Anda di halaman 1dari 6

Makalah Seminar Kerja Praktek

SISTEM PENGUATAN TANPA SIKAT (BRUSHLESS EXCITATION SYSTEM) PADA


GENERATOR PLTU UNIT 3 TAMBAK LOROK SEMARANG

Muhammad Imam Fauzi1, Dr.Ir. Joko Windarto, M.T2


1
Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email: imamfauzi89@gmail.com

Abstrak - Pada sistem pengaturan modern, eksitasi memegang peranan penting dalam mengendalikan
kestabilan suatu pembangkit karena apabila terjadi fluktuasi beban maka eksitasi sebagai pengendali akan
berfungsi mengontrol keluaran generator seperti tegangan, arus dan faktor daya dengan cara mengatur kembali
besaran-besaran input guna mencapai titik keseimbangan baru.
Bila arus eksitasi naik maka daya reaktif yang disalurkan generator ke sistem akan naik sebaliknya bila
turun maka daya reaktif yang disalurkan akan berkurang. Jika arus eksitasi yang diberikan terlalu kecil, aliran
daya reaktif akan berbalik dari sistem menuju ke generator sehingga generator menyerap daya reaktif dari
sistem. Keadaan ini sangat berbahaya karena akan menyebabkan pemanasan berlebihan pada stator.
Sistem eksitasi klasik menggunakan sikat(brush excitation) terbukti menimbulkan berbagai masalah
pada efisiensi, rumitnya pemeliharaan dan masalah pengoperasian. Untuk itu dikembangkan sistem eksitasi
tanpa sikat (brushless excitation) sehingga operasi pembangkitan listrik menjadi lebih efisien, handal, dan
sederhana.

Kata kunci : brushless excitation, generator, fluktuasi beban

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembangkitan tenaga listrik yang 1.2 Maksud dan Tujuan
banyak dilakukan adalah dengan cara memutar Hal – hal yang menjadi tujuan penulisan
generator sinkron sehingga menghasilkan tenaga laporan kerja praktek ini adalah :
listrik dengan arus bolak-balik tiga fasa. Untuk 1. Mengetahui sistem dan proses
menghasilkan tenaga listrik dengan arus bolak- pembangkitan energi listrik di
balik yang stabil, diperlukan sebuah teknologi PT.Indonesia Power UBP Tambaklorok
berupa sistem penguatan atau yang lebih sering Semarang.
disebut sebagai sistem eksitasi. Sistem eksitasi 2. Mengetahui gambaran dan proses sistem
ini adalah sebuah teknik penguatan arus medan penguatan tanpa sikat (brushless
magnet yang dibangkitkan pada generator dengan excitation) pada generator PLTU Unit 3
menggunakan prinsip elektromagnetis untuk PT.Indonesia Power UBP Tambaklorok
menghasilkan medan magnet penguatan. Semarang.

Tujuan dari sistem eksitasi pada generator 1.3 Pembatasan Masalah


adalah untuk mengendalikan output dari Batasan masalah yang diambil oleh penulis
generator agar tetap stabil pada beban sistem dibatasi hanya pada masalah pembangkitan,
yang berubah - ubah. Bila rotor berputar akan khususnya pada pembahasan tentang Sistem
menimbulkan perpotongan antara kumparan Penguatan tanpa Sikat (Brushless Excitation)
medan dengan stator winding sehingga pada generator PT.Indonesia Power UBP
menghasilkan Gaya Gerak Listrik (GGL). Tambaklorok Semarang.

