Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN

“ASSETS DAN LIABILITY MANAGEMENT”

OLEH KELOMPOK 5
I KADEK REDY IRAWAN (1607522027)
PUTU AGUS YUDIAWAN (1607522029)
ANDARDO ERDE PRADANA PUTERA (1607522030)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….... iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……….………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. 2

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Mengkaji strategi manajemen asset dan liability…………………………….… 3

2.2 Peranan, tujuan dan ruang lingkup asset dan liability manajemen…………..… 13

2.3 Mengkaji dampak perubahan suku bunga pada manajemen asset dan liability...18

BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan……………………………………………………………………….. 25

3.2 Saran…………………………………………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tahap II…………………………………………………………….…….. 4


Tabel 2. Kelemahan dan Kelebihan The Pooled………………………………..…. 7
Tabel 3. Kelemahan dan Kelebihan Asset Allocation………………………………9
Tabel 4. BU dan BUS……………………………………………………………… 11
Tabel 5. Sanksi GWM………………………………………………………………12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. The Pooled of Funds Approach………………………………………... 6

Gambar 2. The Assets Allocation Approach…………………………………….… 8

Gambar 3. Manajemen Pasiva……………………………………………………... 13

Gambar 4. Jumlah Dana Pinjaman………………………………………………….19

Gambar 5. Kurva Yield atas treasury sekuritas (oktober 2004 & 2005)…………... 22

Gambar 6. Spread antara suku bunga jangka pendek dan panjang……………..…. 23

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya Bank adalah lembaga intermediasi antara pihak yang memiliki
surplus dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tabungan hanya akan berguna
apabila diinvestasikan, sedangkan para penabung tidak sanggup melakukannya sendiri
dengan terampil dan sukses. Nasabah mau menyimpan dananya di bank karena ia percaya
bahwa bank dapat memilih alternatif investasi yang menarik.

Proses pemilihan investasi itu harus dilakukan dengan seksama karena kesalahan
dalam pemilihan investasi akan membawa akibat bank tidak bisa memenuhi
kewajibannya kepada para nasabah. Pada umumnya, bank mengkoordinasikan fungsi
tersebut melalui apa yang disebut dengan Asset-Liability Management Committee atau
disingkat ALCO.

Tugas utama manajemen aset/ liabilitas adalah memaksimalkan laba, meminimalkan


risiko, dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi risiko yang dihadapi oleh
bank konvensional juga dihadapi oleh bank syariah, kecuali risiko tingkat bunga, karena
prinsip profit and loss sharing yang menjadi sistem operasionalnya.

Fokus management asset dan liabilitas adalah mengkoordinasikan portofoliio asset-


liabilitas bank dalam rangka memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang dibagikan
kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan
likuiditas dan kehati-hatian.

Menurut Bambang (2000), manajemen asset dan liabilitas mempunyai fungsi dan
kebijakan dalam menjalankan strategi penentuan harga, baik dalam bidang lending
maupun funding, secara umum, tanggung jawab ALMA adalah mengelola posisi dan
alokasi dana-dana bank agar tersedia likuiditas yang cukup, memaksimalkan profit dan
meminimalkan resiko.

Dengan demikian maka penting untuk mempelajari assets dan liability bank agar
nantinya bila kita menjadi pemimpin suatu bank, bisa mengalokasikan asset dan
menyesuaikan liability yang dapat ditolerir. Sehingga memberikan keuntungan pada bank
dan nasabah.

1 |Assets and Liability Management


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai
berikut;

a) Bagaimana strategi manajemen asset dan liability?

b) Apa saja peranan, tujuan dan ruang lingkup asset dan liability manajemen?

c) Bagaimana dampak perubahan suku bunga pada manajemen asset dan liability?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini disusun adalah untuk memenuhi penilaian dalam
kelas, dan tujuan lain sebagai berikut;

a) Untuk mengetahui strategi manajemen asset dan liability?

b) Untuk mengetahui dan memahami peranan, tujuan dan ruang lingkup asset dan
liability manajemen?

c) Untuk mengetahui dampak perubahan suku bunga pada manajemen asset dan
liability?

2 |Assets and Liability Management


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Mengkaji Strategi Manajemen Aset dan Liability

Asset dan Liability Manajemen (ALMA) adalah suatu proses planning, organizing,
actuating dan controlling melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan
menetapkan strategi terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain
liquidity risk, interest rate risk profile, currency risk, loan pricing risk dan default risk
dalam menunjang pencapaian keuntungan bank. Selain itu, ALMA juga melakukan
penetapan kebijakan di bidang pengelolaan:

- Permodalan (Equity)

- Pemupukan Dana (Funding)

- Penggunaan Dana (Asset)

Menurut Sinkey dalam assets and liability management, ada tiga tahap pendekatan
yang digunakan. Meliputi;

a) Tahap I (General)

Yaitu tahap-tahap secara umum dalam mengelola dan mengelompokkan Asset


dan liability bank, yang secara garis besarnya dikelompokkan:

Asset Management Liability Management

Capital Management

Pada tahap ini, pengelompokkannya masih bersifat umum, sesuai struktur laporan
keuangan yang tampak pada neraca bank secara garis besar.

b) Tahap II (Specific)

Pada tahap ini pengelompokannya sudah lebih spesifik dan rinci baik dari sisi
asset maupun liability dan modal dengan komposisi sebagai berikut.

Reserve Position Asset Management Reserve Position Liability


Management
Liquidity Management Generalized Loan Position

3 |Assets and Liability Management


Investment Management Long Term Debt Management
Loan Management
Fixed Asset Management Capital Management
Tabel 1. Tahap II

c) Tahap III (Balance Sheet Generates The Income and Expense)

Dalam tahap ini sudah mulai lebih rinci lagi dibandingkan tahap-tahap
sebelumnya, yang akhirnya untuk melihat kemampuan bank dalam menghasilkan
keuntungan, dengan formula sebagai berikut;

Profit = Revenue – Interest Cost – Overhead – Taxes

Kebijakan untuk mencapai tujuan dimaksud adalah dengan melakukan:

- Spread Management

- Control of “burden”

- Liquidity Management

- Tax Management

- Management of “Off-Balance Sheet Activities”

Dalam tahap ini sudah dilakukan pemisahan manajemen, melakukan kontrol-


kontrol terhadap hal-hal yang bersifat menjadi beban. Demikian pula dengan
pengelolaan manajemen likuiditas, agar tidak terjadi over liquid atau sebaliknya.

Strategi Managemen Aset (Aktiva)

Lembaga keuangan tidak selalu memiliki pandangan yang 100 persen terintegrasi dari
aset dan liability. Pandangan manajemen aset ini berpegang bahwa jumlah jenis dari
deposito yang dipegang institusi deposit dan volume dari pinjaman dana lain yang mampu
ditarik sangat ditentukan oleh pelanggannya. Pada pandangan ini, masyarakat
menentukan jumlah relatif dari deposito yang dapat dicekal, penyimpanan akun, daN
sumber – sumber lain yang tersedia untuk institusi depository. Manajer keuangan bisa
berhati-hati hanya pada alokasi dari dana yang masuk dengan memutuskan siapa yang
menerima jumlah pinjaman yang sedikit dan apa syarat pada pinjaman tersebut. Memang,
terdapat beberapa logika dibalik pendekatan manajemen aset ini karena, sebelum ada

4 |Assets and Liability Management


deregulasi pemerintah, tipe deposito, bunga yang ditawarkan, dan sumber dana non
deposit yang bisa ditarik oleh institusi depository diatur dengan ketat. Manajer hanya
memiliki kebebasan yang terbatas dalam membentuk sumber dana.

Aset manajemen merupakan suatu terminology yang telah menggambarkan


penggunaan dana di antara berbagai alternatif investasi yang meliputi:

- Reserve Position Management

- Liquidity Management

- Investment Management

- Loan Management

- Fixed Asset Management

Faktor-faktor yang mendorong Aset Managemen:

- Dana pihak ke-3 yang dihimpun harus dikelola sesuai aturan yang telah ditetapkan
oleh otoritas moneter (government regulation).

- Debitur menginginkan tingkat bunga lebih rendah di lain pihak pemilik dana
(deposan) menginginkan imbalan suku bunga yang tinggi (interest rate gap).

- Harapan investor untuk mendapatkan rate of return yang tinggi untuk meng-cover
tingkat risiko yang mungkin dialami (owner objective).

Konsep yang memberikan prioritas dari aset yang dilakukan oleh pendanaan suatu
bank adalah tergantung pada beberapa aspek yang harus diperhitungkan, menurut
Timothy W. Koh adalah sebagai berikut:

- Bank Building

- Primary atau Cash Reserve

- Secondary atau Liquidity Reserve

- Customer Loan Portofolio

- “Permanent” Bond Portofolio

5 |Assets and Liability Management


Aplikasi penggunaan skim ini dapat menggunakan pendekatan dari sisi sebagai
berikut:

The Pooled of Funds Approach

Prinsip ini tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh bank, baik
secara kelompok dalam artian sumber rekening maupun secara individu dalam arti
lembaga yang menyimpan uang di bank. Dengan demikian langkah yang dilakukan untuk
mengalokasikan pada dasarnya adalah sebagai berikut:

- Seluruh sumber dana digabungkan menjadi satu

- Pengalokasian dananya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan


menghasilkan pendapatan sesuai yang direncanakan tanpa melihat sumber dana
yang digunakan tersebut.

Dalam metode ini pendekatannya menggunakan semua sumber dana yang diperoleh
bank dikumpulkan apakah dana tersebut berasal dari simpanan giro nasabah, tabungan
dan simpanan berjangka semua di pool menjadi satu, kemudian dialokasikan berurutan
sesuai dengan kebutuhannya. Mula-mula digunakan untuk Primary Reserve, lalu
Secondary Reserve dan penempatan pada Interbank Money Market, pemberian kredit
kepada nasabah debitur, investasi atau penyertaan dan pembelian fixed assets untuk
tempat kegiatan operasional perbankan yang bersangkutan.

Sumber Dana: Penggunaan Dana:


- Giro - Primary Reserve
- Tabungan - Secondary
- Deposito Reserve
- Pinjaman - Loan
- Modal - Fixed Assets

Gambar 1. The Pooled of Funds Approach

Kelebihan dan Kelemahan The Pooled of Funds Approach

Kelebihan Kelemahan

6 |Assets and Liability Management


- Perhitungan biaya relatif sederhana. - Tidak diberikan dasar untuk
- Pengelolaannya tidak kompleks. memperkirakan standar likuiditasnya.
- Tidak terdapat pertimbangan terhadap
perubahan giro, tabungan, deposito,
dan sumber lainnya.
- Mengabaikan likuiditas yang berasal
dari portofolio kredit melalui
pembayaran cicilan dana bunga secara
terus-menerus.
- Memperkecil peranan cadangan
sekunder sebagai sumber likuiditas.
- Mengabaikan kenyataan mengenai
kemampuan bank untuk memperoleh
laba dari operasinya.
- Mengabaikan peran interaksi aktiva
dan pasiva dalam penyediaan
likuiditas secara musiman.
Tabel 2. Kelemahan dan Kelebihan The Pooled

The Assets Allocation Approach

Berbeda dengan konsep Pool of Fund Approach yang tidak membedakan sumber dana
yang dapat dihimpun oleh suatu bank, menurut konsep ini menunjuk pada kenyataan
bahwa sumber dana yang dihimpun terdiri atas giro, tabungan, deposito berjangka,
sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya, pinjaman yang diterima dari bank
lain dan modal bank yang disetor oleh pemilik, dimana masing-masing dana tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Giro misalnya, sumber dana ini setiap saat dapat ditarik oleh pemiliknya dan sumber
dana ini kecenderungan digunakan hanya untuk penampungan transaksi operasional
perusahaan atau perorangan atau lembaga sehingga sangat volatile. Lalu tabungan,
walaupun memiliki karakteristik yang hampir sama dengan giro jika ditinjau dari sisi
penarikan dana dari bank, tetapi sumber dana ini kecenderungannya lebih berjangka
panjang dibandingkan giro. Hal ini sejalan dengan sifat rekening tersebut yang

7 |Assets and Liability Management


merupakan penampungan bagi nasabah individual untuk menabung kelebihan uangnya
untuk kepentingan berjaga-jaga atau memenuhi kebutuhan masa yang akan datang.

Dalam metode ini pendekatan menggunakan sumber dana yang diperoleh bank,
misalnya jika sumber dana berasal dari giro nasabah maka penggunaannya diprioritaskan
untuk primary reserve dan secondary reserve, sedangkan yang berasal dari tabungan bisa
digunakan untuk penanaman antarbank atau interbank money market, yang berasal dari
simpanan berjangka digunakan untuk membiayai kredit jangka pendek debitur.

Untuk membeli fixed assets digunakan dana yang berasal dari modal bank dan laba
yang tidak digunakan atau dapat juga dibiayai dengan pinjaman subordinasi yang
diperoleh bank, baik berasal dari subsidiary atau pemilik.

Sumber Dana Penggunaan Dana


Giro Primary Reserve

Tabungan Secondary Reserve

Deposito Loan

Pinjaman Other Securities

Modal
Fixed Assets
Gambar 2. The Assets Allocation Approach

Kelebihan dan Kelemahan The Assets Allocation Approach

Kelebihan Kelemahan
- Mengalihkan penekanan likuiditas - Keputusan mengenai jumlah likuiditas
kepada profitabilitas. dilakukan berdasarkan perkiraan atau
- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas perputaran simpanan.
mengalami penurunan sehingga - Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang
alokasi dana dapat dialihkan lebih menyebabkan keuntungan menjadi
banyak pada penyaluran kredit dan berkurang.
penanaman modal dalam surat-surat - Portofolio kredit dianggap sama sekali
tidak likuid sehingga kredit tidak

8 |Assets and Liability Management


berharga yang memiliki keuntungan dianggap sebagai sumber likuiditas
lebih tinggi. yang potensial.
- Keputusan mengenai menajemen
aktiva-pasiva dibuat secara
independen.
Tabel 3. Kelemahan dan Kelebihan Asset Allocation

Secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat
dalam bentuk-bentuk berikut, menurut Sigit Triandaru & Totok Budisantoso:

a) Cadangan likuiditas

Sesuai dengan namanya, aktiva ini terutama ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan likuiditas jangka pendek. Sebagai konsekuensinya, risiko dari aktiva
ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu banyak mengharapkan adanya
penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari aktiva ini, bahkan kadang-kadang
aktiva ini disebut sebagai aktiva tidak produktif (idle fund), yang terbagi menjadi
dua kategori:

- Cadangan primer (primary reserve)

Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas, saldo pada bank sentral, saldo
pada bank lain, dan warkat pada proses penagihan. Aktiva ini ditujukan
terutama untuk memenuhi ketentuan reserve requirement yang ditentukan
oleh bank sentral dan juga untuk kegiatan usaha sehari-hari seperti: penarikan
dana oleh nasabah, penyelesaian kliring, pemberian kredit, kewajiban yang
akan jatuh tempo.

- Cadangan sekunder (secondary reserve)

Di Indonesia, aktiva ini disebut sebagai Surat Berharga Pasar Uang (SBPU),
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito.
SBPU adalah surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan
dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia. Fasilitas diskonto adalah
penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes dan
wesel yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto. Pada saat bank
memiliki kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam
SBPU, dan menjualnya kembali saat mengalami likuiditas.

9 |Assets and Liability Management


b) Penyaluran Kredit (Loan)

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau


kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu.
Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.

c) Investasi

Alokasi dana pada aktiva dengan rate of return yang cukup tinggi selain dapat
berupa penyaluran kredit, dapat juga berupa investasi. Investasi dapat berupa
penanaman dana dalam surat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau
berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain. Bentuk dari surat berharga
tersebut antara lain saham dan obligasi.

d) Aktiva tetap (Fixed Assets)

Aktiva tetap dan inventaris tergolong sebagai aktiva yang tidak produktif dalam
menghasilkan penerimaan dan oleh BI dipandang sebagai aktiva yang risikonya
cukup tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar, atau
hilangnya dari aktiva tetap dan inventaris. Meskipun aktiva ini tidak produktif,
tidak likuid, dan cukup berisiko, bank tetap perlu mengalokasikan dananya untuk
aktiva ini karena bank memerlukan kantor, mobil, komputer dan aktiva lainnya.

Liquidity Management

Merupakan suatu monitoring secara terus menerus akan kebutuhan kas yang seketika
dihadapi bank baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam melakukan kegiatan
bank, manajemen likuiditas memegang peranan penting, karena sesuai dengan data
empiris bahwa sebagian besar bank dananya berasal dari pihak ketiga dan pihak kedua,
yang berasal dari modal tidak lebih dari 10% dari seluruh sumber dana bank.

Pemenuhan kebutuhan likuiditas ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan Giro


Wajib Minimum yaitu berupa Giro pada BI dan pengelolaan kas untuk memenuhi
operasional sehari-hari bank, kedua aktivitas ini tegolong assets yang tidak menghasilkan

10 |Assets and Liability Management


tetapi harus menjadi perhatian utama manajemen bank untuk memantau kecukupannya.
Kunci yang harus dilakukan bank agar senantiasa likuid adalah sebagai berikut;

a) Memiliki primary reserve yang sesuai dengan likuiditasnya.

Primary reserve yang ditetapkan oleh Bank Indonesia minimal 5% dari total Dana
Pihak Ketiga untuk valuta Rupiah dan 3% dari dana Pihak Ketiga untuk valuta
asing dalam GWM, dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:

Bank Umum Bank Umum Syariah


- DPK > Rp 1 s/d 10 Triliun wajib - DPK > Rp 1 s/d 10 Triliun wajib
memelihara GWM tambahan memelihara GWM tambahan
dalam rupiah sebesar 1% dari dalam rupiah sebesar 1% dari
DPK. DPK.
- DPK > Rp 10 s/d 50 Triliun wajib - DPK > Rp 10 s/d 50 Triliun wajib
memilihara GWM tambahan memilihara GWM tambahan
dalam rupiah sebesar 2% dari DPK dalam rupiah sebesar 2% dari DPK
rupiah. rupiah.
- DPK > Rp 50 Triliun wajib - DPK > Rp 50 Triliun wajib
memelihara GWM tambahan memelihara GWM tambahan
sebesar 3% dari DPK rupiah. sebesar 3% dari DPK rupiah.
- DPK < Rp 1 Triliun tidak - Bagi rasio pembiayaan dalam
dikenakan GWM tambahan. rupiah terhadap DPK sebesar 80%
atau lebih, dan atau yang memiliki
DPK dalam rupiah sampai dengan
Rp 1 Triliun tidak dikenakan
tambahan GWM.
Tabel 4. BU dan BUS

Rumus GWM:

Giro BI
Ratio = 𝑥 100%
DPK rata−rata 1 masa pada 2 periode sebelumnya

Sanksi atas pelanggaran GWM

Bank Umum Konvensional Bank Umum Syariah

11 |Assets and Liability Management


Saldo rekening rupiah positif: Saldo rekening rupiah positif:
- Membayar denda 125% atas - Sanksi sebesar 125% dari Pasar
kekurangan GWM dari rata-rata Uang Antar Bank Syariah
suku bunga jangka waktu 1 hari (PUAS), terhadap kekurangan
dari JIBOR. GWM dalam rupiah.
Saldo rekening rupiah negatif: Saldo rekening rupiah negatif:
- Membayar denda 125% dari rata- - Sanksi membayar denda 125%
rata suku bunga overnight dari dari PUAS, ditambah 150% dari
JIBOR, ditambah 150% dari suku tingkat imbalan PUAS terhadap
bunga Pasar Uang Antar Bank saldo negatif setiap pelanggaran.
(PUAB).
Bila GWM valas, dikenakan sanksi Bila GWM valas, dikenakan sanksi
denda sebesar 0.04% atas dasar selisih denda sebesar 0.04% atas dasar selisih
saldo rekening giro valas BI dengan saldo rekening giro valas BI dengan
sistem akunting BI. sistem akunting BI.
Tabel 5. Sanksi GWM

b) Memiliki secondary reserve yang baik.

Adalah cadangan yang berfungsi sebagai penyangga primary reserve, ditanam


dalam bentuk investasi jangka pendek dan tetap current. Baik dalm kondisi normal
apalagi kondisi krisis atau pasar sedang ketat, kebutuhan likuiditas sangat sulit
untuk diantisipasi dan dipenuhi segera terutama jika terjadi rush. Maka surat
berharga harus memiliki kriteria:

- Short terms (jangka pendek)

- High Quality (berkualitas tinggi)

- Marketable (mudah diperjualbelikan)

c) Mempunyai akses ke pasar uang untuk mendapatkan dana setiap diperlukan.

Strategi Managemen Liability (Pasiva)

Manajemen pasiva atau liability management (Dahlan Siamat: 1993 hal. 142) adalah
suatu proses di mana bank berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang non

12 |Assets and Liability Management


tradisional melalui pinjaman di pasar uang atau dengan menerbitkan instrument utang
untuk digunakan secara menguntungkan terutama untuk memenuhi permintaan kredit.

Secara umum dapat diartikan bahwa manajemen pasiva adalah usaha untuk
mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan operasional bank, baik melalui
penghimpunan dana pihak ketiga (masyarakat), dana pihak kedua yang dapat dihimpun
melalui pasar uang atau pasar modal maupun yang berasal dari pihak pertama (pemilik)
melalui pasar modal.

