Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR

SINKRONISASI

4.1 Prinsip Kerja Sinkronisasi Genset di PT. ALTRAK 1978

Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan

magnet homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada

kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang

dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet

diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole

generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor. Hal

ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat,

sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub

internal (internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan

oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator.

Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada

celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan

konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub

internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga

membentuk beda fasa dengan sudut 120°.

Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan

dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder,

31
kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks

terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal

(internal pole generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor

melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan

eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka

tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.

Sistem eksitasi adalah sistem pasokan listrik DC sebagai penguatan

pada generator listrik atau sebagai pembangkit medan magnet, sehingga

suatu generator dapat menghasilkan energi listrik dengan besar tegangan

keluaran generator bergantung pada besarnya arus eksitasinya.

Sistem ini merupakan sistem yang vital pada proses pembangkitan

listrik dan pada perkembangannya, sistem Eksitasi pada generator listrik

ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Sistem Eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation)

2. Sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation).

4.1.1. Sistem Eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation)

Pada Sistem Eksitasi menggunakan sikat, sumber tenaga listriknya

berasal dari generator arus searah (DC) atau generator arus bolak balik

(AC) yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan rectifier.

Jika menggunakan sumber listrik listrik yang berasal dari generator

AC atau menggunakan Permanent Magnet Generator (PMG) medan

magnetnya adalah magnet permanent. Dalam lemari penyearah, tegangan

32
listrik arus bolak balik diubah atau disearahkan menjadi tegangan arus

searah untuk mengontrol kumparan medan eksiter utama (main exciter).

Untuk mengalirkan arus Eksitasi dari main exciter ke rotor

generator menggunakan slip ring dan sikat arang, demikian juga

penyaluran arus yang berasal dari pilot exciter ke main exciter .

Gambar 4.1 Eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation)

4.1.2. Sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation).

Penggunaan sikat atau slip ring untuk menyalurkan arus excitasi ke

rotor generator mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu

dialirkan pada sikat arang relatif kecil. Untuk mengatasi keterbatasan sikat

arang, digunakan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless

excitation).

Keuntungan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless

excitation), antara lain adalah:

1) Energi yang diperlukan untuk Eksitasi diperoleh dari poros utama (main

shaft), sehingga keandalannya tinggi

2) Biaya perawatan berkurang karena pada sistem Eksitasi tanpa sikat

(brushless excitation) tidak terdapat sikat, komutator dan slip ring.

33
3) Pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi

kerusakan isolasi karena melekatnya debu karbon pada farnish akibat sikat

arang.

4) Mengurangi kerusakan ( trouble) akibat udara buruk (bad atmosfere)

sebab semua peralatan ditempatkan pada ruang tertutup

5) Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga

meningkatkan keandalan operasi dapat berlangsung terus pada waktu yang

lama.

6) Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator dan

bus exciter atau kabel tidak diperlukan lagi

7) Biaya pondasi berkurang, sebab aluran udara dan bus exciter atau kabel

tidak memerlukan pondasi

Gambar 4.2 Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)

34
4.2 Proteksi generator

4.2.1. Gangguan Generator Sinkron

Gangguan Generator Sinkron relatif jarang terjadi karena:

1). Instalasi Listrik tidak terbuka terhadap lingkungan, terlindung terhadap

petir dan tanaman.

2). Ada Transformator Blok dengan hubungan Wye-Delta, sehingga

mencegah arus (gangguan) urutan nol dari Saluran Transmisi masuk ke

Generator.

3). Instalasi Listrik dari Generator ke Rel umumnya memakai Cable Duct

yang kemungkinannya mengalami gangguan kecil.

4). Tripnya PMT Generator sebagian besar (lebih dari 50%) disebabkan

oleh gangguan mesin penggerak generator.

Namun ada juga gangguan-gangguan yang sering terjadi pada generator

sinkron, meliputi gangguan pada :

1). Stator

2). Rotor (Sistem Penguat)

3). Mesin Penggerak

4). Back up instalasi di luar Generator

35
4.2.2. Pengaman Terhadap Gangguan Luar Generator

Generator umumnya dihubungkan ke rel (busbar). Beban dipasok

oleh saluran yang dihubungkan ke rel. Gangguan kebanyakan ada di

saluran yang mengambil daya dari rel.

Instalasi penghubung generator dengan rel umumnya jarang

mengalami gangguan. Karena rel dan saluran yang keluar dari rel sudah

mempunyai proteksi sendiri,

Maka proteksi generator terhadap gangguan luar cukup dengan

relay arus lebih dengan time delay yang relatif lama dan dengan voltage

restrain.

Voltage Restrain

1). Arus Hubung Singkat Generator turun sebagai fungsi waktu.

2). Hal ini disebabkan oleh membesarnya arus stator yang melemahkan

medan magnit kutub (rotor) sehingga ggl dan tegangan jepit Generator

turun.

3) Untuk menjamin kerjanya Relay sehubungan dengan menurunnya arus

hubung singkat Generator, diperlukan Voltage Restrain Coil.

• Mengingat karakteristik hubung singkat Generator yang demikian, pada

Generator besar dipakai juga Relay Impedansi.

4.4. Pengaman Terhadap Gangguan Dalam Generator

1). Hubung singkat antar fasa

a. Untuk proteksi dipergunakan relay differensial.

36
b. Kalau relay ini bekerja maka selain mentripkan PMT generator, PMT

medan penguat generator harus trip juga.

c. Selain itu melalui relay bantu, mesin penggerak harus dihentikan

2). Hubung Singkat Fasa – Tanah

a. Dipakai Relay Hubung Tanah terbatas.

b. Relay ini memerintahkan

- PMT Generator Trip

- PMT Medan Penguat Mesin Penggerak berhenti (melalui Relay

Bantu)

c. Pada Generator yang memakai Trafo Blok Y-

nol dari gangguan hubung tanah di luar Generator tidak masuk, bisa

dipakai pula :

- Relay Tegangan yang mengukur pergeseran tegangan titik Netral

terhadap tanah.

- Relay Arus yang mengukur arus titik Netral ke tanah lewat

tahanan atau kumparan.

3). Penguatan Hilang

a. Penguatan hilang atau penguatan melemah (under exitation) bisa

menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada kepala kumparan stator

b. Penguatan hilang menyebabkan gaya mekanik pada kumparan arus

searah rotor hilang, terjadi out of step, menjadi Generator Asinkron,

37
timbul arus pusar berlebihan di rotor, selanjutnya rotor mengalami

pemanasan berlebihan.

c. Relay penguatan hilang akan mentripkan PMT Generato

4). Penggunaan Relay Mho

a. Dalam keadaan eksitasi rendah / hilang, Generator akan mengambil

daya Reaktif dari sistem.

b. Oleh karenanya dipakai Relay Mho yang bekerja pada kwadran 3 dan 4

dari Kurva Kemampuan Generator.

c. Perlu perhatian pada Beban Kapasitif, misalnya Saluran Kosong, Daya

Reaktif akan masuk ke Generator dan menyebabkan Relay ini bekerja.

5). Hubung Singkat dalam Sirkit Rotor

Hubung singkat dalam sirkit rotor bisa menyebabkan penguatan hilang.

a. Karena hubung singkat dalam sirkit rotor ini, bisa timbul distorsi

medan magnet dan selanjutnya timbul getaran berlebihan.

b. Cara mendeteksi gangguan sirkit rotor : Potentio Meter, AC Injection,

DC Injection.

6). Relay Negatif Sequence

a. Gangguan yang menimbulkan ketidak-simetrisan Tegangan maupun

arus, menimbulkan Negatif Sequence Current, tetapi tidak dapat dideteksi

oleh Relay-relay yang telah disebutkan sebelumnya, maka sebelum

38
Negatif Sequence Current terjadi diharapkan dapat dideteksi oleh Relay

ini.

b. Gangguan-gangguan tersebut di atas misalnya adalah :

– Hubung Singkat antar lilitan satu fasa.

– Hubung Tanah di dekat titik Netral.

– Ada sambungan salah satu fasa yang kendor.

c. Negative Sequence Current bisa menimbulkan pemanasan berlebihan

pada rotor.

7). Gangguan Internal Generator Yang Sulit Dideteksi

a. Hubung singkat antar lilitan satu fasa, tidak terdeteksi oleh relay

diferensial.

b. Hubung tanah di dekat titik Netral, tidak terdeteksi oleh relay hubung

tanah terbatas.

c. Lilitan putus atau sambungan kendor, tidak terlihat oleh relay

diferensial.

d. Diharapkan relay suhu dan relay Negatif Sequence bisa ikut mendeteksi

dua gangguan ini.

Untuk Exciter berupa generator arus bolak balik yang memakai diode

berputar, deteksi gangguan rotor hanya bisa lewat :

a. Arus medan Pilot Exciter yang melewati sikat, bisa ditap untuk diamati.

Arus ini akan membesar kalau ada gangguan kumparan rotor.

39
b. Gangguan Kumparan rotor menimbulkan vibrasi yang bisa dideteksi

oleh detektor vibrasi.

8). Gangguan dalam mesin penggerak

Gangguan-gangguan yang demikian adalah :

a. Tekanan minyak pelumas terlalu rendah

b. Suhu air pendingin atau suhu bantalan terlalu tinggi

c. Daya balik,

Adakalanya gangguan dalam mesin penggerak generator memerlukan

tripnya PMT Generator.

9). Suhu Tinggi

a. Suhu tinggi bisa terjadi pada bantalan generator atau pada kumparan

stator.

b. Hal ini masing-masing di deteksi oleh relay suhu yang mula-mula

membunyikan alarm kemudian mentripkan PMT generator dan

memberhentikan mesin penggerak apabila yang bekerja adalah relay suhu

bantalan.

Penyebab Suhu Tinggi

a. Lilitan Stator, penyebabnya:

 Beban Lebih

 Beban tidak simetris, arus urutan negatif

 Hubung singkat yang tidak terdeteksi

40
 Penguatan Hilang / Lemah

 Ventilasi kurang baik, hidrogin bocor

 Kotoran / debu melekat pada lilitan

b. Kumparan Rotor, penyebabnya:

 Beban stator tidak seimbang, arus urutan negatif

 Hubung singkat yang tidak terdeteksi

 Out of step

 Ventilasi kurang baik, hidrogin bocor

 Kotoran / debu melekat pada lilitan

c. Bantalan Generator, penyebabnya:

 Pelumasan kurang lancar, tekanannya kurang tinggi

 Kerusakan pada bagian yang bergeseran

10). Tekanan minyak terlalu rendah

a. Tekanan minyak pelumas yang terlalu rendah bisa merusak bantalan,

oleh karenanya jika hal ini terjadi Mesin Penggerak perlu segera

dihentikan melalui proses alarm terlebih dahulu apabila tekanan ini turun

secara bertahap

b. Berhentinya Mesin Penggerak harus bersamaan dengan tripnya PMT

Generator

41
11). Relay Over Fluks

Relay ini mengukur besaran volt per Hertz. Tegangan imbas volt

dalam suatu kumparan adalah sebanding dengan kerapatan fluks dan

frekwensi. Over fluks bisa terjadi pada Tegangan normal tetapi frekwensi

rendah. Hal semacam ini bisa terjadi pada saat menstart generator dimana

frekwensi masih rendah, karena putaran Generator masih rendah, tetapi

sudah ada arus penguat dari exciter. Kerapatan fluks yang tinggi ini akan

menimbulkan arus pusar yang tinggi sehingga timbul pemanasan

berlebihan dalam inti generator dan dalam inti trafo penaik tegangan.

Begitu pula dengan rugi histerisis yang menjadi makin tinggi

Apabila kerapatan fluks magnetik tinggi, hal ini ikut menambah

pemanasan inti stator. uap atau turbin air dengan melalui Alarm terlebih

dahulu. Untuk Turbin Gas masalahnya sama dengan untuk Turbin Uap.

Tabel 4.1 Relai proteksi dan fungsinya

42
Tabel 4.2 Relai proteksi dan fungsinya (lanjutan)

12). Putaran Lebih

a. Apabila PMT generator trip, maka akan terjadi putaran lebih yang

membahayakan generator dan mesin penggeraknya.

b. Untuk ini diperlukan relay putaran lebih yang memberhentikan mesin

penggerak.

13). Tegangan Lebih

a. Apabila PMT generator trip, maka bisa terjadi tegangan lebih.

b. Untuk ini diperlukan relay tegangan lebih.

4.4. Prosedur Pengoperasian Sinkronisasi Generator

Dalam pengoperasian sinkronisasi generator harus dijalankan sesuai

prosedur yang ada. Secara umum prosedur pengoperasiannya dibagi

menjadi empat tahapan, yaitu :

43
4.4.1. Tahap Persiapan

ALTRAK 1978 sangat memperhatikan keselamatan pekerjanya.

Oleh karena itulah dalam tahap persiapan ini, pekerja yang akan

menjalankan sinkronisasi generator harus memakai peralatan safety

terlebih dahulu. Peralatan safety yang digunakan antara lain, baju FRC,

safety shoes, safety glas, safety helmet dan ear plug.

Sebelum dilakukan prosedur pemeriksaan generator secara

keseluruhan, perlu memastikan bahwa sistem tidak dialiri listrik dengan

membuka disconnecting switch . Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum

mengoperasikan generator set, yaitu :

1) Sistem start

2) Sistem pelumasan

3) Sistem pendingin

4) Sistem bahan bakar

5) Sistem kontrol

6) Sistem proteksi

7) Sistem interlock

8) Sistem Pembuangan

Bila pemeriksaan sistem di atas dalam kondisi yang baik, maka

generator dalam kondisi siap untuk dijalankan

44
4.4.2. Tahap Menjalankan Generator

Pada tahap menjalankan generator sinkron, mesin generator tidak

dapat langsung dijalankan dengan kecepatan tinggi melainkan dengan

putaran rendah terlebih dahulu kemudian putaran dinaikkan sampai ke

putaran nominal yaitu 1500 rpm. Kontrol kecepatan dapat dilakukan

dengan mengatur speed control yang terdapat pada panel generator.

Setelah kecepatan putar mesin mencapai putaran nominal, perlu dilakukan

pengecekan terhadap parameter yang ada pada unit tersebut agar berada

dalam keadaan normal. Pengecekan yang dilakukan yaitu frekuensi dan

tegangan output dari generator. Pada keadaan normal frekuensi dari

generator sebesar 50-60 Hz, sedangkan tegangan output sebesar 4160 Volt.

4.4.3. Tahap Pembebanan

Setelah generator berputar pada kecepatan normal dan dalam

kondisi baik, maka siap dilakukan hubungan parallel antar generator guna

memenuhi kebutuhan listrik. Beberapa alasan pentingnya interkoneksi

antara beberapa generator antara lain:

 Mengurangi installed capacity dari stand by unit

 Memungkinkan pembagian beban secara ekonomis diantara beberapa

generator.

 Menjamin kontinuitas ketersedian listrik.

Proses interkoneksi antara generator satu dengan yang lain atau

dengan busbar disebut dengan “synchronising”. Pada proses interkoneksi

45
yang dilakukan pada generator sinkron dengan metode synchronoscope.

Metode ini digunakan untuk memastikan bahwa generator-generator yang

di parallel telah memenuhi syarat dari hubungan parallel generator, yaitu:

 Generator yang dihubungkan parallel harus mempunyai tegangan

yang sama dengan busbar.

Untuk melakukan operasi paralel generator maka dilakukan tahap

sinkronisasi terlebih dahulu. Beberapa parameter yang harus sama untuk

syarat sinkronisasi adalah:

1. Tegangan

2. Frekuensi

3. Urutan Fasa

Dengan berkembangnya teknologi maka proses sinkronisasi dapat

dilakukan secara otomatis pada synchronizing panel. berikut gambar

dibawah ini merupakan diagram sederhana dari alur proses sinkronisasi.

