OLEH KELOMPOK 5
I KADEK REDY IRAWAN (1607522027)
PUTU AGUS YUDIAWAN (1607522029)
ANDARDO ERDE PRADANA PUTERA (1607522030)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….... iv
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
2.2 Peranan, tujuan dan ruang lingkup asset dan liability manajemen…………..… 13
2.3 Mengkaji dampak perubahan suku bunga pada manajemen asset dan liability...18
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan……………………………………………………………………….. 25
3.2 Saran…………………………………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 26
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Kurva Yield atas treasury sekuritas (oktober 2004 & 2005)…………... 22
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada hakikatnya Bank adalah lembaga intermediasi antara pihak yang memiliki
surplus dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tabungan hanya akan berguna
apabila diinvestasikan, sedangkan para penabung tidak sanggup melakukannya sendiri
dengan terampil dan sukses. Nasabah mau menyimpan dananya di bank karena ia percaya
bahwa bank dapat memilih alternatif investasi yang menarik.
Proses pemilihan investasi itu harus dilakukan dengan seksama karena kesalahan
dalam pemilihan investasi akan membawa akibat bank tidak bisa memenuhi
kewajibannya kepada para nasabah. Pada umumnya, bank mengkoordinasikan fungsi
tersebut melalui apa yang disebut dengan Asset-Liability Management Committee atau
disingkat ALCO.
Menurut Bambang (2000), manajemen asset dan liabilitas mempunyai fungsi dan
kebijakan dalam menjalankan strategi penentuan harga, baik dalam bidang lending
maupun funding, secara umum, tanggung jawab ALMA adalah mengelola posisi dan
alokasi dana-dana bank agar tersedia likuiditas yang cukup, memaksimalkan profit dan
meminimalkan resiko.
Dengan demikian maka penting untuk mempelajari assets dan liability bank agar
nantinya bila kita menjadi pemimpin suatu bank, bisa mengalokasikan asset dan
menyesuaikan liability yang dapat ditolerir. Sehingga memberikan keuntungan pada bank
dan nasabah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai
berikut;
b) Apa saja peranan, tujuan dan ruang lingkup asset dan liability manajemen?
c) Bagaimana dampak perubahan suku bunga pada manajemen asset dan liability?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini disusun adalah untuk memenuhi penilaian dalam
kelas, dan tujuan lain sebagai berikut;
b) Untuk mengetahui dan memahami peranan, tujuan dan ruang lingkup asset dan
liability manajemen?
c) Untuk mengetahui dampak perubahan suku bunga pada manajemen asset dan
liability?
Asset dan Liability Manajemen (ALMA) adalah suatu proses planning, organizing,
actuating dan controlling melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan
menetapkan strategi terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain
liquidity risk, interest rate risk profile, currency risk, loan pricing risk dan default risk
dalam menunjang pencapaian keuntungan bank. Selain itu, ALMA juga melakukan
penetapan kebijakan di bidang pengelolaan:
- Permodalan (Equity)
Menurut Sinkey dalam assets and liability management, ada tiga tahap pendekatan
yang digunakan. Meliputi;
a) Tahap I (General)
Capital Management
Pada tahap ini, pengelompokkannya masih bersifat umum, sesuai struktur laporan
keuangan yang tampak pada neraca bank secara garis besar.
b) Tahap II (Specific)
Pada tahap ini pengelompokannya sudah lebih spesifik dan rinci baik dari sisi
asset maupun liability dan modal dengan komposisi sebagai berikut.
Dalam tahap ini sudah mulai lebih rinci lagi dibandingkan tahap-tahap
sebelumnya, yang akhirnya untuk melihat kemampuan bank dalam menghasilkan
keuntungan, dengan formula sebagai berikut;
- Spread Management
- Control of “burden”
- Liquidity Management
- Tax Management
Lembaga keuangan tidak selalu memiliki pandangan yang 100 persen terintegrasi dari
aset dan liability. Pandangan manajemen aset ini berpegang bahwa jumlah jenis dari
deposito yang dipegang institusi deposit dan volume dari pinjaman dana lain yang mampu
ditarik sangat ditentukan oleh pelanggannya. Pada pandangan ini, masyarakat
menentukan jumlah relatif dari deposito yang dapat dicekal, penyimpanan akun, daN
sumber – sumber lain yang tersedia untuk institusi depository. Manajer keuangan bisa
berhati-hati hanya pada alokasi dari dana yang masuk dengan memutuskan siapa yang
menerima jumlah pinjaman yang sedikit dan apa syarat pada pinjaman tersebut. Memang,
terdapat beberapa logika dibalik pendekatan manajemen aset ini karena, sebelum ada
- Liquidity Management
- Investment Management
- Loan Management
- Dana pihak ke-3 yang dihimpun harus dikelola sesuai aturan yang telah ditetapkan
oleh otoritas moneter (government regulation).
- Debitur menginginkan tingkat bunga lebih rendah di lain pihak pemilik dana
(deposan) menginginkan imbalan suku bunga yang tinggi (interest rate gap).
- Harapan investor untuk mendapatkan rate of return yang tinggi untuk meng-cover
tingkat risiko yang mungkin dialami (owner objective).
Konsep yang memberikan prioritas dari aset yang dilakukan oleh pendanaan suatu
bank adalah tergantung pada beberapa aspek yang harus diperhitungkan, menurut
Timothy W. Koh adalah sebagai berikut:
- Bank Building
Prinsip ini tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh bank, baik
secara kelompok dalam artian sumber rekening maupun secara individu dalam arti
lembaga yang menyimpan uang di bank. Dengan demikian langkah yang dilakukan untuk
mengalokasikan pada dasarnya adalah sebagai berikut:
Dalam metode ini pendekatannya menggunakan semua sumber dana yang diperoleh
bank dikumpulkan apakah dana tersebut berasal dari simpanan giro nasabah, tabungan
dan simpanan berjangka semua di pool menjadi satu, kemudian dialokasikan berurutan
sesuai dengan kebutuhannya. Mula-mula digunakan untuk Primary Reserve, lalu
Secondary Reserve dan penempatan pada Interbank Money Market, pemberian kredit
kepada nasabah debitur, investasi atau penyertaan dan pembelian fixed assets untuk
tempat kegiatan operasional perbankan yang bersangkutan.
Kelebihan Kelemahan
Berbeda dengan konsep Pool of Fund Approach yang tidak membedakan sumber dana
yang dapat dihimpun oleh suatu bank, menurut konsep ini menunjuk pada kenyataan
bahwa sumber dana yang dihimpun terdiri atas giro, tabungan, deposito berjangka,
sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya, pinjaman yang diterima dari bank
lain dan modal bank yang disetor oleh pemilik, dimana masing-masing dana tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Giro misalnya, sumber dana ini setiap saat dapat ditarik oleh pemiliknya dan sumber
dana ini kecenderungan digunakan hanya untuk penampungan transaksi operasional
perusahaan atau perorangan atau lembaga sehingga sangat volatile. Lalu tabungan,
walaupun memiliki karakteristik yang hampir sama dengan giro jika ditinjau dari sisi
penarikan dana dari bank, tetapi sumber dana ini kecenderungannya lebih berjangka
panjang dibandingkan giro. Hal ini sejalan dengan sifat rekening tersebut yang
Dalam metode ini pendekatan menggunakan sumber dana yang diperoleh bank,
misalnya jika sumber dana berasal dari giro nasabah maka penggunaannya diprioritaskan
untuk primary reserve dan secondary reserve, sedangkan yang berasal dari tabungan bisa
digunakan untuk penanaman antarbank atau interbank money market, yang berasal dari
simpanan berjangka digunakan untuk membiayai kredit jangka pendek debitur.
Untuk membeli fixed assets digunakan dana yang berasal dari modal bank dan laba
yang tidak digunakan atau dapat juga dibiayai dengan pinjaman subordinasi yang
diperoleh bank, baik berasal dari subsidiary atau pemilik.
Deposito Loan
Modal
Fixed Assets
Gambar 2. The Assets Allocation Approach
Kelebihan Kelemahan
- Mengalihkan penekanan likuiditas - Keputusan mengenai jumlah likuiditas
kepada profitabilitas. dilakukan berdasarkan perkiraan atau
- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas perputaran simpanan.
mengalami penurunan sehingga - Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang
alokasi dana dapat dialihkan lebih menyebabkan keuntungan menjadi
banyak pada penyaluran kredit dan berkurang.
penanaman modal dalam surat-surat - Portofolio kredit dianggap sama sekali
tidak likuid sehingga kredit tidak
Secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat
dalam bentuk-bentuk berikut, menurut Sigit Triandaru & Totok Budisantoso:
a) Cadangan likuiditas
Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas, saldo pada bank sentral, saldo
pada bank lain, dan warkat pada proses penagihan. Aktiva ini ditujukan
terutama untuk memenuhi ketentuan reserve requirement yang ditentukan
oleh bank sentral dan juga untuk kegiatan usaha sehari-hari seperti: penarikan
dana oleh nasabah, penyelesaian kliring, pemberian kredit, kewajiban yang
akan jatuh tempo.
