KEPALA PEMBAGI DAN PEKERJAAN
PEMBAGIAN
PETRUS LONDA
Politeknik Negeri Bandung - Indonesia.
POLBAN
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian buku
Pengetahuan Kejuruan untuk pekerjaan Freis. Dalam buku ini secara
terperinci dibahas mengenai Kepala Pembagi dan Pekerjaan Pembagian
khususnya pada pembuatan roda gigi.
Pengetahuan kejuruan yang seutuhnya mencakup juga penyajian
dasar-dasar dan landasan yang memadai bagi pendidikan yang mantap di
sekolah-sekolah Kejuruan, Perusahaan atau Industri, Politeknik dan juga
Perguruan Tinggi. Buku ini merupakan buku pelajaran dan buku pegangan
sebagai pedoman dalam pekerjaan pembagian.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya atas saran-saran yang berharga dari sekolah-sekolah, industri dan
dunia usaha.
POLBAN
PEKERJAAN PEMBAGIAN” ini dapat membantu
Penulis.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB 1 KEPALA PEMBAGI.......................................................................... 1
A. Kepala Pembagi Langsung. ................................................................... 1
B. Kepala Pembagi Universal. ................................................................... 3
C. Jenis-jenis Pembagian. .......................................................................... 4
1. Pembagian Langsung......................................................................... 4
2. Pembagian tidak langsung. ................................................................ 4
3. Pembagian Differensial. .................................................................... 8
BAB 2 TEKNOLOGI PEMBUATAN RODA GIGI.................................... 14
A. Bentuk Profil Roda Gigi. ..................................................................... 14
B. Bentuk Profil Involute. ........................................................................ 14
C. Defenisi dan Notasi Elemen Roda Gigi............................................... 15
D. Penentuan besaran sebuah roda gigi. ................................................... 17
BAB 3 PEMBUATAN RODA GIGI ............................................................ 19
A. Pembuatan Roda Gigi Lurus. .............................................................. 20
B. Pembuatan Roda Gigi Miring (Roda gigi heliks). ............................... 23
POLBAN
B.1. Perhitungan Roda Gigi Miring. ................................................... 23
B.2. Perhitungan Heliks. ...................................................................... 25
C. Pembuatan Roda Gigi Payung (gigi lurus). ......................................... 29
C.1. Pembuatan roda gigi payung yang tingkat kepresisiannya tidak
begitu tinggi. ................................................................................. 29
C.2. Pembuatan roda gigi payung yang tingkat kepresisiannya tinggi. 34
D. Roda Gigi Cacing dan Ulir Cacing. ..................................................... 39
E. Rack dan Pinion Gear. ......................................................................... 47
E.1. Pembuatan Batang Bergigi Berbasis “Kisar”. .............................. 48
iii
iv
E.2. Pembuatan Roda Gigi Pinion. ...................................................... 50
E.3. Pembuatan Batang Bergigi Berbasis “Modul”. ............................ 50
F. Roda Gigi Internal. .............................................................................. 53
BAB 4 RINCIAN PEKERJAAN PEMBAGIAN ......................................... 55
A. Pembagian Langsung........................................................................... 55
B. Pembagian Tidak Langsung. ............................................................... 56
C. Pembagian Differensial. ...................................................................... 57
D. Pemotongan Bentuk Heliks atau Spiral. .............................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 561
POLBAN
BAB 1
KEPALA PEMBAGI
Kepala pembagi adalah alat bantu pada mesin freis yang sangat
penting, ia dibutuhkan jika pada permukaan benda kerja harus dibuat alur
atau bentuk profil lainnya pada jarak tertentu, juga pada pembuatan profil
roda gigi, segi empat atau segi enam dan sebagainya.
Pada dasarnya kepala pembagi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu kepala pembagi langsung dan kepala pembagi universal.
A. Kepala Pembagi Langsung.
Kepala pembagi langsung ini biasanya digunakan pada mesin gerinda
alat, baik sebagai alat bantu yang kemudian dipasangkan pada mesin maupun
sebagai bagian dari mesin (sudah menjadi satu dengan mesinnya). Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan kepala pembagi ini digunakan pada mesin
freis sebagai alat bantu pada pekerjaan-pekerjaan ringan dan sederhanan.
Kepala pembagi ini mempunyai pelat pembagi yang dapat diganti dan
dipasang langsung pada spindelnya. Dengan memutar spindel nose maka
pelat pembagi akan ikut berputar, pengunci indeks atau pena indeks masuk
kedalam alur” V “atau lubang pada pelat indeks pada posisi pengefreisan
yang baru.
POLBAN
Gambar 1.1. Kepala Pembagi Langsung.
POLBAN
Gambar 1.3. Pelat Pembagi dengan Lubang-lubang.
POLBAN
Kepala pembagi universal merupakan alat bantu yang penting pada
mesin freis sebab tidaklah sempurnah jika bekerja pada mesin freis tidak
sampai pada pekerjaan pembagian. Dengan bantuan peralatan ini, kita dapat
mengerjakan macam-macam pembagian seperti pembagian langsung yang
sudah dikerjakan pada kepala pembagi langsung, pembagian tidak langsung
yang tidak dapat dikerjakan pada kepala pembagi langsung, dengan bantuan
kotak roda gigi beserta roda gigi-roda giginya kepala pembagi ini dapat
mengerjakan jenis pembagian differensial (pembagian kompensasi) yang
tidak dapat dikerjakan pada kedua jenis pembagian diatas.
Pemotongan bentuk spiral (helikal) dan bentuk cam juga dapat
dikerjakan dengan pertolongan alat ini, kepala pembagi ini juga dapat diputar
dari posisi horizontal (sejajar meja mesin) ke posisi tegak (90 o terhadap meja
PETRUS LINDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4
mesin). Jadi pada prinsipnya tidak ada jenis pekerjaan pembagian yang tidak
dapat dikerjakan pada mesin freis. Begitu sempurnahnya sehingga alat ini
dinamakan “kepala pembagi universal”.
C. Jenis-jenis Pembagian.
Ada tiga cara dasar dalam pekerjaan pembagian dengan menggunakan
kepala pembagi universal pada mesin freis, yaitu:
1. Pembagian Langsung.
Pekerjaan pembagian langsung pada kepala pembagi universal sedikit
agak berbeda dengan kepala pembagi langsung. Pada kepala pembagi
universal kita harus melepas hubungan antara ulir cacing dengan roda gigi
cacing agar pergerakan spindel lebih leluasa.
POLBAN
Sedangkan rumus-rumus perhitungan pembagiannya sama seperti pada
n n
kepala pembagi langsung, yaitu: nc dan nc o
Z 360
2. Pembagian tidak langsung.
Jika angka pembagian Z tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan
pada pembagian langsung, maka kita menggunakan cara pembagian tak
langsung, sebab pada cara ini tersedia tiga variasi pelat indeks dengan jumlah
lubang seperti ditunjukan pada tabel 1.1 dan table 1.2. Pada pekerjaan ini
roda gigi cacing dan ulir cacing dalam keadaan terpasang, sehingga pada saat
kita memutar tuas indeks nc, putaran ini akan diteruskan oleh poros berulir
cacing ke roda gigi cacing yang dipasang menjadi satu dengan spindel benda
PETRUS LINDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
5
kerja. Perbandingan putaran antara poros berulir cacing dengan roda gigi
cacing biasanya empat puluh berbanding satu (40 : 1), artinya 40 kali putaran
tuas indeks nc akan sama dengan satu kali putaran spindel benda kerja.
Perbandingan ini biasanya disebut ratio kepala pembagi (i), atau i = 40 : 1.
Perbandingan ini tidak selamanya 40 : 1, tergantung dari pembawaan
kepala pembagi.
Gambar 1.5. Skema Pembagian Tidak Langsung.
Tabel 1.1: Pelat Indeks dalam satu set
Nomor Jumlah Jumlah Lubang
Pelat Lingkaran setiap Lingkaran
1 5 27, 31, 34, 41, 43
3
2 5
4
POLBAN
33, 38, 39, 42, 46
29, 36, 37, 40
Tabel 1.2: Pelat Indeks dalam satu set
Nomor Jumlah Jumlah Lubang
Pelat Lingkaran setiap Lingkaran
1 6 15, 18, 21, 29, 37, 43
2 6 16, 19, 23, 31, 39, 47
3 6 17, 20, 27, 23, 41, 49
POLBAN
cacing (tuas indeks nc) harus diputar kurang dari satu putaran. Jika
pembagian yang dikehendaki (Z) kurang dari 40, maka pecahan hasil
pembagian harus diubah menjadi sejumlah angka. Dan pecahan yang terakhir
ini harus diubah sampai penyebutnya sama dengan salah satu dari jumlah
lubang pada pelat indeks yang tersedia. Pembilangnya akan menunjukan
sejumlah lubang yang harus kita putar pada pelat indeks untuk menambah
beberapa putaran penuh yang diperoleh dari pembagian tersebut.
Contoh: 1.) Pembagian yang dikehendaki (Z) = 12. Hitung putaran tuas
indeks (nc) untuk pembagian tersebut.
POLBAN
Gambar 1.6. Penempatan Pena Indeks pada Pelat Indeks.
POLBAN
Gambar 1.7. Skema Pembagian Differensial.
POLBAN
Dengan berorientasi pada i = 40 : 1 dan ik = 1 : 1, maka rumus-rumus
yang digunakan pada pembagian ini adalah:
nc
i
Z ' dan R
i
ik Z ' Z atau R nc ik Z ' Z
Z'
dimana: nc = Jumlah putaran tuas indeks.
i = Ratio kepala pembagi (40 : 1).
Z’ = Angka pembagian yang ideal.
Z = Pembagian yang dikehendaki.
ik = Ratio roda gigi payung.
R = Rangkaian roda gigi pengubah.
Roda gigi pengubah biasanya disertakan bersama kepala pembagi dan
disimpan secara terpisah di dalam sebuah kotak kayu. Rangkaian roda gigi
PETRUS LINDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
10
pengubah (R) yang telah dihitung akan dipasangkan di samping meja mesin
(biasanya disebelah kiri meja mesin) dengan pertolongan sebuah kotak roda
gigi (gear box).
Roda gigi pengubah yang disertakan bersama kepala pembagi adalah:
24, 24, 28, 32, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100. Angka ini menunjukan jumlah
gigi dari roda gigi pengubah.
Contoh: 1). Pembagian yang dikehendaki (Z) = 51, ratio kepala pembagi
(i) = 40 :1, ratio roda gigi payung (ik) = 1 : 1. Hitung putaran
tuas indeks (nc) dan roda gigi pengubah untuk pembagian
tersebut.
Penyelesaian:
a. Menentukan angka pembagian yang ideal (Z’).
Z’ maksimal = 117 % x 51 = 59,67
Z’ minimal = 87 % x 51 = 44,37
Jadi Z’ dapat dipilih diantara angka 44,37 sampai dengan 59,67.
Pemilihan angka pembagian Z’ disesuaikan sedemikian rupa
sehingga cocok dengan jumlah lubang yang tersedia pada pelat
indeks. Dalam hal ini Z’ dipilih 45, (Z’ = 45).
b. Menghitung jumlah putaran tuas indeks (nc).
i 40 8 16
nc nc nc nc
Z' 45 9 18. Ini berarti 16 jarak lubang
POLBAN
pada pelat indeks dengan jumlah lubang dalam satu lingkaran
ada 18. Jadi tidak sampai satu putaran penuh.
Pada tabel 1.2 diatas pelat indeks dengan jumlah lubang 18
adalah pelat indeks nomor 1(satu).
i 16
R ik Z'Z R 1 45 51
Z' 18
16 6 96 12 8 48 64
R R R R
18 18 6 3 24 24 ,
POLBAN
indeks berlawanan aran dengan putaran tuas indeks nc.
Jika dalam melaksanakan pekerjaan ternyata rangkaian roda gigi
pengubah yang telah dihitung tidak dapat dipasangkan akibat
diameter roda gigi terlalu kecil, atau arah putaran pelat indeks
tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka dibutuhkan roda gigi
tambahan atau roda gigi perantara. Roda gigi ini tidak
mempengaruhi perhitungan, tetapi hanya berfungsi sebagai
pembalik arah putaran pelat indeks. Roda gigi perantara dipasang
pada poros tambahan diantara Z1 dan Z2 atau diantara Z3 dan Z4.
Jumlah roda gigi perantara tergantung kepada:
Z1
Rangkaian tunggal: R
Z2
.
POLBAN
Pembagian yang dikehendaki adalah 51 bagian yaitu hanya sampai di titik R.
Selisih dari Q ke R harus dikompensasi oleh gerakkan pelat indeks.
Dari sini muncul istilah pembagian differensial atau pembagian kompensasi.
Gerakkan kompensasi pelat indeks diawali oleh putaran tuas indeks nc.
Selisih lintasan dari Q ke R diperoleh dengan mengalikan nc dengan selisih
Z’ - Z, yaitu:
16 16 6 16
Selisih lintasan = nc Z 'Z 45 51 putaran tuas indeks nc.
18 18 3
Ini berarti bahwa spindel kepala pembagi atau benda kerja berputar satu
16
putaran penuh, tuas indeks nc berputar putaran.
3
POLBAN
POLBAN
batang lurus pada lingkaran dengan diameter tertentu (lingkaran ini
dinamakan lingkaran dasar). Pada posisi awal, batang lurus G berada di
posisi G0 menyinggung lingkaran dasar di P0. Apa bila batang lurus tersebut
digulingkan terus tanpa tergelincir sampai posisi G1, G2, G3, G4, G5, G6 dan
seterusnya, maka titik P0 akan bergerak menjauhi lingkaran dasar
membentuk garis lengkung yang berupa profil involute berpindah ke titik P1,
P2, P3, P4, P5, P6 dan seterusnya, bersamaan dengan itu titik singgung mula
(titik nol yang ada di P0) antara batang lurus G dengan lingkaran dasar akan
berpindah ke titik 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya. Perhatikan gambar 2.1.
14
15
Gambar 2.1.
Involute Geometry.
C. Defenisi dan Notasi Elemen Roda Gigi.
Untuk memahami geometri roda gigi dan menghindari salah
pengertian, perlu dibahas terlebih dahulu defenisi dan notasi beberapa
elemen geometri roda gigi. Menurut standar ISO (ISO 53, Cylindrical gears
for general and heavy engineering-Basic rack dan ISO R 1122, Glossary of
gears-geometrical defenitions), maka bentuk standar profil gigi dari batang
gigi dan roda gigi lurus adalah sebagai berikut:
POLBAN
Gamabar 2.2.
Profil Standar Roda gigi Lurus.
Keterangan:
a. No: 1 = Pitch circle (Pc): Merupakan garis lingkaran bayangan jarak
antara gigi yang harus bertemu/berimpit untuk sepasang roda gigi.
PETRUS LINDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
16
b. No: 2 = Pitch diameter (Dp): Diameter jarak antara atau diameter
tusuk.
c. No: 3 = Circular pitch (Cp): Panjang busur lingkaran jarak antara
pada dua gigi yang berdekatan.
d. No: 4 = Addendum (ha): Tinggi gigi diluar lingkaran jarak antara
(tinggi kepala gigi).
e. No: 5 = Dedendum (hf): Tinggi gigi di dalam lingkaran jarak antara
(tinggi kaki gigi).
f. No: 6 = Tinggi gigi (hz): Merupakan tinggi gigi secara keseluruhan.
g. No: 7 = Sudut tekan (α): Sudut yang terbentuk antara garis singgung
jarak antara dengan garis tekan. Menurut standar ISO, sudut tekan (α)
berharga 20o.
Gambar 2.3.
Profil Batang bergigi (Rack Gear).
h. No: 8 = Garis tekan: Garis yang dihasilkan dari hubungan titik-titik
tekan dan memotong titik singgung lingkaran jarak antara dari dua
buah roda gigi.
POLBAN
i. No: 9 = Clearance (c): Kelonggaran antara tinggi kaki gigi dengan
tinggi kepala gigi yang saling menangkap.
j. No: 10 = Backlash: Perbedaan antara lebar gigi yang saling
menangkap pada lingkaran jarak antara.
k. No: 11 = Tip circle diameter (Da): Adalah diameter luar dari sebuah
roda gigi.
l. No: 12 = Root circle diameter (Df): Adalah diameter dalam atau
diameter kaki dari sebuah roda gigi.
m. No: 13 = Garis singgung: Adalah garis yang ditarik tepat pada titik
singgung dari diameter jarak antara dan berimpitan dengan diameter
jarak antara.
POLBAN
Gambar 2.4. Besaran roda gigi.
2. Sistem diameteral pitch (DP) dan circular pitch (Cp). Sistem ini
digunakan pada semua roda gigi yang bersatuan inchi. DP adalah
POLBAN
b.
POLBAN
Pembuatan Roda Gigi dengan cara Pengecoran.
Pengecoran dengan cetakan permanen (cetakan logam) akan
menghasilkan roda gigi dengan mutu permukaan dan ukuran yang baik.
19
20
Proses pemotongan pada pembuatan roda gigi merupakan proses
pembuatan roda gigi yang paling banyak digunakan dewasa ini. Hal tersebut
disebabkan karena cara ini relatif sederhana dibandingkan dengan cara yang
lain. Proses freis dapat digunakan sebagai cara pemotongan bentuk, dengan
proses pemotongan bentuk biasanya roda gigi dibuat dengan memotong tiap
gigi satu per satu.
Bentuk roda gigi yang dapat dibuat dengan mesin freis diantaranya
adalah sebagai berikut:
A. Pembuatan Roda Gigi Lurus.
Sebelum memulai pembuatan sebuah roda gigi, kita harus menentukan
dimensi roda gigi tersebut sesuai dengan pesanan. Untuk menentukan
dimensi sebuah roda gigi, maka kita harus memahami hal-hal sebagai
berikut:
a. Rumus untuk perhitungan roda gigi:
Dp
Circular pitch (Cp): Cp m
z
Cp Dp
Module (m): m
z
Dp Da 2 m
Jumlah gigi (z): z
m m
z Cp
Pitch diameter (Dp): Dp m z
Tip diameter (Da): Da dp 2 m mz 2
POLBAN
Root circle diameter (Df): Df Dp 2m c
Clearance (c): c 0,1............0, 3 m 0,167 m
Addendum (ha): ha m
Dedendum (hf): hf m c
Tinggi gigi (hz): hz 2 m c
Tebal gigi (b): automotive (6....8)m dan penggerak umum (8.... 12)m.
Dp1 Dp2 m z1 z2
Jarak sumbu poros (a): a
2 2
b. Pemilihan alat potong/pahat (pisau freis modul) yang ekuivalen:
POLBAN
Rootcircle diameter (Df):
Df Dp 2m c 40 22 0, 2 35,6mm
Tinggi gigi (hz): hz 2 m c 2 2 0,2 4,2mm
Da Df 44 35,6
atau hz 4 , 2mm
2 2
Untuk mendapatkan bentuk profil gigi yang sesuai maka pemilihan alat
potong (cutter modul) yang sesuai, yaitu: modul 2 mm dan jumlah gigi 20.
Menentukan jumlah putaran tuas indeks (nc):
i 40
nc 2
z 20 .
POLBAN
Pasang benda kerja (bahan roda gigi) pada kepala pembagi,
pemotongan akan dilaksanakan diantara dua senter.
Lakukan pemotongan tahap demi tahap pada setiap gigi. Alangkah
baiknya potonglah setiap gigi untuk satu lingkaran, setelah itu
ditambah kedalamannya untuk pemotongan berikutnya.
3. Akan dibuat sebuah roda gigi dengan jumlah gigi (z) = 127 gigi dan
modul roda gigi tersebut (m) = 2 mm. Tentukan dimensi-dimensi roda
gigi yang diperlukan dalam proses pembuatan dan bagaimana tahapan
pembuatan.
Penyelesaian:
a. Menentukan dimensi-dimensi roda gigi:
POLBAN
Gambar 3.2.
Geometri Roda Gigi Miring.
b. POLBAN
Tebal roda gigi (b): b 10 m untuk penggerak umum.
Prinsip kerjanya;POLBAN
Poros ulir kepala pembagi digerakan oleh poros pembawa meja
mesin melalui beberapa rangkaian roda gigi pengubah (R) dan sepasang roda
gigi payung yang berhubungan dengan pelat indeks. Dari pelat indeks,
gerakkan putar diteruskan oleh tuas indeks nc (pelat indeks tidak di kunci)
sehingga menggerakkan poros berulir cacing dan kemudian ke roda gigi
cacing yang terpasang menjadi satu dengan spindel benda kerja, sehingga
benda kerja ikut berputar. Pembagian banyaknya gigi yang dikehendaki
dihasilkan dari pembagian tidak langsung yang umum dipakai pada kepala
pembagi.
26
Keterangan:
PW = Panjang benda kerja (kisar heliks
PT = Kisar ulir poros transportir (kisar ulir meja mesin).
ik = Ratio roda gigi payung kepala pembagi.
i = Ratio kepala pembagi.
d = Diameter benda kerja. Pada pembuatan roda gigi
heliks, diameter benda kerja yang digunakan adalah
pitch diameter (Dp).
R = Rangkaian roda gigi pengubah (Z1, Z2, Z3, Z4).
Langkah-langkah Perhitungan:
1. Menentukan jumlah putaran tuas indeks (nc):
i
nc
z
2. Menentukan kisar heliks (PW): PW Dp tg
PW
α = 900 - β atau tg
Dp
Dp digunakan pada pembuatan roda gigi.
3. Menentukan rangkaian roda gigi pengubah (R):
Untuk mendapatkan perbandingan putaran benda kerja dengan panjang
gerakkan meja mesin freis yang sama dengan panjang kisar heliks benda
kerja, maka diperlukan rangkaian roda gigi pengubah.
i ik PT
R
PW
Rangkaian ini terdiridari:
dimana:
POLBAN
• Rangkaian tunggal R
Z1
Z2
POLBAN
setiap pergantian pemotongan gigi, benda kerja harus diputar sejauh 24 gigi
pada roda gigi yang jumlah giginya 72. Begitu juga dengan rangkaian ganda
pada rangkaian roda gigi pengubah.
Contoh Perhitungan:
Akan dibuat sebuah roda gigi miring dengan ketentuan sebagai berikut:
Modul roda gigi (m) = 2 mm
Jumlah gigi (Z) = 20 gigi
Sudut heliks (β) = 200
Roda gigi pengubah yang tersedia adalah: 24, 24, 28, 32, 40, 44, 48,
56, 64, 72, 86, 100, dan jumlah lubang pelat indeks seperti pada tabel 1.1 dan
tabel 1.2 terdahulu, serta kisar ulir poros pembawa meja mesin (PT) = 4 mm.
POLBAN
367,42 64 .
Teknik pemasangan rangkaian roda gigi pengubah tersebut sama
seperti pada pekerjaan pembagian differensial. Perbedaan yang
dimiliki pada kedua teknik pemasangan tersebut hanya terletak pada
sumber gerakan roda gigi tersebut. Pada pembagian differensial,
sumber gerakkan berawal dari gerakkan putar tuas indeks nc,
sedangkan pada pemotongan bentuk heliks, sumber gerakkan
berawal dari gerakkan putar poros pembawa meja mesin.
• Pemilihan alat potong (pisau freis modul) yang ekuivalen:
z 20
Rumus: Ze
3 Ze 24,10 gigi.
cos cos3 200
Roda gigi payung dengan tinggi gigi yang sama dari garis lingkaran
luar sampai pada garis lingkaran dalam akan mengakibatkan profil gigi pada
garis lingkaran luar lebih besar dari garis lingkaran dalam, sedangkan celah
gigi sama lebarnya mulai dari garis lingkaran luar sampai ke garis lingkaran
dalam, (sesuai dengan cutter modul yang digunakan). Hal ini akan
menyebabkan kontak antara dua roda gigi tidak merata pada seluruh
permukaan roda gigi. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan
POLBAN
Gambar 3.5.
Bakalan Roda Gigi.
Keterangan:
di1 = Diameter jarak antara bagian dalam
PETRUS LONDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
31
d1 = Diameter jarak antara bagian luar
da1 = Diameter addendum (diameter untuk pembubutan)
b = Lebar gigi (minimal 10 x mi)
R = Jarak pusat konis
ha = Tinggi kepala gigi (addendum)
hf = Tinggi kaki gigi (dedendum)
hz = Tinggi gigi
δ = Sudut kisar konis
Σ = Jumlah sudut kedua sumbu roda gigi payung
Penyelesaian:
Menentukan diameter jarak antara bagian dalam (di1):
m = mi
di1 m i z 2 20 40mm
Menentukan lebar gigi: b = 10 x m = 10 x 2 = 20 mm
Menentukan diameter jarak antara bagian luar (d1):
d1 di1 2 bsin 40 2 20sin45 o 68, 28mm
Menentukan diameter addendum (da1):
da1 d1 2 m cos 68, 28 2 2 cos45 o 71,11mm
Menentukan tinggi gigi (hz): hz = 2,2 x m = 2,2 x 2 = 4,4 mm.
Setelah selesai menghitung, maka bubutlah benda kerja sesuai
dengan ukran dan bentuk seperti pada gambar 16 diatas.
PEMASANGAN BENDA KERJA
Benda kerja yang telah dibubut, dipasang dengan bantuan mandrel
POLBAN
pada kepala pembagi universal. Ikatan mandrel harus kuat dan
dibantu dengan baut dan mur. Untuk bentuk roda gigi payung yang
khusus, dapat langsung dicekam dengan pencekam tiga rahang.
Kepala pembagi universal harus disetel miring (mendongak) sebesar
sudut kisar (δ1), sehingga kepala gigi sejajar terhadap meja mesin
freis seperti yang di perlihatkan dalam gambar 3.6 berikut.
POLBAN
z 20
putaran. Ini berarti kita harus memasang pelat indeks dengan jumlah
lubang 20 dan tuas nc harus diputar dua putaran (Tabel 2, pelat
indeks nomor 3) Pengefreisan penyelesaian bentuk profil gigi
dilanjutkan pada operasi-operasi berikut:
LANGKAH PENGEFREISAN KEDUA
Karena profil gigi roda gigi panyung itu melebar pada bagian
garis lingkaran luar, maka kepala pembagi universal masih harus
i
digerakan sebagai berikut: nc1 = 4 .Z
40 10
. nc1 .
4 20 20
4
Langkah pengefreisan kedua
Pengefreisan
POLBAN pertama
𝐶𝑝 𝑖
𝐻𝑇 = 4
Gambar 3.7. Bentuk celah gigi. Arah gerakkan koreksi
melintang meja mesin freis.
LANGKAH PENGEFREISAN KETIGA
Setelah operasi pengefreisan kedua selesai untuk semua gigi, maka
posisi putaran kepala pembagi harus dikembalikan pada posisi awal (sejauh
gerakan nc1 pada arah yang berlawanan), begitupula dengan gerakkan
POLBAN
Gambar 3.8.
Bentuk Profil Roda Gigi Payung yang Presisi.
Keterangan:
α = Sudut ha (sudut addendum).
POLBAN
z 2 cos2 120 2 cos75 ,96o
tan 2 2
z1 2 sin 2
30 2 sin75 ,96 o
4 , 294 2 76,89o
Perhatikan rumus di1 pada pembuatan roda gigi payung yang kurang
POLBAN
presisi dan rumus d1 pada pembuatan roda gigi payung yang presisi. Kedua
dan d1 m z1 . Kedua rumus tersebut
rumus tersebut adalah: di1 miz
adalah sama yaitu Dp m z , namun posisi di1 dan d1 yang ditunjukan
pada gambar terletak pada target ukuran yang berbeda, di1 adalah diameter
lingkaran dalam sedangkan d1 adalah diameter lingkaran luar. Hal ini terjadi
karena pada pembuatan roda gigi payung yang kurang presisi modul
sesungguhnya atau modul yang sesuai dengan pisau freis modul yang
digunakan terletak pada diameter lingkaran dalam, sedangkan pada roda gigi
payung yang presisi modul sesungguhnya terletak pada diameter lingkaran
luar.
Selanjutnya setelah penyetelan sudut kepala pembagi sesuai dengan
perhitungan Gambar 3.9), maka tahap selanjutnya adalah tahap pemotongan.
PETRUS LONDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
37
Pada tahap ini kita harus memotong setiap gigi dengan kedalaman hz cos
i
dan untuk pergantian gigi, putar tuas indeks nc sesuai dengan rumus nc .
z
Pada pemotongan roda gigi yang presisi tidak ada gerakan koreksi tambahan
(HT).
Gambar 3.9. Posisi Kepala Pembagi Universal
Tabel: 3.1 Notasi dan Rumus untuk Roda Gigi Payung.
Ketentuan Notasi Rumus Keterangan
d
POLBAN mi i1
Modul dalam mi
z1
mi = m = modul pisau freis yang digunakan
d
Modul luar me me 1
z1
z
Sudut kisar konis δ1 tan1 1
z2
z
δ2 tan 2 2
z1
POLBAN
pada pengefreisan pertama z1 kepala
pembagi
POLBAN
Gambar 3.11.
Roda Gigi Cacing dan variabel besarannya.
PETRUS LONDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
41
Keterangan:
dA = Diameter terluar atau diameter pembubutan.
da2 = Diameter radius luar (diameter yang dicapai setelah terbentuk
radius rk).
d2 = Diameter pitch dari roda gigi cacing.
df2 = Diameter kaki.
cp = Circular pitch.
b = Lebar roda gigi cacing
be = Lebar roda gigi cacing efektif atau lebar efektif yang
berhubungan langsung dengan poros berulir cacing pada
diameter pitch (d1).
d1 = Diameter pitch poros berulir cacing.
rk = Radius alur ujung atau radis tusuk.
Rumus-rumus untuk Menentukan Dimensi Roda Gigi Cacing.
cp d
Modul (m): m 2
z2
Pitch circle diameter (d2): d 2 m z2
Diameter radius luar (da2): da 2 d 2 2 m atau
da 2 m z 2 2
Diameter kaki (df2): df2 d 2 hf2
Dedendum (hf2): hf2 m c 2
Addendum (ha): ha = m
POLBAN
Clearance (c): c1 = c2 = (0,1 s/d 0,3)
Diameter luar (dA): dA da 2 m
d da
Radius alur ujung (rk): r k 1 m atau r k a 2
2 2
d1 d 2
Jarak sumbu poros (a): a
2
Lebar roda gigi cacing (b): b 0 ,577 da 1
Lebar roda gigi efektif (be): be d1 si n atau
2
Gambar 3.12.
Keterangan:
da1
POLBAN Poros berulir Cacing.
POLBAN
Akan dibuat sepasang roda gigi cacing dan ulir cacing dengan data-
data sebagai berikut:
Modul (m) = 2,5 mm
Jumlah lilitan ulir cacing (z1) = 2 lilitan
Diameter pitch (d1) = 40 mm
Jumlah gigi roda gigi cacing (z2) = 40 gigi
Sudut kisar (γ) = 17O
Tentukan besaran-besaran yang diperlukan agar pasangan roda gigi
tersebut dapat dikerjakan.
Penyelesaian:
Diameter pitch roda gigi cacing (d2):
d 2 m z 2 2 ,5 40 100mm
POLBAN
df 2 mz2 2,2 2,540 2,2 94,5mm
Diameter luar ulir cacing (da1):
da 1 d1 2 m 40 2 2,5 45mm
Lebar roda gigi cacing (b):
b 0 ,577 da 1 0 ,577 45 25,965 26mm
Lebar roda gigi cacing efektif (be): be 2 r ( 2 rk r )
be 2 1, 25 ( 2 17 ,5 1, 25 12 ,99 13mm
Addendum (ha): ha m mn 2,5mm . Clearance (c1): c1 = 0,2 mm.
Dedendum (hf1):
POLBAN
Gambar 3.13.
Ukuran-ukuran Roda Gigi Cacing dan Ulir Cacing.
POLBAN
Gambar 3.15.
Bentangan dari poros berulir cacing.
PETRUS LONDA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
47
Pada pembuatan roda gigi cacing dan poros berulir cacing, proses
perhitungan roda gigi pengubah (R) untuk pemotongan bentuk heliksnya
(cacing) sama seperti pada proses pembuatan roda gigi heliks. Hanya pada
pembuatan poros berulir cacing, kisar benda kerja (PW) diganti dengan kisar
ulir cacing (Pz), untuk ulir ganda dan (Px) untuk ulir tunggal sehingga
i ik PT
rumusnya menjadi: R i ik PT
Pz atau R
Px
Perbandingan putaran antara roda gigi cacing dengan poros berulir
cacing dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
z n
i 2 1
z1 n 2 dimana: i = Perbandingan putaran.
z1 = Jumlah lilitan ulir cacing.
z2 = Jumlah gigi roda gigi cacing.
n1 = Jumlah putaran poros berulir cacing.
n2 = Jumlah putaran roda gigi cacing.
E. Rack dan Pinion Gear.
Rack dan pinion gear adalah pasangan antara batang bergigi (rack)
dengan roda gigi pinion. Roda gigi pinion ini diameter jarak antaranya tidak
terbatas, karena nantinya merupakan garis lurus ketika berhubungan dengan
batang bergigi. Batang bergigi mempunyai sudut profil yang sesuai dengan
sudut tekan roda gigi pinion (α = 20o ), perhatikan gambar 3.17. Pasangan
roda gigi ini digunakan untuk mengubah gerak putar menjadi gerak lurus.
Pembuatan pasangan ini sama seperti pada pembuatan pasangan roda gigi
POLBAN
lainnya, yaitu memiliki modul dan kisar yang sama. Namun pada batang
bergigi (rack) sisi-sisi profilnya nampak lurus dan mempunyai sudut 20 o
sesuai dengan sudut tekan roda gigi pinion. Bentuk ini sesuai dengan alat
potong yang digunakan.
Rumus-rumus untuk menentukan besaran batang bergigi adalah
sebagai berikut:
Panjang batang gigi (L): L z p
Kisar atau Pitch (p): p m
Tinggi gigi (hz): hz ha hf
Addendum (ha): ha 1 m
Dedendum (hf): hf m c
POLBAN
Pembuatan batang bergigi berbasis kisar atau pitch (P) adalah untuk
mengatasi keterbatasan skala nonius yang tersedia pada spindle mesin.
Mengingat perumusan kisar adalah P m dimana” m” adalah modul dari
alat potong, dan hal ini akan menghasilkan angka pecahan yang susah diatasi
oleh spindel mesin. Oleh sebab itu kisar atau pitch harus ditentukan.
Contoh:
Akan dibuat sebuah batang bergigi dengan data-data sebagai berikut:
Kisar (P) = 5 mm
Jumlah Gigi (Z) = 200
Tentukan besaran-besaran lain agar batang bergigi tersebut dapat
dibuat.
hf ha
hz
h
h"
L
Gambar 3.17.
Variabel-variabel pada Batang bergigi atau rack gear
Panjang batang gigi (L): L z p 200 5 1000mm
p 5
Modul batang gigi (m): m 1,591mm
Addendum (ha): ha 1 m 1,591mm
Clearance (c): c 0,167 m 0,167 1,591 0, 265mm
Dedendum (hf): hf m c 1,591 0, 265 1,857
POLBAN
Pisau freis modul atau alat potong dengan modul (m = 1,591)
biasanya tidak disediakan, dengan demikian “m” dapat dipilih 1,5 mm. Dari
rumus p m , maka: p = π . 1,5 = 4,712 mm, angka ini dapat dibulatkan
menjadi P = 5 mm dan ini sesuai dengan kisar yang diinginkan. Dengan
demikian kita dapat memilih alat potong dengan modul 1,5 mm dan jumlah
gigi 200 serta bentuk mata potong yang sesuai dengan bentuk profil batang
bergigi.
Ada beberapa buku standard yang telah menstandardkan dimensi dari
batang bergigi, dari perumusan ini kita dapat menyesuaikan dengan mudah
sesuai dengan keperluan kita.
m
0,2
0,628
0,8
POLBAN
0,25
0,785
0,9
0,3
0,943
1,0
0,4
1,257
1,25
0,5
1,571
1,5
0,6
1,885
2,0
0,7
2,199
2,5
da
d
d
f
df
da
D
d
Gambar 3.19.
Roda Gigi Internal.
Contoh:
Akan dikerjakan sebuah roda gigi internal dengan data sebagai
berikut:
POLBAN
Modul (m) = 0,8 mm, jumlah gigi (Z) = 60 gigi, clearance (c) = 0,167
kali modul.
Tentukan besaran-besaran lainnya.
Penyelesaian:
Diameter pitch (d): d m z 0,8 60 48mm
Diameter external (da): da d 2 m 48 2 0,8 46,4mm
Clearance (c): c 0,167 m 0,167 0,8 0,1336mm
POLBAN
POLBAN
𝐧𝐜 = 𝐙
n
Pembagian sudut (α di ketahui). nc
360o
Dimana: nc = Jumlah putaran spindel.
n = Jumlah lubang atau alur “V” pelat indeks
Z = Banyaknya pembagian
α = Pembagian dalam besaran sudut
Contoh:
Diketahui: n = 24, Z = 8, tentukan nc !.
n 24
nc 3
Z 8
Ini berarti 3 jarak lubang harus diputar pada pelat indeks yang jumlah lubang
atau alur ”V” nya ada 24.
55
56
Diketahui: n = 24, α = 30o, nc = ?
n 30o 24
nc 2
360o 360o
Ini berarti 2 jarak lubang harus diputar pada pelat indeks yang jumlah lubang
atau alur ”V” nya ada 24.
Jarak-jarak pembagian ditentukan langsung oleh lubang atau alur yang
terdapat pada piring pembagi atau pelat indeks, seperti pada contoh diatas.
B. Pembagian Tidak Langsung.
Ratio Kepala Pembagi (i)
Spindel
Benda Kerja
Pengunci
Pelat Indeks
Pelat Indeks
Tuas Indeks (nc)
Gambar 4.2.
Pembagian tidak langsung.
POLBAN
Pembagian tidak langsung adalah pembagian yang melalui
perbandingan putaran antara poros berulir cacing dengan roda gigi cacing
pada kepala pembagi universal. Untuk mendapatkan pembagian yang sama,
maka hasil pembagiannya ditandai oleh piring pembagi atau pelat indeks.
i i
nc nc
Z 360o
dimana: nc = Jumlah putaran tuas indeks nc
i = Perbandingan putaran antra poros berulir cacing dengan
roda gigi cacing (ratio kepala pembagi).
Z = Banyaknya pembagian
α = Pembagian dalam besaran sudut
Z1
Z3
R
ik Benda Kerja
Z4 Z2
POLBAN
Tuas Indeks (nc)
Pengunci Plat Indeks
Plat Indeks
Gambar 4.3.
Pembagian Differensial.
POLBAN
dengan sudut heliks (β). Alat potong dapat dipasang pada spindel mesin
dengan posisi vertikal atau dengan menggunakan kepala khusus yang
dipasangkan pada spindel mesin sehingga posisi sumbu alat potong menjadi
horizontal terhadap meja mesin.
Dengan menggunakan rumus-rumus dibawah ini, kita dapat
mengerjakan bentuk heliks atau spiral sesuai dengan yang diinginkan.
Z1
Z3
R
Benda Kerja
ik
Z4 Z2
Pengunci Plat Indeks
Tuas Indeks (nc)
Gambar Plat
4.4.
Indeks
Skema Pemotongan bentuk Heliks dengan Sumbu alat potong Horizontal.
POLBAN
Agar kedalaman pemotongan sesuai dengan yang diinginkan, maka
pengaturan posisi alat potong harus persis ditengah-tengah sumbu benda
kerja.
Pemotongan bentuk heliks dengan sumbu alat potong Horizontal.
Pada pemasangan alat potong (cutter modul) dengan posisi sumbu
horizontal terhadap meja mesin (Gambar 4.4), maka pengaturan posisi alat
potong agar persis ditengah sumbu benda kerja adalah sebagai berikut:
1. Pasang cutter modul pada spindel mesin dengan posisi sumbu
horizontal, (gunakan kepala khusus).
2. Atur posisi cutter modul persis ditengah-tengah sumbu benda kerja dengan
bantuan siku dan nol-kan atau dengan menggunakan senter penyangga.
3. Miringkan cutter modul sebesar sudut β, (perhatikan gambar 4.4).
POLBAN
Pembawa Benda Kerja
Meja Mesin
Gambar 4.5.
Skema Pemotongan bentuk Heliks dengan Sumbu alat potong Vertikal.
Keterangan:
d = diameter cutter modul.
β = sudut heliks.
t = jarak pusat cutter modul terhadap sumbu benda kerja
setelah dimiringkan.
POLBAN
61