Generator utama PLTU Unit 3 Tambak II. GAMBARAN UMUM


Lorok Semarang menggunakan sistem eksitasi 2.1 Sistem Eksitasi
brushless excitation. Keluaran main exciter akan Sistem eksitasi adalah sistem mengalirnya
disearahkan dengan menggunakan rotating pasokan listrik arus searah sebagai penguatan
rectifier sehingga penggunaan sikat dan slip ring pada generator listrik atau sebagai pembangkit
dapat dihilangkan. medan magnet. Sistem eksitasi pada generator
dalam sistem pembangkitan terdiri dari 2 macam, Keuntungan sistem eksitasi tanpa
yaitu: menggunakan sikat (brushless excitation), antara
1. Sistem eksitasi dengan sikat (brush lain :
excitation) 1. Energi yang diperlukan untuk eksitasi
2. Sistem eksitasi tanpa sikat (brushless diperoleh dari poros utama (main shaft),
excitation) sehingga keandalannya tinggi.
2. Biaya perawatan berkurang karena pada
2.1.1 Sistem Eksitasi dengan Sikat sistem eksitasi tanpa sikat (brushless
Sistem eksitasi ini dapat menggunakan 2 excitation) sistem tidak memerlukan sikat,
jenis generator untuk eksitasinya. Pertama komutator dan slip ring.
dengan generator arus searah (DC). Kedua 3. Pada sistem eksitasi tanpa sikat (brushless
dengan generator arus bolak-balik (AC). Jika excitation) tidak terjadi kerusakan isolasi
menggunakan eksitasi yang berasal dari karena melekatnya debu karbon pada
generator AC kita dapat menggunakan arus farnish akibat sikat arang.
keluaran dari Permanent Magnet Generator 4. Mengurangi kerusakan (trouble) akibat
(PMG) untuk eksitasi stator generator AC udara buruk (bad atmosfere) sebab semua
tersebut. peralatan ditempatkan pada ruang tertutup.
Untuk mengalirkan arus eksitasi dari main 5. Selama operasi tidak diperlukan pengganti
exciter ke rotor generator utama digunakan sikat, sehingga menngkatkan keandalan
cincing geser (slip ring) dan sikat arang (carbon operasi dapat berlangsung kontinu pada
brush). Demikian juga penyaluran arus yang waktu yang lama.
berasal dari pilot exciter (PMG) ke main exciter. 6. Pemutus medan generator (Generator field
Sistem eksitasi dengan sikat ini merupakan breaker), field generator dan bus exciter
jenis sistem eksitasi yang konvensional dan atau kabel tidak diperlukan lagi.
kurang modern. Penggunaan sistem ini akan 7. Biaya pondasi berkurang, sebab aluran
membutuhkan lebih banyak pemeliharaan dan udara dan bus exciter atau kabel tidak
penggantian terhadap beberapa komponen memerlukan pondasi.
sistem.
III. Gambaran Sistem Eksitasi pada PLTU
Unit 3 Tambak Lorok
Sistem eksitasi pada PLTU Unit 3 Tambak
Lorok Semarang adalah jenis sistem eksitasi
tanpa sikat (brushless excitation system). Pada
PLTU Unit 3 antara PMG sebagai pilot exciter,
generator ac sebagai main exciter dan generator
sinkron sebagai main generator dihubungkan
dengan satu poros yang sama. Apabila turbin
sebagai penggerak mula berputar maka pada
Gambar 1. Gambaran rangkaian peralatan sistem kumparan stator PMG akan timbul tegangan
eksitasi dengan sikat akibat dari magnet permanen yang berputar.
Tegangan keluaran tersebut selanjutnya
2.1.2 Sistem eksitasi tanpa sikat disearahkan dan dikontrol pada voltage regulator
Penggunaan sikat dan slip ring mempunyai (pengatur tegangan statis) untuk disalurkan
beberapa kelemahan antara lain karena sikat dalam stator AC exciter sebagai exciter
dapat menimbulkan loncatan api pada putaran utamanya.
tinggi dan hanya mampu mengalirkan arus Tegangan bolak-balik yang dihasilkan
eksitasi yang relatif kecil. Selain itu, penggunaan pada AC exciter disearahkan dalam rotating
sikat menuntut penggantian dan pemeliharaan rectifier untuk digunakan sebagai penguat
yang rutin akibatnya membutuhkan biaya lebih (eksitasi) pada rotor main generator (generator
besar. utama). Karena sudah ada rotating rectifier maka
Untuk mengatasi keterbatasan pada cincin dan sikat arang sudah tidak diperlukan
penggunaan sikat arang, dikembangkan suatu lagi.
sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat Pada gambar berikut dapat kita lihat
(brushless excitation). beberapa bagian dari sistem eksitasi antara lain
pilot exciter berupa Permanent Magnet a. Permanent Magnet Generator (PMG)
Generator (PMG). Permanent Magnet Generator (PMG)
Untuk memperjelas penjelasan di atas, adalah generator sinkron yang sistem eksitasinya
berikut akan disajikan gambaran peralatan pada menggunakan magnet permanen pada rotornya.
genenerator di PLTU Unit 3 Tambak Lorok Pada sistem eksitasi tanpa sikat digunakan
Semarang beserta dengan sistem eksitasi yang PMG sebagai penyedia daya untuk eksitasi AC
ada di dalamnya. exciter/main exciter dan komponen regulator.
PMG terdiri dari magnet permanen berputar dan
jangkar yang diam dililit untuk output 3 phasa.

