Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

(Sebuah Alternatif Mengatasi Kegagalan Sistem


Pendidikan Barat)
Oleh Dadan Muttaqien
Dosen Jurusan Syari'ah & Kepala PKBHI HAI UII

Pendahuluan Agama Islam Masuk ke


Motivasi orangtua mengirim putera-puteri Indonesia
ke pondok pesantren secara garis besarterbagl
Sebelum membahas pondok pesantren,
dalam tiga kelompok. Pertama menginginkan terleblh dahuiu akan dikemukakan tentang
putera-puterinya menguasai ilmu agama Islam sejarah masuknya agama Islam ke nusantara,
secara balk sekaligus pengamalannya, yang
karena kedua hal tersebut saling berkaitan.
tujuan akhirnya agar anak tersebut saleh. Image
pondok pesantren di kalangan masyarakat pada Masih terdapat perselisihan pendapat
tentang tahun dan abad keberapa agama Islam
umumnya, di samping sebagai lembaga
memasuki bumi nusantara. Para pakar dan
pendidikan, berfungsl sebagai laboratorium
pelaksanaan amaliah agama. Kedua karena
cendekiawan Islam belum puas dengan penulisan
permintaan anak, entah karena tertarik oleh
sejarah islam di Indonesia, terutama penulisan,
kehldupan di pondok pesantren atau karena
metodologi dan subyektivitas para penulis yang
ajakan teman-temannya. Ketiga dengan tujuan kebanyakan orang-orang golongan nonmuslim
memperbaiki akhlak anak yang sudah terlanjur dengan pemahaman terhadap Islam masih
rusak, dengan harapan akan menjadi orang yang diragukan.
saleh. Kendati demikian para ahli sejarah sepakat
Ketiga motivasi tersebut pada dasamya bahwa Islam masuk ke bumi nusantara ini pada
positif, karena tidak mungkin orangtua mengirim- abad VII Masehi. Lebih jauh Prof. Hamka mene-
kan sekaligus mempercayakan pendidikan gaskan tentang masuknya agama islam ke bumi
putera-puterinya kepada lembaga yang tidak tanah Melayu pada abad kesatu Hijriyah, dengan
dapatdiharapkan untuk memperbaiki jiwa putera- jalan damai baik melalul suatu perdagangan,
puterinya. Demikian juga anak tidak dapat belajar kemudian berangsur-angsur diterima dengan
di pondok pesantren dengan baik tanpa adaizin senang hati dan sukarela oleh penduduk bangsa
dari orangtuanya, minimal dukungan finansial Indonesia walau saat itu sudah ada agama-
sebagai bekal dalam kehidupan anak tersebut agama lain seperti Hindu dan Budha (Hamka,
selama belajar di pondok pesantren. - 1961:20).

