Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBAHASAN

Ulkus Traumatik pada mukosa rongga mulut merupakan lesi mukosa

dengan prevalensi cukup tinggi dibandingkan dengan lesi mukosa lainnya dan

sering ditemukan pada mukosa pipi, lidah, bibir, gingiva, dan palatum (Calvacante

et al., 2011). Ulkus Traumatik berupa ulkus tunggal yang menimbulkan rasa nyeri

dengan lesi berwarna putih kekuningan dengan tepi eritema tipis (Regezi et al.,

2008). Pengobatan pada ulkus traumatik pada mukosa mulut bertujuan untuk

mengurangi inflamasi, menekan rasa sakit di daerah lesi dan mempercepat

penyembuhan (Cawson dan Odell, 2002).

Penyembuhan ulkus traumatikus meliputi 4 tahap yaitu fase hemostasis,

fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling. Fase proliferasi dimulai hari

ke-3 sampai hari ke-7 ditandai dengan adanya jaringan granulasi yang

mengandung makrofag, fibroblas, pembuluh darah yang berkembang, kolagen

belum matang, dan pembentukan extracellular matrix (ECM) baru (McCulloch

dan Luther, 2010; Olazyk et al., 2014). Proses angiogenesis terjadi pada hari ke-3

sampai hari ke-7 setelah luka (Inan dan Saradin, 2013; Babaee, 2012, Sari et al.,

2010). Angiogenesis dan proliferasi fibroblas terjadi bersamaan untuk membentuk

kolagen sehingga terjadi proses remodelling jaringan (Celloti dan Laufer, 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemberian kombinasi

kitosan gel berat molekul tinggi dan rendah dengan ekstrak Aloe vera gel terhadap

peningkatan jumlah pembuluh darah pada penyembuhan ulkus traumatik mukosa

labial tikus Rattus Novergicus Strain Wistar. Penggunaan sampel hewan coba

50
51

berupa Rattus Novergicus Strain Wistar jantan dengan dasar pertimbangan sifat

jenis kelamin jantan yang lebih mudah dikontrol dalam penelitian sehingga

diharapkan tidak ada pengaruh hormonal dalam proses penyembuhan serta

merupakan mamalia yang mempunyai metabolisme sama dengan manusia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pembuluh darah pada hari ke

3 yang dihasilkan kelompok pemberian gel kombinasi kitosan dan Aloe vera lebih

besar dari kelompok kontrol. Jumlah pembuluh darah pada hari ke 7 yang

dihasilkan kelompok pemberian gel kombinasi kitosan dan Aloe vera lebih besar

dari kelompok kontrol. Peningkatan jumlah pembuluh darah dari hari ke 3 dan

hari ke 7 sesuai dengan pernyataan Sari (2010); Inan dan Saradin (2013), pada

proses penyembuhan luka fase proliferasi, VEGF muncul secara bermakna pada

hari ke 3 menghasilkan peningkatan pembuluh darah dan jumlah VEGF

memuncak pada hari ke 7.

VEGF berperan dalam proses angiogenesis meliputi vasodilatasi

pembuluh darah, degradasi membran dasar, migrasi sel endotel dan proliferasi sel

endotel (Achmad MH, 2013; Crosh dan Welsh, 2001). VEGF menginduksi

berbagai macam enzim yang penting untuk degradasi membran dasar pembuluh

darah untuk migrasi dan invasi sel dendotel. VEGF juga dapat menghambat

proses apoptosis sel endotel. Sel makrofag berperan pada proses angiogenesis.

Makrofag meningkatkan poses angiogenesis lewat pelepasan TNF-α dan TNF-α

meningkatkan sekresi VEGF pada penyembuhan luka (Bao et al., 2009).

Peningkatan angiogenesis dan jumlah pembuluh darah meningkatkan suplai

oksigen dan mikronutrien untuk penyembuhan luka sehingga dapat mempercepat

penyembuhan (William dan Vincent, 2003).


52

Kitosan berperan dalam peningkatan VEGF melalui Kandungan N acetyl

D glucosamine dari kitosan. N acetyl D glucosamine penetrasi ke dalam epitel

mengalami proses degradasi oleh enzim lisosim yang dihasilkan oleh sel

makrofag dan sel PMN menjadi N acetyl D glucosamine dimer aktif. N acetyl D

glucosamine dimer aktif berikatan dengan reseptor utama pada makrofag

yaitu mannose receptor meningkatkan aktivasi sel makrofag dalam pembentukan

faktor pertumbuhan dan meningkatkan faktor pertumbuhan VEGF (Puspita,

2015; Muzarelli, 2009; Kung et al., 2011; Delgado et al., 2014). Kitosan

meningkatkan pembentukan dan aktivitas faktor angiogenik TGF-β sehingga

terjadi pembentukan cabang pembuluh darah baru yang stabil, meningkatkan

pembentukan pembuluh darah serta meningkatkan pembentukan mRNA kolagen

tipe 3 yang berperan pada proses remodelling jaringan (Baxter et al., 2013; Mehta

dan Dhalla, 2013).

