Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan kebutuhan energi listrik mendorong peningkatan

penyediaan pembangkit energi listrik yang memadai. Generator adalah salah

satu peralatan utama dalam suatu pembangkit tenaga listrik, baik pada

pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga gas, pembangkit

listrik tenaga uap, dan pembangkit listrik tenaga diesel. Pembebanan system

interkoneksi selalu berubah-ubah setiap saat, sehingga unit-unit generator

pada masing-masing pembangkit yang berkontribusi pada sistem

interkoneksi harus selalu siap menghadapi berbagai kondisi sistem.

Generator sinkron merupakan satu komponem yang paling penting

pada sebuah industri penyediaan daya listrik yaitu sebagai pembangkit

tegangan listrik. Umumnya pada pusat listrik, tidak hanya dilayani oleh satu

unit pembangkit saja melainkan biasa dua atau lebih yang beroperasi parallel

(interkoneksi) yang disesuaikan dengan karakteristik bebannya, Tentu

diperlukan adanya operator yang mengatur pengoperasian diantara unit

pembangkit tersebut. Kebanyakan pada pusat listrik skala kecil

menggunakan pembagian beban secara sederhana dalam pengaturannya.

Namun perlu diteliti dan dibandingkan efisiensinya dengan pengaturan yang

lainnya seperti speed drop.

1
Di dalam instalasi generator untuk menghasilkan tenaga listrik dengan

arus bolak-balik, diperlukan sebuah sistem/teknologi berupa sistem

penguatan atau yang lebih sering disebut sebagai sistem eksitasi. Sistem

eksitasi ini adalah sistem mengalirnya pasokan listrik arus searah sebagai

penguatan pada generator listrik, sehingga menghasilkan tenaga listrik dan

besar tegangan keluaran bergantung pada besarnya arus eksitasi.

Tujuan dari sistem eksitasi pada generator adalah untuk

mengendalikan output berupa tengangan dan daya reaktif dari generator

agar tetap stabil pada beban sistem yang berubah-ubah. Pada sistem

pengaturan modern, eksitasi memegang peranan penting dalam

mengendalikan kestabilan suatu pembangkit karena apabila terjadi fluktuasi

beban, maka sistem eksitasi sebagai pengendali akan berfungsi mengontrol

keluaran generator seperti tegangan, arus, dan daya reaktif dengan cara

mengatur kembali besaran-besaran input guna mencapai titik keseimbangan

baru. Besar tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator sebanding

dengan besar medan magnet di dalamnya, sedangkan besar medan magnet

ini sebanding dengan besar arus eksitasi yang dibangkitkan. Maka, jika arus

eksitasi sama dengan nol, maka tegangan listrik juga sama dengan nol, Atas

dasar ini, sistem eksitasi dapat dikatakan sebagai sebuah sistem penguat

(amplifier), dimana sejumlah kecil daya dapat mengontrol sejumlah daya

yang besar. Prinsip ini menjadi dasar untuk mengontrol tegangan keluaran

generator, jika tegangan sistem turun maka arus eksitasi

2
harus ditambah, dan jika tegangan sistem terlalu tinggi maka arus eksitasi

dapat diturunkan.

Pada generator dengan sistem eksitasi, bila arus eksitasi naik maka

daya reaktif yang disalurkan generator ke sistem akan naik, sebaliknya bila

turun maka daya reaktif yang disalurkan akan berkurang. Bila daya reaktif

meningkat, maka tegangann terminal generator pun akan meningkat. Jika

arus eksitasi yang diberikan terlalu kecil, aliran daya reaktif akan berbalik

dari sistem menuju ke generator, sehingga generator menyerap daya reaktif

dari sistem. Keadaan ini sangat berbahaya karena akan menyebabkan

pemanasan berlebihan pada stator. Oleh karena itu, Pengaturan sistem

eksitasi ini sangat penting untuk mengatur besar kecilnya daya reaktif pada

generator, sehingga penulis mengambil judul “Analisis Pengaruh Eksitasi

Terhadap Daya Reaktif Generator di PLTD Timika”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas, maka dapat

di rumuskan penulis adalah:

1. Seberapa pengaruh Eksitasi terhadap mesin Generator yang

dibangkitkan dalam produksi daya listrik ?

2. Bagaimana menganalisis mesin generator untuk produksi listrik ?

3
1.3 Batasan Masalah

Lingkup penelitian ini yaitu :

1. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data-data generator

sinkron yang ada di PLTD Timika.

2. Perhitungan pengaruh eksitasi terhadap daya reaktif generator

menggunakan data sekunder yaitu data teknis generator di PLTD

Timika.

1.4 Tujuan

Tujuan penulis melakukkan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengaruh Eksitasi terhadap daya reaktif mesin

Generator.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Eksitasi yang dihasilkan

mesin Generator (rendah, sedang dan tinggi).

1. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitihan ini maka dapat di tulis manfaat sebagai

berikut yaitu:

1. Mengetahui jenis sistem eksitasi generator dan pengaruh eksitasi

terhadap daya reaktif generator di PLTD Timika

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang jenis sistem

eksitasi terhadap daya generator di PLTD Timika

3. Memberikan informasi dasar bagi pembaca yang ingin meneliti tentang

sistem eksitasi dan pengaruhnya pada daya generator suatu PLTD.

4
1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibuat dalam beberapa bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang dilakukannya

penelitian tugas akhir ini, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisikan tentang teori, konstruksi dan prinsip kerja

generator sinkron serta jenis-jenis eksitasi pada generator, Bab ini juga

berisikan teori tentang pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap daya

reaktif generator sinkron 3 fasa dan cara perhitungannya berdasarkan

referensi yang terpercaya.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisikan tentang waktu dan lokasi penelitian, alat dan bahan

penelitian, serta cara pengambilan dan pengolahan data serta teknik

analisa hasil perhitungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang perhitungan perubahan arus eksitasi terhadap

daya reaktif generator yang meliputi operasi pararel generator dengan

simulasi sistem daya, perubahan beban, perubahan tegangan,

5
perubahan eksitasi dan pengaturan daya reaktif serta pembahasan hasil

perhitungan yang disajikan dalam bentuk grafik dan gambar.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

bab terakhir ini berisikan kesimpulan berdasarkan tujuan dari

penelitian dan saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Generator Sinkron

Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah

suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (gerak)

menjadi energi listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan magnet.

Perubahan energi ini terjadi karena adanya perubahan medan magnet pada

kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan pada generator).

Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan

jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan

dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan

kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Kumparan medan

pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan

jangkarnya terletak pada stator.

Gambar 2.1 Generator Diesel Set MAK

7
2.2 Konstruksi Generator Sinkron

Secara umum konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian

yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan

rangkaian magnetik yang berbentuk simetris dan silindris. Selain itu

generator sinkron memiliki celah udara ruang antara stator dan rotor yang

berfungsi sebagai tempat terjadinya fluksi atau induksi energi listrik dari

rotor ke stator. Adapun konstruksi generator AC terdiri sebagai berikut :

1. Rangka stator terbuat dari besi tuang, yang merupakan rumah stator

tersebut.

2. Stator, merupakan bagian yang diam (statis) dan merupakan gulungan

kawat penghantar yang disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada

alur-alur inti besi yang disebut dengan belitan jangkar. Pada

penghantar tersebut adalah tempat terbentuknya GGL induksi yang

diakibatkan dari medan magnet putar dari rotor yang memotong

kumparan penghantar stator.

3. Rotor, merupakan bagian yang bergerak (dinamis). Rotor berfungsi

untuk membangkitkan medan magnet sehingga menghasilkan ke

stator. Rotor pada generator juga berfungsi sebagai tempat belitan

medan (eksitasi). Dimana kumparan medan magnet disusun pada alur-

alur inti besi rotor, sehingga apabila pada kumparan tersebut dialirkan

arus searah (DC) maka akan membentuk kutub-kutub magnet Utara

dan Selatan pada inti rotor.

8
4. Cincin geser, terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang

pada poros dengan memakai bahan isolasi, Slip ring ini berputar

bersama-sama dengan poros dan rotor.

5. Generator penguat, Generator penguat merupakan generator arus

searah yang dipakai sebagai sumber arus.

Gambar 2.2 Konstruksi generator sinkron

Generator sinkron memiliki dua tipe rotor, yaitu :

1. Rotor Kutub Sepatu Atau Menonjol (Salient Pole Rotor)

Pada rotor kutub menonjol ini mempunyai kutub yang

jumlahnya banyak, Pada kumparannya dibelitkan pada tangkai

kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk mengurangi

panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy. Pada belitan-belitan

medannya dihubung seri, sehingga ketika belitan medan ini

9
disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan

membentuk kutub yang berlawanan. Rotor kutub menonjol

umumnya digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan

puatarn rendah dan sedang (120-400 rpm) sehingga kutub

menonjol akan mengalami rugi-rugi yang besar dan

mengeluarkan suara bising jika diputar dengan kecepatan tinggi.

Bentuk kutub menonjol dapat di lihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Rotor Kutub Menojol

2. Rotor Kutub Silindris (nonsalient Pole Rotor)

Rotor kutub tak menonjol ini dibuat dari plat baja

berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah slot sebagai

tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga kumparan

medan pada rotor maka mengakibatkan jumlah kutub pun

sedikit terbentuk. Konstruksi ini memberikan keseimbangan

mekanis yang lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil

dibandingkan rotor kutub menonjol. Rotor silinder umumnya

digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan putaran

10
tinggi (1500-3000 rpm) karena distribusi disekeliling rotor

mendekati bentuk gelombang sinus sehingga lebih baik dari

kutub menonjol dan juga konstruksinya memiliki kekuatan

mekanik pada kecepatan putar tinggi.

Gambar bentuk kutub silinder generator sinkron tampak

seperti pada Gambar berikut :

Gambar 2.4 Rotor Kutub Silinder

2.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Generator dapat menghasilkan energi listrik karena adanya pergerakan

relatif antara medan magnet homogen terhadap kumparan jangkar pada

generator (magnet yang bergerak dan kumparan jangkar diam, atau

sebaliknya magnet diam sedangkan kumparan jangkar bergerak). Jadi jika

sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet

homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan

tersebut. Medan magnet homogen ini biasa dihasilkan oleh kumparan yang

dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Contoh bentuk gambaran sederhana

proses pembangkitan energi listrik pada generator sinkron dapat

diperlihatkan seperti pada gambar 2.5.

Pada gambar 2.5 diperlihatkan contoh sederhana sebuah kumparan

11
rotor berputar di sekitar medan magnet homogen yang dihasilkan stator,

kemudian tegangan keluaran pada rotor diambil/dilewatkan melalui

sepasang slip ring (cincin sikat) yang biasa dihubungkan ke beban. Proses

terbentuknya gelombang AC yang dihasilkan pada keluaran rotor ini lebih

jelasnya diperhatikan pada gambar 2.6.

Gambar 2.5 Kumparan jangkar pada rotor sumbu berputar di sekitar

medan magnet yang dihasilkan rotor

Gambar 2.6 Proses terbentuknya gelombang AC pada altenator

12
Dengan memperhatikan gambar 2.5 dan gambar 2.6, proses timbulnya

GGL induksi pada generator dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kumparan tembaga BADC berputar diantara magnit permanen N-S

Kedua ujung kumparan dihubungkan dengan slip ring (cincin sikat)

2. GGL induksi akan menghasilkan arus (karena adanya beban pada

generator) yang mengalir melalui sikat-sikat arang ke beban yang

tersambung dengan generator.

Ketika kumparan BADC dari 2.5 diputar ke kanan, satu sisi kumparan

dari kutup warna merah (kita anggap sisi kumparan warna merah) bergerak

ke atas sedangkan sisi lainnya (kumparan dari sisi kutup biru, dianggap

kumparan warna biru) bergerak ke bawah (perhatikan gambar 2.6).

Kumparan mengalami perubahan garis gaya magnet yang makin sedikit,

sehingga pada kedua sisi kumparan akan dibandingkan tegangan yang

semakin sedikit pula. Bila alternator diberi beban, maka akan mengalir pula

arus listrik yang semakin mengecil mengitari kumparan hingga mencapai

posisi kumparan vertical dengan arus menjadi nol karena tegangan yang

dibandingkan juga nol (dilihat gambar 2.6). Pada posisi vertical kumparan

tidak mengalami perubahan garis gaya magnet sehingga tidak ada kumparan

listrik yang mengalir pada kumparan (gelombang listrik AC berada pada

posisi no 1 pada gambar 2.6).

Jika kumparan ini terus berputar hingga sisi merah bergerak ke kanan

(sisi selatan, S) da nisi biru bergerak ke kiri (sisi utara, N). Kumparan

13
mengalami perubahan garis gaya magnet dari minimum ke maksimum tetapi

dengan arah yang berlawanan dari posisi sebelumnya (perhatikan bentuk

gelombang pada gambar 2.6), sehingga pada setiap sisi kumparan akan

dibangkitkan tegangan maksimum (posisi kumparan horizontal dan

gelombang berada pada titik no 3).

Kumparan terus berputar sisi merah terus ke bawah dan sisi biru

bergerak ke atas. Saat ini kumparan mengalami perubahan garis gaya

magnet maksimum ke minimum, sehingga tegangan yang dibangkitkan pada

kumparan melemah hingga mendekati no 5).

Kemudian kumparan BADC terus berputar kea rah kutup utara (N)

sehingga terjadi perbalikan arah gelombang (posisi no 6 dan 7). Bila

kumparan terus berputar sehingga kumparan BADC kembali berada pada

posisi di atas maka gelombang tegangan akan berubah menjadi pada posisi

no 8 dan 9). Dari sini terlihat terbentuknya gelombang AC karena proses

perputaran kumparan di dala, medan magnet yang terbentuk dalam

kumparan jangkar ini adalah gelombang tegangan. Arus listrik akan

mengalir saat terminal keluaran generator di beri beban seperti lampu atau

beban yang lainnya.

Untuk generator berkapasitas kecil, medan magnet dapat diletakan

pada stator (disebut generator kutub eksternal/ external pole generator)

yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumpparan rotor. Jika cara ini

digunakan untuk generator berdaya besar, maka hal ini dapat menimbulkan

kerusakan pada slip ring dan karbon sikat. Untuk mengatasi permasalahan

14
ini, maka pada generator berkapasitas besar digunakan tipe generator

dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet

dibangkitkan okeh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada

rangkaan stator. Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika dapat fluks

magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada

kecepatan konstan. Bagian dari kumparan generator yang membangkitkan

tegangan disebut kumparan jangkar, sedangkan bagian dari kumparan

generator yang membangkitkan medan magnet disebut kumparan medan.

1.6.1. Frekuensi pada Generator Sinkron

Kecepatan perputaran generator sinkron akan

mempengaruhi frekuensi elektris yang dihasilkan generator. Rotor

generator sinkron terdiri dari rangkaian electromagnet dengan suplai

arus DC untuk membentuk medan magnet pada rotor. Medan magnet

rotor ini bergerak pada searah putaran rotor. Hubungan antara

kecepatan putar medan magnet pada rotor dengan frekuensi elektrik

pada stator adalah :

Nr p
f= …………………………………………….. (2.1)
120

dimana :

Nr = Kecepatan putar rotor (rpm)

P = Jumlah kutub rotor

f = frekuensi listrik (Hz)

15
Dari rumus diatas terlihat bahwa frekuensi yang dihasilkan

generator sinkron sangat dipengaruhi oleh kecepatan putaran rotor dan

jumlah kutub magnet pada generator. Jika beban generator berubah,

akan mempengaruhi kecepatan rotor generator. Perubahan kecepatan

rotor ini secara langsung akan mempengaruhi frekuensi yang

dihasilkan generator.

Kecepatan perputaran rotor pada generator sinkron akan sama

dengan kecepatan medan magnet generator. Oleh karena rotor

berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnetnya, maka

generator ini disebut generator sinkron atau lebih dikenal dengan

nama Alternator. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi

50 Hz atau 60 Hz (sesuai standard suatu negara, di Indonesia adalah

50 Hz), maka generator harus berputar pada kecepatan tetap dengan

jumlah kutub magnet yang telah ditentukan yang dapat dihitung

melalui persamaan (2.1). Sebagai contoh untuk membangkitkan

frekuensi 50 Hz pada generator dua kutub, maka rotor harus berputar

dengan kecepatan 3000 rpm, atau untuk membangkitkan frekuensi 50

Hz pada generator empat kutub, maka motor harus berputar pada

kecepatan 1500 rpm.

1.6.2. GGL induksi pada Generator Sinkron

GGL induksi (Ea) pada alternator akan terinduksi pada

kumparan jangkar alternator bila rotor diputar disekitar stator.

16
Besarnya kuat medan pada rotor dapat diatur dengan cara mengatur

arus medan (If) yang diberikan pada rotor. Besarnya GGL induksi (Ea)

rata-rata yang dihasilkan kumparan jangkar, alternator ini dapat

dilihat dalam persamaan sebagai berikut (Champ,2005,hal 273) :

Ea = √2π.Nc.ϕ.f …………………………………………..(2.2)

GGL ini tergantung besarnya flux ϕ, frekuensi atau kecepatan

putar rotor dan kostruksi mesin. Persamaan diatas biasanya dituliskan

dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu :

Ea = K.ϕ.ω ……………………………………………….. (2.2)

dimana :

Ea = GGL induksi (Volt) K = konstanta mesin

ϕ = Fluks magnetic ( weber) ω = kecepatan puatar rotor

Nc = Jumlah lilitan kumparan P = Jumlah kutub generator

stator

Jika nilai ѡ dinyatakan dalam radian mekanik per detik, maka

N cP
K=
√2

Arus medan (If) pada alternator biasanya diatur dengan

menggunakan rangkaian kontrol agar diperoleh tegangan

17
pembangkitan (Ea) yang sesuai dengan kebutuhan. Bentuk gambaran

pengaturan sederhana arus medan (If) terhadap Ea yang dibangkitkan

alternator diperlihatkan pada gambar 2.7

Gambar 2.7. diagram fungsi pengaturan arus medan pada alternator.

Apabila karakteristik pengaruh arus medan (If) terhadap fluks

dan GGL yang dihasilkan alternator digambarkan bila kondisi

kecepatan tetap, maka keandalan ini dapat digambarkan seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.8. Gambar 2.8 memperlihatkan hubungan

antara Ea fluks ϕ dan arus medan rotor If

18
Gambar 2.8. a. Gambar 2.8.b.
Plot hubungan arus terhadap Kurva magnetisasi generator
arus medan rotor sinkron

2.4 Generator Berbeban

Jika generator belum berbeban, maka ggl (Ea) yang dibangkitkan

pada kumparan jangkar di stator sama dengan tegangan terminalnya (V).

Pada keadaan berbeban ggl (Ea) tersebut tidak sama dengan tegangan

terminalnya (V), tegangan terminal (V) akan bervariasi disebabkan:

1. Jatuh tegangan (voltage drop) karena resistansi jangkar (Ra) sebesar

I.Ra.

2. Jatuh tegangan karena reaktansi bocor XL dari jangkar sebesar I. XL.

3. Jatuh tegangan karena reaksi jangkar I.Xa.

Reaksi jangkar disebabkan oleh arus beban I yang mengalir pada

kumparan jangkar, arus tersebut akan menimbulkan medan yang melawan

medan utama sehingga seolah-olah jangkar mempunyai reaktansi sebesar

Xa. Reaktansi jangkar bersifat reaktif dan disebut juga sebagai reaktansi

19
permanen (Xm). Reaktansi permanen ini bersama-sama dengan reaktansi

fluks bocor (XL),menimbulkan reaktansi sinkron (Xs) dengan persamaan

sebagai berikut :

Xs = XL + Xa ………………………………….……. ( 2.3)

Rangkaian ekuivalen alternator sangat bermanfaat digunakan untuk

menganalisa kondisi alternator tanpa harus mengoperasikan alternator

secara nyata, sehingga dapat diketahui bentuk karakteristik alternator dalam

berbagai kondisi tanpa merusak alternator. Apabila karakteristik alternator

telah diketahui tanpa harus mengoperasikan alternator, maka dapat

direncakan dengan baik beban yang cocok yang dapat diberikan pada

alternator. Gambar 2.9 merupakan rangkaian ekuivalen generator 3 fasa

berbeban. Gambar memperlihatkan sumber arus searah (DC) mensuplai

rangkaian medan rotor yang dimodelkan oleh hubungan seri kumparan

induksi Lf dan reaktansi Ra. Tahanan Radj berfungsi mengatur besar arus

medan.

Gambar 2.9 Rangkaian ekuivalen generator 3 fasa berbeban (Chapman, 2005. Hal 277)

20
Secara umum sifat beban yang dipikul oleh alternator dapat bersifat

resistif (R), induktif (L) dan kapasitif (C). Bentuk hubungan beban ini akan

mempengaruhi arus yang mengalir pada generator sinkron (alternator). Arus

ini bisa menjadi sefasa, tertinggal, atau mendahului dari tegangan,

tergantung dari jenis beban yang diberikan pada terminal alternator pada

faktor daya satu, terbelakang dan mendahului diperlihatkan pada gambar

2.10, dengan sudut antara Ea dengan V ph disebut sudut daya. Sudut daya ini

tergantung dari besar dan jenis beban pada alternator, dengan maksimal

sudut daya sedikit dibawah 90°. Bila sudut daya lebih dari 90° maka

alternator akan rusak dan merusak sistem yang lain jika alternator ini

dengan sistem tenaga listrik yang lain.

Gambar 2.10 Hubungan berbagai kondisi beban terhadap arus dan tegangan

a) Beban resistif (sefasa)


b) Beban induktif (terbelakang)
c) Beban kapasitif (mendahului)

Dengan memisalkan alternator dihubungkan ke sistem besar (busbar),

pada gambar (a) yang merupakan diagram vektor dari alternator dengan

21
faktor daya satu (sefasa) dapat terlihat jatuh tegangan IA. RA sefasa dengan IA

dan IA.XS mendahului IA sejauh 90°. Seperti persamaan sebagai berikut :

IA.ZS = IA.RA+ j IA XS …………………….………………………….. (2.4)

EA =V + IA.ZS ……………………………………………………..… (2.5)

EA = V +IA(RA+jXS) ………………………………………………….. (2.6)

dimana :

V = tegangan terminal sistem

IA = arus alternator

RA = tahanan alternator

XS = Reaktansi sinkron

Jika arus penguatan alternator dinaikan dari penguatan normal pada

faktor daya satu (sefasa), maka EA akan bertambah sedangkan jumlah vektor

antara V IA.ZS tetap tidak berupa (EA ≠ V + IA.ZS). Perbedaan ini timbul

akibat arus reaktif terbelakang dimana daya keluaran pada alternator tidak

berpengaruh sehingga menimbulkan jatuh tegangan IR.Zs yang terbelakang

90° dari IA .Zs.

Pada gambar (b) terdapat diagram vektor, dimana bila diberi

penguatan yang lebih (over excited) maka alternator bekerja pada factor

daya terbelakang (lagging) sehingga menyebabkan arus akan terbelakang

dari tegangan yang mengakibatkan generator sinkron membangkitkan daya

reaktif induktif. Namun bila arus penguatan dikurangi (under excited), EA

tentu akan menjadi kecil, sehingga terdapat perbedaan jumlah vektor V dan

22
IA .Zs tetap tidak berubah. Perbedaan ini timbul akibat arus reaktif

terbelakang sehingga menimbulkan jatuh tegangan IR . Zs yang mendahului

90° dari IA . Zs.

Pada gambar (c) terdapat diagram vector, dimana bila arus penguatan

dikurangi, maka alternator bekerja pada faktor daya mendahului dari

tegangan yang mengakibatkan daya reaktif kapasitif. Pada alternator dengan

daya keluaran konstan, maka jatuh tegangan IA .Zs akan konstan pula. Jika

arus penguatannya dibuat bervariasi, maka IA tetap tidak akan berubah,

tetapi IR dan IR .Zs akan berubah nilainya. Pada kenyataan beban suatu

alternator selalu bervariasi (IA dan faktor daya). Idealnya sistem tetap

mempertahankan nilai tegangan terminal generator tetap konstan. Dari

persamaan 2.6 terlihat untuk mempertahankan nilai V adalah dengan

mengubah teganagn internal/eksitasi generator EA.

Dengan melihat persamaan EA = K.ϕ.ω dimana nilai ω (frekuensi)

dianggap konstan, EA harus dapat diatur dengan memvariasikan nilai ϕ (fluks

medan).

Perubahan beban pada alternator memerlukan pengaturan

pembangkitan daya dari alternator dengan cara mengatur arus penguat

medannya. Karakteristik arus medan terhadap perubahan beban ini

diperlihatkan pada gambar 2.11 dan 2.12

23
Gambar 2.11 Hubung If vs Ia terhadap variasi beban P (Watt)

Gambar 2.12 Hubung pengaturan If vs Ia dengan variasi beban Q (VAr)

Akibat pengaruh kenaikan beban generator, maka pengaturan

tegangan terminalnya Agar konstan dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Menurunkan tahanan medan RF pada generator sehingga meningkat

arus medan IF.

2. Meningkatnya arus medan IF meningkatkan besar fluks ϕ.

3. Bertambahnya fluks medan ϕ meningkatkan tegangan internal

generator EA.

24
4. Bertambahnya nilai EA meningkatkan nilai tegangan terminal V.

Proses sebaliknya jika terjadi penurunan beban pada generator.

Dimungkinkan untuk mempertahankan nilai tegangan terminal generator

dengan cara menyetel/mengatur arus medan/eksitasinya. Pengaturan arus

medan pada alternator disamping untuk mengontrol pengeluaran daya

pada alternator, juga berfungsi untuk mengatur tegangan yang

dibangkitkan alternator agar tegangan keluaran alternator dapat dijaga

tetap stabil. Presentasi besarnya drop tegangan yang terjadi antara

tegangan yang dibangkitkan alternator terhadap tegangan keluaran

alternator disebut Regulasi Tegangan (Voltage Regulation, VR) yang dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Ea−Vt
VR = x 100% ………………………………..… (2,7)
Vt

dimana :

VR = regulasi tegangan

Vt = tegangan terminal alternator

Ea = tegangan internal (yang dibangkitkan) alternator

Karena tegangan Ea dapat diukur pada tegangan terminal saat

alternator tanpa beban, maka persamaan (2.7) dapat dirubah menjadi sebagai

berikut:

V NL−V FL
VR = x 100 % ……………………………… (2.8)
V FL

25
dimana :

V NL = tegangan terminal alternator saat tanpa beban

V FL = tegangan terminal alternator saat berbeban

Mutu sebuah alternator sangat ditentukan oleh besarnya efisiensi

alternator tersebut. Makin besar efisiensi sebuah alternator, maka dikatakan

alternator tersebut makin bagus. Efisiensi alternator ini dihitung berdasarkan

perbandingan antara daya keluaran alternator terhadap daya masukan awal

alternator, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

P OUT = IL x ZL dan P CU = I2 A x RA

P IND = P OUT + PCU dan P IN = P IND + P ROT

Maka :

P OUT
efesiensi (ŋ) = ……….………………. (2.9)
P∈¿ x 100 % ¿
dimana
P OUT = daya keluaran pada terminal alternator (watt)
P IN = daya masukan pada rotor alternator (watt)
IL = Arus pada beban alternator (ampere)
ZL = impedansi pada beban alternator (ohm)
P CU = rugi-rugi tembaga pada alternator (watt)
P ROT = rugi-rugi untuk memutar rotor (watt)
P IND = daya yang dibangkitkan alternator (watt)

2.5 Sistem Eksitasi Pada Generator Sinkron

Eksitasi atau biasa disebut sistem penguatan adalah suatu perangkat

26
yang memberikan arus penguat (If) kepada kumparan medan generator arus

bolak-balik (alternating current) yang dijalankan dengan cara

membangkitkan medan magnetnya dengan bantuan arus searah (DC). Ada 2

cara pemasukan Arus DC (sebagai arus medan) ke rangkaian medan rotor

untuk membentuk medan magnet pada kumparan rotor, yaitu :

1. Menyuplai daya DC ke rangkaian rotor dari sumber DC


eksternal (biasanya berupa batere dari luar) dengan sarana slip
ring dan sikat. Bila generator ini hanya menerima sumber DC
dari luar untuk start awal saja, maka sumber DC sebagai penguat
kumparan medan selanjutnya diambil dari keluaran generator itu
sendiri (setelah sumber dari batere dilepas) dengan cara
merubah keluaran AC generator ini menjadi DC (diserahkan
sebelum dimasukan ke kumparan medan pada rotor)
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan
langsung pada batang rotor generator sinkron. Sumber DC ini
biasanya dari generator DC yang ditempel pada rotor generator
sinkron.

Arus eksitasi adalah pemberian arus listrik pada kutub magnetik,


dengan mengatur besar kecilnya arus listrik tersebut kita dapat mengatur
besar tegangan output generator atau dapat juga mengatur besar daya reaktif
yang diinginkan pada generator yang sedang parallel dengan sistem jaringan
besar (infinite bus). Sistem eksitasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
sistem eksitasi dengan menggunakan sikat dan sistem eksitasi tanpa sikat.

2.5.1 Sistem Eksitasi Menggunakan Sikat


Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat terdiri dari :
a. Sistem eksitasi statis
b. Sistem eksitasi dinamik

27
2.5.1.1 Sistem Eksitasi Statis
Sistem eksitasi statik adalah sistem eksitasi
generator dengan menggunakan peralatan eksitasi yang tidak
bergerak, yang berarti bahwa peralatan eksitasi tidak ikut
berputar bersama rotor generator sinkron. Sistem eksitasi ini
disebut juga dengan self excitation merupakan sistem eksitasi
yang tidak memerlukan generator tambahan, sebagai sumber
eksitasi generator sinkron dan sebagai gantinya sumber eksitasi
berasal dari keluaran generator snkron itu sendiri yang
diserahkan terlebih dahulu dengan menggunakan rectifier.
Awalnya pada rotor ada sedikit magnet yang tersisa,
magnet yang sisa ini akan menimbulkan tegangan pada stator,
tegangan ini kemudian masuk dalam penyearah dan dimasukan
kembali pada rotor, akibatnya medan magnet yang dihasilkan
makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai
dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya
penyearah itu mempunyai pengatur sehingga tegangan generator
dapat diatur konstan menggunakan AVR.

28
Gambar 2,13 Sistem Eksitasi Statik

2.5.1.2 Sistem Eksitasi Dinamik


Sistem Eksitasi dinamik adalah sistem eksitasi generator
tersebut disuplai dari eksiter yang merupakan mesin bergerak.
Sebagai eksiternya menggunakan generator DC atau dapat juga
menggunakan generator AC yang kemudian disearahkan
menggunakan rectifier. Slip ring digunakan untuk menyalurkan
arus dari generator penguat pertama ke medan penguat generator
penguat kedua.

Gambar 2.14 Sistem eksitasi dinamik

2.5.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat (Brushless Excitation)

29
Gambar 2.15 Sistem eksitasi tanpa sikat

Sistem eksitasi tanpa sikat sama sekali tidak bergantung


pada sumber listrik eksternal, melainkan dengan menggunakan pilot
exciter dan system penyaluran arus eksitasi ke rotor generator utama,
maupun untuk eksitasi eksiter tanpa melalui media sikat arang, pilot
exciter terdiri dari sebuah generator arus bolak-balik dengan magnet
permanen yang terpasang pada poros rotor dan kumparan tiga phasa
pada stator.

2.6 AVR (Automatic Voltage Regulator)


AVR mendapat masukan dari sensor tegangan. AVR berfungsi untuk
menjaga agar tegangan selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan
variasi beban. Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan
(eksitasi) pada generator exciter. Apabila tegangan output generator
dibawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan
memperbesar arus eksitasinya, dan juga sebaliknya apabila tegangan output
lebih besar dari tegangan nominal generator, maka AVR akan mengurangi
arus eksitasinya. Dengan demikian apabila terjadi perubahan beban,
tegangan output generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis
karena dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang digunakan untuk
pembatasan penguat minimum ataupun maksimum yang bekerja secara

30
otomatis.

2.7. Karakteristik Tegangan-Daya Reaktif Generator Sinkron


Generator dikemudikan oleh suatu penggerak mula, dimana untuk
suatu unit PLTD menggunakan mesin diesel. Setiap penggerak mula
cenderung bekerja dengan metode yang sama. Jika daya mekaniknya
meningkat, kecepatan penggeraknya akan menurun. Jatuh kecepatan (speed
drop) sebuah penggerak mula dinyatakan oleh persamaan 2.12 (Chapman,
hal 304) :

n nl−n fl
SD = x 100 % …………………………… (2.10)
n fl
dimana :
SD = speed drop
n nl = kecepatan penggerak mula tanpa beban
n fl = kecepatan penggerak mula beban penuh

Metode speed drop digunakan untuk pengendali kecepatan


sebagaimana fungsi pembebanan, artinya kecepatan penggerak mula
berubah sesuai tingkat pembebanan baik berupa beroperasi sendiri maupun
operasi parallel dua atau lebih penggerak mula.
Kebanyakan penggerak mula memiliki speed drop 2 sampai 4 persen.
Sebagai tambahan, beberapa governor memiliki beberapa tipe penyesuaian
set point untuk mengijinkan kecepatan turbin tanpa beban dapat
divariasikan. Gambar anatar kecepatan terhadap daya ditunjukan pada
gambar 2.16.

31
Gambar 2.16 a). Kurva kecepatan terhadap daya suatu penggerak mula

b). Kurva frekuensi terhadap daya generator

Hubungan antara frekuensi dan daya digambarkan secara kuantitatif

oleh persamaan :

P = SP ( nl – f sys) ……………………………………. (2.11)

dimana :

P = Daya keluaran generator

f nl = frekuensi tanpa beban generator

fsys = frekuensi operasi system

Sp = Slope kurva, dalam kW/Hz atau MW/Hz

Hubungan serupa dapat diberikan untuk daya reaktif (Q) dan tegangan

terminal (VT ). Sebagaimana kita ketahui, bila beban lagging di bebankan ke

generator, tegangan terminal akan jatuh. Karakteristik ini dapat dilihat pada

gambar 2.17 berikut.

32
Gambar 2.17 Kurva tegangan terminal (VT) vs daya reaktif (Q)

Karakteristik ini secara umum tidak linier, tetapi banyak regulator

tegangan generator memasukan fitur untuk melinierkan. Kurva karakteristik

dapat dinaikan dan diturunkan dengan mengubah set point tegangan

terminal tanpa-beban pada regulator tegangan. Sebagaimana karakteristik

daya terhadap frekuensi, kurva ini memainkan peran penting dalam operasi

parallel generator sinkron.

Jika sebuah generator beroperasi sendiri, daya nyata (P) dan daya

reaktif (Q) yang dikeluarkan generator adalah jumlah permintaan beban

terhadap generator. Daya P dan Q tidak dikendalikan oleh suatu unit

pengendali pada generator. Karena itu, untuk suatu daya P tertentu, set point

governornya mengatur frekuensi operasi generator fe dan untuk suatu daya

reaktif Q tertentu, pengatur arus medan/eksitasi mengendalikan tegangan

terminal (VT) generator.

33
2.7. Operasi Paralel Beberapa Generator
Paralel generator adalah bilamana 2 buah atau lebih (dalam suatu

pembangkit yang sama) untuk memikul beban secara bersama-sama, atau

kerjasama antara pusat-pusat pembangkit satu dengan yang lainnya lazim

disebut interkoneksi.

Tujuan memparalelkan generator adalah :

1. Untuk dapat mengatur pengoperasian setiap governor secara

ekonomis dengan menyesuaikan pembebanan terhadap beban yang

ada.

2. Untuk meningkatkan keandalan sistem apabila ada gangguan pada

salah satu generator.

3. Untuk membantu generator lain yang bebannya sudah terlalu berat.

4. Untuk pengganti operasi satu atau lebih generator yang sedang

operasi tanpa adanya pemadaman.

5. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan yang berarti Tenaga

operasi dapat dikurangi.

Syarat-syarat parallel generator :

1. Tegangan generator harus sama dengan tegangan busbar, baik

dengan trafo atau tidak.

2. Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi busbar (50 Hz)

3. Jumlah dan urutan phasa generator harus sama dengan urutan phasa

busbar.

34
Dalam pelaksanaannya urutan fasa sudah dipasang sama pada waktu

memasang generator sehingga pada saat parallel tinggal mengatur tegangan

frekuensi. Jika sebuah generator diparalelkan dengan generator yang lain

dengan spesifikasi yang sama, menghasilkan operasi sebagaimana terlihat

pada gambar 2.18a.

35
Diagram daya Vs frekuensi sistem setelah G 2 diparalelkan

diperlihatkan pada gambar 2,18b. Total daya (P tot) yang dihasilkan kedua

generator harus sama dengan permintaan daya (PD) demikian juga dengan

total daya reaktifnya (Q tot) harus sama dengan daya reaktif beban (QD).

Gambar 2.18 a). Duabuah generator dengan spesifikasi sama diparalelkan

b). Diagram frekuensi vs daya ketika G2 terhubung ke sistem

c). Efek perubahan set point governor G2 pada operasi sistem

d). Efek penambahan arus eksitasi G2 pada operasi system

Jika 2 buah generator beroperasi Bersama dan arus medan/eksitasi

generator 2 (G2) dinaikan maka :

36
1. Tegangan terminal (VT) sistem meningkat,

2. Daya reaktif QG2 yang diberikan generator meningkat, sementara itu

daya reaktif QG2 menurun.

2.8. Pengertian Daya


Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi listrik

yang digunakan untuk melakukan usaha. Untuk penggunaan sistem arus AC

tiga fasa, dikenal 3 daya yaitu :

a. Daya semu ( apparent power )

Daya semu dikatakan daya total dari kapasitas daya maksimal

generator atau dapat diartikan sebagai penjumlahan daya aktif.

S=V x I ………………………………………….…. (2.14)

S=√ P 2 + Q2 ………………...……………………… (2.15)

b. Daya aktif (active power)

Daya aktif disebut juga daya nyata memiliki satuan Watt yang

mempunyai pengertian merupakan daya yang terpakai untuk

melakukan energi sebenarnya. Daya ini sering digunakan secara

umum oleh konsumen dan sebagai satuan yang digunakan untuk daya

listrik dan dikonversikan dalam bentuk kerja. Dimana dalam

perhitungan phasa :

P = V x i x cos ϴ (1 fasa) …… …………… (2.16)

P = √ 3 xV x Ixcosϴ (3 fasa) ………………… (2.17)

c. Daya reaktif (reactive power)

37
Pada dasarnya daya reaktif disebabkan oleh dua karakteristik

beban yaitu beban induktif dan kapasitif. Adanya beban induktif

membuat perbedaan fasa antara tegangan dan arus dimana arus

tertinggal terhadap tegangan atau disebut dengan faktor daya

tertinggal (lagging). Contoh beban induktif adalah motor induksi,

transformator, ballast lampu TL, dll.

Sedangkan adanya beban kapasitif juga membuat perbedaan fasa

antara tegangan dan arus dimana arus mendahului terhadap tegangan

disebut factor daya mendahului (leading). Contoh beban kapasitif

adalah motor sinkron, kapasitor, dll. Daya reaktif dengan AVR,

memiliki pengertian daya yang diperlukan untuk pembentukan medan

magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks

medan magnet. Dimana dalam perhitungan phasa:

Q = V x I x sin ϴ (1 fasa ) ………………..…. (2.18)

Q = √ 3 xV x I x sin ϴ (3 fasa) …………………… (2.19)

Gambar 2.19 Ilustrasi hubung segitiga daya

2.9. Faktor daya


Faktor daya yang sering disebut sebagai cos ϴ didefinisikan sebagai

38
perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA). Atau sebagai

perbandingan antara arus yang dapat menghasilkan kerja didalam suatu

rangkaian. Adanya nilai faktor daya pada sistem tegangan AC disebabkan

adanya beban yang mengalir dan nilainya tergantung oleh karakteristik

beban tersebut.

P (W )
faktor daya = cos ϴ = ……………………….... (2.20)
S (VA )

dimana :

P = Daya aktif (watt)

S = Daya semu (volt ampere)

Faktor daya mempunyai pengertian sebagai besaran yang menunjukan

seberapa efisiensi jaringan yang dimiliki dalam menyalurkan daya yang bisa

dimanfaatkan. Faktor daya rendah juga merugikan karena mengakibatkan

arus beban akan menjadi lebih tinggi. Daya reaktif yang tinggi

mengakibatkan meningkatnya sudut segitiga daya sehingga menghasilkan

faktor daya rendah, begitu juga sebaliknya.

39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah pada Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) Timika. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan

Oktober 2021 hingga selesai.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat penelitian

a. Perangkat Keras

Perangkat keras ini berupa laptop Acer, Kalkulator dan Printer

Canon.

b. Perangkat Lunak

Perangkat lunak ini berupa Microsoft Word dan Excel 2010.

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang berupa data-data sekunder yang didapat

dari PLTD Timika berupa data teknis generator dan daya yang

dihasilkan oleh generator.

40
3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menyusun tugas akhir

dirangkum dalam sebuah diagram alir (flow chart). Untuk mempermudah

pembahasan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini, maka di

kerjakan dalam beberapa langkah, yaitu:

a. Studi Literatur

Mempelajari literature yang berkaitan pengaruh eksitasi

terhadap daya reaktif generator pada suatu pembangkit listrik

khususnya pembangkit listrik tenaga diesel.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang didapat dari PLTD Timika berupa data

sekunder yaitu berupa data teknis generator dan daya yang dihasilkan

oleh generator.

c. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan cara:

1. Menghitung fluktuasi tegangan dari tegangan nominal.

2. Menghitung nilai eksitasi pada generator.

3. Menghitung nilai daya reaktif pada generator akibat pengaruh

eksitasi generator.

41
d. Analisa Data

Apabila hasil pengolahan data sudah diperiksa kembali, maka

dapat dibuat analisis data dari hasil pengolahan data tersebut.

e. Pembahasan

Setelah melakukan proses pengolahan dan Analisa data,

selanjutnya dilakukan pembahasan. Materi pembahsan tersebut yaitu

membahas seberapa besar daya yang dihasilkan generator, seberapa

besar fluktuasi tegangan, dan seberapa besar pengaruh eksitasi

terhadap daya reaktif generator.

f. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut maka langkah selanjutnya

yang dilakukan adalah membuat kesimpulan, dan dari kesimpulan

hasil pembahasan dapat diajukan saran kepada pihak PLTD Timika

untuk memperbaiki kinerja tentang eksitasi pada generator.

Untuk mempermudah dalam pembacaan langkah-langkah penelitian

berikut diberikan diagram alir jalannya penelitian ini pada gambar 3.1 :

42
Mulai

Perumusan
Masalah

Studi Pustaka

Pengambilan
Data

Pemrosesan data :
Untuk Mengetahui pengaruh eksitasi terhadap daya reaktif generator.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Eksitasi yang dihasilkan


mesin Generator (rendah, sedang dan tinggi).

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

43

Anda mungkin juga menyukai