b. AC exciter
AC exciter/ main exciter adalah jenis yang
sama dengan generator sinkron konvensional.
Rotor AC exciter ditempatkan pada poros yang
sama dengan rotating rectifier. AC exciter sendiri
mendapatkan eksitasi pada statornya dari PMG
setelah disearahkan dalam AVR. Penggunaan
main exciter ini bertujuan untuk memperbesar
arus eksitasi agar bisa digunakan untuk
mengeksitasi generator utama, setelah
Gambar 2. Gambaran sistem generator disearahkan dulu oleh rotating recitifer.
beserta sistem eksitasinya
c. Rotating rectifier
3.1 Fungsi Sistem Eksitasi Rotating rectifier terdiri dari silicon diode,
fuse, dan resistor. Bagian ini merupakan bagian
Sistem eksitasi mempunyai berbagai
yang digunakan untuk menyearahkan arus yang
fungsi. Fungsi tersebut antara lain :
akan menuju ke rotor generator utama sebagai
a. Mengatur tegangan keluaran generator agar
arus eksitasi. Berikut akan disajikan struktur fuse.
tetap konstan (stabil).
b. Mengatur besarnya daya reaktif.
c. Mempertinggi kapasitas daya pemuatan
(charging capacity) saluran transmisi tanpa
beban dengan mengendalikan eksitasi.
d. Menekan kenaikan tegangan pada
pelepasan beban (load rejection).

Karena mempunyai fungsi seperti di atas


maka sistem eksitasi harus mempunyai sifat
antara lain ;
a. Mudah dikendalikan.
b. Dapat mengendalikan dengan stabil/ sifat
pengendalian stabil.
c. Mempunyai respon/tanggapan yang cepat. Gambar 3. Struktur Fuse
d. Tegangan yang dikeluarkan harus sama
dengan tegangan yang diinginkan.
d. Automatic Voltage Regulator (AVR)
3.2 Bagian Utama Sistem Eksitasi Tanpa AVR merupakan bagian yang sangat
Sikat (Brushless Excitation) penting dalam pengaturan arus eksitasi generator.
Bagian-bagian dari sistem eksitasi tanpa Arus keluaran dari PMG disearahkan dan diatur
sikat antara lain : besarnya di AVR. AVR sendiri terdiri dari 3
a. Permanent Magnet Generator (PMG) lemari besar dan berada pada lantai bagian bawah
b. AC exciter generator pada Unit 3. Masing-masing lemari
c. Rotating rectifier terdiri dari berbagai peralatan yang sangat
d. Automatic Voltage Regulator penting.
IV. Analisa Jenis Kegagalan Generator intensitas percikan (spark). Sehingga kode
Transformator awalnya bukan lagi 0 0 0 melainkan 1 0 1.
Generator transformer merupakan 2. Gas yang timbul mayoritas dihasilkan oleh
generator yang digunakan untuk menerima daya proses dekomposisi kertas, sehingga muncul
dan menaikkan nilai tegangan dari generator angka 0 pada kode rasio roger.
untuk disalurkan ke beban. 3. Kondisi kegagalan ini terindikasi dari
Pengujian kegagalan meliputi pengujian naiknya konsentrasi fault gas. CH4/H2
pada keadaan minyak yang digunakan generator normalnya bernilai 1, namun nilai ini
transformer. tergantung dari berbagai faktor seperti
kondisi konservator, selimut N2, temperatur
4.1 Metode Pengujian DGA (Dissolved Gas minyak dan kualitas minyak.
Analysis) 4. Naiknya nilai C2H2 (lebih dari nilai yang
DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai terdeteksi), pada umumnya menunjukkan
analisa kondisi transformator yang dilakukan adanya hot-spot dengan temperatur lebih
berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak dari 7000C, sehingga timbul arching pada
trafo. DGA pada dunia industri dikenal juga transformator. Jika konsentrasi dan rata-rata
sebagai tes darah atau blood test pada pembentukan gas asetilen naik, maka
transformator. Pengujian zat-zat terlarut transformator harus segera diperbaiki (de-
(biasanya gas) pada minyak trafo (minyak trafo energized). Jika dioperasikan lebih lanjut
dianalogikan sebagai darah manusia) akan kondisinya akan sangat berbahaya.
memberikan informasi-informasi terkait 5. Transformator dengan OLTC (On-Load Tap
kesehatan dan kualitas kerja transformator secara Changer) bisa saja menunjukkan kode 2 0 2
keseluruhan. ataupun 1 0 2 tergantung jumlah dari
Uji DGA dilakukan pada suatu sampel pertukaran minyak antara tangki tapchanger
minyak diambil dari unit transformator kemudian dan tangki utama.
gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut
diekstrak.
Pengujian DGA adalah salah satu langkah
perawatan preventif (preventive maintenance)
yang wajib dilakukan dengan interval pengujian
paling tidak satu kali dalam satu tahun
(annually).

