Anda di halaman 1dari 21

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi sekarang ini maka kondisi yang terjadi sudah jauh sekali
berubah, masyarakat sudah tumbuh dan berkembang dalam suasana yang begitu terbuka.
Berbagai informasi bisa diperoleh dengan cepat, dan berbagai keputusan bisa dilakukan
dengan mudah.

Dunia bisnis sudah mengubah konsep manajemen dari konvensional ke modern.


Perubahan konsep tersebut adalah sebuah tuntutan zaman, jika perusahaan tidak
menerapkan maka, perusahaan akan ditinggalkan oleh konsumen. Segala aktivitas bisnis
bisa dilakukan dengan lebih sederhana tanpa ada beban dan tekanan, permasalahan hanya
satu kecepatan dalam mengambil keputusan secara baik dan akurat. Kondisi ini tidak
terkecuali pada saat transaksi bisnis menggunakan valuta asing sebagai alat pembayaran.
Para manajer keuangan berusaha menerapkan berbagai formula untuk memperkirakan
kestabilan valas secara konstan dalam suatu kurun waktu akuntansi.

Kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs yang tidak diperhatikan sebagai
seorang importir adalah kebangkrutan. Seperti yang terjadi pada tahun 1998, dimana nilai
rupiah terdepresiasi hampir ke angka Rp20.000/$. Dan dampaknya adalah perusahaan
yang tidak melakukan manajemen risiko berupa hedging otomatis bangkrut, karena gagal
dalam pembayaran utang luar negeri dan pembelian bahan baku impor.

Perlu diingat bahwa berbagai formula yang dibuat selalu berdasarkan data dan kondisi
yang terjadi pada masa lalu, karena data masa depan tidak pernah dimiliki sebelum semua
itu dialami. Atas dasar itu kita bisa memberikan kesimpulan bahwa formula yang dibuat
bisa saja tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau melenceng dari yang
diperkirakan semula, namun formula tersebut sudah dapat dijadikan sebagai base concept
pada saat kita akan memprediksi atau membuat indikator-indikator penyebab akan
terjadinya masalah di kemudian hari, serta tentunya diikuti solusi yang harus dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai
berikut:

1 | Manajemen Risiko
1.2.1 Apa itu risiko perubahan kurs?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan kurs?
1.2.3 Bagaimana eksposur terhadap perubahan kurs?
1.2.4 Bagaimana dan seperti apa manajemen risiko perubahan kurs?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini disusun adalah untuk memenuhi kriteria penilaian
dalam mata kulian Manajemen Risiko, dan tujuan lain sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari risiko perubahan kurs.


1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan kurs.
1.3.3 Untuk mengetahui eksposur terhadap perubahan kurs.
1.3.4 Untuk mengetahui cara melakukan manajemen risiko pada perubahan kurs.

2 | Manajemen Risiko
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Risiko Perubahan Kurs

Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh,
kurs Rp/$ barangkali dituliskan sebagai berikut ini: Rp10.000/$. Kurs tersebut
mempunyai arti bahwa satu dolar Ameria Serikat nilainya sama dengan 10.000 rupiah.
Nilai absolut dari kurs tersebut barangkali tdak begitu penting. Dengan kata lain, dalam
kurs di atas, tidak berarti bahwa rupiah merupakan uang yang lebih jelek karena lebih
murah dibandingkan dengan dolar AS. Perubahan kurs barangkali yang lebih penting
diperhatikan. Jika rupiah mempunyai kecenderungan melemah terhadap dolar AS, maka
kecenderungan terssbut bisa mengindikasikan sesuatu. Mata uang suatu negara
merupakan cerminan ekonomi suatu negara. Jika perekonomian suatu negara membaik,
maka mata uang negara tersebut cenderung menguat terhadap mata uang negara lainnya.
Karena itu, jika mata uang suatu negara melemah terhadap mata uang negara lain, maka
ada kemungkinan bahwa kondisi negara tersebut melemah dibandingkan dengan
sebelumnya.

Jika suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka
perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar. Perubahan kurs dilakukan
oleh pemerintah secara resmi. Istilah menguat atau melemahnya mata uang dengan sistem
kurs yang tetap dan bebas bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Ilustrasi

Indonesia pernah mengalami dua sistem kurs yang berbeda. Sebelum krisis pada
tahun 1997, Indonesia menggunakan sisten kurs tetap. Perubahan kurs dilakukan secara
resmi oleh pemerintah. Biasanya pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap dolar.
Sebagai contoh, kurs sebelumnya misalkan Rp2.500/$. Kemudian pemerintah
mendevaluasikan rupiah terhadap dolar menjadi, misal Rp3.000/$. Perhatikan nilai rupiah

3 | Manajemen Risiko
menjadi turun (lebih murah) terhadap dolar. Pemerintah mengumumkan secara resmi
keputusan tersebut.

Pada periode sesudah pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia memutuskan


untuk mengambangkan kurs rupiah. Dalam situasi tersebut, nilai rupiah bergerak naik
atau turun tergantung mekanisme pasar. Sebagaí contoh, jika perusahaan membutuhkan
dolar untuk melunasi utang dalam dolar, permintaan terhadap dolar akan meningkat, yang
menyebabkan naiknya nilai dolar terhadap rupiah (atau turunnya rupiah terhadap dolar).
Pada waktu terjadi bom, rupiah jatuh nilainya terhadap dolar. Dalam kedua contoh
tersebut, rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS. Dalam situasi sebaliknya,
rupiah bisa menguat terhadap dolar (apresiasi), misal dari Rp10.000/$ menjadi
Rp9.000/$. Perubahan tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar, bukannya oleh
pemerintah. Bank Sentral bisa saja melakukan intervensi jika mereka menginginkan kurs
yang tertentu. Tetapi intervensi tersebut biasanya dilakukan melalui mekanisme pasar.

Tabel berikut ini menyajikan contoh perhitungan apresiasí dan depresiasi suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya (perubahan kurs):

Tabel 2. Apresiasi dan Depresiasi Rupiah

Kolom (2) pada tabel di atas menyajikan situasi di mana rupiah melemah dari
Rp10.000/$ pada awal tahun menjadi Rp12.000/$ pada akhir tahun. Dalam situasi
tersebut, dolar mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 20%. Jika kita menggunakan
sudut pandang rupiah, maka kita mengatakan bahwa rupiah melemah terhadap dolar
sebesar 16,67%. Tanda positif menunjukkan penguatan, sementara tanda negatif
menunjukkan pelemahan. Perhatikan bahwa penguatan dolar terhadap rupiah tidak harus

4 | Manajemen Risiko
sama angkanya dengan pelemahan rupiah terhadap dolar. Kolom (3) menyajikan contoh
perhitungan situasi dimana rupiah menguat terhadap dolar.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Kurs

Dalam sistem kurs bebas, kurs bisa berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kurs bisa berubah-ubah. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

2.2.1 Perbedaan Inflasi

Inflasi suatu negara yang lebiht inggi dibandingkan dengan negara lainnya
menyebabkan kurs mata uang negara tersebut melemah. Hubungan yang lebih formal atas
pernyataan tersebut bisa dilihat melalui persamaan kondisi Purchasing Power Parity
sebagai berikut:

𝑒𝑡 𝑡
= (1 + 𝑖ℎ )𝑡 /(1 + 𝑖𝑓 )
𝑒0

Dimana:

et = kurs pada periode t

e0 = kurs pada awal periode

ih = inflasi pada negara domestik (home)

if = inflasi pada negara asing

t = waktu

Sebagai contoh, misalkan kurs awal Rp/$ adalah Rp 10.000/$. Inflasi di Indonesia dan
Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang
menurut tersebut adalah:

e1 = 10.000 (1+0,2)1 / (1+0,05)1 = Rp11.429/$

Menurut kondisi paritas, kurs akhir tahun adalah Rp11.429/$, yang berarti rupiah
mengalami depresiasi terhadap $. Bukti empiris nampaknya mendukung prediksi
tersebut. Sebagai contoh, pada waktu krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun
1997-an, mata uang rupiah mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Pada waktu itu
Indonesia mengalami inflasi yang cukup parah, yaitu mencapai sekitar 50-60% per tahun.

5 | Manajemen Risiko
2.2.2 Perbedaan Tingkat Bunga

Tingkat bunga bisa dibedakam menjadi tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil.
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang bisa diobservasi. Sebagai contoh, jika
kita mendapat informasi tingkat bunga depositio sebesar 12% per tahun, maka tingkat
bunga tersebut merupakan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil tidak bisa
diobservasi secara langsung. Negara yang mempunyai tingkat bunga nominal yang tinggi,
maka mata uangnya cenderung mengalami depresiasi. Secara formal, kondisi paritas
international fisher effect meringkaskan situasi melalui rumus berikut ini.

𝑒𝑡 𝑡
= (1 + 𝑟ℎ )𝑡 /(1 + 𝑟𝑓 )
𝑒0

Dimana:

et = kurs pada periode t

e0 = kurs pada awal periode

ih = tingkat bunga nominal pada negara domestik (home)

if = tingkat bunga nominal pada negara asing

t = waktu

Sebagai contoh, misalkan kurs awal Rp/$ adalah Rp 10.000/$. Tingkat bunga di
Indonesia dan Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. Kurs Rp/$ satu tahun
mendatang menurut model international fisher effect adalah:

e1 = 10.000 (1+0,2)1 / (1+0,05)1 = Rp11.429/$

Menurut prediksi international fisher effect, rupiah melemah menjadi 11.429. Dengan
kata lain, negara yang mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi, mata uangnya akan
cenderung melemah (depresiasi). Bukti empiris nampaknya mendukung prediksi tersebut.
Sebagai contoh, pada waktu krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun 1997an, mata
uang rupiah mengalami kemerosotan yang tajam. Pada waktu itu tingkat bunga di
Indonesia sangat tinggi, mencapai sekitar 60% per tahun.

Tingkat bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Dengan kata lain,
negara yang mempunyai tingkat bunga riil, maka mata uang negara tersebut cenderung

6 | Manajemen Risiko
menguat. Alasannya adalah, uang akan mengalir ke negara dengan tingkat keuntungan
yang lebih tinggi. Sebagai contoh, misalkan tingkat bunga riil di Indonesia adalah 5%,
sedangkan tingkat bunga riil di Amerika Serikat adalah 3%. Dana akan mengalir dari
Amerika Serikat ke Indonesia. Aliran modal tersebut menyebabkan permintaan terhadap
rupiah meningkat sehingga rupiah akan menguat terhadap dolar AS. Pada waktu tingkat
bunga riil keduanya sama, misal sama-sama 4%, aliran dana akan berhenti. Sayangnya
tingkat bunga riil tidak bisa diobservasi langsung. Tingkat bunga tiil tersebut bisa
dihitung secara tidak langsung melalui persamaan berikut ini.

(1 + R) = (1 + a) (1 + i)

Dimana:

R = tingkat bunga nominal

a = tingkat bunga riil

i = inflasi

Persamaan diatas bisa disederhanakan menjadi berikut ini

(1 + R) (1 + a + i + a.i)

Kemudian, karena perkalian a.i menghasilkan angka yang sangat kecil, maka hasil
perkalian tersebut bisa dianggap nol, sehingga persamaan diatas bisa disederhanakan
menjadi:

R=a+i

Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi. Jika inflasi
meningkat, maka tingkat bunga nominal mempunyai kecendrungan meningkat. Karena
itu meningkatnya tingkat bunga nominal biasanya disebabkan oleh meningkatnya inflasi,
dan karena itu mata uang negara cenderung melemah.

2.2.3 Independensi Bank Sentral

Negara yang mempunyai bank sentral yang independen akan cenderung mempunyai
mata uang yang lebih kuat, dan sebaliknya. Yang dimaksud independensi disini adalah
kemampuan bertahan dari tekanan pemerintah yang sedang berkuasa. Presiden yang
berkuasa kadang-kadang tergoda untuk melakukan kebijakan yang populer. Sebagai

7 | Manajemen Risiko
contoh, presiden yang berkuasa ingin menurunkan tingkat pengangguran. Jika tingkat
pengangguran turun, maka presiden tersebut akan kelihatan berhasil di mata masyarakat.
Tetapi cara pintas untuk menurunkan pengangguran adalah dengan mencetak uang
beredar lebih banyak lagi. Uang beredar yang lebih banyak tersebut akan meningkatkan
inflasi. Dengan demikian tingkat pertumbuhan meningkat tetapi disertai dengan
peningkatan inflasi. Jika peningkatan inflasi lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi riil dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi riil negara tersebut menjadi negatif.
Negara yang bank sentral kurang independen akan gampang ditekan untuk mencetak
uang lebih banyak, yang mendorong inflasi, dan menurunkan nilai mata uang negara
tersebut. Negara yang bank sentralnya independen akan bertahan terhadap tekanan
semacam itu, dan bisa mengendalikan inflasi negara tersebut. Mata uang negara semacam
itu akan cenderung menguat.

2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi

Negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik banyak
investor. Banyak investor yang ingin masuk, yang menyebabkan naiknya permintaan
terhadap mata uang tersebut. Mata uang tersebut akan meningkat nilainya karena banyak
permintaan terhadap mata uang tersebut.

2.2.5 Ekspektasi

Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas, sehingga bisa digunakan sebagai alat
investasi. Pengharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekuritas. Jika
investor memperkirakan perusahaan tertentu akan mempunyai prospek yang baik, maka
saham perusahaan tersebut akan meningkat, meskipun saat ini perusahaan tersebut tidak
atau belum mengalami perubahan yang signifikan. Tetapi karena investor cenderung
mengantisipasi, maka investor akan membeli tanpa menunggu kenyataan yang terjadi di
lapangan. Investor harus bertindak cepat atas informasi yang diperolehnya, jika tidak,
maka ia akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

Jika penghapusan terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang suatu negara
akan menguat, dan sebaliknya. Tabel di bawah ini meringkaskan pengaruh faktor-faktor
tersebut. Perlu diingat bahwa dalam kenyataannya banyak faktor yang bekerja bersamaan

8 | Manajemen Risiko
mempengaruhi kurs, sehingga hubungan/pengaruh faktor tersebut terhadap kurs tidak
sejelas yang kita bicarakan.

Tabel 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs

2.3 Eksposur Terhadap Perubahan Kurs

Terdapat 3 jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan
kurs, yaitu: a) Eksposur Transaksi, b) Eksposur Akuntansi dan c) Eksposur Operasi.

a) Eksposur Transaksi

Eksposur transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki


kontrak tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan
terhadap perubahan kurs. Sebagai contoh, misalkan importir Indonesia membeli
barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta. Pembayaran dilakukan tiga bulan
mendatang. Kewajiban melunasi utang dagang tersebut senilai $1 juta rentan
terhadap perubahan kurs di masa mendatang. Jika kurs Rp/$ tiga bulan mendatang
pada saat utangnya jatuh tempo, melemah, maka ia akan mengalami kerugian
karena harus menyediakan rupiah yang lebih banyak. Sebagai contoh, jika kurs
Rp/$ jatuh menjadi Rp 20.000/$, padahal saat ini kurs Rp/$ adalah Rp 10.000/$,
maka ia harus menyediakan rupiah dua kali lebih banyak. Tetapi jika kurs rupiah
tiga bulan mendatang menguat terhadap dolar, importir tersebut memperoleh
keuntungan. Sebagai contoh, misal tiga bulan mendatang kurs Rp/$ menjadi
Rp5.000/$, maka ia akan menyediakan rupiah lebih sedikit (separuh dari rupiah
yang disediakan saat ini). Gambar berikut ini menunjukkan situasi yang dihadapi
oleh importir tersebut.

9 | Manajemen Risiko
Gambar 1. Posisi Spot Importir

Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika rupiah melemah (bergerak ke kanan),


maka importir tersebut mengalami kerugian. Semakin besar pelemahan rupiah,
semakin besar kerugian importir tersebut. Tetapi jika rupiah menguat, importir
tersebut memperoleh keuntungan, karena menyediakan rupiah yang lebih sedikit.
Semakin besar penguatan rupiah (kurs bergerak ke kiri), semakin besar
keuntungan importir tersebut.

Misalkan seorang eksportir menjual barang ke AS, dan akan menerima $1 juta
tiga bulan mendatang. Posisi spot yang dihadapi oleh eksportir tersebut akan
terlihat seperti berikut ini.

Gambar 2. Posisi Spot Eksportir

Gambar tersebut menunjukkan contoh yang berkebalikan dengan sebelumnya.


Jika rupiah melemah, maka eksportir tersebut akan memperoleh keuntungan,
karena ia akan memperoleh rupiah yang lebih banyak. Sebaliknya, jika rupiah
menguat (kurs bergerak ke arah kiri), eksportir tersebut akan mengalami kerugian
karena ia akan menerima rupiah yang lebih sedikit. Ilustrasi di atas menunjukkan

10 | Manajemen Risiko
bahwa eksportir dan importir, karena memasuki kontrak atau transaksi
perdagangan, akhirnya menghadapi risiko perubahan kurs.

b) Eksposur Akuntansi

Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu,
kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan
terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi
semacam itu menghasilkan keuntungan atau kerugian. Sebagai contoh, misalkan
suatu perusahaan multinasional Amerika Serikat, memiliki anak perusahaan di
Indonesia. Misalkan neraca anak perusahaan tersebut pada awal tahun terlihat
berikut ini:

Tabel 4. Akuntansi

Total aset adalah Rp10 juta. Karena neraca tersebut dalam rupiah, sedangkan
perusahaan multinasional tersebut merupakan perusahaan Amerika Serikat, maka
neraca tersebut perlu dikonversi ke $. Misalkan kurs awal tahun adalah Rp5.000/$,
kolom (3) tabel diatas menyajikan hasil dari proses konversi tersebut. Terlihat
bahwa total aset perusahaan adalah $2.000, modal saham adalah $1.200. Misalkan
satu tahun kemudian perusahaan tidak melakukan aktivitas apa-apa, sehingga nilai
ekonomis perusahaan tersebut sama antara awal tahun dengan akhir tahun. Satu-
satunya perbedaan adalah kurs berubah, yaitu rupiah melemah dari Rp5.000/$
menjadi Rp10.000/$. Kolom (4) menyajikan hasil konversi dengan menggunakan
kurs yang baru yaitu Rp10.000/$. Terlihat total aset turun menjadi $1.000, modal

11 | Manajemen Risiko
saham turun nilainya menjadi $600. Penurunan modal saham tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian, yang menyebabkan modal
sahamnya berkurang nilainya. Perhatikan bahwa kerugian tersebut bukan
dikarenakan perubahan nilai ekonomis perusahaan, tetapi semata-mata karena
perubahan kurs. Nilai ekonomis perusahaan sama antara awal tahun dengan akhir
tahun. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menghadapi risiko
perubahan kurs dalam proses konversi laporan keuangannya dari rupiah ke dolar.

c) Eksposur Operasi

Eksposur operasi adalah operasi perushaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Sebagai ilustrasi, misalkan produsen mobil Jepang Toyota menjual mobilnya ke
Amerika Serikat. Jika ten menguat terhadap dolar AS, maka harga mobil Toyota
di Amerika Serikat akan menjadi lebih mahal dibandingkan dengan sebelumnya.
Akibatnya, daya saing mobil Toyota di Amerika Zerikat menjadi turun. Tabel
berikut ini menjelaskan mengapa demikian:

Tabel 5. Operasi

Misalkan harga mobil tersebut adalah 1.000 yen, jika kurs yen/dolar adalah
¥100/$, maka mobil tersebut akan memiliki harga yaitu $10 (1.000/10) di
Amerika Serikat. Misalkan yen menguat terhadap dolar AS, menjadi ¥50/$.
Dengan kurs baru, harga mobil di Amerika Serikat menjadi $20. Terlihat harga
mobil Toyota menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya. Kenaikan harga
tersebut bukan karena kenaikan harga mobil dalam yen (harga mobil dalam yen
tetap), tetapi karena perubahan kurs saja.

Karena harga mobil Toyota di Amerika Serikat semakin mahal, akibat selanjutnya
adalah penjualan Toyota di AS berkurang, yang mengakibatkan kas masuk Toyota
dari penjualan di Amerika Serikat berkurang. Di sisi lain, Toyota harus membayar
input, tenaga kerja di Jepang. Jika pemasukan terganggu, maka operasi Toyota
bisa terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit, padahal pengeluaran

12 | Manajemen Risiko
tetap sama. Toyota dalam contoh diatas dikatakan mempunyai eksposur operasi,
karena operasi Toyota rentan terhadap perubahan kurs.

d) Eksposur Ekonomi

Eksposur operasi digabung dengan eksposur transaksi menjadi eksposur ekonomi

Eksposur Ekonomi = Eksposur operasi + Eksposur transaksi

Eksposur ekonomi adalah nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Sebagai contoh, kembali ke contoh Toyota, karena penjualan Toyota berkurang,
akibatnya adalah menurunnya aliran kas untuk Toyota. Karena aliran kas
berkurang, nilai atau harga saham Toyota bisa turun. Dengan demikian harga
saham Toyota rentan terhadap perubahan kurs.

2.4 Manajemen Risiko Perubahan Kurs

Pembahasan sebelumnya mengidentifikasi perubahan kurs sebagai salah satu sumber


risiko yang dihadapi oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang mempunyai operasi
luar negeri yang signifikan. Eksposur terhadap perubahan kurs tersebut dikelompokkan
kedalam tiga tipe yaitu:

- Eksposur Transaksi

- Eksposur Akuntansi

- Eksposur Operasi

Bagian berikut ini menjelaskan manajemen risiko perubahan kurs untuk masing-
masing eksposur tersebut.

2.4.1 Manajemen Eksposur Transaksi

a) Derivatif

Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir


Amerika Serikat. Importir tersebut harus membayar 1$ juta tiga bulan mendatang.
Importir tersebut dalam hal ini menghadapi risiko perubahan kurs; jika rupiah
melemah, ia akan memperoleh kerugian. Untuk mengelola risiko perubahan kurs

13 | Manajemen Risiko
tersebut, ia bisa melakukan langkah atau hedging dengan derivatif dan instrument
money market.

Karena importir tersebut membutuhkan dolar tiga bulan mendatang, maka dia
dikatakan short $. Short $ adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah,
pemegang posisi short $ akan mengalami kerugian, dan sebaliknya. Sebagai
hedge-nya, importir tersebut bisa membeli 3-bulan $ forward. Posisi long $ adalah
sedemikian rupa jika rupiah melemah, pemegang posisi tersebut memperoleh
keuntungan, dan sebaliknya. Jika rupiah melemah, maka ia akan mengalami
kerugian di posisi spot-nya (hutang yang harus dibayar tersebut), tetapi ia akan
memperoleh keuntungan di posisi forward-nya. Dengan mekanisme tersebut ia
bisa meng-hedge posisinya.

Alternatif dari forward adalah future. Dalam hal ini importir tersebut akan
membeli kontrak futures dengan posisi long futures $. Long Future $ pada
dasarnya sama dengan long $ forward. Alternatif lainnya adalah menggunakan
opsi. Dalam hal ini importir tersebut bisa membeli opsi call atas $. Opsi call
mempunyai karakteristik jika harga pasar asset meningkat, maka pemegang opsi
memperoleh keuntungan. Dalam hal ini jika harga $ meningkat (atau rupiah
melemah), maka ia akan memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut bisa
dipakai untuk menutup kerugian dari posisi spot-nya (yang merugi jika rupiah
melemah).

b) Money-market hedge

Misalkan instrumen derivatif tidak ada, hedging dengan money-market instrument


bisa dilakukan. Misalkan eksportir Indonesia akan memperoleh $1 juta tiga bulan
mendatang. Ia menghadapi risiko perubahan kurs, dan ia ingin menghilangkan
risiko tersebut. Hedging tersebut bisa dilakukan seperti berikut ini. Misalkan
tingkat bunga dalam $ untuk tiga bulan adalah 5%.

T = 0 (Sekarang) Pinjam sebesar $1 Juta/(1,05) = $952,381

Konversi ke rupiah dengan kurs spot Rp10.000/$, untuk


memperoleh rupiah sekitar Rp9,52 miliar

T = 3 (3 Bulan) Memperoleh $1 Juta

14 | Manajemen Risiko
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya,
sehingga ia memperoleh sebesar $952,381 x (1,05) = $1
juta

Perhatikan pada saat sekarang, ketika ia mengkonversi $ ke rupiah, ia sudah


terbebas dari risiko perubahan kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs
rupiah/dollar tiga bulan mendatang, tidak akan berpengaruh terhadap posisinya,
karena ia sudah menerima sekitar Rp9,52 miliar.

c) Risk Shifting

Misalkan perusahaan computer notebook menjual produknya di Indonesia.


Karena komponen notebook diimpor dari luar negeri, maka harga notebook akan
sangat tergantung kurs yang berlaku. Jika rupiah menguat, harga akan mengalami
penurunan dan sebaliknya. Misalkan perusahaan tersebut tidak ingin pusing
dengan perubahan kurs, karena ia ingin memfokuskan pada pembuatan computer,
bagaimana cara yang bisa dilakukan? perusahaan tersebut bisa menggeser risiko
perubahan kurs ke konsumen. Dalam hal ini perusahaan akan menetapkan harga
dalam dollar (misal $1.500), apapun yang terjadi dengan kurs. Dengan cara
semacam itu, perusahaan tidak perlu pusing memikirkan perubahan kurs.
Sebaliknya, konsumen yang akan pusing memikirkan perubahan kurs. Cara
semacam itu bisa dilakukan jika posisi tawar menawar perusahaan lebih kuat
dibandingkan dengan konsumen (misal satu-satunya oenjual atau semua penjual
juga mengimpor notebook dari luar negeri). Jika posisi konsumen lebih kuat
dibandingkan dengan produsen, maka hal yang sebaliknya bisa terjadi, yaitu risiko
dialihkan dari konsumen ke produsen.

d) Netting Exposure

Netting exposure dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan


sehingga eksposur bersihnya adalah nol. Misalkan perusahaan Indonesia
meminjam dalam dollar. Dalam hal ini perusahaan tersebut menghadapi risiko
perubahan kurs. Jika rupiah melemah, perusahaan tersebut akan menghadapi
masalah. Untuk menghilangkan risiko perubahan kurs tersebut, perusahaan bisa
menjual ke luar negeri (ekspor) sehingga perusahaan tersebut akan memperoleh

15 | Manajemen Risiko
dollar. Perhatikan, dia mempunya dollar (long dollar), di sisi lain, dia
membutuhkan dollar (short dollar). Gabungan antara kedua posisi tersebut
menghasilkan eksposur bersih nol (atau kecil) perubahan kurs tidak akan
mempengaruhi perusahaan tersebut.

2.4.2 Manajemen Eksposur Akuntansi

Eksposur akuntasi terjadi jika perusahaan, khususnya perusahaan multinasional,


melakukan konversi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Sebagai contoh, perusahaan multinasional AS mempunyai anak perusahaan di
Indonesia. Laporan keuangan perusahaan Indonesia (dalam rupiah) akan
dikonsolidasikan ke $. Dalam proses konversi tersebut ada kemungkinan timbul
rugi/untung, karena perubahan kurs. Manajemen terhadap eksposur akuntansi bisa
dilakukan dengan menyesuaikan asset atau kewajiban tergantung prediksi kurs di
masa mendatang. Table berikut ini menyajikan manajemen eksposur akuntansi:

Tabel 6. Eksposur Akuntansi

Dalam situai ini (perusahaan MNC AS), jika rupiah diperkirakan melemah, maka
alternatif yang bisa dilakukan adalah mengurangi asset (misal kas cepat-cepat
dipindahkan ke dollar) dan/atau menambah kewajiban (misal menambah hutang
dalam rupiah). Tetapi cara seperti itu tidak sepenuhnya menghilangkan risiko,
karena kita masih menebak-nebak arah perubahan kurs. Dalam hal ini kita
melakukan spekulasi. Jika tebakan kita salah, maka kita akan merugi. Jika pasar
sudah efisien, maka alternatif semacam itu tidak akan menghasilkan keuntungan.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian
alternative lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian
yang muncul akibat perunahan kurs. Misalkan perunahan menghadapi situasi
semacam ini.

16 | Manajemen Risiko
Tabel 7. Kalkulasi

Perhatikan jika rupiah melemah dari Rp5.000/$ menjadi Rp10.000/$, perusahaan


tersebut mengalami kerugian. Hedging yang bisa dilakukan adalah dengan
menjual rupiah forward (karena perusahaan AS). Misalkan perusahaan bisa
menemukan partner yang bersedia menjual dollar forward satu tahun dengan kurs
Rp5.000/$. Tahun depan, nilai modal dalam dollar adalah $1.200, karena
perusahaan bisa menjual rupiah dengan kurs Rp5.000/$, meskipun kurs spot-nya
adalah Rp10.000/$.

2.4.3 Manajemen Eksposur Operasi

Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs akan mengakibatkan


terganggunya operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi bisa dilakukan
sebagai berikut.

- Jangka pendek. Memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan


perusahaan.

- Jangka Panjang. Mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap


perubahan kurs.

Memanfaatkan Situasi Perubahan Kurs

Misalkan perusahaan Jepang sedang bersiap-siap untuk meluncurkan produk baru


di Amerika Serikat. Tiba-tiba yen melemah signifikan terhadap dollar. Bagaimana
memanfaatkan kesempatan tersebut? salah satu cara adalah dengan mempercepat
peluncuran produk tersebut di Amerika Serikat. Jika yen melemah terhadap dollar,

17 | Manajemen Risiko
maka harga produk tersebut dalam $ akan menurun. Karena harganya turun, maka
situasi tersebut merupakan kesempatan baik untuk merebut pangsa pasar di
Amerika Serikat.

Mengurangi Sensitivitas Operasi Perusahaan Terhadap Perubahan Kurs

Dalam jangka Panjang operasi perusahaan sebaiknya dibuat menjadi lebih tahan
(tidak sesitif) terhadap perubahan kurs, supaya manajer lebih bisa memusatkan
perhatiannya ke aspek non-kurs (pemasaran, produksi) sehingga bisa membuat
produk yang bisa memuaskan konsumen. Pengurangan sensitivitas tersebut pada
dasarnya merubah produk atau konsumen agar menjadi tidak sensitive terhadap
perubahan harga, maka perubahan kurs tidak akan banyak berpengaruh terhadap
permintaan produk tersebut. Pengurangan sensitivitas tersebut bisa dilakukan
dengan melalui beberapa cara seperti berikut:

a) Aspek Pemasaran. Perusahaan bisa mmebuat pemasaran yang membuat


konsumen berkurang sensitivitasnya terhadap kurs, misal dengan
mendiferensiasikan produknya (diferensiasi versus komuditas). Produk
terdiferensiasi mempunyai fitur tertentu yang menarik konsumen untuk
membeli. Konsumen membeli bukan karena harga melainkan karena fitur
tersebut. Sebagai contoh sedan BMW atau Mercedes mendiferensiasikan diri
sebagai sedan kelas atas. Konsumen membeli sedan tersebut bukan karena
harga, melainkan karena fitur kemewahan, prestise, dan kenyamanan.

b) Cara lain adalah dengan mendiversifikasikan pasar di luar negeri. Sebagai


contoh, jika suatu perusahaan di Jepang, 90% ekspornya ke Amerika Serikat,
maka penguatan yen terhadap dollar akan menimbulkan masalah. Perusahaan
tersebut bisa mendiversifikasikan pasarnya sehingga akan mengekspor
produknya ke AS, Inggris, Indoensia, India, dan lainnya. Penguatan yen
terhadap dollar kemungkinan dikompensasi oleh pelemahan yen terhadap,
misal rupiah.

c) Aspek Produksi. Perusahaan bisa melakukan manajemen eksposur operasi


melalui aspek produksi. Sebagai contoh, perusahaan bisa mendiversifikasikan
input-nya. Misalkan suatu perusahaan jepang menghadapi masalah dengan

18 | Manajemen Risiko
penguatan yen terhadap dollar. Jika perusahaan tersebut membeli input-nya
tidak hanya dari Jepang, tetapi juga dari negara lain, seperti Indonesia, India,
Inggris, dan lainnya. Penguatan yen tersebut akan dikompensasi oleh
penguatan yen terhadap mata uang lain, perusahaan bisa memindahkan
fasilitas produksinya. Sebagai contoh, untuk menghadapi kenaikan nilai yen
terhadap dollar yang diperkirakan permanen (jangka Panjang), Toyota
memutuskan untuk mendirikan fasilitas pabrik di Amerika Serikat. Dengan
cara tersebut Toyota bisa mengurangi dampak negative penguatan yen
tersebut, karena sebagian input Toyota dan tenaga kerjanya berasal dari
Amerika Serikat, dan dibayar dalam $.

d) Aspek lain. Masih banyak aspek/ teknik lain yang bisa digunakan manajemen
eksposur operasi. Sebagai contoh, perusahaan Jepang yang menjual
produknya ke Amerika Serikat akan menerima $. Perusahaan tersebut bisa
meminjam dalam $. Sehingga eksposur bersihnya adalah nol (antara
pendapatan $ dengan pembayaran hutang $ akan saling mengkompensasi).

19 | Manajemen Risiko
BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan

Risiko perubahan kurs terjadi karena kurs berubah-ubah. Kurs berubah karena
dipengaruhi oleh banyak faktor. Perubahan kurs tersebut memunculkan eksposur, yang
biasanya dikategorikan sebagai eksposur transaksi, akuntansi dan operasi. Eksposur
transaksi ditambah dengan eksposur operasi menjadi eksposur ekonomi. Untuk
mengelola risiko dari perubahan kurs, maka dikelola berdasarkan tipe eksposur yang
dihadapi oleh perusahaan, yaitu eksposur transaksi, akuntansi dan operasi. Untuk masing-
masing eksposur tersebut, beberapa alternatif manajemen risiko bisa dilakukan.

3.2 Saran

Ketahuilah tipe dari eksposur yang muncul, karena beda eksposur beda teknik
manajemen risiko yang bisa diterapkan. Misal. Eksposur karena transaksi luar negeri,
dapat diatasi dengan teknik hedging.

20 | Manajemen Risiko
DAFTAR PUSTAKA

Mamduh, M. Hanafi, 2016, Manajemen Risiko (Edisi Ketiga), Yogyakarta: UPP STIM
YKPN

Yap, Pardjo, 2017, Manajemen Risiko Perusahaan, Jakarta: Growing Publishing.

21 | Manajemen Risiko

Anda mungkin juga menyukai