Anda di halaman 1dari 58

SISTEM KENDALI TEGANGAN KELUARAN TETAP PADA

GENERATOR SINKRON SATU FASA

SKRIPSI

ABDUL LATHIF

NIM. 1341170044

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA D-IV


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi listrik merupakan hal yang sangat penting dalam

seluruh kehidupan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

Pemanfaatan energi listrik ini secara luas telah digunakan untuk kebutuhan

rumah tangga, komersial, instansi pemerintah, industri dan sebagainya. Untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan akan energi listrik maka diperlukan juga

pengembangan sistem pembangkit energi listrik alternatif yang dapat

diperbaharui (renewable).

Pengembangan dan penerapan sistem pembangkit energi listrik

alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) dengan memanfaatkan

beberapa sumber energi seperti: air, angin dan surya serta untuk sistem

pengisian baterai. Salah satunya diperoleh dengan melakukan konversi energi

mekanik ke energi listrik melalui alat yang dikenal dengan nama generator

sinkron [ CITATION Her16 \l 1057 ].

Tegangan keluaran yang konstan pada sebuah generator adalah sangat

penting untuk menghasilkan suplai daya yang diharapkan. Perubahan

tegangan keluaran sebuah generator dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

1
2

pengganggu, salah satunya adalah adanya beban yang berubah. Oleh

karena itu, dibutuhkan sistem khusus untuk menjaga tegangan keluaran

generator tetap konstan walaupun ketika generator dipengaruhi fakor-faktor

pengganggu tersebut [ CITATION Han12 \l 1057 ].

Pada skripsi ini dirancang dan dibuat sebuah alat “SISTEM

PENGENDALI TEGANGAN KELUARAN TETAP GENERATOR

SINKRON SATU FASA”. Pengaturan tegangan untuk menjaga agar

tegangan keluaran yang dihasilkan tetap walaupun dengan perubahan beban

yang diberikan. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan

penambahan arus DC pada kumparan medan rotor.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa perumusan

masalah antara lain:

1. Bagaimana rancangan sistem pengendali generator sinkron satu fasa

dengan sensor tegangan?

2. Bagaimana hasil tuning sistem pengendali generator sinkron satu fasa

dengan kontrol tegangan?

3. Bagaimana performansi kinerja sistem pengendali generator sinkron

satu fasa dengan adanya beban perubahan?

1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan proposal ini terdapat batasan - batasan masalah agar

pembahasan tidak melebar, serta lebih fokus pada permasalahan yang

dibahas, diantaranya adalah sebagai berikut:


3

1. Penggerak generator sinkron satu fasa merupakan unit yang tersedia yaitu

berupa motor AC.

2. Beban utama dari beban penyeimbang menggunakan beban resistif.

3. Beban utama memiliki batas nilai maksimum.

4. Metode yang digunakan pada sistem kendali adalah metode PID.

1.4 Tujuan

Bedasarkan perumusan masalah di atas dapat diperoleh tujuan sebagai

berikut:

1. Merancang dan membuat sistem pengendali generator sinkron satu fasa

dengan kontrol tegangan.

2. Membuat dan menguji coba sistem pengendali generator sinkron satu fasa

dengan kontrol tegangan.

3. Menganalisa performansi kinerja sistem pengendali generator sinkron satu

fasa dengan sistem kontrol tegangan.

1.5 Manfaat

Secara umum generator digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik

yang dihasilkan dari perubahan tenaga mekanik. Dengan sistem pengendali

tegangan generator sinkron satu fasa ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar

dan inovasi untuk mengembangkan pemabangkit listrik menggunakan

genertor sinkron. Selain itu, sistem yang diterapkan pada generator ini

memiliki pengaturan tegangan keluaran konstan walaupun nilai bebannya

tidak tetap. Sistem yang bekerja secara otomatis ini menggunakan pengaturan
4

AVR (Auto Voltage Regulator) untuk mengatur kestabilan tegangan yang

dihasilkan generator.

1.6 Luaran Laporan Skripsi

Luaran Laporan Skripsi ini menghasilkan luaran sebagai berikut:

1. Alat generator sinkron satu fasa serta satu box sistem kontrol tegangan.

2. Laporan skripsi.

3. Artikel ilmilah yang dipublikasikan pada jurnal.

4. Manual book untuk alat sistem kendali tegangan tetap pada generator

sinkron satu fasa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Generator Sinkron

Generator sinkron adalah mesin sinkron yang mengkonversikan energi

mekanik menjadi energi listrik. Generator bekerja berdsarkan prinsip kerja

induksi elektromagnetik atau fluksi yang kemudian mengubah energi listrik.

Azas generator yang bekerja berdasarkan : Hukum Induksi Farday : “apabila

jumlah garis gaya yang melalui kumparan yang diubah, maka gaya gerak

listrik diinduksikan dalma kumparan itu. Besarmya gaya gerak listrik yang

diinduksikan berbanding lurus dengan laju perubahan jumlah garis gaya

melalui kumparan[ CITATION Arm16 \l 1057 ]

Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang merupakan dasar

kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC

(membangkitkan medan magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan sebuah

kumparan (biasa disebut jangkar) tempat dibangkitkannya GGL arus bola-

balik [CITATION Sup15 \t \l 1057 ]

Hampir semua mesin sinkron mempunyai belitan GGL berupa stator

yang diam dan struktur medan magnit berputar sebagai rotor. Kumparan DC

pada struktur medan yang berputar dihubungkan pada sumber DC luar melaui

slipring dan sikat arang, tetapi ada juga yang tidak mempergunakan sikat

arang yaitu sistem “brushless excitation”[CITATION Sup15 \t \l 1057 ].

5
6

2.1.1 Konstruksi Generator Sinkron

Menurut [ CITATION Fit12 \l 1057 ] pada dasarnya konstruksi dari

generator sinkron sama dengan kontruksi motor sinkron, dan secara umum

biasa disebut mesin sinkron. Pada dasarnya mesin sinkron terdiri dari tiga

komponen utama, yaitu :

1. Stator

Disebut sebagai kumparan jangkar (angker) yang berfungsi

menghasilkan tegangan dan arus bolak-balik (Alternating Current).

2. Rotor

Disebut sebagai kumparan medan magnet yang berfungsi

menginduksikan medan magnet berputar pada stator.

3. Arus Penguat (Eksitasi)

Berupa arus searah (Direct Current) yang berasal dari sumber luar

(external source) kemudian dialirkan ke dalam rotor yang berputar

melalui cincin geser (slip ring) dan sikat (brushes). Arus penguat

berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan pada

kumparan medan (rotor).


7

Gambar 2.1 Konstruksi dasar Generator sinkron

2.1.1.1 Stator/Kumparan Jangkar

Stator (disebut juga armatur) adalah bagian generator yang berfungsi

sebagai tempat untuk menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang

menuju ke beban disalurkan melalui armatur, komponen ini berbentuk

sebuah rangka silinder dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak.

Armatur selalu diam, oleh karena itu komponen ini disebut dengan stator.

Stator pada generator sinkron 3 fasa bisa terhubung secara delta ( ∆)

ataupun bintang (Y). Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
8

1. Rangka stator

Merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti jangka

generator.

2. Inti stator

Terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik

khusus yang terpasang ke rangka stator

3. Alur (slot) dan gigi

Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator

4. Kumparan stator (Kumparan jangkar)

Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga.