4.2 Analisis Kondisi Transformator


Berdasarkan Hasil Pengujian DGA
Terdapat beberapa metode untuk
melakukan interpretasi data dan analisis seperti
yang tercantum pada IEEE std.C57 – 104.1991
dan IEC 60599, yaitu :
1. Standar IEEE
2. Key Gas
3. Roger’s Ratio
4. Duval’s Triangle
Selain rasio pada tabel di atas seringkali
Magnitude rasio empat jenis fault gas digunakan rasio lain seperti rasio CO2/CO. Rasio
digunakan untuk menciptakan tiga digit kode. ini digunakan untuk mendeteksi keterlibatan
Kode-kode tersebut akan menunjukkan indikasi isolasi kertas pada fenomena kegagalan.
dari penyebab munculnya fault gas. Beberapa Normalnya rasio CO2/CO bernilai sekitar 7. Jika
catatan (note) mengenai interpretasi dari tabel rasio < 3, ada indikasi yang kuat akan adanya
rasio roger : kegagalan elektrik sehingga menimbulkan
karbonisasi pada kertas (hot-spot atau arcing
1. Ada kecenderungan rasio C2H2/C2H4 naik dengan temperatur >2000C). Jika rasio > 10,
dari 0,1 s.d > 3 dan rasio C2H4/C2H6 untuk mengindikasikan adanya kegagalan thermal pada
naik dari 1-3 s.d > 3 karena meningkatnya isolasi kertas pada belitan.
Nilai rasio ini tidaklah selalu akaurat
karena nilai CO2 dan CO dipengaruhi oleh
berbagai faktor luar seperti oksidasi minyak
akibat pemanasan, penuaan isolasi kertas, gas
CO2 yang masuk akibat tangki transformator
yang bocor atau kurang rapat. Walaupun kurang
akurat, rasio CO2/CO sangat membantu
identifikasi awal akan adanya kasus degradasi
kualitas isolasi kertas.

Analisa pada hasil pengujian DGA yang


telah dilakukan oleh PT Indonesia Power dengan
metode Roger’s Ratio yang telah dijelaskan pada
sub-bab sebelumnya. Analisa jenis kegagalan
Digit kode 0 0 2 tidak terdapat pada tabel
generator transformer akan menggunakan 2 (dua)
analisis menurut roger’s. Munculnya kode 0 ini
data hasil pengujian DGA yang dilakukan pada
diakibatkan oleh gas-gas yang timbul mayoritas
generator transformer pada saat berbeban (on-
dihasilkan oleh proses dekomposisi kertas..
load) dan pada saat tidak berbeban / pada saat
Munculnya permasalahan ini bisa dijadikan
dilakukan maintenance (no-load).
pendekatan sesuai dengan tabel analisis roger’s
dengan kode 0 0 1 yang mengindikasikan adanya
4.3 Generator Transformer On-load
kegagalan thermal < 1500C.
Pada kondisi generator transformer on-
load, dilakukan pengambilan sampel minyak 4.4 Generator Transformer No-Load
pada tanggal 14 Mei 2010, dilakukan pengujian Pada kondisi generator transformer no-
DGA dan didapat: load, dilakukan pengambilan sampel minyak
pada tanggal 3 Juni 2010 saat maintenance
didapat :

Dapat dilihat bahwa warna minyak telah Pada nilai perbandingan fault gas C2H2 /
berada di bawah ambang standar yaitu sebesar C2H4 digunakan pernbandingan 1 / 63,76,
4,0, sedangkan dengan mengacu pada standar padahal nilai C2H2 = 0, hal ini dikarenakan
ASTMD 1500 batas standar warna adalah 3,5. menurut aturan roger’s detection limit untuk gas
Dan beberapa jenis gas lain yang juga tidak C2H2 adalah 1 ppm. Sedangkan untuk nilai H2
sesuai standar pada kolom berhighlight biru. detection limitnya adalah sebesar 5 ppm.
[4] Pudjanarsa, Astu dan Djati Nursuhud. 2006.
Mesin Konversi Energi. Yogyakarta :
Penerbit Andi
[5] Sulasno, Ir. 2004. Dasar Teknik Konservasi
Energi Listrik dan Sistem Pengaturan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
[6] http://dunia-
listrik.blogspot.com/2009/06/sistem-
eksitasi.html, diakses 15 Juni 2010

BIODATA PENULIS
Dari tabel 5.12 dapat diketahui
perbandingan fault gas C2H2/C2H4 sebesar 0,015, Muhammad Imam Fauzi (L2F007054) lahir di
CH4/H2 sebesar 1,236 dan C2H4/C2H6 sebesar Cilacap, 9 Juni 1989. Telah menempuh
37,06. Dengan mengacu pada kode range rasio pendidikan di TK Puspita Cilacap, kemudian
tabel roger’s didapatkan kode 0 2 2. Digit kode 0 melanjutkan di SDN 1 Tegalreja Cilacap. Lulus
2 2 pada tabel analisis roger’s menunjukkan kemudian melanjutkan di SLTPN 1 Cilacap.
bahwa pada transformator telah terjadi kegagalan Lulus tahun 2004, lalu melanjutkan di SMAN 1
thermal >7000C. Cilacap. Saat ini sedang menempuh pendidikan
Strata 1 di Universitas Diponegoro Konsentrasi
V. PENUTUP Ketenagaan.
5.1 Kesimpulan
Dari Kerja Praktek yang penulis lakukan di
PLTU Unit 3 Tambak Lorok Semarang dapat Semarang, Oktober 2010
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya perawatan sistem eksitasi tanpa
sikat (brushless excitation) relatif lebih Mengetahui
rendah daripada sistem dengan sikat Dosen Pembimbing
karena tidak membutuhkan adanya slip
ring, dan sikat.
2. Nilai arus eksitasi harus dijaga agar
selalu sesuai dengan arus dasar pada Dr. Ir. Joko Windarto, MT
sistem eksitasi sehingga kestabilan NIP. 196405261989031002
sistem secara keseluruhan tetap stabil.
3. Sistem eksitasi yang baik memiliki
respon yang cepat ketika terjadi
gangguan internal maupun eksternal
yang mempengaruhi kinerja generator.

5.2 Saran
Mahasiswa Kerja Praktek
1. Untuk menghasilkan tegangan sistem
yang stabil, besarnya arus eksitasi harus
selalu diperhatikan berkaitan dengan
fluktuasi beban yang terjadi.

Muhammad Imam Fauzi


DAFTAR PUSTAKA L2F007054

[1] Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan


Energi Listrik. Jakarta: Erlangga.
[3] Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem
Tenaga Listrik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai