PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi sekarang ini maka kondisi yang terjadi sudah jauh sekali
berubah, masyarakat sudah tumbuh dan berkembang dalam suasana yang begitu terbuka.
Berbagai informasi bisa diperoleh dengan cepat, dan berbagai keputusan bisa dilakukan
dengan mudah.
Kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs yang tidak diperhatikan sebagai
seorang importir adalah kebangkrutan. Seperti yang terjadi pada tahun 1998, dimana nilai
rupiah terdepresiasi hampir ke angka Rp20.000/$. Dan dampaknya adalah perusahaan
yang tidak melakukan manajemen risiko berupa hedging otomatis bangkrut, karena gagal
dalam pembayaran utang luar negeri dan pembelian bahan baku impor.
Perlu diingat bahwa berbagai formula yang dibuat selalu berdasarkan data dan kondisi
yang terjadi pada masa lalu, karena data masa depan tidak pernah dimiliki sebelum semua
itu dialami. Atas dasar itu kita bisa memberikan kesimpulan bahwa formula yang dibuat
bisa saja tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau melenceng dari yang
diperkirakan semula, namun formula tersebut sudah dapat dijadikan sebagai base concept
pada saat kita akan memprediksi atau membuat indikator-indikator penyebab akan
terjadinya masalah di kemudian hari, serta tentunya diikuti solusi yang harus dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai
berikut:
1 | Manajemen Risiko
1.2.1 Apa itu risiko perubahan kurs?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan kurs?
1.2.3 Bagaimana eksposur terhadap perubahan kurs?
1.2.4 Bagaimana dan seperti apa manajemen risiko perubahan kurs?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini disusun adalah untuk memenuhi kriteria penilaian
dalam mata kulian Manajemen Risiko, dan tujuan lain sebagai berikut:
2 | Manajemen Risiko
BAB 2. PEMBAHASAN
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh,
kurs Rp/$ barangkali dituliskan sebagai berikut ini: Rp10.000/$. Kurs tersebut
mempunyai arti bahwa satu dolar Ameria Serikat nilainya sama dengan 10.000 rupiah.
Nilai absolut dari kurs tersebut barangkali tdak begitu penting. Dengan kata lain, dalam
kurs di atas, tidak berarti bahwa rupiah merupakan uang yang lebih jelek karena lebih
murah dibandingkan dengan dolar AS. Perubahan kurs barangkali yang lebih penting
diperhatikan. Jika rupiah mempunyai kecenderungan melemah terhadap dolar AS, maka
kecenderungan terssbut bisa mengindikasikan sesuatu. Mata uang suatu negara
merupakan cerminan ekonomi suatu negara. Jika perekonomian suatu negara membaik,
maka mata uang negara tersebut cenderung menguat terhadap mata uang negara lainnya.
Karena itu, jika mata uang suatu negara melemah terhadap mata uang negara lain, maka
ada kemungkinan bahwa kondisi negara tersebut melemah dibandingkan dengan
sebelumnya.
Jika suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka
perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar. Perubahan kurs dilakukan
oleh pemerintah secara resmi. Istilah menguat atau melemahnya mata uang dengan sistem
kurs yang tetap dan bebas bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Ilustrasi
Indonesia pernah mengalami dua sistem kurs yang berbeda. Sebelum krisis pada
tahun 1997, Indonesia menggunakan sisten kurs tetap. Perubahan kurs dilakukan secara
resmi oleh pemerintah. Biasanya pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap dolar.
Sebagai contoh, kurs sebelumnya misalkan Rp2.500/$. Kemudian pemerintah
mendevaluasikan rupiah terhadap dolar menjadi, misal Rp3.000/$. Perhatikan nilai rupiah
3 | Manajemen Risiko
menjadi turun (lebih murah) terhadap dolar. Pemerintah mengumumkan secara resmi
keputusan tersebut.
Tabel berikut ini menyajikan contoh perhitungan apresiasí dan depresiasi suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya (perubahan kurs):
Kolom (2) pada tabel di atas menyajikan situasi di mana rupiah melemah dari
Rp10.000/$ pada awal tahun menjadi Rp12.000/$ pada akhir tahun. Dalam situasi
tersebut, dolar mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 20%. Jika kita menggunakan
sudut pandang rupiah, maka kita mengatakan bahwa rupiah melemah terhadap dolar
sebesar 16,67%. Tanda positif menunjukkan penguatan, sementara tanda negatif
menunjukkan pelemahan. Perhatikan bahwa penguatan dolar terhadap rupiah tidak harus
4 | Manajemen Risiko
sama angkanya dengan pelemahan rupiah terhadap dolar. Kolom (3) menyajikan contoh
perhitungan situasi dimana rupiah menguat terhadap dolar.
Dalam sistem kurs bebas, kurs bisa berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kurs bisa berubah-ubah. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
Inflasi suatu negara yang lebiht inggi dibandingkan dengan negara lainnya
menyebabkan kurs mata uang negara tersebut melemah. Hubungan yang lebih formal atas
pernyataan tersebut bisa dilihat melalui persamaan kondisi Purchasing Power Parity
sebagai berikut:
𝑒𝑡 𝑡
= (1 + 𝑖ℎ )𝑡 /(1 + 𝑖𝑓 )
𝑒0
Dimana:
t = waktu
Sebagai contoh, misalkan kurs awal Rp/$ adalah Rp 10.000/$. Inflasi di Indonesia dan
Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang
menurut tersebut adalah:
Menurut kondisi paritas, kurs akhir tahun adalah Rp11.429/$, yang berarti rupiah
mengalami depresiasi terhadap $. Bukti empiris nampaknya mendukung prediksi
tersebut. Sebagai contoh, pada waktu krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun
1997-an, mata uang rupiah mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Pada waktu itu
Indonesia mengalami inflasi yang cukup parah, yaitu mencapai sekitar 50-60% per tahun.
5 | Manajemen Risiko
2.2.2 Perbedaan Tingkat Bunga
Tingkat bunga bisa dibedakam menjadi tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil.
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang bisa diobservasi. Sebagai contoh, jika
kita mendapat informasi tingkat bunga depositio sebesar 12% per tahun, maka tingkat
bunga tersebut merupakan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil tidak bisa
diobservasi secara langsung. Negara yang mempunyai tingkat bunga nominal yang tinggi,
maka mata uangnya cenderung mengalami depresiasi. Secara formal, kondisi paritas
international fisher effect meringkaskan situasi melalui rumus berikut ini.
𝑒𝑡 𝑡
= (1 + 𝑟ℎ )𝑡 /(1 + 𝑟𝑓 )
𝑒0
Dimana:
t = waktu
Sebagai contoh, misalkan kurs awal Rp/$ adalah Rp 10.000/$. Tingkat bunga di
Indonesia dan Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. Kurs Rp/$ satu tahun
mendatang menurut model international fisher effect adalah:
Menurut prediksi international fisher effect, rupiah melemah menjadi 11.429. Dengan
kata lain, negara yang mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi, mata uangnya akan
cenderung melemah (depresiasi). Bukti empiris nampaknya mendukung prediksi tersebut.
Sebagai contoh, pada waktu krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun 1997an, mata
uang rupiah mengalami kemerosotan yang tajam. Pada waktu itu tingkat bunga di
Indonesia sangat tinggi, mencapai sekitar 60% per tahun.
Tingkat bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Dengan kata lain,
negara yang mempunyai tingkat bunga riil, maka mata uang negara tersebut cenderung
6 | Manajemen Risiko
menguat. Alasannya adalah, uang akan mengalir ke negara dengan tingkat keuntungan
yang lebih tinggi. Sebagai contoh, misalkan tingkat bunga riil di Indonesia adalah 5%,
sedangkan tingkat bunga riil di Amerika Serikat adalah 3%. Dana akan mengalir dari
Amerika Serikat ke Indonesia. Aliran modal tersebut menyebabkan permintaan terhadap
rupiah meningkat sehingga rupiah akan menguat terhadap dolar AS. Pada waktu tingkat
bunga riil keduanya sama, misal sama-sama 4%, aliran dana akan berhenti. Sayangnya
tingkat bunga riil tidak bisa diobservasi langsung. Tingkat bunga tiil tersebut bisa
dihitung secara tidak langsung melalui persamaan berikut ini.
(1 + R) = (1 + a) (1 + i)
Dimana:
i = inflasi
(1 + R) (1 + a + i + a.i)
Kemudian, karena perkalian a.i menghasilkan angka yang sangat kecil, maka hasil
perkalian tersebut bisa dianggap nol, sehingga persamaan diatas bisa disederhanakan
menjadi:
R=a+i
Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi. Jika inflasi
meningkat, maka tingkat bunga nominal mempunyai kecendrungan meningkat. Karena
itu meningkatnya tingkat bunga nominal biasanya disebabkan oleh meningkatnya inflasi,
dan karena itu mata uang negara cenderung melemah.
Negara yang mempunyai bank sentral yang independen akan cenderung mempunyai
mata uang yang lebih kuat, dan sebaliknya. Yang dimaksud independensi disini adalah
kemampuan bertahan dari tekanan pemerintah yang sedang berkuasa. Presiden yang
berkuasa kadang-kadang tergoda untuk melakukan kebijakan yang populer. Sebagai
7 | Manajemen Risiko
contoh, presiden yang berkuasa ingin menurunkan tingkat pengangguran. Jika tingkat
pengangguran turun, maka presiden tersebut akan kelihatan berhasil di mata masyarakat.
Tetapi cara pintas untuk menurunkan pengangguran adalah dengan mencetak uang
beredar lebih banyak lagi. Uang beredar yang lebih banyak tersebut akan meningkatkan
inflasi. Dengan demikian tingkat pertumbuhan meningkat tetapi disertai dengan
peningkatan inflasi. Jika peningkatan inflasi lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi riil dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi riil negara tersebut menjadi negatif.
Negara yang bank sentral kurang independen akan gampang ditekan untuk mencetak
uang lebih banyak, yang mendorong inflasi, dan menurunkan nilai mata uang negara
tersebut. Negara yang bank sentralnya independen akan bertahan terhadap tekanan
semacam itu, dan bisa mengendalikan inflasi negara tersebut. Mata uang negara semacam
itu akan cenderung menguat.
Negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik banyak
investor. Banyak investor yang ingin masuk, yang menyebabkan naiknya permintaan
terhadap mata uang tersebut. Mata uang tersebut akan meningkat nilainya karena banyak
permintaan terhadap mata uang tersebut.
2.2.5 Ekspektasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas, sehingga bisa digunakan sebagai alat
investasi. Pengharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekuritas. Jika
investor memperkirakan perusahaan tertentu akan mempunyai prospek yang baik, maka
saham perusahaan tersebut akan meningkat, meskipun saat ini perusahaan tersebut tidak
atau belum mengalami perubahan yang signifikan. Tetapi karena investor cenderung
mengantisipasi, maka investor akan membeli tanpa menunggu kenyataan yang terjadi di
lapangan. Investor harus bertindak cepat atas informasi yang diperolehnya, jika tidak,
maka ia akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
Jika penghapusan terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang suatu negara
akan menguat, dan sebaliknya. Tabel di bawah ini meringkaskan pengaruh faktor-faktor
tersebut. Perlu diingat bahwa dalam kenyataannya banyak faktor yang bekerja bersamaan
8 | Manajemen Risiko
mempengaruhi kurs, sehingga hubungan/pengaruh faktor tersebut terhadap kurs tidak
sejelas yang kita bicarakan.
Terdapat 3 jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan
kurs, yaitu: a) Eksposur Transaksi, b) Eksposur Akuntansi dan c) Eksposur Operasi.
a) Eksposur Transaksi
9 | Manajemen Risiko
Gambar 1. Posisi Spot Importir
Misalkan seorang eksportir menjual barang ke AS, dan akan menerima $1 juta
tiga bulan mendatang. Posisi spot yang dihadapi oleh eksportir tersebut akan
terlihat seperti berikut ini.
10 | Manajemen Risiko
bahwa eksportir dan importir, karena memasuki kontrak atau transaksi
perdagangan, akhirnya menghadapi risiko perubahan kurs.
b) Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu,
kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan
terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi
semacam itu menghasilkan keuntungan atau kerugian. Sebagai contoh, misalkan
suatu perusahaan multinasional Amerika Serikat, memiliki anak perusahaan di
Indonesia. Misalkan neraca anak perusahaan tersebut pada awal tahun terlihat
berikut ini:
Tabel 4. Akuntansi
Total aset adalah Rp10 juta. Karena neraca tersebut dalam rupiah, sedangkan
perusahaan multinasional tersebut merupakan perusahaan Amerika Serikat, maka
neraca tersebut perlu dikonversi ke $. Misalkan kurs awal tahun adalah Rp5.000/$,
kolom (3) tabel diatas menyajikan hasil dari proses konversi tersebut. Terlihat
bahwa total aset perusahaan adalah $2.000, modal saham adalah $1.200. Misalkan
satu tahun kemudian perusahaan tidak melakukan aktivitas apa-apa, sehingga nilai
ekonomis perusahaan tersebut sama antara awal tahun dengan akhir tahun. Satu-
satunya perbedaan adalah kurs berubah, yaitu rupiah melemah dari Rp5.000/$
menjadi Rp10.000/$. Kolom (4) menyajikan hasil konversi dengan menggunakan
kurs yang baru yaitu Rp10.000/$. Terlihat total aset turun menjadi $1.000, modal
11 | Manajemen Risiko
saham turun nilainya menjadi $600. Penurunan modal saham tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian, yang menyebabkan modal
sahamnya berkurang nilainya. Perhatikan bahwa kerugian tersebut bukan
dikarenakan perubahan nilai ekonomis perusahaan, tetapi semata-mata karena
perubahan kurs. Nilai ekonomis perusahaan sama antara awal tahun dengan akhir
tahun. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menghadapi risiko
perubahan kurs dalam proses konversi laporan keuangannya dari rupiah ke dolar.
c) Eksposur Operasi
Eksposur operasi adalah operasi perushaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Sebagai ilustrasi, misalkan produsen mobil Jepang Toyota menjual mobilnya ke
Amerika Serikat. Jika ten menguat terhadap dolar AS, maka harga mobil Toyota
di Amerika Serikat akan menjadi lebih mahal dibandingkan dengan sebelumnya.
Akibatnya, daya saing mobil Toyota di Amerika Zerikat menjadi turun. Tabel
berikut ini menjelaskan mengapa demikian:
Tabel 5. Operasi
Misalkan harga mobil tersebut adalah 1.000 yen, jika kurs yen/dolar adalah
¥100/$, maka mobil tersebut akan memiliki harga yaitu $10 (1.000/10) di
Amerika Serikat. Misalkan yen menguat terhadap dolar AS, menjadi ¥50/$.
Dengan kurs baru, harga mobil di Amerika Serikat menjadi $20. Terlihat harga
mobil Toyota menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya. Kenaikan harga
tersebut bukan karena kenaikan harga mobil dalam yen (harga mobil dalam yen
tetap), tetapi karena perubahan kurs saja.
Karena harga mobil Toyota di Amerika Serikat semakin mahal, akibat selanjutnya
adalah penjualan Toyota di AS berkurang, yang mengakibatkan kas masuk Toyota
dari penjualan di Amerika Serikat berkurang. Di sisi lain, Toyota harus membayar
input, tenaga kerja di Jepang. Jika pemasukan terganggu, maka operasi Toyota
bisa terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit, padahal pengeluaran
12 | Manajemen Risiko
tetap sama. Toyota dalam contoh diatas dikatakan mempunyai eksposur operasi,
karena operasi Toyota rentan terhadap perubahan kurs.
d) Eksposur Ekonomi
Eksposur ekonomi adalah nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Sebagai contoh, kembali ke contoh Toyota, karena penjualan Toyota berkurang,
akibatnya adalah menurunnya aliran kas untuk Toyota. Karena aliran kas
berkurang, nilai atau harga saham Toyota bisa turun. Dengan demikian harga
saham Toyota rentan terhadap perubahan kurs.
- Eksposur Transaksi
- Eksposur Akuntansi
- Eksposur Operasi
Bagian berikut ini menjelaskan manajemen risiko perubahan kurs untuk masing-
masing eksposur tersebut.
a) Derivatif
13 | Manajemen Risiko
tersebut, ia bisa melakukan langkah atau hedging dengan derivatif dan instrument
money market.
Karena importir tersebut membutuhkan dolar tiga bulan mendatang, maka dia
dikatakan short $. Short $ adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah,
pemegang posisi short $ akan mengalami kerugian, dan sebaliknya. Sebagai
hedge-nya, importir tersebut bisa membeli 3-bulan $ forward. Posisi long $ adalah
sedemikian rupa jika rupiah melemah, pemegang posisi tersebut memperoleh
keuntungan, dan sebaliknya. Jika rupiah melemah, maka ia akan mengalami
kerugian di posisi spot-nya (hutang yang harus dibayar tersebut), tetapi ia akan
memperoleh keuntungan di posisi forward-nya. Dengan mekanisme tersebut ia
bisa meng-hedge posisinya.
Alternatif dari forward adalah future. Dalam hal ini importir tersebut akan
membeli kontrak futures dengan posisi long futures $. Long Future $ pada
dasarnya sama dengan long $ forward. Alternatif lainnya adalah menggunakan
opsi. Dalam hal ini importir tersebut bisa membeli opsi call atas $. Opsi call
mempunyai karakteristik jika harga pasar asset meningkat, maka pemegang opsi
memperoleh keuntungan. Dalam hal ini jika harga $ meningkat (atau rupiah
melemah), maka ia akan memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut bisa
dipakai untuk menutup kerugian dari posisi spot-nya (yang merugi jika rupiah
melemah).
b) Money-market hedge
14 | Manajemen Risiko
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya,
sehingga ia memperoleh sebesar $952,381 x (1,05) = $1
juta
c) Risk Shifting
d) Netting Exposure
15 | Manajemen Risiko
dollar. Perhatikan, dia mempunya dollar (long dollar), di sisi lain, dia
membutuhkan dollar (short dollar). Gabungan antara kedua posisi tersebut
menghasilkan eksposur bersih nol (atau kecil) perubahan kurs tidak akan
mempengaruhi perusahaan tersebut.
Dalam situai ini (perusahaan MNC AS), jika rupiah diperkirakan melemah, maka
alternatif yang bisa dilakukan adalah mengurangi asset (misal kas cepat-cepat
dipindahkan ke dollar) dan/atau menambah kewajiban (misal menambah hutang
dalam rupiah). Tetapi cara seperti itu tidak sepenuhnya menghilangkan risiko,
karena kita masih menebak-nebak arah perubahan kurs. Dalam hal ini kita
melakukan spekulasi. Jika tebakan kita salah, maka kita akan merugi. Jika pasar
sudah efisien, maka alternatif semacam itu tidak akan menghasilkan keuntungan.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian
alternative lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian
yang muncul akibat perunahan kurs. Misalkan perunahan menghadapi situasi
semacam ini.
16 | Manajemen Risiko
Tabel 7. Kalkulasi
17 | Manajemen Risiko
maka harga produk tersebut dalam $ akan menurun. Karena harganya turun, maka
situasi tersebut merupakan kesempatan baik untuk merebut pangsa pasar di
Amerika Serikat.
Dalam jangka Panjang operasi perusahaan sebaiknya dibuat menjadi lebih tahan
(tidak sesitif) terhadap perubahan kurs, supaya manajer lebih bisa memusatkan
perhatiannya ke aspek non-kurs (pemasaran, produksi) sehingga bisa membuat
produk yang bisa memuaskan konsumen. Pengurangan sensitivitas tersebut pada
dasarnya merubah produk atau konsumen agar menjadi tidak sensitive terhadap
perubahan harga, maka perubahan kurs tidak akan banyak berpengaruh terhadap
permintaan produk tersebut. Pengurangan sensitivitas tersebut bisa dilakukan
dengan melalui beberapa cara seperti berikut:
18 | Manajemen Risiko
penguatan yen terhadap dollar. Jika perusahaan tersebut membeli input-nya
tidak hanya dari Jepang, tetapi juga dari negara lain, seperti Indonesia, India,
Inggris, dan lainnya. Penguatan yen tersebut akan dikompensasi oleh
penguatan yen terhadap mata uang lain, perusahaan bisa memindahkan
fasilitas produksinya. Sebagai contoh, untuk menghadapi kenaikan nilai yen
terhadap dollar yang diperkirakan permanen (jangka Panjang), Toyota
memutuskan untuk mendirikan fasilitas pabrik di Amerika Serikat. Dengan
cara tersebut Toyota bisa mengurangi dampak negative penguatan yen
tersebut, karena sebagian input Toyota dan tenaga kerjanya berasal dari
Amerika Serikat, dan dibayar dalam $.
d) Aspek lain. Masih banyak aspek/ teknik lain yang bisa digunakan manajemen
eksposur operasi. Sebagai contoh, perusahaan Jepang yang menjual
produknya ke Amerika Serikat akan menerima $. Perusahaan tersebut bisa
meminjam dalam $. Sehingga eksposur bersihnya adalah nol (antara
pendapatan $ dengan pembayaran hutang $ akan saling mengkompensasi).
19 | Manajemen Risiko
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Risiko perubahan kurs terjadi karena kurs berubah-ubah. Kurs berubah karena
dipengaruhi oleh banyak faktor. Perubahan kurs tersebut memunculkan eksposur, yang
biasanya dikategorikan sebagai eksposur transaksi, akuntansi dan operasi. Eksposur
transaksi ditambah dengan eksposur operasi menjadi eksposur ekonomi. Untuk
mengelola risiko dari perubahan kurs, maka dikelola berdasarkan tipe eksposur yang
dihadapi oleh perusahaan, yaitu eksposur transaksi, akuntansi dan operasi. Untuk masing-
masing eksposur tersebut, beberapa alternatif manajemen risiko bisa dilakukan.
3.2 Saran
Ketahuilah tipe dari eksposur yang muncul, karena beda eksposur beda teknik
manajemen risiko yang bisa diterapkan. Misal. Eksposur karena transaksi luar negeri,
dapat diatasi dengan teknik hedging.
20 | Manajemen Risiko
DAFTAR PUSTAKA
Mamduh, M. Hanafi, 2016, Manajemen Risiko (Edisi Ketiga), Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
21 | Manajemen Risiko