JPI FIAlJurusan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus 1999 79


Reformasi Pendidikan

Dalam sejarah islam di Indonesia, hukum Terminologi Pondok Pesantren


Islam pemah mengakardan berdiri kokoh sebe-
lum bangsa penjajah (kolonlallsme) datang ke Pengertian pondok pesaritren secara
Indonesia. Pada masa kerajaan islam di Indone terminologis di kalangan paraahli ada beberapa
sia berlaku hukum Islam dan corak pemerintahan pendapat, seperti dipaparkan berikut ini:
Islam. Proses awal mula Islamisasi adalah Pondok pesantren adalah dua buah kata
dengan perkawinan campuran saudagar dari yang mempunyal satu kesatuan rnakna. Kata
Gujarat dan Indonesia, antara anak-anak raja "pondok" dimungklnkan berasal dari bahasa Arab
dengan saudagar-saudagar Arab. Selanjutnya "funduk" yang artinya hotel atauasrama. Pesan
agama Islam berkembang dengan pesat dan tren, kata yangmendapat konfik pe-an, mempu
leluasa, aqidah juga tertanam kokoh terutama di nyal arti yang sama dengan kata pondok, yaitu
lingkungan kerajaan Islam. tempat tinggal santri (Zamakhsyari Dhofier,
Seteiah hukum Islam mengakar kokoh, 1994:18).
selanjutnya tugas para saudagartersebut diganti Sementara itu Geertz menduga bahwa
dengan nama "ulama"', saat itulah raja-raja pengertian santri mungkin berasal dari bahasa
tersebut mendaiami agama Islam. Kemudian Sanskerta "shastri" (ilmuwan Hindu yang pandai
turun temurun generasi berikutnya mendaiami menulis) yang dalam pemakaian bahasa modern
agama islam dan memberlakukan hukum-hukum memiliki arti yang sempit danart! yang iuas: Lebih
Islam di lingkungan kerjaan (Hamka, 1961:20). lanjur diungkapnya: "Arti yang sempit iaiah
Sistem hukum islamterus berjalan bersa- seorang pelajar sekolah agama yang disebut
ma-sama hukum adat di bum! nusantara hingga pondok atau pesantren... dalam artinya yang iuas
masuknya bangsa Barat (koionialisme). Semula dan lebih umum kata santri mengacu pada
mereka datang hanya dengan dalih berdagang seorang anggota bagian penduduk Jawa yang
rempah-rempah untuk persaudaraan. Kemudian menganut islam dengan sungguh-sungguh yang
ada maksud lain yaitu ingin menguasai bumi sembahyang pergi ke masjid pada hari Jum'at
nusantara yang kaya akan bahan danhasil bumi dan sebagainya" (Clifford Geertz, 1982:178).
lainnya. Seteiah mereka merasakan enaknya Dalam kaiimatsederhana Dawam Raharjo
mengambil hasil dari bumi ini, dengan carayang (1988:2) memberi pengertian: pondok pesantren
sangatlicik danmemaksa rakyat yang dianggap adalah suatu lembaga keagamaan yang meng-
masih bodoh dan terbelakang. Bangsa koionial ajarkan, mengembangkan, dan menyebarkan
sombong karena telah mengalami kemajuan ilmu agama Islam.
yang pesat, peradabannya telah maju, teknologi Senada dengan itu S. Subardi (1978:67).
sudah maju seiangkah, dan peralatan yang kuat. menyatakannya pondok pesantren mempunyal
Bangsa imperialis tersebut adalah bangsa pengertian sebagai tempat tinggal para santri
Portugis, kemudian disusun bangsa Spanyol, dan sekaligus tempat pendidikan para santri. Adapun
disusul bangsa Belanda dan Inggris, terakhir santri adalah siswa yang belajar tentang dasar
bangsa Jepang. (Ruslan Abdul Ghani, 1983:20). dan inti kepercayaan islam dan ajaran praktik
ritual yang menjadi dasar dari peribadatan Islam.
Proses belajar para santri itu di bawah pimpinan

80 JPIFlAI Jurusan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus 1999


Dadan Muttaqien, Sistem Pendidikan

dan asuhan seorang guru utama yang disebut Pesantren pada mulanya tidak dapat
"kyai". disamakan denganlembaga pendidikan sekolah
(Sajoko Prasojo, 1982:6) mengungkap atau madrasah yang banyak dikenai sekarang,
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan walaupun daiam perkembangannya dewasa ini
dan pengajaran agama Islam yang umumnya tidak setikit pesantren yang memiliki jenjang
dilakukan dengan sistem non klasikai di mana pendidikan formal seperti madrasah atausekolah,
seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam sehingga dalam keadaan demikian teijadi keter-
kepada santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab paduan antara sistem tradisional (non formal)
yang ditulis dalam bahasa Arab. Kitab-kitab dengansistem formal. Kecenderungan seperti ini
tersebutadalah hasil karangan para ulama abad memungkinkan tidak adanya kesatuan bentuk
pertengahan. dan cara yang beiiaku bagi semua pesantren.
Pondok pesantren secara kelembagaan Melainkan amat ditentukan oleh kyai sebagai
paling tidak memiliki lima unsur sebagai berikut: pemegang pimpinan serta masyarakat lingku-
a. Kyai, sebagai pimpinan, pengajar danpendidik hgannya yang menjadi pendukung.
Pesantren juga bukansemata-mata meru
b. Santri sebagai anak didik
pakan lembaga pendidikan, melainkan dapatjuga
c. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik
diniiai sebagai lembaga kemasyarakatan daiam
d. Pondok
arti memiliki pranata tersendirl yang memiliki
e. Masjid hubungan fungsional dengan masyarakat dan
Kelima unsur tersebut merupakan elemen hubungan tata nilai dengan kuitur masyarakat
dasardari tradisi pesantren. Hal ini berarti bahwa khususnya yang berada dalam lingkungan pe
suatulembaga pengajian yangtelah berkembang ngaruhnya (Dawam Rahaijo, 1988:52). Biasanya
hingga memiliki kelima elemen tersebut akan pondok pesantren memisahkan pondok santri
berubahstatusnyamenjadi pesantren berdasar wanita dengan pondok iaki-laki. Mai ini merupa
kan jumlah santri dan pengaruhnya di kan elemen paling penting dari tradisi pesantren
masyarakat. dan juga sebagai penopang utama bagi pesan
Pondok pesantren dapat diklasifikasikan tren untuk dapat terus berkembang. Semakin
sebagai berikut: memadai persediaan pemondokan maka akan
a. Pesantren kecii, yang mempunyai jumlah semakin besar jumlah santrinya. Daiam tradisi
santridi bawah1.000orangdan pengaruhnya pesantren terdapat 2 kelompok santri;
terbatas pada tingkat kabupaten. a. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal
b. Pesantren menengah, yang mempunyai dari daerahjauhdan menetapdalam kompiek
jumlah santri antara 1.000-2.000 orang yang pesantren.
memiliki pengaruh dan menarik santri-santri b. Santri kaiong, yaitu murid-murid yangberasal
dari beberapa kabupaten. dari desa sekitarnya dan mereka tidak biasa
c. Pesantren besar yang mempunyai jumlah menetap di dalam pesantreri (Zamakhsyari
santri iebih dari 2.000 yang berasal dari Dhofier, 1994:51-52).
berbagai pesantren dan proplnsi bahkan dapat
menarik santri dari luar negeri (Zamakhsyari
Dhofier, 1994:44).

JPIFIAlJurusan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus J999 81


Reformasi Pendidikan

Perkembangan Pondok pesantren serta pendidikan yangdimulai dengan


Pesantren dalam Lintasan pelajaran bahasaArab ternyata dapat ditemukan
di Bagdad yang menjadi pusat dan Ibu kota
Sejarah pemerintahan Islam (Mahmud Yunus, 1960:31),
Kyai Haji Ahmad Zaini menjelaskan bahwa sehingga Karel Steenbrink menyatakan bahwa
sejarah timbulnya pondok pesantren di sistem pesantren berasal dari Hindu kurang tepat,
nusantara, sebagaimana dikemukakan dalam karena ternyata sistem tersebut dapat ditemukan
seminar tentang pondokpesantren di IAIN Sunan di dunia Islam (Mahmud Yunus, 1969:22).
Kalijaga sebagai berikut: Kebanyakan berdirinya sebuah pesantren
"Suatu hal yang dapat dipastikan bahwa diawali dengan seorang ulama untuk menyebar-
permulaan timbulnya sejarah pondok pesantren kan agama dengan diikuti satu-dua orang santri-
ttdaklah berjauhan kalau tidak dapat dikatakan nya, yang bertindak sebagai cantrik (yaitu orang
bersamaan dengan sejarah masuknya agama yang magang/belajarilmu) pada kyai, ulama atau
Islam di Indonesia. Sebab sudah dapat dipastikan kyai tersebut ada kalanya berhenti menetap lebih
bahwa penyebaran dan penyiaran agama Islam dulu di pinggiran desa atau hutan kecil sekitar
olehpara mubaligh yang pertamadatangke Indo desa, kemudian mengadakan pengajian kepada
nesia disampingdengan cara-cara penerangan, satu-dua orang desa yang akhirnya diikuti oleh
dengan amalan-amalan perbuatan juga melalui masyarakat desa itu. Untuk itu di samping ilmu
pendidikan dan pelajaran dengan berbentuk agama, hamplr dapat dipastikan bahwa setiap
pondok pesantren yang sudah past! mengalami kyai salaf (lama) memiliki kekuatan ilmu kanura-
proses pertumbuhan dan perkembangannya gan atau kesaktlan dan keahiian bela diri untuk
sesuai dengan keadaan masa, tempat dan mempertahankan diri atau melawan kejahatan.
sebagainya" (Kyai Haji Ahmad Zaini, 1965:30). Pendidikan pesantren dimulai dari penga-
Berdasarkanbukti sejarah, dapat disimpul- kuan suatu masyarakat tertentu pada keunggulan
kan bahwa pondok pesantren telah mulai dikenal seorangyang alim atauseseorang yangmemiliki
di nusantara pada periode abad ke-13-17 Mdan ilmu, mereka berdatangan kepada tokoh tersebut
di Jawa terjadi pada abad 15-16 Mmelalui data untuk menimba pengetahuan. Keunggulan tokoh
sejarah tentang masuknya Islam di Indonesia tersebut terutama ditekankan kepad ketaqwaan
yangbersifat global ataumacro black magic untuk kepada Yang Maha Kuasa serta ajaran atau aga
ma yang dianutnya dan kepada keshalehan dan
menghancurkan lawan dengan kekuatan galb)
dan sebagainya (Mastuhu, 1994:21). tingkah lakunya sehari-hari, masyarakat meng-
hormati, mengutamakan serta mendahulukan
Sistem pendidikan di pesantren jauh
tokoh seperti itu sehingga ia mendapat julukan
sebelum kedatangan agama Islam dl Indonesia.
"kyai" atau ajengan (di Jawa Barat) yang berarti
Sebelum proses penyebaran agama Islam di
"pemuka" (Sumarsono Meistoko, 1985:231).
negerl ini sistem tersebut telah dipergunakan
Apablla ditinjau dari perspektif sejarah,
secara umum untuk pendidikan dan pengajaran
agama Hindu di Jawa, setelah Islam masuk dan pesantren memegang peranan penting dalam
penyebaran agama Islam dan pemantapan
tersebar di Jawa sistem tersebut kemudian
ketaatan masyarakat kepada islam, bahkan
diambil oleh Islam. Walaupun demikian asal-usul
dalam batas-batas tertentu dapat dikatakan
pendidikan Individual yang dipergunakan dalam

82 JPI FIAIJurusan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus 1999


Dadan Muttaqien, Sistem Pendidikan

bahwa perkembangan Islam di Indonesia amat berlebihan bahwa pesantren sebagai lembaga
tergantung pada lembaga-pendidikan semacam pendidikan "Grass root people" yang sangat
itu, alasannya antara lain: menyatu dengan kehidupan mereka. Dalam
a. Nilai ajaran agama Islam sah, bersifat legal masa yang sama, pesantren lepas dari peren-
dan terbuka bag! setiap orang serta tersusun canaan pendidikan pemerintah kolonial Belanda.
dalam naskahtulisan yangjelas,ini membeda- Pemerintah Belandaberpendapat bahwasistem
kandengan ajaranlain yangumum pada masa pendidikan Islam sangat jelek jika ditinjau dari
itu terbatas pada lapisan tertentu saja dan segi tujuan, maupun metode serta bahasa
disampaikannya hanya dalam bahasa lisan. (bahasa Arab) yang dipergunakan untuk meng-
b. Pada masa itu tidak ada lembaga sosial ajar, sehingga sangat sulit dimasukkan dalam
lainnya dalam penyebaran agama Islam di In perencanaan pendidikan umum pemerintah
donesia yang dapat lebih efektif dalam kolonial. Tujuan pendidikannya dinilai tidak
melaksanakan fungsinya (Abdurrahman menyentuh kehidupan duniawi. Metode yang
Shaleh. 1982:7-8). dipergunakan tidak jelas kedudukannya; seorang
Kehadiran pesantrenditengah masyarakat guru apakahdiaguru atau pemimpin agama,dan
tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi dalam hal bahasa yang dipergunakan, tulisan
juga sebagai lembaga penyiaran agama dan Arab sangat berbeda dengan tulisan Latin,
sosial keagamaan. Pesantren berhasil menjadi- sehingga menyulitkan untuk dimasukkan ke
kandirinya sebagai pusatgerakan pengembang- dalam perencanaan pendidikan mereka.Sebalik-
an Islam seperti diakui oleh Dr. Subardidan Prof. nya mereka menerima model lending untuk
John yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier dimasukkan kedalam sistem pendidikan kolonial
dalam bukunya Tradisi Pesantren: Belanda karenasecara filosofis dan teknik diang-
gap lebih mudah, baik tujuan, metode maupun
"Lembaga-lembaga pesantren yangpaling
bahasa yang dipergunakan sesuai dengan nilai
menentukan watak keislaman dari kerajaan-
kebiasaan pemerintah kolonial Belanda.Orientasi
kerajaan Islam, dan yang memegang peranan
sekolah umum diarahkan untuk meningkatkan
penting bag! penyebaran Islam sampai ke
kecerdasan dan keterampilan dalam hidup kedu-
pelosok-pelosok, dari lembaga-lembaga pesan
niawian, sedangkan pesantren mengarahkan
tren itulah asaf-usul sejumlah manuskriptentang
orientasinya pada pembinaan moral dalam
pengajaran Islam diAsiaTenggara yangtersedia
konteks kehidupan ukhrowi (Karel Steenbrink,
secara terbatas, yangdikumpulkan olehpengem-
1986:119). Kecuali itu hal tersebut juga disebab-
bara-pengembara pertama dari perusahaan-
kan pemerintah kolonial Belanda takut pada
perusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak
perkembangan Islam.
abad ke-16 untuk dapat betul-betui sejarah
Islamisasi di wilayah ini, karena lembaga-lem Dalam posisi "uzlah" atau hidup terplsah
baga inilah yang menjadi anak panah penyebaran dengan pemerintah kolonial tersebut, pesantren
Islam di wilayah ini" (Zamakhsyari Dhofier, terus mengembangkan diri dan menjadi tumpuan
1994:17-18). pendidikan bagi umat Islam di pelosok-pelosok
pedesaan. Keadaan zaman terus berubah dan
Selama masa kolonial Belanda, pesantren
berkembang sampai zaman revolusi kemerdeka-
merupakan lembaga pendidikan yang paling
an.
banyak berhubungan dengan rakyat, dan tidak

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus 1999 83


Reformasi Pendidikan

Pada zamanrevolusi kemerdekaan, seiring a. Pola pendidikan keterampilan yang ditawarkan


dengan semakin "matangnya waktu", pesantren dan dikelola olehdepaftemen agama, polaini
yang pada awalnyamerupakan pusat kemurnian sekarang telah diikuti oleh lebih dari seratus
ajaranagama dan kepercayaan, berubah menja- buah pesantren:
di salah satu pusat perjuangan nasional. Dan b. Pola pengembangan yang'dirintis oleh LP3Es
pada.periode perangfisik kemerdekaantersebut melalui P3M (Perhimpunan Pengembangan
pesantren menjadi pusat-pusatgerilyawan (tenta- Pesantren dan Masyarakat)nya, baik peme-
ra hisbullah) yang berjuang melawan penjajah. ' rintah maupun swasta baik dalam maupunluar
Awal pembentukan Tentara Nasional Indonesia negeri;
(TNI) terutama Angkatan Darat, banyak yang 0. Pola pengembangansporadis yangditempuh
berasal dari santri dan diwarnai dengan corak oleh beberapa pesaritren utama secara sen-
kehidupan atau kuitur santri. Di tingkat pimpinan diri-sendiri, tanpa tema tunggalyang mengikat
dan melalui jalur perjuangan diplomasi, tidak upaya mereka itu dan dilaksanakan menurut
sedikit kyai dan pengasuh pesantren yang persepsi dan aspirasi masing-masing
menjadi pimpinan nasional dan ikut serta mem- (Soemarsono Mestopo, 1985:233).
berikan andil dalam menegakkan kemerdekaan Sehubungan dengan .tinjauan historls di
bangsa melalui penyusunan dasar-dasar kon- atas yang diperkuat oleh.pendapatpara ahli me
stitusinegara. Bentuk dan sifat pesantren waktu ngenai pesantren, perjalanan lembaga pesantren
itu masih tetap sebagai lembaga pendidikan menunjukkan gerak sejarah yang senantiasa ber
agama {tafaqquh fiddin), sosial keagamaan, dan kembang dan dapat dikatakan bahwa pesantren
penyiaran .agama dengan corak ajarannya yang tidak lekangmenghadapi tantangan zaman, baik
fiqh sufistik lengkap dengan orientasi ukhrow'mya. tantangan yang datang dari kalangan penjajah
Sejak awalabad ke-20, ilmu-ilmu pengeta- maupun dinamika perubahan sosial budaya
huan umum telah mulai diajarkan di pesantren masyarakat Indonesia. Posisi-pesantren pada
dan sejaktahun 1970-anlatlhan-latihan keteram- masa kini, seperti yang digambarkan Mastuhu
pilan mengenai berbagai bidang seperti jahit- pesantren sedang berada, dalam pergumuian
menjahit, pertukangan, perbengkelan, petemak- antara"identitas dan keterbukaan'Vartinya disatu
an, pertanian, perikanan dan sebagainya juga pihak pesantren dituntut untuk;menemukan
diajarkan di pondok pesantren, dimana pembe- identitasnya kembali, dan dari pihak lain diaharus
rian keterampilan tersebutdimak-sudkan sebagai secara terbuka bekerjasama dengari sistem-
salah satu cara mengembangkan wawasan sistem yang lain di luardirinya yang tidakselalu
warga pesantren dari orientasi kehidupan yang sepaham dengan dirinya (Mastuhu, 1994:149).
amat berat ke akhirat menjadi berkembang
dengan kehidupan duniawi.
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, Ketua Pondok Pesantren Sebagai
Tanfidhiyah NahdIatuI Ulama mengungkap bahwa Lembaga Pendidikan Islam
dewasa ini terdapat tiga pola pengembangan
pesantren yang dapat dibedakan satu dengan Pesantren lahir karenasadar akan kewajib-
yang lain. Pola pengembangan tersebut sebagai an dakwah Islamiyah, artinya kewajiban menye-
berikut:
barkan agama Islam sekaligus mencetak kader-
kader muballigh. Segera setelah meriuntut ilmu.

84 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume V Tahun IVAgustus 1999


Dadan Muttaqien, Sistem Pendidikan

parasantri dituntut mengajarkan danmenyampai- a. Pondok pesantren yang menyelenggarakan


kannya walau hanya sepotong ayat. Kewajiban pendidikan dan pengajaran dengan cara non
ini harus dilakukan tanpa menunggu adanya klasikal, dimana seorangkyai mengajar santri-
permintaan. Motivasi iniiah yang menyebabkan santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis
pesantren tumbuh dan tetap tangguh dalam dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar
menghadapi aneka perubahan maupun tan- sejak abad pertengahan, sedang para santri
tangan dalam kehidupan. Hal tersebut ditambah biasanya tinggal dalam pondok di pesantren
dengan tekad pesantren untuk membangun tersebut.
negara dan mencerdaskan bangsa. Hal ini harus b. Pondok pesantren yang menyelenggarakan
diakui karena pesantren adalah khas Indonesia pendidikan dan pengajarannya dengan sistem
dan telah ada sebelum kemerdekaan. weton yaitu para santri datang berduyun-
Berdasarkan hasii musyawarah intensifi- duyun pada waktu tertentu dan mereka tidak
kasi pengembangan pondok pesantren yang disediakan pondokan dan kompleks pesantren
diselenggarakan oleh Departemen Agama pada tetapi mereka tetap tinggal di rumah maslng-
tanggal 2-6 Mei 1978 di Jakarta, dinyatakan masingatau di rumah-rumah penduduksekitar
bahwa pondok pesantren adalah lembaga pondok pesantren, mereka biasa dikenal
pendidikan Islam (Abdurrahman Shaleh,1982:8). dengan sebutan santri kalong.
Pada kenyataannya, sistem pendidikan dan c. Pondok pesantren yang merupakan gabungan
pengajaran ini berbeda antara satu pondok dari kedua model pesantren di atas, yakni
dengan pondok yang lain, sebagian pondok menyelenggarakan sistem pendidikan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal tetapi juga menye
pengajaransemakinberubahkarenadipengaruhi lenggarakan pendidikan formal berbentuk
oleh perkembangan pendidikan ditanah airserta madrasah, bahkan sekolah umum. Begitu pula
tuntutan masyarakat sekitar lingkungan pondok para santrinya ada yang menetap di pondok
pesantren. Sebahagian yang lain tetap memper- dan ada santri kalong. Model seperti ini lebih
tahankan sistem pendidikan lama sebagaimana dikenal dengan pondok modern (Abdul
yangdialami pada masa-masa sebelumabad ke- Rahman Shaleh, 1982:9).
20. Namun hakikatnya tetap sama, yaltu sebagai Metode pengajaran di lingkungan pondok
lembaga tempat mengkaji danmendalami ajaran- pesantren pada umumnya dilakukan melalui
ajaran keislaman. Dengan demikian, inti pokok sistem bandongan atau seringkali juga disebut
suatu pesantren adalah pusat pengkajian ilmu- sistem weton, dalam sistem ini pengajarannya
ilmu keagamaan Islam sepertifiqh, tauhid, tafsir, berlangsung sebagai berikut:
hadits, tasawuf, bahasa Arab dan lain sebagai-
"Sekelompok murid (antara 5-500 orang)
nya. Ilmu-ilmu yang diajarkan itu terbatas dalam mendengarkan seorangguru yangmembaca dan
ruang lingkup Ilmu-ilmu yang digolongkan kepada
menerjemahkan dan seringkali mengulas buku-
ilmu-ilmu agama. sebagai upaya membedakan buku Islam dalam bahasa Arab, setiap murid
dengan ilmu-ilmu umum (Imam Moedjiono, memperhatikan bukunya sendiri dan membuat
1994:27).
catatan-catatan (baik arti maupun keterangan)
Dewasa ini sistem pendidikan dan tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit,
pengajaran pondok pesantren dapatdigolongkan kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut
sebagai berikut:

JPIFIAIJurusan Tarhiyah Volume VTahun IVAgustus 1999 85


Reformasi Pendidikan

halaqoh yang arti bahasanyalingkaran murid atau Atasdasar Itu, tujuanpendidikan dipesan
sekelompok siswa yang belajar di bawah tren berada sekitar terbentuknya manusia yang
bimbingan seorang guru" (Zamakhsyari Dhofier, memiliki kesadaran setinggi-tingginya atas
1994:228). bimbingan agama islam. Weltanschaung yang
Pesantren kadang-kadang juga bersistem bersifat menyeluruh, diperlengkapi dengan
sorogan bagi santri-santri yang masih memerlu- kemampuan setinggi-tingginya untuk merespon
kan bimbingan individual. Sistem sorogan meru- terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-
pakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu
sistempendidikan Islam tradisional. Sebabsistem yang dihadapi.
ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan
disiplin pribadi dari murid. Di pondok pesantren
Unsur-unsur Pendidikan dalam
yang besar, sistem sorogan hanya dilakukan
kepada dua atau tiga santri yang biasanya terdiri Pondok Pesantren
dari keluarga kyai atau santri-santri yang Secara garis besar dapat dikemukakan
dianggap pandai oleh kyai yang diharapkan di bahwa unsur-unsur yang ada dalam sistem
kemudian hari menjadi orang alim. Pelaksanaan pondok pesantren dapat dikelompokkan sebagai
sorogan berlangsung, di mana santri yang pandai berikut:
mensorogankan sebuah kitab kepada kyai untuk
a. Pelaku: kyai, ustadz, santri dan pengurus.
dibacadi hadapan kyai itu, dan kalau ada salah-
nyamaka kesalahan itu langsung dibetulkan oleh b. Sarana perangkat keras: masjid, rumah kyai,
rumah dan asrama ustadz, pondok atau
kyai (Abdurrahman Shaleh, 1982:11). Sistem ini
sangatefektif, karena seorangguru dapatdengan asrama santri, gedung sekolah atau madra
maksimal mengawasi, menilai, dan membimbing sah, tanah: untuk olahraga, pertanian atau
petemakan, empang,makamdansebagainya.
murid, terutamadalampenguasaan bahasaArab.
Walau telah terjadi dinamika dalam dunia c. Sarana perangkat lunak: tujuan. kurlkulum,
pesantren, pesantren tetap berada pada fungsi kitab, penilaian, tata tertib, perpustakaan,
pusat dokumentasi dan penerangan, cara
aslinya, yakni sebagai lembaga pendidikan guna
pengajaran (sorogan, bandongan, halaqoh),
mencetak tenagaahli keagamaan Islam. Sebagai
keterampilan, pusat pengembangan
suatu lembaga pendidikan yanghidup di tengah-
tengah arus modernisasi, maka agar eksistensi- masyarakat dan alat-alat pendidikan lainnya.
(Mastuhu. 1994:25).
nya tetap dipertahankan, Nurcholish Madjid
berpendapat: Kelengkapan unsur-unsur tersebut berfae-
da-beda antara pesantren yang satu dan yang
"Pesantren diwajibkan oleh tuntutan-tun-
lain. Ada pesantren yang secaralengkap memiliki
tutan hidup anakdidiknya kelak dalam kaitannya
unsur-unsur tersebut dan ada pesantren yang
dengan perkembangan zaman yang membekali
hanya memiliki sebagian saja.
mereka dengan kemampuan-kemampuan nyata
yang dapat melalui pendidikan atau pengajaran Kehidupan masyarakat pesantren selalu
pengetahuan umum secara memadai di bagian menjunjung tinggi sikap tawadhu, rendah hati,
inipun kemungkinan mengadakan piiihan-pillhan tidak menyombongkan pengetahuan dan
jurusan bagi anak didik sesuai dengan potensi kekayaan sertaselalu hormat kepada orang lain,
buat mereka" (Nurcholish Madjid. 1985:150). apalagi kepada gurunya (kyai).

86 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus 1999


Dadan Muttaqien, Sistem Pendidikan

Kyai mendapat penghormatan pertama dari bertindak sebagai panutan dan pembimbing bag!
para santrinya, selain karena kealiman dan kehidupan dan kemajuan masyarakat sekitamya.
keteladanan dalam budi pekertinya, jugakarena
pendidikan dan pengajaran dari kyai kepada
santri-santrinya yang sangat menekankan Daftar Pustaka
pelajaran-pelajaran akhlak yang menjadi amalan
mereka sehari-hari.
Dawam Rahardjo, 1985. Pergulatan Dunia
Pesantren. Jakarta: P3M.
Dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
di iuar pondok pesantren, kyai atau santri-santri ,1985. Pesantren dan Pembaharuan.
Jakarta: LP3ES.
senior kerapkaii diminta masyarakat, baik
perorangan maupun keiompok untuk menghadiri Geertz, Clifford. 1981. The Religion of Java.
kegiatan, memberi pengajian atau member! doa Jakarta: Pustaka Jaya.
restu. Dalam kegiatan-kegiatan semacam itu kyai Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: N.V.
atau wakilnya juga diminta memimpin upacara- Nusantara 1961
upacara keagamaan yang sekaiigus memberi Imam Moedjiono, 1994. Sejarah Pendidikan Islam
pendidikan kepada masyarakat iuar pesantren diIndonesia. Yogyakarta: Diktat Kuliah.
baik secara iangsung maupun tidak iangsung. Mahmud Yunus. 1969. Sejarah Pendidikan Islam
Lebih dari itu, kyai dan anggota masyarakat di Indonesia. Jakarta: Mutiara.
pesantren kadang dilibatkan dalam unsur Mastuhu, 1988. Dinamika Pesantren, Dampak
pemerintahan setempat, dan dalam pengambiian Pesantren dalam Pendidikan dan
kebijakan ataukeputusan pemerintah, pendapat Pengembangan Masyarakat. Jakarta:
kyai atau wakilnya menjadi sumber pertimbangan PEM.
dalam pengambiian keputusan. , 1994. Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur-
Penutup unsur dan Nilai Sistem Pendidikan
Pesantren. Jakarta: Inis.
Sebagai penutup, dapat dikemukakan Nurcholish Madjid. 1998. Bilik-biiik Pesantren
bahwa pendidikan di pondok pesantren sangat Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
mendukung dalam proses pembangunan Paramadina.
sumberdaya manusia, baik secara individual Prasodjo, S. 1982. Profil Pesantren, Laporan
maupun masyarakat pada umumnya. Sistem Hasil Penelitian Pesantren Al-Falak dan
pendidikan pondok pesantren memungkinkan Delapan Pesantren lain dlBogor. Jakarta-
untuk seialu berkembang di tengah-tengah LP3ES.
kehidupan masyarakat sejalan dengan dinamika Ruslan Abdul Ghani, Sejarah Perkembangan Is
masyarakat itu sendiri. Santri alumni pondok lam diIndonesia, Jakarta: Antar Kota, 1983.
pesantren dari tahun ke tahun terus mengalir,
Subardi, 8.1978. Pengantar Sejarah dan Ajaran
mereka kembali ke kampung halaman masing-
islam. Tt., Bina Cipta.
masing untuk mendirikan lembaga pendidikan
baik di kampungnya atau di tempat lain, bahkan Zamakhsyari Dhofier. 1994. Tradisi Pesantren,
iembaga yang dirintisnya lambat laun ada yang Studi Tenfang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3ES.
menjadi pondok pesantren yang juga sekaiigus
JPI FIAIJw-usan Tarbiyah Volume VTahun IVAgustus 1999 87

Anda mungkin juga menyukai