Kumparan ini merupakan tempat timbulnya ggl induksi.

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Laminasi stator, (b) Beberapa kumparan dalam slot
9

Gambar 2.3 Rangka stator beserta kumparan jangkarnya.

2.1.1.2 Rotor/Kumparan Medan

Rotor merupakan bagian yang ikut berputar pada generator. Pada

generator sinkron, rotor pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang

besar. Rotor terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu :

1. Slip ring (cincin geser)

Merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi dipisahkan

oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip ring

kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang

letaknya menempel pada slip ring.

Sikat (brush) merupakan sebuah blok yang terbuat dari bahan campuran

karbon mirip grafit yang mampu mengonduksikan listrik secara bebas

tetapi minim pergeseran, sehingga tidak membuat aus cincin geser. Jika

kutub positif sumber tegangan DC (arus searah) dihubungkan ke salah

satu sikat dan kutub negatif dihubungkan ke sikat lainnya, maka tegangan

DC yang sama akan diberikan ke kumparan medan setiap saat tanpa

tergantung posisi angular atau kecepatan rotor.


10

Cincin geser dan sikat memiliki beberapa masalah :

- Meningkatkan jumlah bagian mesin yang membutuhkan perawatan,

karena sikat harus diperiksa keausannya secara rutin.

- Tegangan jatuh pada sikat dapat mengakibatkan rugi daya yang

signifikan pada mesin dengan medan arus yang besar.

Bila pada mesin sinkron kecil menggunakan cincin geser dan sikat, maka

pada mesin sinkron ukuran besar menggunakan pembangkit tanpa

sikat untuk mensuplai medan arus DC. Pembangkit tanpa sikat adalah

generator AC kecil dengan rangkaian medan yang diletakkan pada stator

dan rangkaian jangkarnya diletakkan pada poros stator. Keluaran tiga

fasa dari generator pembangkit kemudian disearahkan menjadi arus

searah oleh penyearah tiga fasa yang juga diletakkan pada poros

generator, selanjutnya diumpankan ke rangkaian medan DC utama.

Dengan mengatur medan arus DC dari generator pembangkit (yang

terletak di stator), maka medan arus pada mesin utama dapat diatur tanpa

menggunakan cincin geser dan sikat. Karena tidak terjadi kontak

mekanik antara rotor dan stator, pembangkit tanpa sikat membutuhkan

perawatan yang lebih mudah.

2. Kumparan rotor (kumparan medan)

Merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam menghasilkan

medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari sumber eksitasi

tertentu.
11

3. Poros rotor

Merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros

rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros rotor.

Ada dua bentuk rotor, yaitu rotor kutub sepatu/kutub menonjol (salient

pole) dan rotor kutub silinder (non-salient pole/cylindrical rotor).

1. Rotor kutub sepatu/kutub menonjol (salient pole)

Pada jenis ini, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor.

Kumparan pada setiap kutub dihubungkan secara seri. Ketika kumparan

ini disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk

kutub berlawanan.

Rotor kutub sepatu umumnya digunakan pada generator sinkron

dengan kecepatan putar rendah-sedang (120-400rpm) dan berkutub

banyak (≥4). Oleh sebab itu generator sinkron tipe ini biasanya dikopel

dengan mesin diesel atau turbin air pada sistem pembangkit listrik.

Jumlah kutub yang dibutuhkan di rotor jenis ini sangat banyak.

Sehingga dibutuhkan diameter yang besar untuk memuat kutub yang

sangat banyak tersebut.

Rotor kutub sepatu cocok digunakan untuk putaran rendah-sedang

karena :

- Akan mengalami rugi-rugi angin (gesekan angin) yang besar dan

bersuara bising jika diputar dengan kecepatan tinggi.

- Tidak cukup kuat menahan tekanan mekanis apabila diputar dengan

kecepatan tinggi.
12

- Selain itu distribusi fluks magnet pada rotor kutub sepatu cenderung

berbentuk persegi dan belum mendekati sinusoidal sehingga

menimbulkan harmonisasi.

Gambar 2.4 Rotor kutub sepatu/kutub menonjol (salient pole)

Gambar 2.5 Rotor sepatu pada generator 4 kutub

2. Rotor kutub silinder (non-salient pole/cylindrical rotor)

Pada jenis ini, kontruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor.

Rotor jenis ini terbuat dari baja tempa padat yang mempunyai slot dan
13

gigi disepanjang pinggiran luarnya seperti halnya stator. Kumparan

medan pada rotor kutub silinder diletakkan di dalam slot ini. Disekitar

daerah pusat kutub umumnya tidak mempunyai slot.

Rotor kutub silinder biasanya digunakan pada generator putaran

silinder lebih panjang daripada rotor kutub sepatu. Diameter rotor kutub

silinder tidak sebesar rotor kutub sepatu untuk mengurangi gaya

sentrifugal yang muncul pada kecepatan putar tinggi.

Rotor kutub silinder cocok digunakan pada putaran tinggi karena :

- Konstruksinya memiliki kekuatan mekanik yang baik pada kecepatan

putar tinggi.

- Tidak menghasilkan gesekan angin yang berlebihan.

Selain itu, distribusi fluks magnet yang dihasilkan lebih mendekati

sinusoidal sehingga akan menghasilkan bentuk gelombang tegangan yang

lebih baik.

Gambar 2.6 Rotor kutub silinder (non-salient pole/cylindrical rotor)


14

Gambar 2.7 Rotor kutub silinder pada generator 4 kutub

2.1.1.3 Arus Penguat (Eksitasi)

Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator

sinkron, sistem eksitasi terdiri dari atas 2 jenis yaitu sistem eksitasi dengan

menggunakan sikat (brush excitation) dan sistem eksitasi tanpa

menggunakan sikat (brushless excitation).

Ada 2 jenis sistem eksitasi dengan menggunakan sikat, yaitu :

1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah)

Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh

dari sebuah generator arus searah berkapasitas kecil yang disebut

eksiter. Generator sinkron dan generator arus searah tersebut terkopel

dalam satu poros, sehingga putaran generator arus searah sama dengan

putaran generator sinkron.

Tegangan yang dihasilkan oleh generator arus searah ini diberikan

ke belitan rotor generator sinkron melalui sikat karbon dan slip ring.

Akibatnya arus searah mengalir ke dalam rotor atau kumparan medan


15

dan menimbulkan medan magnet yang diperlukan untuk dapat

menghasilkan tegangan arus bolak-balik. Dalam keadaan ini apabila

generator diputar oleh penggerak mula maka dibangkitkan tegangan

bolak-balik pada kumparan utama yang terletak di stator generator

sinkron.

Pada generator konvensional ada beberapa kerugian yaitu:

- Generator arus searah merupakan beban tambahan untuk penggerak

mula.

- Penggunaan slip ring dan sikat menimbulkan masalah ketika

digunakan untuk mensuplai sumber arus searah pada belitan medan

generator sinkron.

- Terdapat sikat arang yang menekan slip ring sehingga timbul rugi

gesekan pada generator utamanya.

- Selain itu pada generator arus searah juga terdapat sikat karbon yang

menekan komutator.

- Selama pemakaian, slip ring dan sikat harus diperiksa secara teratur,

generator arus searah juga memiliki keandalan yang rendah.

2. Sistem eksitasi statis (static excitation system)

Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak

bergerak (static), artinya peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama

dengan rotor generator sinkron. Sistem eksitasi statis atau self

excitation tidak memerlukan generator tambahan sebagai sumber

eksitasi generator sinkron. Sumber eksitasi berasal dari tegangan


16

keluaran generator itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan

menggunakan penyearah thyristor.

Pada mulanya pada rotor ada sedikit magnet sisa yang akan

menimbulkan tegangan pada stator, tegangan ini kemudian masuk

dalam penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor, akibatnya medan

magnet yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC akan naik

demikian seterusnya sampai dicapai tegangan nominal dari generator

AC tersebut. Biasanya penyearah tersebut mempunyai pengatur

sehingga tegangan generator dapat daiatur kosntan.

Dibandingkan generator sistem konvensional, generator system

eksitasi statis jauh lebih baik karena tidak ada generator arus searah

(yang keandalannya rendah) dan beban generator arus searah pada

penggerak utama dihilangkan. Eksiter diganti dengan eksiter yang tidak

berputar yaitu penyearah.

Untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron, maka sistem

eksitasi statis dilengkapi dengan field flashing. Hal ini dibutuhkan

karena generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan tegangan

sendiri untuk mensuplai kumparan medan.

Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat terdiri dari :

1. Sistem eksitasi menggunakan baterai

Arus searah untuks uplai eksitasi untuk awal start generator

digunakan suplai dari baterai. Kemudian arus ini disalurkan ke medan

AC exciter. Tegangan keluaran generator sinkron disearahkan oleh


17

penyearah berupa dioda yang disebut rotating rectifier, yang diletakkan

pada bagian poros ataupun pada bagian dalam dari rotor generator

sinkron, sehingga rotating rectifier tersebut ikut berputar sesuai dengan

putaran rotor.

Untuk menghindari adanya kontak geser pada bagian rotor

generator sinkron, maka penguat medan generator dirancang supaya

arus searah yang dihasilkan dari penyearah langsung disalurkan ke

bagian belitan medan dari generator utama. Hal ini dimungkinkan

karena dioda penyearah ditempatkan pada bagian poros yang dimiliki

bersama-sama oleh rotor generator utama dan penguat medannya. Arus

medan pada generator utama dikontrol oleh arus yang mengalir pada

kumparan medan generator penguat (Eksiter).

Setelah tegangan generator mencapai tegangan nominalnya maka

catu daya DC (baterai) biasanya dilepas dan digantikan oleh Penyearah.

Penguatan yang dipakai adalah sistem self exitation system yaitu sistem

dimana sumber daya untuk penguatnya diperoleh dari keluaran tiga fasa

generator itu sendiri.

2. Sistem eksitasi menggunakan Permanent Magnet Generator (PMG)

Cara lain untuk menghasilkan medan magnet pada rotor adalah

dengan menggunakan magnet permanen yang diletakkan pada poros

generator. Sistem eksitasi ini biasanya digunakan pada generator

sinkron berskala kecil. Hal ini bertujuan agar sistem eksitasi dari
18

generator sama sekali tidak tergantung pada sumber daya listrik dari

luar mesin.

Pada rotor terdapat magnet permanen, kumparan jangkar generator

eksitasi, kumparan medan generator utama. Hal ini memungkinkan

generator tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat dalam

pengoperasiannya sehingga lebih efektif dan efisien.

2.1.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Arus penguat (eksitasi) berupa arus DC dialirkan ke kumparan

medan (rotor) sehingga membangkitkan medan magnet pada rotor

tersebut. Kemudian rotor digerakkan oleh tenaga penggerak utama (prime

mover) sehingga pada rotor akan timbul medan magnet putar atau fluks

yang bersifat bolak balik. Medan magnet putar ini akan memotong stator

yang mengakibatkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) karena pengaruh

induksi dari fluks putar tersebut. GGL yang timbul pada stator juga

bersifat bolak balik dan berputar dengan kecepatan sinkron terhadap

kecepatan putar rotor [CITATION Pan09 \t \l 1057 ].

2.2 Sistem Kontrol Tegangan

Menurut [CITATION Sup151 \t \l 1057 ] pengaturan tegangan adalah

perubahan tegangan terminal antara keadaan beban nol dengan beban penuh,

dan ini dinyatakan dengan persamaan :

Eo−V
%PengaturanTegangan= x 100%
V

Keterangan :

Eo = Tegangan Tanpa Beban


19

V = Tegangan Terminal

Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam keadaan berbeban dengan

tegangan Eo pada saat tidak berbeban dipengaruhi oleh faktor daya dan

besarnya arus jangkar (Ia) yang mengalir. Untuk menentukan pengaturan

tegangan dari generator adalah dengan memanfaatkan karakteristik tanpa beban

dan hubung singkat yang diperoleh dari hasil percobaan dan pengukuran

tahanan jangkar. Ada tiga metoda atau cara yang sering digunakan untuk

menentukan pengaturan tegangan tersebut, yaitu :

 Metoda Impedansi Sinkron atau Metoda GGL.

 Metoda Amper Lilit atau Metoda GGM.

 Metoda Faktor Daya Nol atau Metoda Potier.

2.2.1 Metode Impedansi Sinkron

Menurut [CITATION Sup151 \t \l 1057 ] untuk menentukan pangaturan

tegangan dengan menggunakan Metoda Impedansi Sinkron, langkah-

langkahnya sebagai berikut :

• Tentukan nilai impedansi Sinkron dari karakteristik tanpa beban dan

karakteristik hubung singkat.

• Tentukan nilai Ra berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan.

• Berdasarkan persamaan hitung nilai Xs.

• Hitung harga tegangan tanpa beban Eo.

• Hitung persentase pengaturan tegangan.


20

Gambar 2.8  Vektor Diagram Pf “Lagging”

 Gambar 2.8 memperlihatkan contoh Vektor diagram untuk beban

dengan faktor daya lagging. Dengan rumus sebagai berikut :

OC= √OF 2+ FC 2

OC= √(OD+ DF )2 +(FB+ BC )2

atau

Eo= √(V cos ∅ + I Ra)2 +(V sin ∅+ I Xs)2

Eo−V
%Pengaturan= × 100 %
V

Keterangan :

Eo =OC = Tegangan tanpa beban

V =OA = Tegangan terminal

I.Ra=AB=Tegangan jatuh Resistansi Jang-kar

I.Xs = BC= Tegangan jatuh Reaktansi Sinkron.

Pengaturan yang diperoleh dengan metoda ini biasanya lebih besar dari

nilai sebenarnya.
21

2.3 Modul Auto Voltage Regulator (AVR)

Automatic Voltage Regulator (AVR) adalah sebuah modul pengatur

tegangan yang digunakan pada generator sinkron untuk membuat stabil

tegangan keluaran yang dihasilkan[CITATION Nur18 \l 1057 ].

2.3.1 Konstruksi Auto Voltage Regulator (AVR)

Menurut (Alam dkk, 2015) dalam [CITATION Nur15 \t \l 1057 ]

Bagian AVR dibagi menjadi dua bagian utama yaitu :

a. Bagian penyearah(rectifier) yang berfungsi mengubah energi AC

menjadi DC yang dibutuhkan oleh generator sinkron dalam proses

eksitasi. Pada bagian ini yang lebih diutamakan adalah kontrol sinyal

yang untuk menyalakan transistor.

b. Bagian pengatur tegangan yang berfungsi sebagai pengontrol

tegangan DC generator sinkron. Voltage regulator merupakan bagian

terpenting dalam proses eksitasi pada generator sinkron. Pada bagian

ini terdapat kontrol PI yang berfungsi untuk mengatur tegangan DC

yangakandiinjeksikan pada medan generator sinkron. Masukan dari

pengatur tegangan merupakan tegangan DC yang berasal dari

penyearah serta tegangan refrensi yang diinginkan dengan kontrol PI

yang digunakan maka didapat keluaran berupa tegangan eksitasi yang

menjadi masukan generator sinkron.