Tujuannya adalah untuk mengambil kendali atas sumber dana yang sebanding
dengan kendali manajer keuangan yang sudah dipraktikan atas aset mereka. Kunci
kendali adalah tingkat suku bunga dan syarat yang ditawarkan pada deposito dan
pinjaman lain. Sebagai contoh, seorang pemberi pinjaman dihadapkan dengan tingginya
permintaan pinjaman yang melebihi dana yang tersedia sehingga dengan meningkatkan
bunga pinjaman pada peminjam yang relatif dengan pesaingnya, maka dana akan masuk
mengalir.

Gambar 3. Manajemen Pasiva

2.2 Peranan, Tujuan dan Ruang Lingkup Aset dan Liability Manajemen

Tugas utama manajemen aset/liabilitas adalah memaksimalkan laba, meminimalkan


risiko, dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi risiko yang dihadapi oleh
bank konvensional juga dihadapi oleh bank syariah, kecuali risiko tingkat bunga, karena
prinsip profit and loss sharing yang menjadi sistem operasionalnya.

13 |Assets and Liability Management


Fokus manajemen aset dan liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio aset-
liabilitas bank dalam rangka memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang dibagikan
kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan
likuiditas dan kehati-hatian. Strategi manajemen likuiditas akan sangat terkait dengan
tujuan penggunaan likuiditas. Namun dalam menerapkan strategi manajemen yang akan
diambil sangat tergantung kepada skil manager likuiditas yang ada, keandalan dari
management information system yang dimiliki serta perlu dipertimbangkan kondisi
likuiditas pasar dan kebutuhan likuiditas baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.

Untuk lebih memudahkan dan memahami bidang tugas manajemn aset dan liability,
Fungsi-fungsi utama yang terdapat dalam Manajemen Asset dan Liabilitas adalah:

a) Manajemen Likuiditas

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan


dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun
komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Pengelolaan
likuiditas tersebut dilakukan untuk memenuhi pekerjaan-pekerjaan sebagai
berikut:

- Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang.


- Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan.
- Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar.

Dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul
antara lain:

- Risiko pendanaan (funding risk). Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup
dana untuk memenuhi kewajibannya.

- Risiko bunga (interest risk). Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga
dalam aset maupun liabilities dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat
keuntungan yang akan diperoleh.

b) Manajemen Gap (Mismatch)

14 |Assets and Liability Management


Manajemen Gap merupakan upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan
kesenjangan (gap) antara aset dan liabilities pada suatu periode yang sama,
meliputi kesenjangan dalam hal jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo atau
perpaduan antara ketiganya. Atau dengan kata lain manajemen gap adalah upaya
untuk mengatasi perbedaan (mismatch) antara aset yang sensitif terhadap bunga
(Rate Sensitive Assets/RSA) dan pasiva yang sensitif terhadap bunga (Rate
Sensitive Liabilities/RSL).

Secara singkat gap dirumuskan

GAP = RSA – RSL

Manajemen Gap bertujuan untuk:

- Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga.

- Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu.

- Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.

- Mengelola risiko serendah mungkin.

- Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat


suku bunga yang wajar.

c) Manajemen Valuta Asing

Adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu Negara. Kegiatan
jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas.
Pasar valas dapat dikatakan sebagai transaksi jual beli melalui jaringan
komunikasi antara bank-bank, broker atau deler di seluruh dunia yang dilakukan
di ruangan masing-masing bank yang telah dilengkapi dengan jaringan
komunikasi. Manajemen valas ditujukan untuk membatasi posisi eksposur
masing-masing mata uang asing (foreign currency) serta memonitor kegiatan jual
beli valas supaya posisinya terkendali. Secara garis besar tindakan manajemen
valas dapat berupa:

- Pengendalian kesejahteraan mata uang asing, yang meliputi rekayasa


portofolio masing masing mata uang,

15 |Assets and Liability Management


- Pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar, yang meliputi penetapan
break even exchange rate,

d) Manajemen Pricing

Manajemen princing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat


suku bunga dari produk-produk yang ditawarkan bank, abik disisi aset maupun
liabilities. Tujuan utama dari manejemen princing tersebut adalah untuk
mendukung strategi dan taktis aset liabiliti manajemenbank dalam mencapai
tujuan-tujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan penghasilan bank.

Tujuan Aset Liability manajemen

ALMA berfungsi memberikan rekomendasi pada manajemen bank agar dapat


meminimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap dalam
koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, ALMA yang kuat dan
berkualitas akan memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis
bank. Tujuan dari ALMA adalah untuk menjaga kesehatan bank yang dapat diukur
dengan RGEC serta melakukan antisipasi terhadap perubahan eksternal yang berkaitan
dengan inflasi dan tingkat suku bunga serta perubahan atas nilai tukar mata uang. Selain
itu tujuan aset dan liability manajemen yang dilakukan oleh setiap bank didunia ini pada
umumnya mencakup hal-hal seperti:

- Pertumbuhan bank yang wajar.


- Pendapatan atau laba yang wajar.
- Menjaga likuiditas yang memadai.
- Membentuk cadangan-cadangan untuk berjaga-jaga atas hal-hal tertentu yang
mungkin timbul.
- Memelihara atau menjaga dana masyarakat yang dipercayakan melalui kegiatan
bank yang wajar atau bijaksana.
- Memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.
Tujuan lain adanya ALMA dimaksudkan agar bank memperoleh net income yang
optimal bagi bank dengan pengendalian yang tepat atas aktiva dan pasiva bank
diharapkan bank dapat memperoleh pendapatan dari kegiatan tersebut. Melalui ALMA
ini diharapkan:

16 |Assets and Liability Management


- Adanya penetapan kebijakan bisnis yang jelas, terarah, dan terukur.
- Adanya arah dan tujuan yang jelas bagi manajemen dalam proses pelaksanaan
tugas serta cara dalam menetapkan standar-standar operasional bank.
- Diperolehnya data yang akurat serta menjamin bahwa data tersebut dapat
menunjang keputusan ALMA.
- Berkualitasnya analisis yang dilakukan dalam memberikan berbagai alternatif
strategi ALMA sebelum manajemen mengambil keputusan.
- Memudahkan dalam manajemen likuiditas sehingga dana dapat dikelola dengan
baik pada suatu tingkat suku bunga tertentu agar senantiasa dapat memenuhi
kewajiban dan dapat memanfaatkan seiap peluang yang ada.
- Mampu meminimalkan gap sehingga dapat mengoptimalkan dan memeprkecil
resiko.
- Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola valuta asing (terutama
ketika mengalami fluktuasi yang tinggi) dan mengelola gap untuk tiap-tiap mata
uang dan antar mata uang unuk menghasilakan keuntungan yang optimal dengan
tetap memerhatikan kemungkinan risiko yang terjadi.
- Mampu melakukan manajemen pricing secara tepat sebagai langkah strategis
dalam menetapkan tingkat suku bunga (kredit dan dana) dengan memerhatikan
gap dan tidak mengganggu likuiditas.
Dengan adanya ALMA ini, semakin disadari betapa pentingnya suatu bank mengelola
likuiditas secara baik, terutama untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh
adanya kekurangan dana sehingga dalam memenuhi kewajibannya, bank terpaksa harus
mencari dana dengan suku bunga yang lebih inggi dari suku bunga pasar, atau bank
terpaksa menjual sebagian asetnya dengan risiko menderita rugi yang relatif besar. Hal
tersebut akan memengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terus berlanjut, tidak
menutup kemungkinan akan terjadi menurunnya kepercayaan masyarakat kepada bank
tersebut.

Ruang Lingkup Aset Dan Liability Manajemen

Banyak hal yang menjadi ruang lingkup ALMA. Namun esensinya adalah sebagai
berikut:

17 |Assets and Liability Management


a) Liquidity Risk Management, merupakan pengelolaan risiko likuiditas – terutama
cashflow, yang berujuan agar:

- Bank dapat memenuhi setiap kewajiban finansial yang sudah diperjanjikan


secara tepat waktu.

- Bank setiap saat pada kondisi apapun senantiasa memelihara tingkat likuiditas
yang memadai dan optimal.

b) Interest Rate Risk Management, pengelolaan posisi mismatch antara assets dan
liabilities (terkait perubahan suku bunga) dengan tujuan untuk memaksimalkan:

- Net interest income.

- Economic value of equity.

c) Forex Risk Management, yang merupakan kegiatan mengelola posisi aktiva dan
kewajiban dalam valuta asing untuk memperoleh keuntungan maksimal dari
pergerakan kurs mata uang asing yang dimiliki dan diperdagangkan.

d) Pricing Management, yang merupakan kegiatan mengatur tingkat suku bunga


bagi setiap komponen asset dan liability untuk menghasilkan margin yang
ditetapkan.

2.3 Mengkaji Dampak Perubahan Suku Bunga pada Manajemen Aset dan Liability

Tidak ada manajer keuangan yang bisa 100% menghindari salah satu jenis risiko
terberat dan berpotensi menghancurkan yang harus dihadapi yaitu risiko suku bunga.
Ketika tingkat suku bunga berubah di pasar keuangan, sumber pendapatan yang diterima
lembaga keuangan – terutama penerimaan bunga pinjaman dan sekuritas – dan sumber
pengeluaran terpenting bagi mereka – bunga biaya pada peminjaman – juga harus
berubah. Lebih dari itu, perubahan tingkat suku bunga di pasar juga merubah nilai pasar
aset dan liability, jadi merubah setiap nilai bersih tiap lembaga keuangan – yang dimana,
nilai dari investasi pemilik pada lembaga tersebut. Jadi, merubah tingkat suku bunga pasar
berpengaruh pada balance sheet dan statement dari pemasukan dan pengeluaran dari
lembaga keuangan.

Forces Determining Interest Rates

18 |Assets and Liability Management


Permasalahan dengan tingkat suku bunga adalah walaupun tingkat suku bunga sangat
penting bagi mayoritas lembaga keuangan, manajer dari lembaga tidak bisa
mengendalikan baik level atau trend di tingkat suku bunga pasar. Tingkat suku bunga
pada peminjaman atau sekuritas ditentukan oleh pasar keuangan – dimana pemasok dana
pinjaman (credit) berinteraksi dengan peminta pinjaman dana (credit) dan tingkat suku
bunga (price of credit) cenderung untuk sepakat pada titik dimana kuantitas dari dana
pinjaman yang diminta dan dipasok adalah sama.

Dalam pemberian pinjaman, lembaga keuangan berada di sisi pemasok dari pasar
dana pinjaman (credit), tapi setiap lembaga peminjam hanya satu pemasok dari kredit di
sebuah pasar internasional untuk pemasok dana yang termasuk ribuan pemberi pinjaman.
Sejenis dengan itu, lembaga depository datang ke pasar keuangan sebagai peminta dana
pinjaman (credit) dimana mereka menawarkan jasa deposito kepada publik atau
memberikan IOU non deposit dengan tujuan menggalang dana untuk memberikan
pinjaman dan menginvestasikan.

Gambar 4. Jumlah Dana Pinjaman

Jadi, walau lembaga keuangan berada pada sisi pemasok atau peminta di pasar dana
pinjaman (credit) pada saat kapanpun (dan penghubung finansial biasanya berada pada
kedua sisi dari pasar kredit secara bersamaan), mereka tidak bisa menentukan level, atau
memastikan bahwa trend, dari suku bunga pasar. Namun, lembaga individual hanya bisa
bereaksi pada level dan trend dari suku bunga pasar dengan cara yang memberikannya
untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, mayoritas manajer keuangan harus menjadi

19 |Assets and Liability Management


price takers, bukan price makers, dan harus menerima tingkat suku bunga yang ada dan
berencana secara sesuai.

Komponen Tingkat Suku Bunga

Selama bertahun – tahun banyak manajer keuangan mencoba untuk meramalkan


gerakan masa depan dari tingkat suku bunga pasar sebagai bantuan untuk memerangi
risiko tingkat suku bunga. Namun, faktanya bahwa tingkat suku bunga dipengaruhi oleh
interaksi dari ribuan pemasok kredit dan peminta yang membuat peramalan tingkat suku
bunga secara akurat. Tambahan pada masalah peramalan adalah faktanya bahwa tingkat
suku bunga terkait pada sebuah pinjaman atau sekuritas yang terdiri dari berbagai macam
elemen;

Tidak hanya tingkat suku bunga bebas risiko berubah seiring waktu dengan
pergeseran pada permintaan dan penawaran dana pinjaman, tapi pada persepsi dari
pemberi pinjaman dan peminjam di pasar keuangan yang memerhatikan setiap dari risk
premiums yang membuat berbagai tingkat suku bunga pada sebuah pinjaman berisiko
atau sekuritas juga berubah seiring waktu, menyebabkan naik turunnya tingkat suku
bunga, bahkan tak menentu.

Risk Premiums

Sebagai contoh, ketika ekonomi menuju resesi dengan menurunnya penjualan bisnis
dan meningkatnya pengangguran, banyak peminjam menyimpulkan bahwa beberapa
bisnis akan gagal dan beberapa individu akan kehilangan pekerjaan mereka, dan
meningkatkan risiko peminjam. Komponen default – risk premium dari tingkat suku
bunga membebankan peminjam berisiko akan bertambah, meningkatkan tingkat

20 |Assets and Liability Management


pinjaman peminjam. Demikian pula, sebuah pengumuman dari naiknya harga barang dan
jasa akan memicu peminjam untuk mengharapkan sebuah trend menuju inflasi yang lebih
tinggi – risk premium yang lebih tinggi untuk mengompensasi proyeksi kehilangan daya
beli, karena beberapa dari instrumen keuangan ini lebih sulit untuk dijual secara cepat
pada harga yang diinginkan kepada pemberi pinjaman yang lain, dan untuk call risk, yang
meningkat ketika seorang peminjam memiliki hak untuk melunasi pinjaman lebih awal,
mengurangi ekspektasi tingkat pengembalian pemberi pinjaman.

Yield Curves

Komponen kunci lain dari setiap tingkat suku bunga adalah maturity, atau syarat
premium. Pinjaman jangka panjang dan sekuritas seringkali membawa tingkat suku
bunga yang lebih tinggi dari pinjaman jangka pendek, dikarenakan pada risiko maturity
peluang yang lebih baik untuk rugi pada pinjaman jangka yang lebih panjang. Grafik
menjelaskan bagaimana tingkat suku bunga bervariasi dengan maturities pinjaman
berbeda yang dilihat pada satu titik (dan menganggap bahwa faktor lain seperti risiko
kredit adalah konstan) yang disebut yield curve.

Yield curves secara konstan berubah bentuk karena hasil dari instrument keuangan
termasuk pada setiap perubahan kurva setiap hari. Sebagai contoh, kita memperhatikan
gambar 5, bahwa slope yang naik tajam berlaku di oktober 2004 telah menjadi lebih rata,
kurva menjadi kurang terjal setahun kemudian. Bahkan, perbedaan perubahan hasil pada
perbedaan kecepatan dengan tingkat bunga jangka pendek cenderung untuk naik atau
turun lebih cepat dibandingkan dengan tingkat suku bunga jangka panjang. Sebagai
contoh, pada yield curves di gambar 5, tingkat suku bunga jangka panjang bergerak
kebawah dengan sekitar ¼ persen selama 2005, ketika tingkat suku bunga jangka pendek
meningkat sekitar 1% pada periode yang sama.

Perubahan relatif di tingkat suku bunga jangka pendek vs tingkat suku bunga jangka
panjang sangatlah bervariasi. Ini sangat terlihat pada gambar 6, dimana titik 3 bulan
tingkat U.S. Treasury bill dibandingkan pada tingkat obligasi treasury selama 10 tahun.
Dapat diperhatikan sebagai contoh pada periode resesi dimana ekonomi berjuang, tingkat
suku bunga jangka pendek cenderung untuk jatuh relatif dengan tingkat suku bunga
jangka panjang dan celah antara kedua hal tersebut cenderung untuk melebar. Secara
kontras, sebuah periode kemakmuran biasanya dimulai dengan lebarnya celah nyata

21 |Assets and Liability Management


tingkat suku bunga jangka panjang dan tingkat suku bunga jangka pendek, namun bahwa
celah tingkat suku bunga cenderung untuk menyempit dan terkadang menjadi negatif.

Gambar 5. Kurva Yield atas treasury sekuritas (oktober 2004 & 2005)

Singkatnya, yield curves akan terlihat sebagai upward slope ketika tingkat suku bunga
jangka panjang melampaui tingkat suku bunga jangka pendek. Hal ini terjadi ketika
seluruh suku bunga meningkat namun tingkat suku bunga jangka pendek mulai dari
tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga jangka pendek. Yield
curves juga mengalami slope downward, dengan tingkat suku bunga jangka pendek lebih
tinggi dari tingkat suku bunga jangka panjang. Akhirnya, kurva horizontal yield berlaku
ketika tingkat suku bunga jangka panjang dan tingkat suku bunga jangka pendek berada
pada tingkat yang sama.

Maturity Gap and the Yield Curve

Biasanya manajer dari lembaga keuangan yang fokus pada biaya peminjaman sedikit
lebih baik dengan upward – sloping yield curve, dimana tingkat suku bunga jangka
panjang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga jangka pendek. Kurva upward sloping
yield biasanya lebih disenangi untuk profitabilitas dari lembaga keuangan karena
pinjaman dan pegangan sekuritas pada sisi aset dari balance sheet cenderung untuk
memiliki maturities yang lebih lama dibandingkan sumber dananya (liability).

22 |Assets and Liability Management


Gambar 6. Spread antara suku bunga jangka pendek dan panjang

Jadi, mayoritas lembaga peminjaman mengalami maturity gap positif diantara rata –
rata maturity dari aset dan rata - rata maturity dari liability. Jika yield curve adalah
upward sloping, maka pendapatan dari tingkat suku bunga jangka panjang akan
melampaui pengeluaran dari liabilitas jangka pendek. Hasilnya akan secara normal
menjadi net interest margin yang positif (interest revenue lebih besar dari interest
expenses), dimana cenderung untuk menciptakan pendapatan yang lebih tinggi.
Sebaliknya, slop yield curve yang datar atau negatif sering menciptakan net interest
margin yang kecil bahkan negatif, menempatkan tekanan kebawah pada pendapatan dari
lembaga keuangan yang dipinjam jangka pendek dan meminjam jangka panjang.

Respon terhadap risiko tingkat suku bunga

Perubahan di suku bunga pasar bisa merusak profitabilitas lembaga keuangan dengan
menambahkan cost of fund nya, mengurangi pendapatannya dari mendapatkan aset, dan
mengurangi investasi pemilik (net worth atau equity capital). Lebih dari itu, 10 tahun
terakhir telah melahirkan periode dimana tingkat suku bunga tidak stabil, menghadapi
manajer keuangan dengan lingkungan yang lebih tidak terduga untuk bekerja.

Di 10 tahun terakhir ini manajer lembaga keuangan secara agresif mencari cara untuk
menyalurkan portofolio aset dan dana dari ganasnya perubahan suku bunga. Contoh,
banyak bank sekarang melakukan strategi manajemen aset dan liability di bawah arahan
dari asset – liability committee (ALCO), yang sering bertemu secara teratur. Komite
tersebut tidak hanya memilih strategi untuk menghadapai risiko suku bunga namun juga

23 |Assets and Liability Management


berpartisipasi pada baik perencanaan jangka pendek maupun panjang, dalam
mempersiapkan strategi untuk menghadapi kebutuhan likuiditas lembaga, dan
menghadapi permasalahan manajemen yang lain. Tidak hanya tingkat suku bunga bebas
risiko berubah seiring waktu dengan pergeseran pada permintaan dan penawaran dana
pinjaman, tapi pada persepsi dari pemberi pinjaman dan peminjam di pasar keuangan
yang memerhatikan setiap dari risk premiums yang membuat berbagai tingkat suku
bunga pada sebuah pinjaman berisiko atau sekuritas juga berubah seiring waktu,
menyebabkan naik turunnya tingkat suku bunga, bahkan tak menentu.

24 |Assets and Liability Management


BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa, ALMA (Asset-Liability Management)


adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan melalui pengumpulan,
proses, analisa, laporan, dan menetapkan strategi terhadap asset dan liability guna
mengeliminasi risiko antara lain risiko likuiditas, risiko bunga bank, risiko nilai tukar,
risiko portepel atau risiko operasional dalam menunjang pencapaian keuntungan bank.

Tujuan ALMA diantaranya adalah menciptakan pertumbuhan bank yang wajar,


pendapatan atau laba yang wajar, menjaga likuiditas yang memadai dan membentuk
cadangan-cadangan untuk berjaga-jaga atas hal-hal tertentu yang mungkin timbul.

Selain itu, kebijakan ALMA akan terpengaruhi oleh tingkat suku bunga yang
berubah-ubah.

3.2 Saran

Dalam meningkatkan nilai dari suatu bank maka penting untuk mengetahui ALMA
dan mengetahui berapa alokasi assets yang sesuai dan wajar, serta likuiditas yang dapat
ditolerir. Dengan begitu akan mengurangi risiko krisis kepercayaan dari nasabah.

25 |Assets and Liability Management


DAFTAR PUSTAKA

- Riyadi, selamet. 2003. Banking Assets and Liability Management. Edisi ketiga.
Jakarta: Lembaga Pers Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

- Rose Peter S. Hudgins Silvia C, 2010, Bank Management & Financial Service.
McGraw-Hill

- Sigit Triandaru & Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat

26 |Assets and Liability Management

Anda mungkin juga menyukai