Kota Serang
25
26
27
28
29
Tanah Latosol memiliki kandungan unsur hara dimana kandungan tanah bersifat subur. Hal 14.687 jiwa, sementara di Kelurahan Kasunyatan pada tahun 2016 tercatat jumlah penduduk
tersebut tenti sangat menguntungkan bila digunakan sebagai lahan bercocok tanam. Tanah latosol sebesar 9.332 jiwa. Dengan kepadatan penduduk sebesar 2.576 per km2 pada Kelurahan Banten
terdapat pada iklim basah dengan curah hujan 2.000 – 7.000 mm/thn. dan 2.592 per km2 pada Kelurahan Kasunyatan. Penduduk Kelurahan Banten memiliki jumlah
penduduk laki-laki sebesar 7.580 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 7.107 jiwa,
D. Hidrologi
sementara jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Kasunyatan adalah sebesar 4.887 jiwa dan
Kondisi hindrologi di Kelurahan Banten dan Kelurahan Kasunyatan yaitu daerah air yang
jumlah penduduk perempuan sebesar 4.445 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
mengandung garam sebab dua kelurahan tersebut sangat dekat dengan teluk banten atau perairan
3.2.
Banten. Sehingga kondisi air tanah di Kelurahan Banten dan Kelurahan Kasunyatan mengandung
garam yang dapat memparah keadaan air tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kawasan Pariwisata Banten Lama
Berdasarkan Jenis Kelamin
3.5. No Kelurahan Laki-laki Perempuan Total
1 Kasunyatan 4.887 4.445 9.332
E. Penggunaan Lahan 2 Banten 7.580 7.107 14.687
Kondisi penggunaan lahan di Kelurahan Banten dan Kelurahan Kasunyatan terbagi menjadi Sumber: BPS Kecamatan Kasemen 2016
sembilan jenis penggunaan lahan yaitu lahan terbuka, mangrove, pelabuhan, perdagangan dan jasa,
2. Kondisi Kependudukan Menurut Kepadatan Penduduk
permukiman, tambak, perkebunan, pertanian, dan situs banten lama. Berikut tabel penggunaan Total Kepadatan penduduk di Kawasan Pariwisata Banten Lama adalah 5.168 per Km2, dimana
lahan beserta luas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.6. kepadatan penduduk berjumlah 2.592 per Km2 di Kelurahan Kasunyatan dan kepadatan penduduk
Tabel 3.1 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan Di Kelurahan Banten dan Kasunyatan di Kelurahan Banten berjumlah 2.575 per Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk dan Mata Pencaharian
1. Lahan terbuka/Lahan Kosong 4,5 No Kelurahan Kepadatan Penduduk per Km2
1 Kasunyatan 2.592
2. Mangrove 4,4
2 Banten 2.576
3. Pelabuhan 1,4 Sumber: BPS Kecamatan Kasemen 2016
4. Perdagangan dan Jasa 1
3. Kondisi Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut
5. Permukiman 1,8
Kawasan wisata Banten Lama yang terletak di kelurahan Kasunyatan dan kelurahan Banten ini
6. Tambak 2,5
7. Perkebunan 3,7 mayoritas penduduknya beragama islam. Berikut adalah tabel penduduk berdasarkan agama yang
8. Pertanian 3,9 dianut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
9. Situs Banten Lama 3,6 Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama yang dianut
Total 26,8 Agama
No Kelurahan
Sumber: RTRW Kota Serang Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah
1 Kasunyatan 8.894 - 9 10 - 8.913
3.1.3 Kependudukan 2 Banten 14.547 43 36 8 19 14.653
Sumber: BPS Kecamatan Kasemen 2016
1. Kondisi Kependudukan Menurut Jenis Kelamin
Lokasi Kawasan Pariwisata Banten Lama berada di Kecamatan Kasemen, Kelurahan Banten dan
Kelurahan Kasunyatan. Jumlah penduduk di Kelurahan Banten pada tahun 2016 tercatat sebanyak
30
31
32
3.1.4 Kegiatan Sosial Ekonomi perkembangan Banten. Pada masa menjelang abad ke-16, Banten hanyalah merupakan kampung
Kelurahan Kasunyatan dan Kelurahan Banten memiliki beberapa sektor kegiatan sosial-ekonomi, nelayan dimana pelabuhan Banten dan berbagai kawasan lainnya masih dikuasai oleh Kerajaan
namun hanya sektor perdagangan yang paling unggul dan merupakan matapencarian paling Hindu-Budha Pajajaran. Dengan ibukota kadipaten kerajaan Hindu-Budha Pajajaran yang terletak
dominasi dibanding sektor lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.7. di Banten Girang (girang: hulu), kira-kira 13 km ke-arah selatan Banten saat ini, Kerajaan
3% 1% 1% 0%
Pajajaran menggunakan sungai Cibanten sebagai jalur transportasi utama menuju pelabuhan
0% 0%
Banten. Keberadaan jalur transportasi utama sungai Cibanten ini yang kemudian membentuk pola
9%
15%
permukiman yang linear disepanjang aliran sungai (Michrob, 1993:41).
Berdirinya kesultanan Surosowan yang merupakan ibukota Kesultanan Banten itu sendiri adalah Jenderal Kompeni pada tahun 1659. Sebuah perjanjian yang mengalami proses yang alot akibat
merupakan perintah dari Sunan Gunung Jati, sebagai tanda berpindahnya pusat pemerintahan, kecurangan dari pidak Belanda yang ingin menguasai wilayah Kesultanan Banten.
kepada puteranya Hasanuddin yang kemudian menjadi raja pertama di Kesultanan Banten.
Selain itu, kemunduran ini juga terjadi sebagai akibat dari terjadinya aksi adu domba yang
Masa Kejayaan Sultan Banten Lama (1651-1656) dilakukan oleh pihak Kompeni (1671), antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anak tercintanya
Puncak kejayaan Kesultanan Banten dicapai pada masa pemerintahan Sultan Abdulfath Sultan Abdul Kahar atau yang biasa disebut dengan Sultan Haji. Aksi adu domba ini ternyata telah
Abdulfattah yang merupakan Raja ke-7 yang memimpin Kesultanan Banten pada tahun 1651 berhasil menghasut Sultan Haji untuk tidak lagi menuruti apa yang diperintahkan oleh
hingga 1672. Sultan yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa ini mampu ayahandanya, dan lebih mendengarkan perintah dan hasutan dari pihak Kompeni atau Belanda.
mengembangkan Kesultanan Banten sehingga mampu mendorong Pelabuhan Banten untuk Karena kebodohan yang dilakukan oleh anaknya inilah yang kemudian membuat Sultan Ageng
menjadi pelabuhan internasional,sehingga roda perekonomian Banten pun turut berkembang pesat. Tirtayasa terpaksa menyerang dan memusnahkan Keraton Tirtayasa untuk menghukum anaknya
Untuk akhirnya berhasil mengembangkan Banten hingga menjadi pelabuhan yang sukses kala itu, Sultan Haji yang telah ingkar dan berkhianat. Pasca peperangan ini sebenarnya sudah berhasil
berbagai bentuk pembangunan dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa sebagai solusinya. Seperti membuat kondisi Kesultanan Banten semakin terpuruk. Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa
pembangunan fisik berupa perbaikan Keraton Surosowan dan pembangunan Keraton Tirtayasa dijebak oleh pihak Belanda agar kembali ke Keraton Surosowan dan kemudian ditangkap. Hal ini
yang terletak di sebelah utara Banten, dekat dengan tepi pantai, serta pembangunan saluran air dilakukan agar pada tahun berikutnya, 1684, pihak Belanda dapat membuat suatu perjanjian
Tasikardi-Keraton di sebelah barat daya keraton, dimana terdapat Pangindelan Mas dan perdamaian dengan pihak kesultanan yaitu Sultan Haji.
Pangindelan Putih serta pancuran mas di keraton (Tjandrasasmita, 1987).
Permasalahan yang terjadi di dalam Kesultanan Banten ini, tidak hanya semata-mata mengenai
Masa Kehancuran Kesultanan Banten perebutan kekuasaan dengan pihak Belanda. Lebih dari itu, di dalam kesultanan sendiri terjadi
Masa kehancuran ini diawali oleh masuknya Belanda dengan VOC sebagai perusahaan dagangnya perebutan kekuasaan oleh anak-anak Sultan Haji sepeninggal kematian Sultan Haji pada tahun
pada tahun 1610 yang memicu merosotnya frekuensi kegiatan perniagaan Internasional dan 1687.
Nusantara di Banten akibat dari adanya praktik monopoli oleh pihak kompeni. Hal ini
Bermula dari permasalahan inilah yang kemudian memicu berbagai perselisihan di dalam kubu
menyebabkan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Banten pun menurun drastis. Pada
kesultanan sendiri yang dijadikan sebagai celah untuk menghancurkan kesultanan Banten oleh
tahun 1656, terjadi ketegangan hubungan antara Kesultanan Banten dengan pihak Belanda.
pihak kompeni. Lama-kelamaan, kesultanan pun berangsur-angsur mengalami kemerosotan dalam
Ketegangan yang muncul sebagai akibat dari habisnya masa berlaku surat perjanjian 10 tahun
performanya dan kemudian hancur akibat perang dengan pihak kompeni.
mengenai kerjasama antara pihak Banten dengan Belanda yang pada akhirnya tidak menemui titik
temu untuk kembali diperpanjang. Untuk mengatasi ketegangan ini, Sultan Ageng Tirtayasa Setelah perlawanan yang cukup sengit pada tahun 1808, Keraton Surosowan pada akhirnya diserbu
berusaha meluaskan pengaruhnya dengan menjalin kerjasama dengan daerah-daerah di bagian dan dihancurkan oleh Belanda. Akibatnya Sultan Muhammad Rafi‟uddin, yang merupakan sultan
barat dan timur kesultanan seperti Cirebon, Mataram, Bengkulu, Lampung, dan Salebar. terakhir Kesultanan Banten, pada tahun 1815 terpaksa pergi meninggalkan Keraton Surosowan dan
pindah ke Keraton Kaibon yang letaknya berada di tepi sungai Cibanten, lebih selatan dari Keraton
Meski sempat terjadi kesepakatan mengenai perjanjian perdamaian, ternyata hal ini tidak dapat
Surosowan. Tetapi pelarian ini tidak bertahan lama, karena pada tahun 1832, keraton ini dibongkar
berlangsung lama sehingga kembali terjadi perang terbuka pada tahun 1658 yang banyak memakan
paksa oleh pihak Belanda.
korban jiwa. Melihat banyaknya korban jiwa yang habis akibat peperangan ini, Belanda akhirnya
kembali menawarkan kesempatan perjanjian perdamaian antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sedangkan jauh sebelum pembongkaran paksa itu, pada tahun 1816 pihak Belanda, yang dipimpin
oleh Gubernur Van Capellan sudah mengambil alih kekuasan Kesultanan Banten dan menjadikan
34
Keraton Kaibon di Kasemen sebagai pusat pemerintahannya yang baru. Lalu pada tahun 1828, pertanian yang mengandalkan air hujan pun tidak subur, penduduk juga mengalami kesulitan
pusat pemerintahan kabupaten pun dipindahkan dari Kasemen ke sebelah Selatan dan kemudian mendapatkan air bersih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.11.
membangun Kota Serang (serang: sawah). Disebut Serang dikarenakan kota ini dahulunya
C. Jenis tanah
merupakan daerah persawahan yang subur (Rafiuddin, 2006).
Lokasi studi memiliki jenis tanah yaitu Tanah Alluvial yang merupakan tanah endapan, tanah yang
dibentuk dari lumpur sungai yang mengedap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang
3.2 Profil Lokasi Studi
subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah Alluvial biasanya terdapat pada dataran pantai.
3.2.1 Kondisi Geografis
Tanah Alluvial biasanya sering mengalami banjir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
Lokasi studi secara administrasi terdapat di dua kelurahan yaitu Kelurahan Banten dan Kelurahan
3.12.
Kasunyatan, Kota Serang, Provinsi Banten. Lokasi studi memiliki luas sebesar 22,1 Ha yang dibagi
menjadi dua yaitu Lokasi Penunjang dengan luas 8 Ha dan Lokasi Prioritas dengan luas 14 Ha. D. Hidrologi
Secara Geografis, lokasi studi mempunyai batasan wilayah sebagai berikut : Kondisi hidrologi di lokasi studi yaitu daerah air yang mengandung garam. Daerah lokasi studi
termasuk kedalam permukaan laut dataran rendah pantai dimana deerah tersebut berada dekat
Sebelah Utara : Kampung Karang Serang
dengan perairan laut banten. Dengan kondisi air tersebut maka dapat mempeparah kondisi air tanah
Sebelah Selatan : Kampung Kroya Baru
di lokasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Sebelah Timur : Kampung Kroya Bugis
Sebelah Barat : Kelurahan Pegadingan E. Penggunaan Lahan
Kondisi penggunaan lahan di lokasi studi terbagi menjadi lima jenis penggunaan lahan yaitu lahan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.9.
terbuka, perdagangan dan jasa, permukiman, tambak, perkebunan, pertanian, dan situs Banten
3.2.2 Kondisi Fisik Lama. Berikut tabel penggunaan lahan beserta luas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
A. Topografi 3.5 Dan Gambar 3.14.
Kondisi topografi di Lokasi Studi dibagi menjadi dua yaitu :
Tabel 3.5 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan Di Lokasi Studi
Kondisi Topografi lokasi penunjang yang memiliki ketinggian permukaan laut sebesar 500 – No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
700 m. Lokasi penunjang ini termasuk kedalam daerah dataran. 1. Lahan terbuka/Lahan Kosong 9,1
Kondisi Topografi lokasi prioritas memiliki ketinggian permukaan laut sebesar <500 m. Lokasi 2. Perdagangan dan Jasa 2,6
prioritas ini termasuk kedalam daerah pantai. 3. Perkebunan 0,7
4. Permukiman 4,9
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.10.
5. Situs Banten Kuno 4,8
B. Klimatologi Total 22,1
Kondisi iklim lokasi studi berkisar antara 27 C - 33 C, sedangkan rata – rata curah hujan di
0 0
Sumber: Hasil Digit Tim Studio 2018
Kelurahan Banten sebesar 1500 - 2000 mm/tahun dengan kelembapan udara yaitu 84%. Bila dilihat
dari rata – rata curah hujan di lokasi studi tersebut masuk kedalam daerah curah hujan rendah.
Dimana makin sedikit atau rendahnya curah hujan maka kadar garam air tanah di wilayah tersebut
akan tinggi. Kebutuhan air di lokasi studipun berkurang karena rendahnya curah hujan Lahan
35
36
37
38
39
40
41
3.2.3 Sosial Ekonomi Pariwisata Dari tabel diatas sudah tertera jelas bahwa pendapatan pariwsata Banten Kuno tidak selalu sama
Dengan adanya Cagar Budaya sebagai tempat pariwisata sejarah, Kawasan Banten Kuno ini tentu setiap harinya, karena ada hari-hari tertentu yang membuat pendapatan dari Kawasan Pariwisata
saja menghasilkan sebuah pendapatan didalamnya yang dapat digunakan untuk pembangunan tersebut sangat tinggi seperti hari-hari besar Islam dan hari Jum’at.
wisata itu sendiri atau sebagai pembangunan daerah sekitar pariwsata tersebut. Kawasan Banten
3.2.4 Alur Sejarah
Kuno ini memiliki sepuluh destinasi objek wisata yang memiliki nilai bersejarah, namun beberapa Pada tahun 1902, permukiman yang ada di lokasi studi masih dominan dengan lahan kosong atau
objek wisata cenderung tidak layak kondisinya dan hal ini berpengaruh bagi pendapatan dari perkebunan. Disekitar cagar budaya belum adanya permukiman dan pedagang kaki lima
pariwisata itu sendiri. Kawasan Banten Kunohanya terdapat tiga objek wisata yang masih cukup sembarangan. Dahulu sekitar Masjid Agung Banten terdapat permukiman orang orang islam.
berbentuk dan tentun saja hanya ketiga objek ini yang dapat menghasilkan pemasukan dan nilai
Selain, sketsa permukiman tahun 1902 tim peneliti juga melihat perubahan alur sejarah
jual secara ekonomi yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan kawasan pariwisata atau
berdasarkan penggunaan lahannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.15 dan
daerah yang bersangkutan. Berikut adalah tabel pendapatan oleh total tiga objek wisata aktif di
Gambar 3.16.
Kawasan Banten Kuno Tabel 3.6 dan Tabel 3.7:
Tabel 3.7 Pengeluaran Wisatawan pada Object Wisata Budaya Banten Kuno
No Jenis Peneluaran Jumlah Uang
1 Bayar Parkir 5,000
2 Wisata Museum Kepurbakalaan 3,000
3 Wisata Benteng Surosowan 2,000
4 Masjid Agung -
a) Plastik Untuk Sendal 2,000
b) Air untuk Ziarah (Perbotol) 5,000
c) Kembang (Perplastik) 7,000
d) 3 kotak Amal 15,000
e) Masuk Lokasi Ziarah 25,000
5 Bayar Guide Sejarah Banten Kuno 20,000
6 Pemimpin Ziarah 20,000
7 Foto Copyan silsilah Kesultanan Banten 5,000 Sumber : Museum Kepurbakalaan Banten Lama
Total 109,000 Gambar 3.15 Sketsa Permukiman Banten Lama Tahun 1902
Sumber: Data hasil Existing dan Observasi Tim Studio 2018
42
Sedangkan, peta pada Tahun 2018 jelas terllihat perubahan dari segi penggunaan lahannya. Daerah
yang dulu merupakan lahan kosong berubah menjadi tempat terminal bus yang sudah tidak
berfungsi serta menjadi tempat parkir untuk pengunjung dan terdapat PKL liar yang berada disana.
Selain itu, ada juga hal yang sangat jelas terlihat yaitu Hilangnya fungsi Alun – alun Banten yang
tepat terdapat didepan Masjid Agung berubah menjadi tempat parkir pengunjung dan tempat
berdagang.
Sumber : http//kotaserang.bantenlama.com
Alur sejarah selanjutnya yaitu bila dilihat dari persebaran objek wiyang ada di Banten Lama. Objek Gambar 3.17 Masjid Agung dan Menara
Wisata di Banten Lama ini merupakan saksi dari sejarah Kesultanan pada zaman dulu. Peninggalan
2. Menara
– penian inilah yang dijadikan sebagai cagar budaya Banten Lama. Cagar budaya Banten Lama
Menara masjid ini terletak di depan halaman komplek masjid, sedangkan tinggi bangunannya
terdapat 10 peninggalan. Akan tetapi untuk lokasi studi hanya diambil 4 peninggalan cagar budaya
adalah 23,155 meter. Menara masjid Agung Banten ini di bangun diatas dasar atau lapik yang
yaitu Masjid Agung, Menara, Museum Kepurbakalaan, dan Keraton Surosowan. Alasan kami
berbentuk segi delapan. Badan menara berbentuk kerucut persegi, hanya bagian atasnya tidak
hanya mengambil 4 peninggalan tersebut adalah karena kondisi fisik serta sekitar yang menjadi
lagsung akan tetapi ada pembatas yang berupa pelipit yang membatasi antara badan menara
priorits untuk revitalisasi atau perbaikan dari fisik disekitar cagar budaya maupun masalah sosial
dengan orang menara. Pintu masuk terdapat di sisi utara, bagian atas pintu menara diberi hiasan
yang ada disana.
yang berbentuk orang kala dan hiasan sayap Untuk menuju ke atas menara harus melewati 83
3.2.5 Tipologi Bangunan buah anak tangga dengan jalan yang cukup hanya satu orang. Bagian paling atas menara berbentuk
Dalam lokasi studi terdapat 3 (tiga) bangunan bersejarah yaitu Masjid Agung Banten, Menara, setengah bola, dan di puncak atap terdapat mamolo. Dari atas menara akan terlihat seluruh
Musium Kepurbakalaan, dan Keraton Surosowan dan 1 (satu) bangunan pribadi yaitu rumah. kawasan wisata Banten Lama.
43
3. Museum Kepurkalaan
Museum Situs Banten Kuno berdiri di atas lahan seluas 10.000 m2 dengan luas bangunan 778 m2.
Museum ini diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Subandio pada tanggal 15 Juli
1985. Selain digunakan sebagai tempat benda-benda hasil kebudayaan kerajaan Banten, tempat ini
juga di jadikan sebagai objek wisata edukasi. Koleksi Museum Situs Banten Kuno dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, diantaranya adalah :
Arkeologika, Kelompok arkeologika adalah arca nandi, mamolo, gerabah, atap lesung, batu dan
lain sebagainya. Sumber : Hasil dokumentasi Tim Studio 2018
Gambar 3.18 Musium Kepurbakalaan
Numismatika, Numismatika merupakan koleksi mata uang, baik mata uang asing maupun mata
uang yang dicetak oleh Masyarakat Banten. Mata uang yang pernah dipakai sebagai alat tukar 4. Keraton Surosowan
yang sah dalam transaksi jual beli ketika itu adalah caxa/cash, mata uang VOC, mata uang Keraton ini dibangun oleh Maulana Hasanuddin Sultan Banten pertama pada tahun 1552 sampai
Inggris, tael dan mata uang Banten sendiri. Pada masa pergerakan, mata uang Banten disebut pada tahun 1570, untuk benteng dan gerbangnya terbuat dari batu karang dan batu bata dibangun
ORIDAB, kependekan dari Oeang Republik Indonesia Daerah Banten. pada masa pemerintahan Maulana Yusuf sebagai Sultan kedua Banten pada tahun 1570 sampai
Etnografika, Etnografika adalah berupa koleksi miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai 1580. Komplek Keraton Surosowan sekarang ini sudah hancur dan yang tersisa hanya tembok
macam senjata tradisional dan peninggalan kolonial seperti tombak, keris, golok, peluru benteng yang mengelilingi bangunannya, yaitu berupa pondasi dan tembok dinding, dan bangunan
meriam, pedang, pistol dan meriam. Koleksi pakaian adat dari masa Kesultanan Banten, kotak pemandian serta sebuah kolam taman dengan bangunan bale kambangnya. Di dalam Komplek
peti perhiasan dan alat-alat pertunjukan Kesenian Debus. Keraton Surosowan terdapat pula Gedong Pakuwon yang berbentuk persegi panjang dengan
Keramologika, Keramologika adalah berupa temuan-temuan keramik, baik itu keramik lokal ukuran dinding sekitar 2 meter dan lebar 5 meter, panjang sisi timur dan sisi baratnya kira-kira
ataupun keramik asing. Keramik asing berasal dari Birma, Vietnam, Cina, Jepang, Timur sekitar 300 meter. Dapat dilihat pada Gambar 3.19.
Tengah dan Eropa. Masing-masing keramik memiliki ciri-ciri khas sendiri. Keramik lokal lebih
dikenal sebagai gerabah yang diproduksi dan berkembang di Banten. Gerabah tersebut biasa
digunakan sebagai alat rumah tangga, bahan bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa
disebut dengan istilah Qowi.
Seni rupa, Seni rupa yaitu berupa hasil reproduksi lukisan atau sketsa yang menggambarkan
aktivitas masyarakat Banten masa itu. Ada reproduksi lukisan duta besar Kerajaan Banten
untuk Kerajaan Inggris, yakni Kyai Ngabehi Naya Wirapraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana
yang berkunjung ke Inggris pada tahun 1682. Reproduksi kartografi Banten in European
Sumber : Hasil dokumentasi Tim Studio 2018
Perspective, lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana di Tasikardi dan diorama latihan
Gambar 3.19 Keraton Surosowan
perang prajurit Banten.
Kemudian dinding sisi utara dan sisi selatan 100 meter maka luas secara keseluruhan sekitar 3
Dapat dilihat pada Gambar 3.18. hektar. Pintu masuk merupakan pintu gerbang utama terletak di sebelah utara menghadap ke alun-
alun.
44
5. Pemukiman lama, mulai dari berdagang makanan, baju, alat solat, oleh-oleh, mainan, dll. Tetapi karna
Terdapat pemukiman yang terletak dibelakang masjid Agung Banten, pemukiman tersebut di huni maraknya PKL di Kawasan Banten Kuno membuat lokasi ini menjadi terlihat kumuh dan lokasi
oleh keturuna-keturunan Sultan dahulu. Pemukiman tersebut berada di kawasan inti, namun sudah para pedangang yang tidak di atur. Dapat dilihat pada Gambar 3.21.
ada sejak lama. Kondisi pemukiman disana bias dikatakan tidak beraturan dan kondisnya termasuk
pemukiman modern.
Sumber : Hasil dokumentasi Tim Studio 2018 Gambar 3.22 Sarana Kesehatan
Gambar 3.20 Sarana Pendidikan
4. Sarana Peribadatan
2. Sarana Perdagangan dan Jasa Tempat sarana peribadatan di Kawasan Banten Kuno dengan jumlah 1 unit. Terdapat sarana
Hampir semua lahan di Kawasan Banten Kuno di penuhi para PKL. PKL ini membuka usaha peribadatan untuk masyrakat yang memeluk agama islam, yaitu masjid Agung Banten, sarana
karena kawasan ini ramai di datangi tempat wisata agama. Karena aktifitas yang ramai di Kawasan peribadatan di Kawasan ini sangat kurang karena hanya terdapat 1 units sarana peribadatan. Dapat
Banten Lama maka dari itu banyak sekali masyarakat yang membuka warung di Kawasan Banten dilihat pada Gambar 3.23. 45
Sumber : http//kotaserang.bantenkuno.com
Gambar 3.23 Sarana Peribadatan
Sumber: Hasil Dokumentasi Tim Studio 2018
3.2.8 Prasarana Gambar 3.25 Kondisi Jalan Di Kawasan Inti Banten Kuno
1. Jaringan Jalan Banten Kuno 2. Jalur Pedestrian
Kondisi jalan di Kawasan Penunjang Banten Kuno memiliki kelas jalan sekunder. Dengan kondisis Sebagai pusat kegiatan pariwisata budaya Banten Kuno, pemerintah menyiapkan jalur pejalan kaki
sudah baik namum masih terdapat beberapa lubang. Dengan pengerasan coran dan beton, lebar 7 bagi pengunjung yang datang ke Kawasan Banten Kuno. Fasilitas pejalan kaki tersebut di sediakan
meter. Akan tetapi di dalam Kawasan Inti Banten Kuno kondisi jalan jelek banyak jalan berlubang oleh pemerintah di setiap jalan-jalan yang berada di dalam Kawasan Banten Kuno, dengan lebar
dengan menggunakan konstruksi paving block dan tanah, lebar jalan mencapai 5 meter. Tidak 1,5 meter. Jalur pedestrian di Kawasan Banten Kuno pada saat ini berfungsi untuk pejalan kaki dan
adanya perhatian dari masyarakat maupun pemerintah untuk merawat jalan yang ada di Kawasan berjualan. Tetapi mayoritas fungsi jalur pedestrian ini di gunakan untuk pedagang kaki lima (PKL).
inti Banten Kuno. Dapat dilihat pada Gambar 3.24 dan Gambar 3.25. Hal tersebut membuat ketidak nyamanan pengguna jalur pedestrian untuk berjalan mengelilingin
Kawasan Banten Kuno. Dapat dilihat pada Gambar 3.26.
46
3. Drainase aliran listrik pada PKL masih illegal dengan mencuri aliran dari tingang-tiang listrik yang terdapat
Jenis drainase dibagi menjadi 2 yaitu drainase alamiah dan buatan, di Kawasan Banten Kuno pada Kawasan Banten Kuno. Dapat dilihat pada Gambar 3.27.
drainase ada yang menggunakan jenis buatan dan alamiah. Namum Ketersediaan Jaringan drainase
di Kawasan Banten Kuno sangat kurang. Banyak lokasi yang tidak terdapat saluran drainase, tetapi
ada beberapa jalan yang di kanan dan kirinya sudah terdapat saluran drainase, dengan lebar 1,5
meter dengan kedalaman 1 meter. Ketika turun hujan terjadi genangan dimana-mana
mengakibatkan banjir di Kawasan Banten Kuno. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian
dari pemerintah untuk membangun saluran drainase padahal saluran drainase sangatlah penting
untuk penunjang kegiatan pariwisata di Kawasan Banten Kuno.
4. Jaringan Persampahan
Tempat Pembuangan Sampah (tong sampah) di Kawasan Banten Kuno belum tersedia, bisa
dibilang tidak menyediakan tempat pembuangan sampah. Sampah tersebut berserakan dimana-
mana sehingga terlihat kumuh pada kawasan Banten Kuno. Tetapi terdapat truk sampah yang Sumber: Hasil Dokumentasi Tim Studio 2018
mengenlilingi Kawasan Banten Kuno dan mengangkut sampah-sampah yang sudah di kumpulkan, Gambar 3.27 Penerangan Jalan Kawasan Inti Banten Kuno
sampah tersebut di angkut ketika siang hari. Truk sampah yang mengelilingi Kawasan Banten
8. Ruang Terbuka
Kuno telah mendapatkan iyuran oleh masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan di Kawasan
Banyak ruang terbuka pada Kawasan Banten Kuno ini, ruang terbuka tersebut dijadikan beberapa
Banten Kuno.
aktifitas masyarakat yang dapat membantu kegiatan pariwisata, seperti berdagang, lahan parkir.
5. Jaringan Air Limbah
9. Jalur Evakuasi
Penduduk di Kawasan Banten Kuno pada umumnya belum menggunakan pembuangan air besar
Sebagai tempat wisata yang berdekatan dengan laut, Kawasan Banten Kuno seharusnya memiliki
memenuhi standar. Rata-rata rumah tangga membuang air limbah langsung ke sungai yang
jalur evakuasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang tidak di inginkan. Namun
mengalir di Kawasan Banten Kuno.
kenyataannya Kawasan ini tidak memiliki jalur evakuasi sebagai penunjang kegiatan pariwisata
6. Jaringan Air Bersih Banten Kuno.
Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat di Kawasan Banten Kuno masih mengandalkan
air tanah. Rata-rata masyarakat yang ada di lokasi ini masih mengunakan sumur pompa padahalan
menggunakan sumur pompa pada kawasan ini tidak di izinkan karena tanah di kawasan ini masih
tanah purbakala. Pelayanan PDAM belum tersedia di Kawasan Banten Kuno.
7. Jaringan Listrik
Seluruh bangunan di Kawasan ini sudah teraliri listrik baik berupa bangunan bersejarah (Masjid
Agung Banten Lama), Permukiman, dan PKL. Listrik yang sudah di salurkan oleh PT. PLN masih
menggunakan meteran listrik abodemen. Tetapi untuk pengguna listrik pada PKL tidak tersebia,
47