Aloe vera berperan dalam meningkatkan jumlah pembuluh darah melalui

peningkatan efektivitas penyembuhan luka dari kitosan. Kitosan memiliki

kelarutan rendah dan mukoadesif yang berkurang pada pH fisiologis rongga mulut

(pH>6,5) sehingga penetrasi kitosan berkurang pada epitel (Alemdaroglu et al.,

2006; Chen, 2008; Khobragade dan Puranik, 2015, Hartisyah, 2011). Aloe vera

memiliki kandungan lignin yang dapat meningkatkan penetrasi kitosan ke dalam

epitel sesuai dengan pernyataan Silva et al., (2013) pada kombinasi kitosan dan

Aloe vera dalam bentuk membran dasar, sehingga kandungan N acetyl D

glucosamine dari kitosan semakin banyak penetrasi masuk ke dalam epitel.

Kandungan lignin pada Aloe vera merubah sementara struktur susunan lipid

bilayer dari epitel sehingga epitel menjadi permeabilitas lebih tinggi dan lebih
53

mudah terjadi penetrasi ke dalam epitel (Karande dan Mitagotri, 2009; Sharma et

al., 2015; Ikasari et al., 2015). Aloe vera dapat meningkatkan mukoadesif karena

terjadi pembentukan gel yang dapat berpenetrasi ke dalam mucin lebih banyak

dan terjadi mukoadesif yang lebih kuat (Ikasari et al., 2015). Mukoadesif pada

kitosan berperan meningkatkan perlekatan kitosan pada mucus sehingga terjadi

peningkatan kontak kitosan dengan mukosa dan meningkatkan efek kitosan lebih

lama di dalam rongga mulut (Hessen, 2009; Thakur dan Manju, 2015).

Kandungan Acemannan, β- sitosterol dan mannose 6 phosphate pada Aloe

vera gel dapat meningkatkan jumlah angiogenik VEGF, FGF, TGF-β, dan PDGF

(Jettanacheawchankit et al., 2009; Atiba et al., 2011). Mekansime β-sitosterol

dalam meningkatkan jumlah pembuluh darah melalui peningkatan ekspresi

protein esensial yaitu VEGF, VEGF reseptor Flk-1, Faktor Von Willebrand serta

laminin. Adanya peningkatan faktor ini dapat meningkatkan proliferasi dan

migrasi sel endotel yang pada akhirnya meningkatkan pembentukan pembuluh

darah baru (Atik dan Januarsih, 2009). Mekanisme pasti Aloe vera meningkatkan

jumlah pembuluh darah dari kandungan acemannan dan mannose 6 phosphate

belum ditemukan secara pasti. Beberapa pendapat penelitian sebelumnya

mengatakan bahwa kandungan Aloe vera tersebut mampu meningkatkan aktivitas

makrofag dengan berikatan dengan mannose reseptor pada permukaan sel

makrofag. Ikatan tersebut akan menstimulasi peningkatan faktor pertumbuhan dan

proliferasi (Atiba et al., 2011). Aloe vera dikombinasikan dengan kitosan

meningkatkan pembentukan VEGF dan meningkatkan jumlah pembuluh darah

sehingga terjadi penyembuhan ulkus traumatik yang lebih cepat dari pada

kelompok kontrol.
54

Hasil Penelitian menunjukkan kelompok pemberian gel kombinasi kitosan

berat molekul tinggi dengan Aloe vera pada hari ke 3 menghasilkan jumlah

pembuluh darah lebih banyak dari kelompok pemberian gel kombinasi kitosan

berat molekul rendah dengan Aloe vera pada hari ke 3. Kelompok pemberian gel

kombinasi kitosan berat molekul tinggi dengan Aloe vera pada hari ke 7

menghasilkan jumlah pembuluh darah lebih banyak dari kelompok pemberian gel

kombinasi kitosan berat molekul rendah dengan Aloe vera pada hari ke 7.

Kitosan berat molekul tinggi memiliki rantai N-acetyl-D-glucosamine

lebih panjang dari kitosan berat molekul rendah (Sonia dan Chandara, 2011;

Alsarra, 2009; Kim, 2012). Kelarutan dan penetrasi dari kitosan ke epitel

dipengaruhi oleh ukuran partikel dan panjang rantai kitosan, kitosan berat molekul

tinggi memiliki rantai lebih panjang dan ukuran partikel lebih besar dari kitosan

berat molekul rendah sehingga lebih sulit untuk penetrasi ke dalam epitel

(Kumbar et al., 2014). Kitosan berat molekul rendah lebih mudah penetrasi ke

dalam mucus untuk membentuk ikatan ionik antara Gugus NH2 dari D

glucosamine kitosan dengan permukaan negative dari unit asam sialat dari mucin

glikoprotein mucus rongga mulut (Hartisyah, 2011; Croisier dan Jerome, 2013).

Rantai polimer kitosan mempengaruhi penetrasi kitosan ke lapisan mucus,

semakin panjang rantai polimer kitosan akan meningkatkan ikatan ionik dengan

mucus rongga mulut sehingga terjadi penetrasi rantai polimer kitosan ke lapisan

mucus rongga mulut semakin besar dan menghasilkan mukoadesif yang tinggi

(Shakkinen M, 2003; Honary et al., 2009). Kitosan berat molekul tinggi

menghasilkan penetrasi rantai polimer kitosan lebih banyak ke dalam lapisan

mucus rongga mulut dari pada kitosan berat molekul rendah.


55

Kitosan berat molekul tinggi menghasilkan jumlah ikatan ionik

maksimum dengan mucus rongga mulut lebih cepat dari kitosan berat molekul

rendah, jumlah ikatan ionik maksimum kitosan berat molekul tinggi dengan

mucus rongga mulut terjadi pada 4 jam (Honary et al., 2009). Jumlah ikatan ionik

maksimum kitosan berat molekul rendah dengan mucus rongga mulut terjadi 24

jam (Senygit et al., 2013). Berdasarkan hal tersebut, Kitosan berat molekul tinggi

dapat melekat lebih lama dalam rongga mulut dari pada kitosan berat molekul

rendah, sehingga efek kitosan berat molekul tinggi tidak mudah hilang oleh

karena terlarut aliran saliva dan gerakan mastikasi rongga mulut ( Delgado et al.,

2014). Kitosan berat molekul tinggi memberikan efek penyembuhan luka lebih

lama di dalam rongga mulut dari pada kitosan berat molekul rendah.

N acetyl D glucosamine kitosan berat molekul rendah berpenetrasi ke

dalam epitel dan mengalami proses degradasi oleh enzim lisosim yang dihasilkan

oleh sel inflamasi menjadi N acetyl D glucosamine dimer aktif. N acetyl D

glucosamine dimer aktif dihasilkan dari kitosan berat molekul rendah

menghasilkan peningkatan faktor inflamasi yaitu nitric oxide (NO) yang

meningkatkan respon inflamasi dan memperlambat mulainya proses proliferasi

penyembuhan luka (Brodaczewska dan Doligalska, 2013).

N acetyl D glucosamine kitosan berat molekul tinggi berpenetrasi ke

dalam epitel dan mengalami proses degradasi oleh enzim lisosim yang dihasilkan

oleh sel inflamasi menjadi N acetyl D glucosamine dimer aktif. N acetyl D

glucosamine dimer aktif dari Kitosan berat molekul tinggi tidak mengaktivasi sel

inflamasi menghasilkan NO, dan mengurangi kemampuan sel inflamasi berepson

terhadap stimulasi lipopolisakarida (LPS) sehingga menurunkan respon inflamasi


56

dan mempercepat terjadinya fase proliferasi (Brodaczewska dan Doligalska, 2013;

Kilic et al., 2013). Penyembuhan luka yang lebih cepat pada kitosan berat molekul

tinggi sesuai dengan pernyataan Alsarra (2009) pada penyembuhan luka bakar

pada kulit dorsal tikus. Mekansime yang terjadi antara kitosan berat molekul

tinggi dan rendah dalam menghasilkan faktor inflamasi nitric oxide masih belum

ditemukan secara jelas (Ning et al., 2015).

Kombinasi Kitosan gel berat molekul tinggi dengan ekstrak Aloe vera gel

lebih mempercepat terjadinya fase proliferasi, meningkatkan pembentukan

pembuluh darah dan penyembuhan luka ulkus traumatik lebih cepat dari pada

kombinasi kitosan gel berat molekul rendah dengan ekstrak Aloe vera gel.

Anda mungkin juga menyukai