2.3.2 Fungsi Auto Voltage Regulator (AVR)


22

Menurut (Robandi,Imam 2010) dalam [CITATION Ali15 \l 1057 ]

Auto voltage regulator (AVR) memiliki beberapa fungsi yaitu :

a. Menjaga kesetabilan tegangan keluaran generator

b. Mengatur pembagian daya semu rektif saat kerja paralel

c. Memberikan pengaturan arus esitasi dalam kondisi gangguan supaya

tidak keluar dari sinkronisasi

d. Menurunkan tegangan dengan cepat apabila generator terlepas dari

beban yang akan mengakibatkan terjadinya over voltage

2.3.3 Prinsip Kerja Auto Voltage Regulator (AVR)

Apabila tegangan keluaran generator dibawah tegangan normal

tegangan generator, maka AVRakan memperbesar arus pengutan (exitacy)

pada exiter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan keluaran

generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikerenakan

dilengkapi dengan peralataan seperti alat yang digunakan untuk

pembatasan minimum ataupun maksimum yang bekerja secara

otomati.Tiga keadaan AVR, yaitu (Robandi,Imam, 2009) dalam

[CITATION Nur181 \t \l 1057 ] :

a. Jika tegangan keluaran tinggi maka error signal(+) AVR akan

memberian perintah untuk mengurangi arus eksitasi

b. Jika tegangan cocok dengan harga set point (0) maka AVR tidak akan

memberikan perintah apapun

c. Jika tegangan keluaran rendah maka error signalakan (-) maka AVR

akan memberi perintah agar menambahkan arus eksitasi.


23

2.4 Sensor Tegangan AC

Sensor tegangan AC adalah device untuk mendeteksi perubahan tegangan

pada terminal keluaran. Sensor tegangan ini terdiri dari rangkaian buffer op-

amp, multiplier, penguat membalik dan summer amplifier. Sensor ini

dirancang untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC yang berubah

terhadap perubahan beban secara cepat dan akurat[CITATION Rev07 \l 1057 ].

Berikut adalah contoh salah satu dari sensor tegangan AC :

Gambar 2.9 Sensor tegangan

2.5 Arduino Uno

Arduino UNO adalah board berbasis mikrokontroler pada ATmega328.

Board ini memiliki 14 digital input / output pin (dimana 6 pin dapat

digunakan sebagai output PWM), 6 input analog, 16 MHz osilator kristal,

koneksi USB, jack listrik tombol reset. Pin-pin ini berisi semua yang

diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, hanya terhubung ke komputer

dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa didapat dari adaptor AC-DC
24

atau baterai untuk menggunakannya (Datasheet Arduino, 2011) dalam

[CITATION Sap14 \l 1057 ].

Gambar 2.10 Modul Arduino Uno

Komponen utama di dalam papan Arduino adalah sebuah microcontroller

8 bit dengan merk ATmega yang dibuat oleh perusahaan Atmel Corporation.

Berbagai papan Arduino menggunakan tipe ATmega yang berbeda-beda

tergantung dari spesifikasinya, sebagai contoh Arduino Uno menggunakan

Atmega 328  sedangkan Arduino mega 2560 yang lebih canggih

menggunakan ATmega 2560.

Untuk memberikan gambaran mengenai apa saja yang terdapat di dalam

sebuah microcontroller, pada gambar berikut ini diperlihatkan contoh diagram


25

blok sederhana dari microcontroller Atmega328 (dipakai pada Arduino Uno).

Gambar 2.11 Diagram Blok microcontroller Atmega328

Blok-blok di atas dijelaskan sebagai berikut:

 Universal Asynchronous Receiver/Transmitter (UART) adalah antar muka

yang digunakan untuk komunikasi serial seperti pada RS-232, RS-422 dan

RS-485.
26

 2KB RAM pada memory kerja bersifat volatile (hilang saat daya

dimatikan), digunakan oleh variable-variabel di dalam program.

 32KB RAM flash memory bersifat non-volatile, digunakan untuk menyimpan

program yang dimuat dari komputer. Selain program, flash memory juga

menyimpan bootloader.

Bootloader adalah program inisiasi yang ukurannya kecil, dijalankan oleh

CPU saat daya dihidupkan. Setelah bootloader selesai dijalankan, berikutnya

program di dalam RAM akan dieksekusi.

 1KB EEPROM bersifat non-volatile, digunakan untuk menyimpan

data yang tidak boleh hilang saat daya dimatikan. Tidak digunakan pada

papan Arduino (red: namun bisa diakses/diprogram oleh pemakai dan

digunakan sesuai kebutuhan).

 Central Processing Unit (CPU), bagian dari microcontroller untuk

menjalankan setiap instruksi dari program.

 Port input/output, pin-pin untuk menerima data (input) digital atau

analog, dan mengeluarkan data (output) digital atau analog.

2.5.1 Bagian Pin Arduino

a. 14 pin input/output digital (0-13) : Berfungsi sebagai input atau output, dapat

diatur oleh program. Khusus untuk 6 buah pin 3, 5, 6, 9, 10 dan 11, dapat juga

berfungsi sebagai pin analog output dimana tegangan keluarannyanya dapat

diatur. Nilai sebuah pin output analog dapat diprogram antara 0 – 255,

dimana hal itu mewakili nilai tegangan 0 –5V.

b. USB berfungsi untuk :


27

1 Memuat program dari komputer ke dalam papan

2 Komunikasi serial antara papan dan computer

3 Memberi daya listrik kepada papan

c. Sambungan SV1 : Sambungan atau jumper untuk memilih sumber daya

papan, apakah dari sumber eksternal atau menggunakan USB. Sambungan ini

tidak diperlukan lagi pada papan Arduino versi terakhir karena pemilihan

sumber daya eksternal atau USB dilakukan secara otomatis.

d. Q1 – Kristal (quartz crystal oscillator) : Jika microcontroller dianggap sebagai

sebuah otak, maka kristal adalah jantung-nya karena komponen ini

menghasilkan detak-detak yang dikirim kepada microcontroller agar

melakukan sebuah operasi untuk setiap detak-nya. Kristal ini dipilih yang

berdetak 16 juta kali per detik (16MHz).

e. Tombol Reset S1 : Untuk me-reset papan sehingga program akan mulai lagi

dari awal. Perhatikan bahwa tombol reset ini bukan untuk menghapus

program atau mengosongkan microcontroller.

f. In-cirrcuit Serial Programing (ICSP) : Port ICSP memungkinkan pengguna

untuk memprogram microcontroller secara langsung, tanpa melalui

bootloader. Umumnya pengguna Arduino tidak melakukan ini sehingga ICSP

tidak terlalu dipakai walaupun disediakan.

g. IC 1 – Microcontroller Atmega : Komponen utama dari papan Arduino, di

dalamnya terdapat CPU, ROM dan RAM.

h. X1-Sumber daya Eksternal : Jika hendak disuplai dengan sumber daya

eksternal, papan Arduino dapat diberikan tegangan DC antara 9-12V.


28

i. 5 pin input analog (0-5) : Pin ini sangat berguna untuk membaca tegangan

yang dihasilkan oleh sensor analog, seperti sensor suhu. Program dapat

membaca nilai sebuah pin input antara 0 – 1023, dimana hal itu mewakili

nilai tegangan 0 – 5V.

2.6 Sistem Kontrol

Menurut [ CITATION ZAN18 \l 1057 ] Sistem kontrol adalah suatu sistem

yang berfungsi untuk mengatur pengontrolan suatu plant dengan cara

mengatur input-nya. Semua sistem kontrol memliliki kontroler dan actuator.

Input pada kontroler biasanya disebut sebagai set point. Actuator pada alat

elektromekanik mengambil sinyal dari kontroler dan diubah dalam bentuk

mekanik. Diagram blok sistem control secara umum terdapat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 2.12 Diagram Sistem kontrol

Tujuan dari sistem kontrol adalah mempertahankan nilai variabel proses

agar sama dengan nilai yang diinginkan (set point). Tetapi tujuan tersebut

sering tidak dapat atau sukar dipenuhi karena keterbatasan operasi dan

kemampuan sistem pengendalian. Oleh sebab itu, tujuan praktis atau tujuan

nyata sistem kontrol adalah mempertahankan nilai variabel proses di sekitar

nilai yang diinginkan dalam batas-batas yang ditetapkan. Namun perlu diingat
29

bahwa hakikat utama pengendalian proses dalam industri adalah untuk

memperoleh hasil akhir proses produksi agar sesuai target. Tujuan

pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalian yang didasarkan

atas tanggapan variabel proses bila ada perubahan setpoint atau beban. Jika

terjadi perubahan setpoint atau beban, variabel proses diharapkan :

a. secepat mungkin mencapai kondisi mantap (settling time sekecil mungkin);

b. setepat mungkin mencapai setpoint (offset sekecil mungkin); dan

c. sekecil mungkin terjadi osilasi (maximum error sekecil mungkin).

kontrol dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu sistem kontrol

loop terbuka (open loop) dan sistem kontrol tertutup (closed loop). Perbedaan

sistem kontrol loop terbuka dan sistem kontrol loop tertutup adalah pada ada

tidaknya feedback pada sistem. Jika suatu sistem memiliki feedback, maka

keluarannya akan berpengaruh pada proses kontrol. Kebanyakan sistem

kontrol menggunakan istilah error sebagai feedback bagi sistem. Error adalah

perbedaan dari nilai SP (Set Point) dan PV (Present Value).

2.6.1 Sistem Kendali Loop Tertutup

Sistem kontrol loop tertutup adalah “suatu sistem kontrol yang sinyal

keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi yang dilakukan

sebagai sistem kontrol loop tertutup[CITATION Mar18 \l 1057 ].

Yang menjadi ciri dari sistem pengendali tertutup adalah adanya

sinyal umpan balik. Sinyal umpan balik merupakan sinyal keluaran atau

suatu fungsi keluaran dan turunanya, yang diumpankan ke elemen kendali


30

untuk memperkecil kesalahan dan membuat keluaran sistem mendekati hasil

yang diinginkan [CITATION Mar18 \l 1057 ].

Gambar 2.13 Sistem Pengendali Loop Tertutup

Gambar 2.13 diatas menyatakan hubungan antar masukan dan

keluaran dari suatu loop sistem tertutup. Sinyal input yang sudah

dibandingkan dengan sinyal umpan balik menghasilkan sinyal selisih atau

sinyal kesalahan yanga akan dikirimkan kedalam elemen pengendali

sehingga kemudian menghasilkan sebuah sinyal keluaran yang akan dikirim

ke alat terkendali. Sinyal input berupa masukan refrensi yang akan

menentukan suatu nilai yang diharapkan bagi sistem yang dikendalikan

tersebut. Dalam berbagai sistem pengendalian, sinyal input dihasilkan oleh

mikrokontroler [CITATION Mar181 \t \l 1057 ]

2.6.2 Kontrol on-off

Pengontrol on-off merupakan pengontrol paling sederhana dan tangguh

(robust) namun tidak begitu akurat karena variabel kendali (controller

variable) sistem selalu mengandung osilasi. Pengontrol on-off banyak

diterapkan pada sistem pengontrolan besaran fisis temperatur sistestem

pemanas, reaktor fermentasi, ruang klimatik, sistem pemanas ruangan,

inkubator untuk bayi, sistem tinggi muka cairan. Di rumah tangga


31

pengontrol on-off juga banyak digunakan seperti pada setrika listrik, oven

listrik dan pemanas air. Sebagai perbandingan pengontrolon-off, pengontrol

fuzzy memeberikan konsumsi energi, kegagalan dan kerusakan yang lebih

kecil. Namun begitu, implementasi pengontrol fuzzy lebih kompleks

dibandingkan pengontrol on-off.

Restrepo et al (2002), melaporkan pengontrol on-off yang diberi waktu-

tunda dapat memperbaiki performansi sistem kendali. Terdapat dua aspek

penting yang harus dipertimbangkan pada pengontrol on-off. Pertama

adalah frekuensi osilasi respon dan osilasi on-off aktuator yang berpengaruh

pada umur ketahanan komponen aktuator. Kedua adalah ampliyudo osilasi

respon yang mempengaruhi akurasi pengendalian dan besar rugi-rugi energi

pada respon sistem kendali keseluruhan, yang pada akhirnya mengakibatkan

penurunan efisiensi konsumsi energi. Oleh karena itu, diperlukan suatu

strategi untuk mengatur parameter frekuensi dan amplitudo osilasi respon.

2.6.2.1 Karakteristik Kontroler On-Off

Kontrol On-Off memiliki karakteristik,yaitu hasi pengontrolan masih

bersifat osilasi (efek cycling) sehingga hasil tidak teralalu akurat, ada efek

histerisis (dead band) dalam implementasi praktisnya dan pemrosesan yang

lambat. Kontrol On-Off bekerja berdasarkna nilai error yang jika lebih besar

dari nol, aktuator aan dijalankan dan jika nilai error lebih kecil dari nol,

aktuator dimatikan [ CITATION Suw18 \l 1057 ]


32

Gambar 2.14 Karakteristik Pengontrol On-Off

Histerisis pada kontrol on-off ditunjukkan oleh gambar.2.14

Gambar 2.15 Transfer Pengontrol On-Off dengan Histerisis


BAB III

METODE PENGAMBILAN DATA

3.1 Tahap Penelitian

Pelaksanaan skripsi ini didasarkan pada masalah yang aplikatif, yaitu

perancangan dan pembuatan alat agar dapat sesuai dengan yang direncanakan

dengan mengacu pada rumusan masalah. Sistem kendali tegangan keluaran

generator sinkron satu fasa ini memiliki beberapa tahapan proses sebagai

metode penelitian. Tahapan penelitian yang digunakan pada pelaksanaan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifakasi dan merumuskan masalah

2. Penentuan judul

3. Study literatur

4. Perancanaan konsep alat

5. Perancangan mekanik dan elektrik

6. Pembuatan program

7. Pengujian alat

8. Pengumpulan data

9. Analisa data dan mengambil kesimpulan

10. Pembuatan laporan

Sedangkan apabila digambarkan tahapan penelitian diatas menurut

langkah-langkahnya maka kita dapat lihat dalam bentuk flowchat berikut

33
34

MULAI A

Menidentifikasi
Pengujian Alat
dan perumusan
masalah

Alat
Study literatur bekerja
dengan
baik?

Perencanaan konsep
alat

Pengumpulan data

Perancangan mekanik
dan elektrik
Analisa data dan
mengambil kesimpulan

Pembuatan program

Pembuatan laporan

A
SELESAI

Gambar 3.1 Flowchart proses penelitian

3.2 Penentuan Variabel Penelitian

Pada pengaturan tegangan keluaran generator dengan menggunakan

kontrol PID memiliki dua variabel yang berpengaruh yaitu :

 Variabel terikat : Eksitasi arus DC

 Variabel bebas : Beban generator (RL)


35

3.3 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem

Berikut ini adalah penjelasan dari masing masing blok sistem diatas :

1. Power Supply

Sistem alat ini membutuhkan sumberdaya listrik sebesar 12 Volt DC untuk

suplai tegangan mikrokontroller dan untuk suplai Motor membutuhkan

sumberdaya 220V AC.

2. Blok Diagram Input

Sensor tegangan sebagai alat pendeteksi dan setpoint dari tegangan output

generator yang dikonversikan dari tegangan AC ke DC untuk kontroler.

3. Blok Diagram kontroler

Modul kontroler yang digunakan adalah mikrokontroler Arduino yang

bekerja untuk mengolah sinyal tegangan keluaran generator sinkron yang

dihasilkan dari sensor tegangan. Kemudian akan menjadi sebuah perihtah

sistematis yang dikirim ke rangkaian buckboost sebagai aktuator.


36

4. Blok Diagram Output

a. Rangkain Buckboost

Rangkaian ini digunakan untuk mensuplai tegangan DC sebesar 0-40

VDC pada medan magnet generator sebagai kontrol tegangan generator

agar tetap stabil.

b. Generator Sinkron Satu Fasa

keluaran sistem kendali yang berupa generator sinkron satu fasa yang

dikontrol oleh rangkaian buckboost dengan penambahan tegangan DC

yang diberikan pada medan magnet untuk menghasilkan tegangan

keluaran yang tetap.

3.4 Diagram Blok Kontrol

Berikut ini adalah gambar diagram blok kontrol dari sistem pengendali

generator sinkron satu fasa :

Gambar 3.3 Diagram Blok Kontrol

Dari gambar diagram blok kontrol diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
37

1. Mikrokontroller yang berupa Arduino akan mendapat sinyal masukan dari

sensor tegangan (converter). Tegangan keluaran generator akan menjadi

sinyal masukan terhadap Arduino.

2. Sinyal sensor yang diterima oleh Arduino akan diolah untuk mengatur

tegangan keluaran dari rangkaian buckboost sebagai pengendali tegangan

keluaran dari generator sinkron apabila tegangan dibawah batas minimal

yang ditentukan.

3. Keluaran dari generator akan diberi sebuah beban resistif yang berubah-

ubah untuk mencoba seberapa peka sistem menjaga stabilitas tegangan

keluaran generator. Kemudaian sistem akan menjaga nilai tegangan

keluaran generator setiap ada perubahan beban yang diberikan.

3.5 Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari sistem pengendali ini adalah untuk menjaga

kestabilan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator sinkron satu fasa

walaupun dengan beban resistif yang berubah-ubah. Kontrol yang dilakukan

adalah dengan menjadikan mikrokontroler sebagai penjaga kestabilan

tegangan keluaran melalui rangkaian buckboost. Apabila tegangan keluaran

generator kurang dari 220 VAC maka rangkaian buckboost akan mensuplai

tegangan DC ke medan magnet stator sebagai bentuk eksitasi tegangan. Nilai

tegangan DC yang diberikan ditentukan dengan proses perbandingan hasil

sensor tegangan yang dikirimkan berupa sinyal masukan pada kontroler.

Sinyal yang diterima akan diolah sebagai data masukan pada kontroler yang

hasilnya akan menjadi sebuah perintah kepada rangkaian buckboost untuk


38

mengatur besaran nilai tegangan DC yang harus disuplai pada kumparan

medan rotor untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil.

3.6 Perancangan Hardware dan Mekanik

Perancangan mekanik yang dimaksud disini adalah suatu bentuk

generator sinkron satu fasa yang berfungsi menjadi pembangkit listrik dari

tenaga gerak yang dihasilkan motor.

3.6.1 Spesifik Mekanik

Gambar 3.4 Generator Sinkron

a) Dimensi keseluruhan :

1) Tinggi = 52 cm

2) Panjang = 40 cm

3) Lebar = 34 cm

b) Dimensi generator sinkron

1) Tegangan = 220V AC
39

2) Daya = 1000 Watt

3) Panjang = 26 cm

4) Lebar = 17,5 cm

5) Tinggi = 25 cm

6) Berat ± 10 Kg

c) Dimensi motor

a. RPM = 1300 Rpm

b. Tinggi = 16,5 cm

c. Panjang = 22 cm

d. Lebar = 15 cm

3.6.2 Spesifikasi Elektrik

a) Mikrokrontroller

a. Tipe = Arduino UNO

b. Sumber daya = 5VDC

c. Analog input = 14 pin (diantaranya pin PWM)

d. Pin digital = 6 pin

b) Sensor tegangan

a. Jenis sensor = Sensor tegangan AC

b. Range tegangan sensor = 0V-240V

c. berat = 215 gr

c) Rangkaian Buck-boost converter

a. Jenis modul = Rangkaim Buckboost Convereter

b. Input tegangan = 0-5 VDC


40

c. Output tegangan = 0-40 VDC

d. Output arus = maksimal 0,9 A

3.7 Perancangan Hardware Elektrik

Perancangan hardware elektrik meliputi beberapa bagian, yaitu :

3.7.1 Rangkain LCD

LCD ini sebagai display yang berfungsi untuk menampilkan nilai

dari sensor tegangan keluaran generator. LCD yang digunakan memiliki

ukuran 16x2. LCD ini memiliki beberapa pin yang berfungsi untuk

mengaktifkan dan mengaturnya, dengan cara mengoneksikan pin-pin

tersebut dengan Arduino atau mikrokontroller. Pin-pin LCD tersebut adalah

VSS, VDD, RS, RW, E, D0, D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, A, dan K.

Gambar 3.5 Rangkaian LCD

Untuk menentukan besaran nilai potensiometer agar menghasilkan

intensitas cahaya yang cukup menampilkan karakater pada LCD, maka

diperlukan perhitungan menggunakan rumus hukum ohm sebagai berikut :


41

* tegangan Arduino (Vcc) = 5 Volt

* arus Arduino = 40 mA

Persamaan diatas didapatkan dari datasheet ARDUINO sebagaimana

terlampir.

*maka, RV = V/I

RV = 5/40

RV = 5/0,04

RV = 125 ohm

sehingga resistor variabel atau RV mengunakan nilai 1 Kohm pada

rangkaian Gambar 3.5 untuk mendapatkan nilai yang presisi dari 125 ohm

yang berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya pada layar.

3.7.2 Modul Sensor Tegangan

Rangkaian sensor tegangan berfungsi untuk mengubah tegangan

keluaran generator 0-240 VAC menjadi tegangan DC (0 s/d +5V). Dengan

demikian keluaran dari sensor tegangan sesuai dengan nilai tegangan input

pada pin ADC di mikrokontroler untuk di baca nilainya. Rangkaian sensor

yang akan di realisasikan adalah seperti gambar 3.6.


42

6 VAC

R2
33K

C6
10µF
R1
560 k
6 VAC
R2
33K

Gambar 3.6 Rangkaian Skematik Sensor Tegangan

Cara kerja sensor ini adalah tegangan sumber, dalam hal ini

menggunakan tegangan keluaran generator oleh trafo tegangan di turunkan

dengan rasio 6/240,  yaitu jika primer trafo bernilai 240VAC maka sekunder

trafo bernilai 6 VAC. Tegangan pada sekunder di searahkan dengan dioda d3

dan d4 sehingga menjadi penyearah gelombang penuh. Tegangan pada

katoda dioda penyearah pada saat dapat di hitung dengan :

* Vprimer(rms) = 240 VAC

* VKatoda_Dioda (peak) = Vsekunder(rms) x √2 - Vdrop_Dioda (1,4V)

 Vkatoda_Dioda (peak) = 6V x 1,414 – 1,4V

 Vkatoda_Dioda (peak) = 7,085 V

Kemudian oleh kapasitor  C6 tegangan gelombang penuh ini di ubah

menjadi tegangan DC.

Tegangan DC pada kapasitor C6 masih terlalu tinggi  untuk di

masukkan ke ADC yang mempunyai batas maksimal tegangan masukkan

5V, maka digunakan pembagi tegangan yang di implementasikan seperti


43

pada Gambar 3.6. Untuk menentukan nilai resistor tersebut dibutuhkan

perhitungan sebagai berikut :

*Diketahui Vin (tegangan C6) = 7,085V

*Diketahui Vout (tegangan yang dibutuhkan) = 5V

Pertama diperlukan menentukan nilai R total sebagai acuan perbandingan

yaitu :

*R =R1 + R2 + R3

R = 626.000 ohm

Dan perlu diketahui rasio perbandingan R1: R adalah sama dengan V1:V

V1 5V
maka, =
V 7,085V

V1
=0,705
V

R1
Sehingga, =0,705 karena sesuai persamaan diatas bahwa rasio
R

perbandingan R1:R = V1:V maka,

R1
* =0,705
R

R1
* =0,705
626.000 ohm

*626.000 ×0,705=¿ R1

*469 .500 ohm=R 1

Sedangkan R total yang dibutuhkan adalah 620.000 ohm maka,

R1
* R=
R 2+ R 3
44

469.500 ohm
*626.000=
R 2+ R 3

* R2 + R3 = 626.000 ohm – 469.500 ohm = 156.500 ohm

Dari perhitungan diatas maka dapat ditentukan nilai resistor yang

digunakan dengan R1 = 560k, sedangkan untuk R2 dibagi menjadi dua

bagian komponen yang dihubung seri yaitu sama-sama 33K. Nilai tersebut

digunakan untuk mendapatkan hasil yang presisi sehingga tegangan

keluaran maksimal yang dihasilkan pada R2 dari rangkaian .pembagi

tegangan menjadi 5V sesuai kebutuhan dari arduino sebagai mikrokontroler.

3.7.3 Rangkain Buck Boost Converter

Gambar 3.7 Rangkaian buck boost converter

Prinsip kerja dari rangkaian buck boost converter adalah

membangkitkan tegangan penguatan (excitacy) pada exciter. Sistem

pengoperasian rangkaian ini berfungsi untuk menjaga agar tegangan

generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan

tegangan yang selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban

dikarenakan beban sangat mempengaruhi tegangan keluaran generator.


45

Apabila tegangan keluaran generator di bawah tegangan nominal, maka

rangkaian ini akan memperbesar tegangan penguatan (excitacy) pada

exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan keluaran

generator akan dapat distabilkan oleh rangkaian ini secara otomatis.

Adapun perancangan rangkaian buck boost converter memerlukan

perhitugan untuk komponen yang diperlukan. Berikut adalah pehitungan

analisa untuk komponen yang dibutuhkan dalam rangkaian buck boost

converter sesuai spesifikasi yang dibutuhkan sebagai rangkaian eksitasi

generator sinkron.

Tabel 3.1 Tabel Parameter Perhitungan Buck Boost Converter

Vin dari power supply 5 VDC

Vout (tegangan eksitasi yang dibutuhkan oleh generator) 40 VDC

Ripple Tegangan keluaran 2%

Ripple Arus Induktors 5%

Iout (Arus eksitasi yang dibutuhkan untuk masuk ke


3A
generator)

Tabel 3.1 adalah parameter untuk pembuatan rangkaian buck boost

converter yang baik agar dapat menetukan nilai komponen yang tepat

sehingga keluaran tegangan yang dihasilkan baik, penggunaan komponen

yang kurang tepat menghasilkan keluaran tegangan yang kurang baik.

Perhitungan dari boost converter adalah sebagai berikut :


46

1) Menentukan Duty Cycle :

Vo D
=
Vi 1−D

Diatas adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan berapa besar

duty cycle dari sebuah boost converter. Maka dengan ketentuan Vo=40

dan Vi=5 dapat ditentukan sebagai berikut :

40 D
=
5 1−D

40 ( 1−D )=5D

40−40 D=5D

45 D=40

D = 0,89

Selanjutnya menentukan Toff dari duty cycle yang telah ditentukan

dengan persamaan yang di dapat dari rumus mencari duty cycle.

1 Ts
=
1−D Toff

1 2,667 x 10−5
=
1−0,875 Toff

Toff =2,333625 x 10−5

Kemudian dari persamaan rumus duty cycle dapat menentukan arus input

yang sesuai dengan ketentuan duty cycle. Dengan arus output sebesar

0,9A maka dapat ditentukan sebagai berikut :

Io
=1−D
Ii
47

3
=0,89
Ii

Ii=2,67 A

2) Mencari nilai R :

Vo 40
R=
Io
= 3
=¿ 13,3 Ω

3) Frekuensi = 32 KHZ

Ton
D=
Tsw

Sesuai persamaan diatas maka akan ditentukan besaran induktansi yang

sesuai dengan hambatan maupun ketentuan duty cycle.

Ton=D x Tsw

1
¿ 0,89 x HZ
32.000

Ton=0,027

4) Menetukan Induktansi

( 1−D )2
L= xR
2 x Fs

Berdasarkan persamaan diatas maka akan ditentukan besaran induktansi

yang sesuai dengan hambatan maupun duty cycle yang ditentukan.

(1−0,89 )2
¿ x 13,3
64 x 10 3

(1−0,89 )2
¿ x 13,3
64 x 10 3

0,16093
¿
64 x 10 3

L=2,51 µH
48

5) Menetukan kapasitansi

Vo x D
C≥
R x ΔVo x Fs

Berdasarkan persamaan diatas maka akan ditentukan besaran kapasitansi

yang sesuai dengan hambatan maupun duty cycle yang ditentukan.

40 x 0,89
C≥
13,3 x 2% x 40 x 32

35,6
C≥
13,3 x 2% x 40 x 32

35,6
C≥
13,3 x 0,8 x 32

35,6
C≥
340,48

C ≥ 0,104 µF

Dari perhitungan boost converter didapatkan nilai komponen yaitu

nilai duty cycle 0,89, nilai induktor 2,1 mikroHendry, dan kapasitor 0,104

mikroFarad.
49

3.8 Perancangan Arduino

Gambar 3.8 Skema perancangan pin Arduino Uno

Dalam perancangan rangkaian kontroler arduino ini dijelaskan

mengenai arduino sebagai kontrol utama dari sistem ini, dimana seluruh

rangkaian elektronik berhubungan dengan arduino sebagai kontrol utama.

Arduino UNO memiliki 14 digital input atau output pin. Data masukan pada

mikrokontroler didapat dari sinyal pencuplikan sensor tegangan dari tegangan

keluaran generator.

Masukan berupa data-data diproses oleh mikrokontroler. Pada

mikrokontroler ditanamkan algoritma switching yang digunakan untuk

mengatur penguatan pada generator berdasarkan parameter yang telah

ditetapkan. Berikut penjelasan masing-masing port arduino yang digunakan

dalam sistem ini :


50

Tabel 3.1 perancangan port Arduino

No Port Arduino Fungsi


1 AREF Sebagai jalur input LCD I2C
2 Pin A0 Sebagai jalur input sensor tegangan
3 Pin VCC Memberikan supply tegangan +5 V

pada rangkaian LCD


4 Pin GND Dihubungkan dengan ground pada

rangkaian sensor tegangan dan

rangkaian LCD
51

3.9 Perancangan Sistem Kontrol

START

BACA TEGANGAN

Y
TEGANGAN= 220V ?

PENJUMLAHAN VARIABEL

PWM = OUTPUT SISTEM


KONTROL

STOP

Gambar 3.7 Perancangan Sistem Kontrol


52

3.10 Perancangan Variabel Sistem Kendali

START

Tuning PID
Baca sensor
dengan
tegangan.
osilasi kp=1
Baca
ki= 0setpoint
kd=0

N
Respon sistem Pwm
Tegangan lebih?dari Kp + -=
= 11
berosilasi
setpoint?
Y

Y
Ada > 2 peak N
Tegangan kurang dari Kp + +=
Pwm = 11
yang sama ?
setpoint?

Y
N

Ambil ku = kp
lihat Pu dari
grafik respon
sistem

STOP

Gambar 3.8 Perancangan Variabel Sistem Kendali


53

List program :
#include <PWM.h> void loop()
int pin_pwm = 9; {
int pin_pwm_buck = 10; sensor();
int32_t frequency = proses();
32000; //frequency (in Hz) tampilkan();
}
double Setpoint, Input,
Output;
double aman = 0.2; void sensor() {
vac_ = analogRead(pin_ac)
#include <Wire.h> / 3.57;
#include vdc_ = analogRead(pin_dc)
<LiquidCrystal_I2C.h> / 18.21;
LiquidCrystal_I2C lcd(0x3f,
16, 2); vac =
simpleKalmanFilter_ac.updat
float vac, vdc, vac_, vdc_; eEstimate(vac_);
#define pin_ac A0 vdc =
#define pin_dc A1 simpleKalmanFilter_dc.updat
eEstimate(vdc_);
unsigned long pm_tampil, }
pm_proses;
void proses() {
#include if (millis() - pm_proses
<SimpleKalmanFilter.h> > 500) {
SimpleKalmanFilter pm_proses = millis();
simpleKalmanFilter_ac(2, 2, if (vdc >= 40.0) {
0.001);
SimpleKalmanFilter }
simpleKalmanFilter_dc(2, 2, else {
0.01); Setpoint = 220;
Input = vac;

void setup() if (Input < Setpoint


{ - aman) {
delay(3000); Output++;
Serial.begin(9600); if (Output > 200) {
Output = 200;
lcd.init(); }
lcd.backlight(); }
lcd.setCursor(0, 0); else if (Input >
lcd.print("starting"); Setpoint + aman) {
delay(500); Output--;
if (Output < 0) {
Output = 0;
pinMode(pin_pwm_buck,OUTPUT }
); }
else {
InitTimersSafe();
bool success = }
SetPinFrequencySafe(pin_pwm }
, frequency);
if (success) {
pinMode(13, OUTPUT);
digitalWrite(13, HIGH);
}
54

pwmWrite(pin_pwm, Output); lcd.setCursor(15, 0);


if(Output<=0){ lcd.print("V");
digitalWrite(pin_pwm_buck,0); lcd.setCursor(15, 1);
} lcd.print("V");
else{ }
digitalWrite(pin_pwm_buck,1); }
}
}
}
void tampilkan() {
if (millis() - pm_tampil > 100) {
pm_tampil = millis();

Serial.print("vac:");
Serial.print(vac, 0);
Serial.print("\t vdc:");
Serial.print(vdc);
Serial.print("\t pwm:");
Serial.println(Output,0);

lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("VDC: ");
lcd.print(vdc);
lcd.print(" ");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("VAC: ");
lcd.print(vac, 0);
lcd.print(" ");

lcd.setCursor(15, 0);
lcd.print("V");
lcd.setCursor(15, 1);
lcd.print("V");
}
}
55

3.11 Perancangan Software

START

PEMBACAAN
TEGANGAN

TAMPILAN
TEGANGAN

TAMPILAN ARUS
EXCITER

TEGANGAN =
TURUN ?

Y Kalkulasi PID
Kalkulasi
sistem kendali

Pwm ==Output
PWM output
sistemPID
kendali

STOP

Gambar 3.10 Flowchart Sistem


56

1. List program pembacaan sensor tegangan

//===== Sensor Tegangan ======== void loop() {


#include <Wire.h> sensor_Value = analogRead (A0);
#include <LiquidCrystal_I2C.h> V_out = 250 * (sensor_Value / 1024);
#define I2C_ADDR 0x3f lcd.begin ();
#define BACKLIFHT_PIN 3 lcd.print ("Vout=");
#define En_pin 2 lcd.print(V_out);
#define Rw_pin 1 lcd.println("V");
#define Rs_pin 0 delay (1000);
#define D4_pin 4 }
#define D5_pin 5
#define D6_pin 6
#define D7_pin 7
LiquidCrystal_I2C lcd(I2C_ADDR,16,
2);
const int analogIn = A0;
float sensor_Value = 0;
float V_out;
void setup() {
lcd.begin ();
lcd.print("SKRIPSI 2017");
lcd.setCursor (0, 1);
lcd.print("ABDUL LATHIF");
delay(3000);
lcd.clear();
}
void loop() {
sensor_Value = analogRead (A0); //
read the analog in value:
V_out = 250 * (sensor_Value / 1024);//
rumus perhitungan tegangan output
// // Mencetak hasil ke monitor serial
lcd.begin ();
lcd.print ("Vout=");
lcd.print(V_out);
lcd.println("V");
// diberikan nilai tunda 1 s untuk
pembacaan berikutnya
// Menampilkan pembacaan analog-to-
digital converter setelah pembacaan
terakhir
delay (1000);
}
57

2. List program tampilan LCD

//===== LCD ========


//LiquidCrystal lcd(18, 13, 22, 21, 20, 19);
#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#define I2C_ADDR 0x3f
#define BACKLIGHT_PIN 3
#define En_pin 2
#define Rw_pin 1
#define Rs_pin 0
#define D4_pin 4
#define D5_pin 5
#define D6_pin 6
#define D7_pin 7
LiquidCrystal_I2C lcd(I2C_ADDR,16, 2);
void setup() {
lcd.begin ();
HIGH);
lcd.print("SKRIPSI 2017");
lcd.setCursor ( 0, 1 );
lcd.print("ABDUL LATHIF");
}
void loop() {

Anda mungkin juga menyukai