Di Indonesia, aktiva ini disebut sebagai Surat Berharga Pasar Uang (SBPU),
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito.
SBPU adalah surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan
dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia. Fasilitas diskonto adalah
penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes dan
wesel yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto. Pada saat bank
memiliki kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam
SBPU, dan menjualnya kembali saat mengalami likuiditas.
c) Investasi
Alokasi dana pada aktiva dengan rate of return yang cukup tinggi selain dapat
berupa penyaluran kredit, dapat juga berupa investasi. Investasi dapat berupa
penanaman dana dalam surat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau
berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain. Bentuk dari surat berharga
tersebut antara lain saham dan obligasi.
Aktiva tetap dan inventaris tergolong sebagai aktiva yang tidak produktif dalam
menghasilkan penerimaan dan oleh BI dipandang sebagai aktiva yang risikonya
cukup tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar, atau
hilangnya dari aktiva tetap dan inventaris. Meskipun aktiva ini tidak produktif,
tidak likuid, dan cukup berisiko, bank tetap perlu mengalokasikan dananya untuk
aktiva ini karena bank memerlukan kantor, mobil, komputer dan aktiva lainnya.
Liquidity Management
Merupakan suatu monitoring secara terus menerus akan kebutuhan kas yang seketika
dihadapi bank baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam melakukan kegiatan
bank, manajemen likuiditas memegang peranan penting, karena sesuai dengan data
empiris bahwa sebagian besar bank dananya berasal dari pihak ketiga dan pihak kedua,
yang berasal dari modal tidak lebih dari 10% dari seluruh sumber dana bank.
Primary reserve yang ditetapkan oleh Bank Indonesia minimal 5% dari total Dana
Pihak Ketiga untuk valuta Rupiah dan 3% dari dana Pihak Ketiga untuk valuta
asing dalam GWM, dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
Rumus GWM:
Giro BI
Ratio = 𝑥 100%
DPK rata−rata 1 masa pada 2 periode sebelumnya
Manajemen pasiva atau liability management (Dahlan Siamat: 1993 hal. 142) adalah
suatu proses di mana bank berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang non
Secara umum dapat diartikan bahwa manajemen pasiva adalah usaha untuk
mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan operasional bank, baik melalui
penghimpunan dana pihak ketiga (masyarakat), dana pihak kedua yang dapat dihimpun
melalui pasar uang atau pasar modal maupun yang berasal dari pihak pertama (pemilik)
melalui pasar modal.
Tujuannya adalah untuk mengambil kendali atas sumber dana yang sebanding
dengan kendali manajer keuangan yang sudah dipraktikan atas aset mereka. Kunci
kendali adalah tingkat suku bunga dan syarat yang ditawarkan pada deposito dan
pinjaman lain. Sebagai contoh, seorang pemberi pinjaman dihadapkan dengan tingginya
permintaan pinjaman yang melebihi dana yang tersedia sehingga dengan meningkatkan
bunga pinjaman pada peminjam yang relatif dengan pesaingnya, maka dana akan masuk
mengalir.
2.2 Peranan, Tujuan dan Ruang Lingkup Aset dan Liability Manajemen
Untuk lebih memudahkan dan memahami bidang tugas manajemn aset dan liability,
Fungsi-fungsi utama yang terdapat dalam Manajemen Asset dan Liabilitas adalah:
a) Manajemen Likuiditas
Dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul
antara lain:
- Risiko pendanaan (funding risk). Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup
dana untuk memenuhi kewajibannya.
- Risiko bunga (interest risk). Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga
dalam aset maupun liabilities dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat
keuntungan yang akan diperoleh.
Adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu Negara. Kegiatan
jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas.
Pasar valas dapat dikatakan sebagai transaksi jual beli melalui jaringan
komunikasi antara bank-bank, broker atau deler di seluruh dunia yang dilakukan
di ruangan masing-masing bank yang telah dilengkapi dengan jaringan
komunikasi. Manajemen valas ditujukan untuk membatasi posisi eksposur
masing-masing mata uang asing (foreign currency) serta memonitor kegiatan jual
beli valas supaya posisinya terkendali. Secara garis besar tindakan manajemen
valas dapat berupa:
d) Manajemen Pricing
Banyak hal yang menjadi ruang lingkup ALMA. Namun esensinya adalah sebagai
berikut:
- Bank setiap saat pada kondisi apapun senantiasa memelihara tingkat likuiditas
yang memadai dan optimal.
b) Interest Rate Risk Management, pengelolaan posisi mismatch antara assets dan
liabilities (terkait perubahan suku bunga) dengan tujuan untuk memaksimalkan:
c) Forex Risk Management, yang merupakan kegiatan mengelola posisi aktiva dan
kewajiban dalam valuta asing untuk memperoleh keuntungan maksimal dari
pergerakan kurs mata uang asing yang dimiliki dan diperdagangkan.
2.3 Mengkaji Dampak Perubahan Suku Bunga pada Manajemen Aset dan Liability
Tidak ada manajer keuangan yang bisa 100% menghindari salah satu jenis risiko
terberat dan berpotensi menghancurkan yang harus dihadapi yaitu risiko suku bunga.
Ketika tingkat suku bunga berubah di pasar keuangan, sumber pendapatan yang diterima
lembaga keuangan – terutama penerimaan bunga pinjaman dan sekuritas – dan sumber
pengeluaran terpenting bagi mereka – bunga biaya pada peminjaman – juga harus
berubah. Lebih dari itu, perubahan tingkat suku bunga di pasar juga merubah nilai pasar
aset dan liability, jadi merubah setiap nilai bersih tiap lembaga keuangan – yang dimana,
nilai dari investasi pemilik pada lembaga tersebut. Jadi, merubah tingkat suku bunga pasar
berpengaruh pada balance sheet dan statement dari pemasukan dan pengeluaran dari
lembaga keuangan.
Dalam pemberian pinjaman, lembaga keuangan berada di sisi pemasok dari pasar
dana pinjaman (credit), tapi setiap lembaga peminjam hanya satu pemasok dari kredit di
sebuah pasar internasional untuk pemasok dana yang termasuk ribuan pemberi pinjaman.
Sejenis dengan itu, lembaga depository datang ke pasar keuangan sebagai peminta dana
pinjaman (credit) dimana mereka menawarkan jasa deposito kepada publik atau
memberikan IOU non deposit dengan tujuan menggalang dana untuk memberikan
pinjaman dan menginvestasikan.
Jadi, walau lembaga keuangan berada pada sisi pemasok atau peminta di pasar dana
pinjaman (credit) pada saat kapanpun (dan penghubung finansial biasanya berada pada
kedua sisi dari pasar kredit secara bersamaan), mereka tidak bisa menentukan level, atau
memastikan bahwa trend, dari suku bunga pasar. Namun, lembaga individual hanya bisa
bereaksi pada level dan trend dari suku bunga pasar dengan cara yang memberikannya
untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, mayoritas manajer keuangan harus menjadi
Tidak hanya tingkat suku bunga bebas risiko berubah seiring waktu dengan
pergeseran pada permintaan dan penawaran dana pinjaman, tapi pada persepsi dari
pemberi pinjaman dan peminjam di pasar keuangan yang memerhatikan setiap dari risk
premiums yang membuat berbagai tingkat suku bunga pada sebuah pinjaman berisiko
atau sekuritas juga berubah seiring waktu, menyebabkan naik turunnya tingkat suku
bunga, bahkan tak menentu.
Risk Premiums
Sebagai contoh, ketika ekonomi menuju resesi dengan menurunnya penjualan bisnis
dan meningkatnya pengangguran, banyak peminjam menyimpulkan bahwa beberapa
bisnis akan gagal dan beberapa individu akan kehilangan pekerjaan mereka, dan
meningkatkan risiko peminjam. Komponen default – risk premium dari tingkat suku
bunga membebankan peminjam berisiko akan bertambah, meningkatkan tingkat
Yield Curves
Komponen kunci lain dari setiap tingkat suku bunga adalah maturity, atau syarat
premium. Pinjaman jangka panjang dan sekuritas seringkali membawa tingkat suku
bunga yang lebih tinggi dari pinjaman jangka pendek, dikarenakan pada risiko maturity
peluang yang lebih baik untuk rugi pada pinjaman jangka yang lebih panjang. Grafik
menjelaskan bagaimana tingkat suku bunga bervariasi dengan maturities pinjaman
berbeda yang dilihat pada satu titik (dan menganggap bahwa faktor lain seperti risiko
kredit adalah konstan) yang disebut yield curve.
Yield curves secara konstan berubah bentuk karena hasil dari instrument keuangan
termasuk pada setiap perubahan kurva setiap hari. Sebagai contoh, kita memperhatikan
gambar 5, bahwa slope yang naik tajam berlaku di oktober 2004 telah menjadi lebih rata,
kurva menjadi kurang terjal setahun kemudian. Bahkan, perbedaan perubahan hasil pada
perbedaan kecepatan dengan tingkat bunga jangka pendek cenderung untuk naik atau
turun lebih cepat dibandingkan dengan tingkat suku bunga jangka panjang. Sebagai
contoh, pada yield curves di gambar 5, tingkat suku bunga jangka panjang bergerak
kebawah dengan sekitar ¼ persen selama 2005, ketika tingkat suku bunga jangka pendek
meningkat sekitar 1% pada periode yang sama.
Perubahan relatif di tingkat suku bunga jangka pendek vs tingkat suku bunga jangka
panjang sangatlah bervariasi. Ini sangat terlihat pada gambar 6, dimana titik 3 bulan
tingkat U.S. Treasury bill dibandingkan pada tingkat obligasi treasury selama 10 tahun.
Dapat diperhatikan sebagai contoh pada periode resesi dimana ekonomi berjuang, tingkat
suku bunga jangka pendek cenderung untuk jatuh relatif dengan tingkat suku bunga
jangka panjang dan celah antara kedua hal tersebut cenderung untuk melebar. Secara
kontras, sebuah periode kemakmuran biasanya dimulai dengan lebarnya celah nyata
Gambar 5. Kurva Yield atas treasury sekuritas (oktober 2004 & 2005)
Singkatnya, yield curves akan terlihat sebagai upward slope ketika tingkat suku bunga
jangka panjang melampaui tingkat suku bunga jangka pendek. Hal ini terjadi ketika
seluruh suku bunga meningkat namun tingkat suku bunga jangka pendek mulai dari
tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga jangka pendek. Yield
curves juga mengalami slope downward, dengan tingkat suku bunga jangka pendek lebih
tinggi dari tingkat suku bunga jangka panjang. Akhirnya, kurva horizontal yield berlaku
ketika tingkat suku bunga jangka panjang dan tingkat suku bunga jangka pendek berada
pada tingkat yang sama.
Biasanya manajer dari lembaga keuangan yang fokus pada biaya peminjaman sedikit
lebih baik dengan upward – sloping yield curve, dimana tingkat suku bunga jangka
panjang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga jangka pendek. Kurva upward sloping
yield biasanya lebih disenangi untuk profitabilitas dari lembaga keuangan karena
pinjaman dan pegangan sekuritas pada sisi aset dari balance sheet cenderung untuk
memiliki maturities yang lebih lama dibandingkan sumber dananya (liability).
Jadi, mayoritas lembaga peminjaman mengalami maturity gap positif diantara rata –
rata maturity dari aset dan rata - rata maturity dari liability. Jika yield curve adalah
upward sloping, maka pendapatan dari tingkat suku bunga jangka panjang akan
melampaui pengeluaran dari liabilitas jangka pendek. Hasilnya akan secara normal
menjadi net interest margin yang positif (interest revenue lebih besar dari interest
expenses), dimana cenderung untuk menciptakan pendapatan yang lebih tinggi.
Sebaliknya, slop yield curve yang datar atau negatif sering menciptakan net interest
margin yang kecil bahkan negatif, menempatkan tekanan kebawah pada pendapatan dari
lembaga keuangan yang dipinjam jangka pendek dan meminjam jangka panjang.
Perubahan di suku bunga pasar bisa merusak profitabilitas lembaga keuangan dengan
menambahkan cost of fund nya, mengurangi pendapatannya dari mendapatkan aset, dan
mengurangi investasi pemilik (net worth atau equity capital). Lebih dari itu, 10 tahun
terakhir telah melahirkan periode dimana tingkat suku bunga tidak stabil, menghadapi
manajer keuangan dengan lingkungan yang lebih tidak terduga untuk bekerja.
Di 10 tahun terakhir ini manajer lembaga keuangan secara agresif mencari cara untuk
menyalurkan portofolio aset dan dana dari ganasnya perubahan suku bunga. Contoh,
banyak bank sekarang melakukan strategi manajemen aset dan liability di bawah arahan
dari asset – liability committee (ALCO), yang sering bertemu secara teratur. Komite
tersebut tidak hanya memilih strategi untuk menghadapai risiko suku bunga namun juga
3.1 Simpulan
Selain itu, kebijakan ALMA akan terpengaruhi oleh tingkat suku bunga yang
berubah-ubah.
3.2 Saran
Dalam meningkatkan nilai dari suatu bank maka penting untuk mengetahui ALMA
dan mengetahui berapa alokasi assets yang sesuai dan wajar, serta likuiditas yang dapat
ditolerir. Dengan begitu akan mengurangi risiko krisis kepercayaan dari nasabah.
- Riyadi, selamet. 2003. Banking Assets and Liability Management. Edisi ketiga.
Jakarta: Lembaga Pers Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
- Rose Peter S. Hudgins Silvia C, 2010, Bank Management & Financial Service.
McGraw-Hill
- Sigit Triandaru & Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat