merumuskan orientasi baru dalam strategi pemanfaatan ruang provinsi
dan wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang kabupaten.

Kajian perubahan faktor eksternal yang signifikan dapat dilakukan


secara kuantitatif atau kualitatif, namun pertimbangan utama adalah
apakah perubahan yang masih ada masih dapat diakomodasikan atau
sejalan dengan perubahan-perubahan ekonomi, asumsi-asumsi, strategi
atau arahan pengelolaan ruang provinsi dan apakah arahan pola dan
struktur masih dapat diwujudkan.

· Analisis Adanya Simpangan

Perbedaan antara RTRW yang disusun dengan kenyataan wujud


struktural pemanfaatan ruang di lapangan dinyatakan sebagai simpangan.
Berdasarkan pada lingkup penataan ruang, ada sisi yang mengakibatkan
terjadinya penyimpangan yaitu pada sisi pemanfaatan dan pengendalian.

Dalam Pemanfaatan RTRW simpangan-simpangan yang terjadi adalah


apabila ada perbedaan antara program-program pembangunan yang
dilakukan tidak sesuai dengan arahan, tujuan dan sasaran penataan
ruang, atau ada perbedaan antara pola dan struktur RTRW dengan wujud
pola dan realisasi struktur tata ruang wilayah. Pengendalian yang kurang
baik menghasilkan simpangan pemanfaatan ruang. Dalam peninjauan
kembali RTRW yang perlu diperhatikan adalah simpangan pemanfaatan
ruang, termasuk pengendalian pemanfaatan ruang. Hasil peninjauan
kembali adalah rencana yang diperbaharui dan rumusan-rumusan
terhadap pemanfaatan pengendalian.

a. Kriteria Simpangan dalam Pemanfaatan RTRW Kabupaten


Pemanfaatan RTRW Kabupaten dikatakan sesuai dan tidak terjadi
simpangan bila terpenuhinya ketentuan-ketentuan pemanfaatan RTRW
sebagai berikut:
1. RTRW benar-benar dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan.
RTRW merupakan dokumen resmi dalam Rapat Koordinasi
Pembangunan Daerah dan didudukkan sejajar dengan dokumen
Pembangunan Daerah lainnya, seperti pola dasar.
2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang benar-benar sesuai
dengan arahan dalam RTRW.
3. RTRW telah ditetapkan dan disahkan menjadi Peraturan Daerah.
4. RTRW Kabupaten telah terdiseminasikan ke setiap sektor.
5. RTRW merupakan acuan sektor dalam menyusun rencana,
pembiayandan penatahapan program pembangunan di daerah.
6. RTRW menjadi acuan dalam pelaksanaan penyusunan rencana
tataruang hirarki dibawahnya.
7. RTRW tidak menimbulkan konflik kepentingan antar sektor
atau
tumpang tindih alokasi kegiatan sektor.
8. Pemanfaatan ruang atas dasar RTRW tidak menimbulkan dampak
yangbermasalah di masyarakat.

II-18
PENDEKATAN & METODOLOGI

9. Tidak adanya pengaduan masyarakat yang


menginformasikan ketidaksesuaian RTRW dengan kenyataan di
lapangan.

b. Kriteria Simpangan dalam Pengendalian Pemanfaatan RTRW

Kehandalan suatu pengendalian adalah didasarkan kemampuan dari


sistem pengendalian tersebut dalam menyediakan informasi adanya
perbedaan kenyataan struktur dan pola pemanfaatan ruang di
lapangan dan memberikan reaksi terhadap penyelesaian simpangan-
simpangan di lapangan.

Indikator yang dapat dijadikan kriteria pelaksanaan RTRW sudah atau


belum melakukan pengendalian secara baik, dapat dilihat dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Telah dibuat sistem informasi pemantauan dan pelaporan yang


handal yang secara cepat dapat menginformasikan pelaksanaan
program- program pembangunan di daerah.
2. Telah dilakukan mekanisme perizinan yang sesuai berdasarkan
RTRW Kabupaten dalam menentukan lokasi kegiatan.
3. Telah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program-
program pembangunan, implementasi ruangnya serta perijinan
pemanfaatan ruang.
4. Telah dilakukan evaluasi terhadap kenyataan di lapangan
akibat terjadinya dinamika perubahan faktor eksternal seperti
perubahan paradigma pembangunan dan kebijaksanaan
pembangunan serta ketentuan atau rujukan baru.
5. Diterapkannya instrumen seperti perangkat insentif-insentif
terhadap suatu arahan kegiatan agar senantiasa sesuai dengan
arahan RTRW Kabupaten.
6. Diterapkannya denda atau sanksi terhadap pihak-pihak yang
melanggar pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW
Kabupaten .

Dalam penilaian simpangan dapat dilakukan analisis kualitatif dan atau


kuantitatif, tetapi dasar utama penentuan kriteria adalah perbedaan
wujud pemanfaatan dengan strategi dan rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang.

5. Tahapan Perumusan Peninjauan Kembali

Perumusan Peninjauan kembali RTRW akan terdiri dari dua rekomendasi,


yaitu;
1. RTRW perlu di revisi
2. Perertiban terhadap pelaksanaan pemanfaatkan ruang

II-19
PENDEKATAN & METODOLOGI

Gambar 2
Proses Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Banyuasin

II-20
PENDEKATAN & METODOLOGI

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

1. PENDEKATAN
Pada dasarnya, pendekatanpelaksanaan kegiatan Peninjauan Kembali
dan/atauRevisi RTRW Kabupaten Banyuasin terdiri atas beberapa tahapan,
sebagai berikut:
A. Kajian terhadap keabsahan RTRW,
B. Kajian kepentingan Peninjauan Kembali RTRW,
C. Penentuan tipologi Peninjauan Kembali RTRW,
D. Perumusan Peninjauan Kembali RTRW, dan
E. Penyusunan RTRW, yang membedakan keduanya adalah kedalaman
materi yang dikaji.

A. Kajian Terhadap Keabsahan RTRW

Kajian ini ditujukan untuk mengevaluasi keabsahan produk RTRW, baik


dalam hal kelengkapan dan keabsahan data, metoda dan hasil analisis,
perumusan konsep dan strategi, produk rencana tata ruang, maupun
prosedur penyusunan.

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metodologi analisis komparatif


antara aspek dalam produk RTRW dengan ketentuan penilaian yang
telah diatur dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten
(Departemen Kimpraswil, 2002). Analisis komparatif yang dimaksud disini
adalah bahwa komparasi yang dilakukan tidak hanya membandingkan
antara aspek yang ada dengan ketentuan penilaian, namun jika
memungkinkan dianalisis lebih lanjut penyebab perbedaan atau
perubahannya. Dengan demikian, dari evaluasi ini diharapkan didapat
keluaran berupa aspek-aspek apa saja yang tidak sesuai dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan sebagai masukan dalam penentuan tipologi
peninjauan kembali seperti apa yang dibutuhkan.

II-21
Gambar 2
Alur Pikir Kegiatan Peninjauan Kembali (Revisi) RTRW
Kabupaten Banyuasin
PENDEKATAN & METODOLOGI

II-22
PENDEKATAN & METODOLOGI

Tabel-1
Kriteria Penilaian Dalam Peninjauan Kembali
(Revisi) RTRW Kabupaten Banyuasin
No Aspek Kriteria Kesahan RTRW Kabupaten
Penilaian
1. Berdasarkan Dinyatakanlengkapdansahapabilamencakup:
kelengkapan dan 1. Data kebijakan pembangunan daerah, seperti RPJPNDANRPJMN, informasi arahan RTRWN, informasi
keabsahandata arahan RTRW Pulau, RTRW Propinsi, RTRWKabupaten,sertadataperekonomiannasional.
2.
Datakarakteristikekonomi,meliputidataPDRBkabupaten,produksisektoralkabupaten,APBDkabupaten(5t
ahunterakhir),sertainvestasisektoral pembangunandi kabupaten.
3. Datakependudukan/demografi,meliputidatajumlahpendudukselama5tahunterakhir,
kepadatanpenduduk,tingkatpertumbuhanpenduduk,dan
pendudukberdasarkanlapanganpekerjaan,yangdirincimenurutkota/kecamatan.
4.
Datasumberdayabuatan,meliputidatasaranaekonomi,saranasosial,saranadanprasaranatransportasi,yan
2 Berdasarkanmetod gdirinciperkecamatan,sertaprasarana pengairan,sistemjaringanlistrik,dansistemtelekomunikasi.
Dinyatakanlengkapjikasekurang-kurangnyamencakupanalisissebagaiberikut:
a 1.
dananalisis Analisiskedudukankabupatendalamperwilayahannasionaldanpulausertapropinsi,sertahubungannyadengan
kabupatenlain,meliputi:
• sistemjaringantransportasinasional,pulau,propinsi

arahankebijakanRTRWN,RTRWpulau,RTRWpropinsi,rencanastrategipengembanganwilayahregional,dl
l
• sistemperkotaannasional,pulau,propinsi,danregional

fungsidanperankabupatendalamlingkupnasional,pulau,danpropinsiberdasarkanaspekekonomi,tran
sportasi,danpencapaianpembangunan nasionalsecaraumum.
• sektor-sektorunggulandikabupaten
2.
Analisisdemografi,untukmelihatprofildanperkembanganpenduduk,meliputianalisistingkatperkembangan,pe
rgerakanpendudukantardandalamkabupaten,
distribusi/kepadatanpendudukberdasarkankecamatan,strukturpekerjaanpendudukdirinciberdasarkankeca
matan, dantingkatpartisipasiangkatankerja.
3.
Analisisekonomiwilayah,untukmelihatprofildanperkembanganekonomikabupaten,sepertistrukturekonomi
kabupaten,terutamamenyangkut keterkaitanantarsektordansektorunggulan,pertumbuhan
ekonomi,pergerakanbarangdanjasa,polapersebaranekonomidalamkabupatendan
keterkaitannya,sertapotensiinvestasi.
4. Analisisfisikdandayadukunglingkungan,meliputianalisiskendalafisik
pengembangankawasanbudidaya(rawangempa,banjir,longsor),lokasidan
kapasitassumberdayaalam(air,tanah,hutan,danmineral),sertakesesuaianlahanbagipertanianpangan,perk
ebunan,dankehutanan.
3 Berdasarkan 5.
Dinyatakan lengkap jika mencakup:
konsep 1. Rumusan permasalahan pembangunan kabupaten dan keterkaitannya dengan permasalahan
dan strategi pemanfaatan ruang
2. Rumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah kabupaten
3. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah kabupaten, meliputi strategi
pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; kawasanperdesaan, perkotaan, dan tertentu; kawasan
produksi dan permukiman, serta sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan; pengembangan
saranadan prasarana wilayah; pengembangan kawasan prioritas; serta penatagunaan tanah, air, udara,
4 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika mencakup:
produk 1. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
rencana tata ruang 2. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu
3. Arahan pengembangan kawasan budidaya, meliputi kawasan permukiman, kehutanan, pertanian,
pertambangan, industri, dan lainnya.
4. Arahan struktur tata ruang, meliputi arahan pengembangan sistem pusat permukiman (perkotaan dan
perdesaan), sistem jaringan jalan, sistemtransportasi lainnya, sistem jaringan energi/listrik, pengairan,
telekomunikasi, air baku.
5. Arahan pengembangan kawasan prioritas.
6. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, meliputi kebijakan tata guna tanah, air, lahan,
udara, dan sumberdaya alam lainnya.

II-23
PENDEKATAN & METODOLOGI

5 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika:


proses 1. Disusun berdasarkan pedoman teknis penyusunan yang berlaku.
penyusunan 2. Melibatkan tim teknis tata ruang propinsi serta pihak lain yang terkait (masyarakat dan pakar).
3. Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dalam mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan
rencana tata ruang yang lebih tinggi.
4. Disepakati oleh DPRD.

Sumber:PedomanPeninjauanKembaliRTRWPropinsi(DepartemenKimpraswil,2002),KepmenKimpraswilNo.327/KPTS/M/
2002
Keterangan:Penggunaanketentuaniniakandisesuaikandenganketersediaandatadaninformasi

Untuk melakukan kajian ini, maka data yang diperlukan adalah Dokumen
RTRW, baik Buku Fakta Analisis, maupun Buku Rencana. Dokumen ini
diperoleh dengan melakukan survei instansional terkait, dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten atau Badan Perencanaan dan Pengembangan
Daerah (Bappeda) Kabupaten.

B. Kajian Kepentingan Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar penyimpangan


arahan yang digariskan dalam RTRW sebagai masukan dalam perlunya
peninjauan kembali dan penentuan tipologi Peninjauan Kembali yang
akan dilakukan. Untuk itu, kajian ini akan mencakup :
1. identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor eksternal,
2. identifikasi besaran simpangan, dan
3. identifikasi perlunya peninjauan kembali.

Identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor eksternal dilakukan


dengan tujuan untuk memperoleh informasi menyangkut indikasi adanya
perubahan akibat pengaruh dari berbagai faktor eksternal, seperti :
· peraturan dan rujukan yang baru
· kebijakan pemerintah yang baru, baik di tingkat pusat, daerah, maupun
sektoral
· adanya perubahan-perubahan dinamis akibat kebijakandan pertumbuhan
ekonomi, seperti perubahan fungsi kota, adanya investasi properti skala
besar dan pembangunan infrastruktur yang mempengaruhi pola dan
struktur pengembangan wilayah, serta dibangunnya pusat-pusat
pelayanan baru
· adanya paradigma baru dalam pembangunan dan ataupenataan ruang

Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif analisis, artinya tidak


hanya menjabarkan fakta adanya faktor eksternal yang ada, tapi juga
menganalisi lebih lanjut mengenai dampak faktor tersebut terutama
terhadap penataan ruang wilayah.

Dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai


kebijakan dan perubahan kondisi internal di wilayah propinsi/kabupaten yang
dampaknya secara signifikan mempengaruhi arahan pemanfaatan ruang
yang telah ada.

II-24
PENDEKATAN & METODOLOGI

Sementara, identifikasi besaran simpangan dilakukan untuk


memperkirakan seberapa besar penyimpangan yang terjadi, antara arahan
kebijakan yang dirumuskan dalam RTRW dengan wujud struktural
pemanfaatan ruang yang ada kenyataannya. Penyimpangan ini dapat
berupa penyimpangan dalam hal pemanfaatan maupun pengendalian
pemanfaatan. Dimana masing-masing penyimpangan memiliki kriteria
tersendiri.

Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif analisis kuantitatif


dimanapenyimpangan akan dibandingkan dengan total aspek yang dikaji
(dalam hal ini aspek terkait dengan kriteria penyimpangan seperti yang
dijabarkandalam Box 1), diwujudkan dalam bentuk persentase (%).

-Box1-
Tidakmenyimpangjika:
Pemanfaatan • Benar-benarmenjadiacuanpelaksanaanpembangunan,artinyamenjadidokumenresmidalam
ruang RakorbangDaerahdandidudukkansejajardenganPeraturanDaerahlainnya.
• Strukturdanpolapemanfaatanruangbenar-benarsesuaidenganarahandalamRTRW
TelahditetapkandandisahkanmenjadiPERDAdandidiseminasikankesetiapsektor.
• Menjadiacuansektordalammenyusunrencana,pembiayaan,dantahapanprogrampembanguna
n serta telah menjadi acuan dalam pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang hirarki di
bawahnya.
• Tidakmenimbulkankonflikantarsektoratautumpangtindihalokasikegiatansektor.
• PemanfaatanruangatasdasarRTRWtidakmenimbulkandampakyangbermasalahdimasyarakat
. Tidak ada pengaduan masyarakat yang menginformasikan ketidaksesuaian RTRW
dengankenyataandilapangan.

Pengendalian - Telahmemilikisisteminformasipemantauandanpelaporanyanghandal,cepat,daninformatif.
pemanfaatan - TelahdilakukanmekanismeperijinanyangsesuaiberdasarkanRTRWPdalammenentukanlokasi
ruang kegiatan.
- Telahdilakukanevaluasipelaksanaanprogram-
programpembangunan,implementasiruang,serta perijinanpemanfaatanruang.
- Telahdilakukanevaluasiterhadapkenyataandilapanganakibatterjadinyaterjadinyafaktor
eksternal(perubahankebijakandanrujukan)
- Diterapkaninstrumenbaru,sepertiperangkatinsentfi,agarselalusesuaidenganarahanRTRWP
- Diterapkandenda/sangsibagiyangmelanggararahandalamRTRW

Untuk melakukan kedua identifikasi tersebut dibutuhkan dukungan data dan


informasi, yang diperoleh melalui:
a. Diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh dinas atau instansi teknis
terkait dengan pengembangan wilayah. Diskusi dilakukan dengan maksud
untuk bertukar informasi mengenai isu-isu permasalahan yang
ada,terutamamenyangkutpelaksanaan kebijakan pemanfaatan ruang
wilayah, konfirmasi kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dalam
rangka pengembangan wilayah, dll.
b. Pengumpulan seluruh dokumen-dokumen kebijakan yang dianggap dapat
mempengaruhikebijakan penataan ruang yang digariskan dalam RTRW,
baik di tingkat nasional maupun daerah.
c. Kondisi penggunaan ruang atau tutupan saat ini.

II-25
PENDEKATAN & METODOLOGI

Lebih lanjut, hasil kedua identifikasi tersebut menjadi input/masukan dalam


mengidentifikasi perlunya peninjauan kembali terhadap RTRW Kabupaten
Agam. Peninjauan kembali akan dibutuhkan apabila salah satu kriteria
terpenuhi, apakah terdapat perubahan kebijakan skala besar, terdapat faktor
internal yang belum dipertimbangkan, atau terjadi penyimpangan yang cukup
besar.

C. Penentuan Tipologi Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tipologi peninjauan kembali


seperti apa yang dibutuhkan oleh RTRW Kabupaten Agam dan Kabupaten
Inderagiri Hilirberdasarkan pertimbangan keabsahan RTRW dan tingkat
keperluan peninjauan kembali yang tergambar dari adanya perubahan faktor
eksternal dan adanya penyimpangan.

Terdapat 8 tipologi peninjauan kembali dengan karakteristik dan


kebutuhan Peninjauan Kembali yang berbeda, meliputi (Pedoman Peninjauan
Kembali RTRW Kabupaten, Departemen Kimpraswil, 2002):
· Tipologi A, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil, dan tidak terdapat
perubahan faktor eksternal.
· Tipologi B, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil,namun terjadi
perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal berpengaruh terhadap
kinerja RTRWP.
· Tipologi C, dimana RTRW sah, terjadi simpangan besardan perubahan-
perubahan eksternal secara signifikan.
· Tipologi D, dimana RTRW sah, terjadi simpangan yang besar namun
tidak terjadi perubahan pada faktor- faktor eksternal.
· Tipologi E, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangankecil, dan faktor
eksternal bertambah.
· Tipologi F, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan kecil, dan faktor
eksternal tetap.
· Tipologi G, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpanganbesar, dan faktor
eksternal berubah.
· Tipologi H, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan besar, dan faktor
eksternal tetap.

D. Perumusan Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini ditujukan untuk mengidentifikasi seperti apa bentuk Peninjauan


Kembali rencana tata ruang yang perlu dilakukan. Identifikasi ini akan sangat
bergantung pada tipologi peninjauan kembali. Peninjauan Kembali dapat
berupa penambahan komponen rencana, perbaikan sebagian komponen
rencana, perumusan kembali kebijakan dan strategi pengembangan
wilayah serta tujuan dan sasaran pembangunan, atau Peninjauan
Kembali total terhadap keseluruhan komponen.

Masing-masing tipologi peninjauan kembali membutuhkan pendekatan


Peninjauan Kembali yang berbeda-beda:
· Tipologi A, tidak memerlukan Peninjauan Kembali,karena RTRW
masih relevan digunakan sebagai acuan pembangunan.

II-26
PENDEKATAN & METODOLOGI

· Tipologi B, memerlukan peninjauan kembali faktoreksternal untuk


merumuskan kembali tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan yang
lebih sesuai dengan faktor tersebut.
· Tipologi C, memerlukan peninjauan kembali faktor eksternal serta
pemantapan dalam pemanfaatan dan pengendalian RTRW untuk
meminimasi penyimpangan.
· TipologiD,memerlukanpemantapandalampemanfaatan dan
pengendalian RTRW untuk meminimasi penyimpangan.
· Tipologi E, memerlukan perbaikan substansi rencanadan penyesuaian
aspek eksternal.
· TipologiF,memerlukanPeninjauan Kembali menyeluruh dengan
melakukan updatingdata, analisa, dan rencana.
· TipologiG,memerlukanPeninjauanKembalimenyeluruh dengan
melakukan updating data, analisa, dan rencana, termasuk
penyesuaian terhadap faktor eksternal dan perumusan tindakan untuk
Peninjauan Kembali pelaksanaan pemanfaatan.
· Tipologi H memerlukanPeninjauan Kembalimenyeluruh dengan
melakukan updatingdata, analisa, dan rencana, termasuk penyesuaian
terhadap faktor eksternal dan perumusan tindakan untuk pemanfaatan
dan pengendalian.

E. Penyusunan (Revisi) RTRW

Tahapan ini merupakan inti dari keseluruhan tahapan kegiatan. Setelah


melakukan proses Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Banyuasin, maka
tahap ini mencoba menyusun sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten yang baru. Seperti umumnya proses penyusunan RTRW
Kabupaten, tahapan ini secara garis besar meliputi tahapan:
a. Persiapan
b. Perencanaan
a) Pengumpulan serta pengolahan data dan informasi
b) Analisis Wilayah
c) Perumusan masalah pembangunan dan pemanfaatan ruang
d) Perumusan konsep dan strategi Tata RuangWilayah Kabupaten
e) Perumusan RTRW Kabupaten
Perumusan konsep dan strategi mengacu pada tujuan pembangunan pada
tingkat pemerintahan yang lebih tinggi (dalam hal ini Propinsi) dan visi
pembangunan Daerah yang akan diwujudkan, dengan memperhatikan hasil
Peninjauan Kembali RTRW.

Perumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sendiri meliputi:


a. Rencana Struktur & Pola Pemanfaatan Ruang
b. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya
c. Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan dan Tertentu
d. Rencana Sistem Prasarana Wilayah
e. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan danSumberdaya alam
lainnya.
f. Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan.

II-27
PENDEKATAN & METODOLOGI

F. Indikasi Kawasan Prioritas Pembangunan


G. Indikasi Program Pembangunan

2. PROSES PENINJAUAN KEMBALI

Proses peninjauan kembali merupakan suatu bagian dari keseluruhan


mekanisme dari rangkaian penataan ruang, dan dilakukan secara konsisten
terhadap proses pemanfaatan ruang yang menerima pengaruh dari faktor
internal dan eksternal. Proses peninjauan kembali dalam rangkaian penataan
ruang secara skematis dijelaskan pada Gambar 2.1.
Proses peninjauan kembali RTRWK dilakukan dengan melalui beberapa
tahapan, yaitu :
i. Evaluasi data dan informasi dari hasil kegiatan pengendalian, dan
pemanfaatan ruang.
ii. Penentuan perlu atau tidaknya peninjauan kembali.
iii. Penentuan tipologi peninjauan kembali berdasarkan kriteria tipologi.
iv. Kegiatan peninjauan berupa analisis, kajian dan evaluasi/penilaian.
v. Kegiatan penyempurnaan RTRW.
vi. Pemantapan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan RTRW
vii. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan legitimasi hukum pada materi
RTRW hasil peninjauan kembali

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

Peninjauan kembali RTRWK lebih mudah ditindaklanjuti dengan membuat dan


mengikuti suatu tipologi peninjauan kembali. Adapun kriteria- kriteria yang yang
membentuk tipologi tersebut adalah:
1. Kelengkapan dan keabsahan data;
2. Relevansi metoda dan hasil analisis;
3. Kesesuaian perumusan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten;
4. Prosedur penyusunan RTRWK;
5. Kesahan produk RTRWK.

A. KELENGKAPAN DAN KEABSAHAN DATA

Data dikatakan lengkap jika minimal terdapat:


a. Data Kebijaksanaan Pembangunan Daerah(sasaran dan tujuan) dan Data
Regional:
· Data kesimpulan arahan Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Propeda
Propinsi terhadap Kabupaten.
· Data kesimpulan Pola Dasar PembangunanDaerah dan Propeda
Kabupaten.
· Data kebijaksanaan pembangunan sektor lainnya yang berpengaruh
· Data atau informasi arahan RTRWN, RTR Pulau atau Perwilayahan,
RTRWP terhadap Kabupaten.

b. Datakarakteristik ekonomi wilayah dan perkembangannya, yang meliputi:


· Data PDRB Kabupaten (time series 5 tahun)

II-28
PENDEKATAN & METODOLOGI

· Data mobilitas orang dan barang di kabupaten.


· Data sistem jaringan transportasi jalan.
· Data produksi per sektor pembangunan total kabupaten.
· Data produksi per sektor pembangunan dirinci per kecamatan.
· Data APBD Kabupaten (time series 5 tahun)
· Data realisasi penerimaan dan pengeluaran rutin.
· Data realisasi penerimaan dan pengeluaran pembangunan.
· Data investasi pembangunan per sektor yang terkait dengan penataan
ruang.

c. Data dan kondisi perkembangan kependudukan/demografi, yang meliputi:


· Data jumlah penduduk kabupaten, kecamatan, kota-kota (perkotaan), dan
perdesaan.
· Data kepadatan penduduk kabupaten, kecamatan dan kota.
· Data rate pertumbuhan kabupaten, kecamatan, desa.
· Data lapangan pekerjaan penduduk kabupaten, dirinci per kecamatan.

d. Data sumber daya buatan, meliputi:


· Data sarana ekonomi tiap kecamatan dan perkotaan.
· Data sarana sosial tiap kecamatan dan perkotaan.
· Data dan peta sarana dan prasarana transportasi di kabupaten.
· Data dan peta prasarana pengairan.
· Data dan peta sumber air baku.
· Data dan peta sistem jaringan listrik.
· Data dan peta sistem telekomunikasi.

e. Data sumber daya alam, meliputi:


· Data dan peta penggunaan lahan/tanah
· Data dan peta hidrologi/sumberdaya air
· Data dan peta topografi dan morfologi
· Data dan peta geologi dan jenis tanah
· Data dan peta sumberdaya mineral
· Data dan peta unsur-unsur iklim
· Data dan peta kehutanan
· Data dan peta kawasan rawan bencana

Peta dibuat dengan kedalaman skala 1:100.000 sampai dengan 1:50.000

B. METODE DAN HASIL ANALISIS

Metoda dan hasil analisis yang telah digunakan dalam penyusunan RTRWK
dianggap lengkap jika minimal terdapat:
a. Analisis untuk melihat kedudukan Kabupaten dalam sistem perwilayahan
nasional, sistem tata ruang pulau, sistem perwilayahan propinsi, dan
keterkaitannya dengan kabupaten lainnya. Analisis ini dinyatakan lengkap jika
minimal memiliki :
· Analisis mengenai jaringan transportasi nasional, pulau, propinsi
· Analisis mengenai arahan kebijakan RTRWN, RTR Pulau, Perwilayahan,
RTRWP, dan kebijaksanaan sektoral.
· Analisis sistem perkotaan, regional yang berpengaruh terhadap
kabupaten.

II-29
PENDEKATAN & METODOLOGI

· Analisis fungsi dan peranan kabupaten dalam lingkup nasional, pulau,


propinsi dilihat dari aspek ekonomi, transportasi dan pencapaian
pembangunan nasional/ regional secara umum.
· Analisis sektor-sektor unggulan yang menjadi prime mover di kabupaten,
propinsi, pulau maupun nasional.

b. Analisis Demografi
· Analisis tingkat perkembangan penduduk
· Analisis mengenai pergerakan/mobilitas penduduk antar kabupaten dan
dalam kabupaten
· Analisis distribusi/kepadatan penduduk kecamatan, perkotaan, dan
perdesaan
· Analisis struktur pekerjaan penduduk kecamatan, perkotaan dan perdesaan
· Analisis strukltur umur dan tingkat partisipasi angkatan kerja per
kecamatan, perkotaan dan perdesaan.

c. Analisis Sosial Kemasyarakatan


· Analisis adat-istiadat yang menghambat dan mendukung pembangunan
· Analisis tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan
· Analisis kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
· Analisis pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
setempat
· Analisis kinerja tingkat pelayanan fasilitas dan utilitas sosial

d. Analisis Ekonomi
· Analisis mengenai ekonomi dasar
· Analisis mengenai struktur ekonomi wilayah kabupaten
· Analisis mengenai peluang pertumbuhan ekonomi
· Analisis pergerakan barang dan jasa intra dan inter wilayah
· Analisis pola persebaran ekonomi dalam wilayah
· Analisis mengenai potensi investasi.

e. Analisis Fisik dan Daya Dukung Lingkungan


· Analisis kendala fisik pengembangan kawasan budidaya (rawan gempa,
banjir, longsor, dll)
· Analisis lokasi dan kapasitas sumber daya alam
· Analisis kesesuaian lahan untuk kawasan lindung maupun budidaya.

f. Analisis Sarana dan Prasarana


· Analisis kondisi, jenis dan jumlah sarana sosial dan ekonomi.
· Analisis sarana dan prasarana transportasi
· Analisis sarana dan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.

g. Analisis struktur dan pola ruang yang ada dan kecenderungan


perkembangannya.
Analisis ini dinyatakan lengkap apabila dapat dirangkum faktor-faktor
pembentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang dari kesimpulan analisis pola
sebaran penduduk, pola sebaran kegiatan pembangunan (kegiatan budidaya),
dan pola sebaran jaringan sarana-prasaran.

h. Analisis potensi dan kondisi sumber daya alam, sumber daya buatan dan
sumber daya manusia

II-30
PENDEKATAN & METODOLOGI

· Potensi sumber daya alam yang ada, kemungkinan dan keterbatasan


pengembangannya.
· Potensi pengembangan sumber daya bauatan
· Kemampuan sumber daya manusia yang ada untuk mengelola sumber-
sumber diatas

i. Analisis Keuangan dan Kemampuan PembiayaanPembangunan Daerah


· Analisis mengenai jumlah dan proporsi pembiayaan pembangunan
kabupaten serta arahan dari tingkat propinsi.
· Analisis PAD, subsidi pemerintah pusat, dan subsidi dari tingkat
propinsi.
· Analisis sumber-sumber pembiayaan lainnya(swasta, BLN, dsb).

C. PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG


WILAYAH KABUPATEN

Bagian-bagian perumusan konsep dan strategi pemanfaatan yang diperiksa


kesesuaiannya meliputi:
a. Perumusan tujuan pemanfaatan ruang
b. Perumusan masalah pembangunan kabupaten dan keterkaitannya dengan
masalah pemanfaatan ruang
c. Perumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah
kabupaten
d. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah
kabupaten ke dalam langkah- langkah berikut :
· Strategi pengelolaan kawasan kawasan lindung dan budidaya
· Strategi pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan kawasan
tertentu.
· Strategi pengembangan sistem kegiatan pembangunan serta sistem
permukiman perdesaan dan perkotaan.
· Strategi pengembangan sarana dan prasarana wilayah.
· Strategi pengembangan kawasan prioritas
· Strategi pemanfaatan ruang.
· Strategi pengendalian pemanfaatan ruang,

D. KESAHAN PRODUK RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

RTRW Kabupaten dinyatakan sah sesuai UUPR, apabila memiliki:


· Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten serta konsep dan strategi
pengembangannya untuk mencapai tujuan tersebut di atas.
· Rencana struktur pemanfaatan ruang :
a. Rencana sistem kegiatan pembangunan
b. Rencana sistem permukiman perkotaan dan perdesaan
c. Rencana sistem prasarana wilayah yang terdiri dari :
(a) Rencana sistem prasarana transportasi
(b) Rencana sistem prasarana energi/listrik
(c) Rencana sistem prasarana pengelolaan
(d) Rencana sistem prasarana lingkungan
(e) Rencana sistem prasarana lainnya
· Rencana pola pemanfaatan ruang

II-31
PENDEKATAN & METODOLOGI

E. PROSEDUR PENYUSUNAN RTRWK

PenyusunanRTRWKumumnyamengikuti prosedur yang berciri sebagai berikut:


· Disusun berdasarkan pedoman penyusunan yang berlaku
· Melibatkan seluruh tim koordinasi penataan ruang wilayah kabupaten
bersangkutan serta masyarakat dan pakar termasuk swasta
· Melaluisuatu proses konsensusdan musyawarah dari semua pihak dan
mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan dari rencana tata ruang yang
lebih tinggi.

F. TATA CARA BAKU PENINJAUAN KEMBALI

1.TAHAP EVALUASI DATA DAN INFORMASI

· Pada tahap ini dikumpulkan data mengenai pemanfaatan ruang


kabupaten yang sudah berlangsung dan dibandingkan dengan
strategi dan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kabupaten.
· Data mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan eksternal, dan evaluasi
adanya perubahan terhadap asumsi faktor-faktor eksternal yang ada,
serta kajian mengenai pengaruhnya terhadap strategi, struktur dan pola
pemanfaatan ruang Kabupaten
· Melakukan kajian terhadap keabsahan RTRWK dengan memperhatikan
perubahan pemanfaatan dan adanya perubahan faktor- faktor eksternal

Kegiatan pada tahap ini akan menghasilkan :


· Profil, kualitas dan kesahan RTRWK
· Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang, berupa simpangan-
simpangan pemanfaatan ruang dan lokasi pembangunan
· Perubahan-perubahan kebijaksanaan diluar sistem penataan ruang

2. TAHAP PENENTUAN PERLU/TIDAKNYA DILAKUKAN PENINJAUAN


KEMBALI RTRWK

Penentuan perlu/tidaknya dilakukan peninjauan kembali terhadap


RTRWK dilakukan dengan melihat beberapa kriteria berikut:
· Terjadi perubahan kebijaksanaan pemerintah/sektor untuk pembangunan
berskala besar atau kegiatan penting yang tidak dapat ditampung oleh
struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam RTRWK yang ada
· Terjadi perubahan faktor-faktor internal dalam pembangunan daerah
karena adanya perubahan prioritas, perkembangan kawasan atau sektor
yang tidak dipertimbangkan sebelumnya
· Terjadinya simpangan-simpangan besar dalam struktur dan pola
pemanfaatan ruang

Jika sekurang-kurangnya salah satu dari kriteria tersebut dipenuhi, maka


diperlukan proses peninjauan kembali atau penyempurnaan terhadap
seluruh proses penataan ruang yang ada.

II-32
PENDEKATAN & METODOLOGI

3. TAHAP PENENTUAN TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

Setelah dari tahapan (2) diperoleh ketentuan perlu dilakukan peninjauan


kembali, selanjutnya ditentukan tipologi peninjauan kembali, yaitu:
Tipologi A RTRWK sah, simpangan kecil, faktor eksternal tetap.
Tipologi B RTRWK sah, simpangan kecil,faktor eksternal berubah.
Tipologi C RTRWK sah, simpangan besar, faktor eksternal berubah.
Tipologi D RTRWK sah, simpangan besar,faktor eksternal tetap.
Tipologi E RTRWK tidak sah, simpangan kecil, faktor eksternal berubah.
Tipologi F RTRWK tidak sah, simpangankecil, faktor eksternal tetap.
Tipologi G RTRWK tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal berubah.
Tipologi H RTRWK tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal tetap

Ciri-ciri dari masing-masing tipologi adalah :

Tipologi A
RTRWK berlaku untuk digunakan sebagai acuan pembangunan dan
memenuhi ketentuan prosedur dan proses penyusunan rencana dan
terpenuhi substansi RTRWK. Simpangan yang terjadi pada prinsipnya tidak
merubah mempengaruhi perubahan tujuan, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang

Tipologi B
Pada tipologi B, terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi kinerja RTRWK, sehingga tidak dapat sepenuhnya
dijadikan acuan pembangunan karena tidak dapat mengakomodasi
perkembangan yang ada. Secara mendasar, RTRWK ini memerlukan
perubahan dalam tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang.

Tipologi C
Dalam pemanfaatan RTRWK terjadi simpangan- simpangan yang menyalahi
ketentuan yang diinginkan dalam RTRWK yang disebabkan oleh pengaruh
faktor-faktor eksternal secara signifikan. Dalam hal ini perlu dilakukan
perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan
ruang.

Tipologi D
Dalam pelaksanaan RTRWK telah terjadi simpangan dalam pemanfaatan
dan pengendalian yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam RTRWK,
walaupun kondisi RTRWK sendiri telah memenuhi prosedur dan ketentuan
penyusunannya.

Tipologi E, F, G, dan H
Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki kondisi yang sama, yaitu
RTRWK yang bersangkutan tidak sah. Oleh karena itu, pada keempat
tipologi ini perlu dilakukan penyempurnaan RTRWK atau perubahan tujuan,
sasaran, strategi sertastrukturdanpola pemanfaatan ruang wilayah sesuai

II-33
PENDEKATAN & METODOLOGI

dengan ketentuan yang berlaku dalam pedoman penyusunan rencana, dan


sesuai dengan perubahan yang diakibatkan oleh faktor eksternal.

4. TAHAP KEGIATAN PENINJAUAN KEMBALI

Setelah ditentukan salah satu tipe keadaan/penanganan peninjauan kembali,


selanjutnya dilakukan :
a. Kajian/penilaian dan/atau evaluasi RTRWK
Kegiatan ini berupa :
· Kajian/penilaian terhadap RTRWK dari sisi kelengkapan materi dan
proses penyusunan dengan mengacu pada UUPR serta standar dan
pedoman teknis penyusunan RTRWK
· Evaluasi kemampuan RTRWK sebagai alat perencanaan, khususnya
dalam identifikasi pelaksanaan program dan proyek pembangunan yang
terkait dengan penataan ruang
· Penyesuaian terhadap materi RTRWK untuk mengakomodasi
perubahan kebijaksanaantujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang.
· Evaluasi kemampuan RTRWK untuk mengakomodasi dinamika
perkembangan pemanfaatan ruang serta sekaligus melakukan
penyesuaian RTRWK, jika dianggap tidak mampu menampung aspirasi,
tuntutan pembangunan dan perkembangan masyarakat.
· Evaluasi kesesuaian antara perwujudan struktur dan pola pemanfaatan
ruang yang ditetapkan pada RTRWK yang dituju, dan mencari tindakan-
tindakan yang perlu dilakukan untuk menanggulangi penyimpangan yang
terjadi.

b. Penyempurnaan RTRWK
Tergantung pada tipologinya, yaitu berupa :
I. Pembakuan materi RTRWK jika berdasarkan hasil peninjauan ditemukan
bahwa materi RTRWK yang ditinjau tidak memenuhi persyaratan minimal
sebagai RTRWK yang baku
II. Penyesuaian terhadap materi RTRWK agar mampu mengakomodasikan
perubahan kebijaksanaan, tujuan, sasaran, dan dinamika pembangunan,
serta untuk mengkoreksi struktur dan pola pemanfaatan ruang
Bentuk dari kegiatan ini adalah :
· Penambahan komponen-komponen rencana
· Perbaikan sebagai komponen rencana
· Perumusan kembali kebijaksanaan dan strategi pengembangan
wilayah serta tujuan dan sasaran pembangunan
· Revisi total seluruh komponen rencana atau penyusunan kembali
rencana

c. Pemantapan Pemanfaatan dan PengendalianPemanfaatan RTRWK


Kegiatan ini antara lain berupa diseminasi RTRWK ke setiap sektor,
pemanfaatan RTRWK sebagai alat koordinasi, sebagai acuan
pembangunan, penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan evaluasi
dan sebagainya.

II-34
PENDEKATAN & METODOLOGI

Proses peninjauan kembali untuk masing-masing tipologi di atas, adalah :


1. Tipologi A
Tidak perlu dilakukan tindakan tertentu karena RTRWK-nya masih sah,
tidak perlu dilakukan penyempurnaan, dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pembangunan daerah Kabupaten.

2. Tipologi B
Perlu dilakukan peninjauan kembali yang disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal yang menyebabkan RTRWK tidak berlaku lagi.
Tatacara yang harus dilakukan adalah :
a. Masukan
Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja RTRWK
b. Proses
· Analisishubunganfaktor eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah
· Analisishubunganfaktoreksternal terhadap rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang
· Apabila faktor eksternal tidak lagi sejalan dengan strategi
pengelolaan, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang,
dilanjutkan dengan :
(1) Pemutakhiran tujuan dan sasaran pembangunan daerah
(2) Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan ruang
(3) Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah
c. Keluaran
· Rumusan strategi pengembangan wilayah baru
· Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang baru

3. Tipologi C
(1) Penyesuaian terhadap faktor eksternal
a. Masukan
Identifikasi faktor-fakor eksternal yang mempengaruhi kinerja
RTRWK
b. Proses
· Analisishubungan faktor eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah
· Analisishubunganfaktoreksternal terhadap rencana struktur dan
pola pemanfaatan ruang
· Apabilafaktor eksternal tidak lagi sejalan dengan strategi
pengelolaan, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang,
dilanjutkan dengan :
1) Pemutakhiran tujuan dan sasaran
pembangunandaerah
2) Perumusan permasalahan pembangunan dan
pemanfaatan ruang
3) Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah
c. Keluaran
· Rumusan strategi pengembangan wilayah baru
· Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang baru.

(2) Pemantapan pemanfaatan dan pengendalian

II-35
PENDEKATAN & METODOLOGI

· Penyempurnan/peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai acuan


pembangunan
· Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan menyepakati
RTRWK sebagai acuan pembangunan
· Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan dalam
forum Rapat Koordinasi Pembangunan
· Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan secara
kontinyu terhadap program-program pembangunan dan
implementasi ruang
· Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan program
implementasi ruang dan perizinan.

4) Tipologi D

Pada tipologi D ini tidak perlu dilakukan pemutakhiran RTRWK karena


rencana masih sah dan tidak terjadi perubahan eksternal seperti
halnya pada tipologi A, namun karena permasalahannya adalah terjadinya
simpangan pada pemanfaatannya dan pengendalian, maka aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam peninjauan kembali adalah sebagaimana
dilakukan pemantapan pada tipologi C. Pemanfaatan dan pengendalian yang
perlu dilakukan adalah:
a. Penyempurnaan/peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai acuan
pembangunan.
b. Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan menyepakati
RTRWK sebagai acuan pembangunan
c. Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan dalam
forum Rapat Koordinasi Pembangunan
d. Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan secara kontinyu
terhadap program pembangunan dan implementasi ruang
e. Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan program
implementasi ruang dan perizinan

5) Tipologi E

Dilakukan peninjauan kembali karena ketidaksahan rencana ditinjau dari


aspek substansi yang tidak memenuhi ketentuan prosedur dan proses
penyusunan rencana, dan adanya perubahan faktor eksternal yang perlu
terakomodasi. Dengan demikian, dalam peninjauan kembali diperlukan
langkah-langkah menyeluruh terhadap perbaikan substansi rencana dan
penyesuaian terhadap aspek-aspek eksternal. Tatacara yang dilakukan :
a. Masukan
• Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja RTRWK
• Identifikasi kinerja RTRWK
• Identifikasi pemanfaatan yang sedang berjalan
b. Proses
• Analisis hubungan faktor eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah
• Analisis hubungan faktor eksternal terhadap struktur dan pola
pemanfaatan ruang

II-36
PENDEKATAN & METODOLOGI

• Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana disesuaikan dengan


faktor- faktor eksternal yang mengalami perubahan
• Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan ruang
wilayah
• Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah

c. Keluaran
• Rumusan RTRWK yang disempurnakan
• Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang baru

6) Tipologi F

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah revisi atau peninjauan kembali


secara menyeluruh dengan melakukan pemutakhiran data, analisis dan
rencana.
Tatacara yang perlu dilakukan :

a. Masukan
• Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
RTRWK
• Identifikasi pemanfaatan ruang yang sedang berjalan
b. Proses (menggunakan pedoman penyusunanRTRWK)
• Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana disesuaikan dengan
pemanfaatan ruang yang sedang berjalan yang mengalami perubahan
• Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan ruang
• Perumusan kembali konsep dan strategi pengembangan wilayah
c. Keluaran
RTRWK yang baru

7) Tipologi G

Melakukan revisi secara menyeluruh kinerja produk RTRWK yang


berupa pemutakhiran data, analisis dan rencana dengan menyesuaikannya
pada faktor-faktor eksternal yang mengalami perubahan.
Tatacara yang dilakukan :

(1) Pemutakhiran Rencana dan Penyesuaian terhadap faktor-faktor


eksternal
a. Masukan
• Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
RTRWK
• Identifikasi kinerja RTRWK
• Identifikasi pemanfaatan yang sedang berjalan
b. Proses
• Analisis hubungan faktor eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah

II-37
PENDEKATAN & METODOLOGI

• Analisis hubungan faktor eksternal terhadap struktur dan pola


pemanfaatan ruang
• Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana disesuaikan
dengan faktor- faktor eksternal yang mengalami perubahan
• Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan ruang
wilayah
• Perumusan kembali konsep strategi pengembangan wilayah
c. Keluaran
RTRWK yang baru

(2) Pemantapan Pemanfaatan danPengendalian


• Penyempurnan/peningkatan pemanfaatanRTRW sebagai acuan
pembangunan
• Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan
menyepakati RTRWK sebagai acuan pembangunan
• Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan
dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan
• Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan secara kontinyu
terhadap program-program pembangunan dan implementasi ruang
• Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan program
implementasi ruang dan perizinan.

8) Tipologi H

Yang perlu dilakukan adalah peninjauan kembali secara menyeluruh


dengan melakukan pemutakhiran data, analisis dan rencana, baik dalam
proses penyusunan maupun substansi yang ada dalam produk RTRWK,
serta pemantapan pemanfaatan dan pengendalian.

Tatacara yang dilakukan :

(1) Pemutakhiran Rencana


a. Masukan
• Identifikasi kinerja RTRWK
• Identifikasi pemanfaatan yang sedang berjalan
b. Proses
• Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana disesuaikan
dengan faktor- faktor eksternal yang mengalami perubahan
• Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan ruang
wilayah
• Perumusan kembali konsep strategi pengembangan wilayah
• Penyusunan kembali RTRWK
c. Keluaran
RTRWK yang baru

(2) Pemantapan Pemanfaatan danPengendalian


• Penyempurnan/peningkatan pemanfaatanRTRW sebagai acuan
pembangunan
• Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan
menyepakati RTRWK sebagai acuan pembangunan

II-38
PENDEKATAN & METODOLOGI

• Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan dalam


forum Rapat Koordinasi Pembangunan
• Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan secara
kontinyu terhadap program-program pembangunan dan implementasi
ruang
• Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan program
implementasi ruang dan perizinan.

5. PENGESAHAN RENCANA

Masing-masing tipologi mempunyai tingkat kedalaman aspek yang perlu


ditinjau kembali dan secara prinsip menentukan tata cara pengesahan dari
hasil peninjauan kembali tersebut, yang disimpulkan secara tegas seperti
disajikan pada tabel-2 dan tabel-3.
Penjelasan untuk masing-masing jenis pengesahan adalah :
a. Tanpa Pengesahan
Apabila peninjauan kembali mempunyai kondisi tidak mempengaruhi isi
kesahan suatu RTRWK. Tipologi yang sesuai dalam katgori ini adalah
tipologi A, dan D.
b. Pengesahan dengan SK Bupati
Apabila RTRWK masih sah dan faktor eksternal berubah, tetapi tidak
merubah tujuan, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan ruang.
Dalam hal dapat dilakukan peninjauan kembali dengan menyampaikan
aturan tambahan dalam rangka penyesuaian rencana. Tipologi yang
sesuai dalam kategori ini adalah tipologi B, dan C.
c. Pengesahan oleh Gubernur Propinsi
Apabila terjadi perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan
pola pemanfaatan ruang wilayah, maka prosedur pengesahan akan
melalui proses yang utuh yang dimulai dengan penetapan oleh
Pemerintah Daerah, dan pengesahan oleh Gubernur Propinsi. Tipologi
yang sesuai dalam kategori ini adalah tipologi E, hingga H.

II-39
PENDEKATAN & METODOLOGI

Tabel-2
Proses PeninjauanKembali RTRW Kabupaten Sesuai Tipologi

No Tipologi Proses
1 A RTRWKsah TidakperludilakukanPenyempurnaan
Simpangankecil RTRWKMasihdigunakan sebagaiacuan
Faktoreksternaltetap pembangunandaerah kabupaten
2 B RTRWKsah Perluperubahandanpenyempurnaan
Simpangankecil rencana(poladanstruktur diubah)
Faktoreksternal berubah
3 C RTRWKsah Perluperubahandan
Simpanganbesar penyempurnaan rencana
Faktoreksternal berubah
4 D RTRWKsah Perluperubahandan
Simpanganbesar penyempurnaanRTRW
Faktoreksternaltetap
5 E RTRWKtidaksah Perluperubahandan
Simpangankecil penyempurnaanRTRW (rumusanpoladan
Faktoreksternal berubah strukturyangbaru)
6 F RTRWKtidaksah Revisitotal (pemutakhirandata, analisis,danrencana)
Simpangankecil
Faktoreksternaltetap
7 G RTRWKtidaksah Revisitotal (pemutakhirandata, analisis,danrencana)
Simpanganbesar
Faktoreksternal berubah
8 H RTRWKtidaksah Revisitotal
Simpanganbesar (pemutakhirandata, analisis,danrencana)
Faktoreksternaltetap

Tabel- 3
Proses, Produk,danTindak Lanjut Penanganan Peninjauan Kembali RTRW
Sesuai dengan Tipologi
Tipologi
No Kegiatan
A B C D E F G H
A MASUKAN
1 Identifikasifaktorekstygberpengaruhthd kinerjaRTRW x x x x
2 IdentifikasikinerjaRTRW x x x x
3 Identifikasipemanfaatanruang x x x x
B PROSES
1 Analisahubfaktorekstthdkebijaksanaan pembdaerah x x x x
2 Analisahubfaktorekstthdstrukturdanpola pemanfruang x x x x
3 Pemutakhirandata,analisa&produk x x
rencana(berdsrkanfaktor ekst)
4 Pemutakhirandata,analisa&produk x x
rencana(pemanfruang)
5 Pemutakhirantujuandansasaran pembangunan x x
6 Perumusanpermasalahanpembangunan x x x x x x
danpemanfruang
7 Perumusankembalikonsepdanstrategi pengembwilayah x x x x x x
8 perumusandanpenyusunankembali RTRW x x x x
C KELUARAN
1 Rumusanstrategipengembwilayahyang baru x x

II-40
PENDEKATAN & METODOLOGI

2 Rumusanstrukturdanpolapemanfaatan x x x
ruangwilayahyangbaru
3 RumusanRTRW yangbaru x x x x
D PEMANTAPANRTRWDAN
PENGENDALIANPEMANFAATAN
1 PenyempurnaanpedomanpemanfRTRW x x x x
sbgacuanpembangunan
2 PeningkatandiseminasiRTRWkesetiap x x x x
sektor&menyepakatiRTRW
3 PeningkatanpemanfaatanRTRWsbgdok x x x x
acuandlmforumrapat
4 Penyempurnaankegtnpemantauan&pelaporanscrkontinu x x x x
5 Penyempurnaankegiatanevaluasithd program pelaks x x x x
implementasi
E PENGESAHAN RENCANA
1 Tanpa Pengesahan x x
2 Pengesahan Dengan SK Gubernur/Bupati x x
3 Pengesahan Oleh Mendagri/Gubernur x x x x x x
Keterangan:
Tipologi B dan C yang mengalami perubahan mendasar dalam tujuan, sasaran, strategi, struktur dan pola
pemanfaatan ruang melalui pengesahan oleh Gubernur.
Tipologi B dan C yang mengalami perubahan mendasar dalam tujuan, sasaran, strategi, struktur dan pola
pemanfaatan ruang, cukup pengesahannya dengan SK Bupati.

II-41
PENDEKATAN & METODOLOGI

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Tabel
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin

No Uraian Kagiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pelelangan Kegiatan

2 SPK

3 SPMK

Pemutakhiran (Updating) data dan


4
Informasi

Analisis untuk Revisi RTRW Kabupaten


5
Banyuasin 2012-2032

Penysunan Materi Revisi RTRW Kabupaten


6
Banyuasin

II-42
PENDEKATAN & METODOLOGI

KOMPOSISI TENAGA AHLI & TENAGA


PENDUKUNG

Tabel Komposisi Tim Pekerjaan Revisi Rencana RTRW Kabupaten Banyuasin

Tenaga Ahli
(Personil Inti)
Jumlah
Tenaga Ahli Posisi Uraian
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Orang
Lokal/Asing Diusulkan Pekerjaan
Bulan
Dr. Firmansyah, PT. Belaputera Ahli Perencanaan
Lokal Ketua Tim - 6
ST., MT. Interplan Wilayah dan Kota
Hesti Cahjaning PT. Belaputera Ahli Perencanaan
Lokal Tenaga Ahli - 6
Wulan, ST., MT. Interplan Wilayah dan Kota
Ir. Reza Martani PT. Belaputera Ahli Prasarana
Lokal Tenaga Ahli - 5
Surdia, MT. Interplan Wilayah
PT. Belaputera
Ir. Zahidah, M.Si. Lokal Ahli Kehutanan Tenaga Ahli - 5
Interplan
Rakhmat PT. Belaputera
Lokal Ahli Ekonomi Tenaga Ahli - 4
Haryono, SE. Interplan
Ira Triakencana PT. Belaputera Tenaga Ahli
Lokal Tenaga Ahli - 4
Wulan, ST. Interplan Lingkungan
Tenaga Pendukung
(Personil lainnya)
Jumlah
Tenaga Ahli Posisi Uraian
Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Orang
Lokal/Asing Diusulkan Pekerjaan
Bulan
Ahmad Santana, PT. Belaputera Ahli Perencanaan Asisten
Lokal - 6
ST. Interplan Wilayah dan Kota Tenaga Ahli
Syafril Janizar, PT. Belaputera Ahli Prasarana Asisten
Lokal - 6
ST. Interplan Wilayah Tenaga Ahli
PT. Belaputera Tenaga
Martin Lokal Surveyor - 1
Interplan Pendukung
PT. Belaputera Tenaga
Erwin T Lokal Surveyor - 1
Interplan Pendukung
PT. Belaputera Tenaga
Patah Hidayat Lokal Surveyor - 1
Interplan Pendukung
PT. Belaputera Drafter/Operator Tenaga
Andri Lokal - 6
Interplan Autocad Pendukung
PT. Belaputera Tenaga
Rona Mudani Lokal Operator Komputer - 6
Interplan Pendukung
PT. Belaputera Tenaga
Cecep Heri Lokal Operator Komputer - 6
Interplan Pendukung
PT. Belaputera Tenaga
Dadang Heryana Lokal Sekretaris - 6
Interplan Pendukung
PT. Belaputera Tenaga
Dede Lokal Office Boy - 6
Interplan Pendukung

II-43
PENDEKATAN & METODOLOGI

JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Tabel Jadwal Penugasan Tenaga Ahli Pekerjaan Revisi Rencana RTRW Kabupaten
Banyuasin

Bulan Kerja Orang


No. Nama Personil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 n Bulan
Nasional
1 Dr. Firmansyah, ST., MT. 6
2 Hesti Cahjaning Wulan, ST., MT. 6
3 Ir. Reza Martani Surdia, MT. 5
4 Ir. Zahidah, M.Si. 5
5 Rakhmat Haryono, SE 4
6 Ira Triakencana Wulan, ST. 4
Subtotal 30
Asing
1 -
2 -
n -
Subtotal
Total
Masukan Masukan
Penuh-Waktu Paruh-Waktu

II-44

Anda mungkin juga menyukai