Gambar 4.3 Proses sinkronisasi generator

46
 Phasa dari tegangan generator sama dengan phasa dari busbar

Untuk mengetahui sinkronisasi pada urutan dan beda fasa maka dapat

dilakukan dengan metode lampu gelap-terang. Ketika urutan dan beda fasa

sudah sinkron dapat dilihat pada nyala lampu untuk L1 dan L2 nyala

terang, dan L3 gelap. Berikut diagram vektor dari urutan fase dan proses

nyala ketiga lampu tersebut.

Gambar 4.4 Proses sinkronisasi pada urutan dan beda fasa

 Tegangan generator dan busbar mempunyai frekuensi yang sama.

Tegangan dan frekuensi dari generator yang akan diparalel harus

bernilai sama mendekati rating bus pada generator yang telah beroperasi.

Untuk memasukkan saklar sinkronisasi maka dapat melihat jarum pada

synchroscope tersebut dalam posisi 0 atau arah jarum jam 12. Ini

membuktikan bahwa selisish frekuensi telah bernilai 0. Untuk

mensinkronasikan nilai dari tegangan antara generator yang akan diparalel

maka dilakukan dengan mengatur sistem eksitasinya. Apabila tegangan

generator lebih tinggi dari tegangan rating bus di sistem, maka generator

47
akan mengalami sentakan beban M Var lagging (induktif), pada kondisi

ini generator mengirim daya reaktif ke sistem. Sebaliknya jika tegangan

generator lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin akan mengalami

sentakan beban M Var Leading (kapasitif), artinya generator menyerap

daya reaktif dari sistem (loss of field). Berikutnya untuk Frekuensi

generator juga harus bernilai sama dengan frekuensi sistem pada bus.

Untuk mensinkronasikan frekuensi dilakukan dengan cara mengatur katup

governor untuk mengatur putaran generator tersebut. Jika frekuensi

generator lebih tinggi dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami

sentakan beban MW dari generator, artinya mesin membangkitkan dan

mulai menyalurkan daya aktif (MW). Sebaliknya jika generator

frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan mengalami

sentakan MW dari sistem, artinya generator akan beroperasi menjadi

motor (motoring).

48
Gambar 4.5 Synchroscope

1. Pastikan bahwa breaker dari generator yang akan diparalel (incoming

generator) dalam keadaan terbuka, atau dengan kata lain incoming

generator terisolasi dengan sistem.

2. Pastikan AVR (Automatic Voltage Regulator) dalam

keadaan“Automatic”, bukan manual.

3. Start Prime mover sampai pada spesifikasi putaran tanpa beban.

4. Gunakan governor control untuk mengeset frekwensi Incoming

Generator lebih tinggi 1/10 dari frekwensi sistem.

5. Gunakan AVR untuk mengeset Tegangan Incoming Generator sama

atau lebih tinggi dari sistem.

6. Gunakan Synchroscope pada incoming generator dan set frekwensi

incoming generator berputar perlahan lahan di daerah “Fast” mendekati 0.

49
7. Tutup breaker incoming generator saat 1 sampai 2 derajat pada

synchroscope sebelum posisi 0. Dengan asumsi breaker mepunyai massa

lembam dengan demikian penutupan breaker tepat pada angka 0 pada

synchroscope.

8. Matikan synchroscope

9. Dengan governor control, buat perpindahan beban ke incoming

generator secara perlahan – lahan.

10. Jika power faktor yang terbaca antara 2 generator atau lebih

yangdiparalel tidak sama maka, set AVR masing – masing generator

sampai power faktor setiap generator mendekati sama.

4.4.4. Tahap Menghentikan Generator

Pada tahap mematikan generator tidak dapat langsung mematikan

mesin secara tiba-tiba. Generator harus dilepaskan dahulu dari hubungan

parallel dan bebannya harus diturunkan terlebih dahulu secara perlahan-

lahan, kemudian biarkan mesin bekerja tanpa beban untuk memberikan

kesempatan pada mesin menyesuaikan temperatur kerja seiring dengan

penurunan kecepatan putar dari mesin. Setelah generator berhenti,

dilakukan pemeriksaan untuk menjamin keandalan mesin bila generator

beroperasi kembali.

50

Anda mungkin juga menyukai