Anda di halaman 1dari 71

PENATALAKSANAAN

FISIOTERAPI PADA
KASUS FRAKTUR
OLEKRANON SINISTRA DI
RUMAH SAKIT PANDAN
ARANG BOYOLALI
by ​Mareta alviani
Submission date: ​07-Jul-2018 03:18PM (UTC+0700) ​Submission ID: ​980951646 ​File name:
untuk_turnitin.docx (526.54K) ​Word count: 5
​ 844 ​Character count: ​37127

PENATALAKSANAAN ​FISIOTERAPI ​PADA ​KASUS


​ LEKRANON ​SINISTRA ​DI
FRAK​TUR O
RUMAH ​SAKIT P
​ ANDAN ​ARANG
BO​Y​O​LA
LI

MUHAM
SITAS
IVERS
MMAD
UNIV
IY​AH
• ​SU
R​AKAR
ERTA

KARYA ​TULIS
ILMIAH

DISUSUN ​UNTUK ​MEMENUHI ​PERS​YARATAN ​DAL​AM


MEN​DAPA​TKAN

GELAR ​DIPLOMA ​III


FISIOTERAPI

Disusun
oleh ​:

DUW​I
PUSPIT​ON​INGRUM

J100150
080

PROGRAM ​ST​UDI ​D​IPLOM​A III


FIS​IOT​ERAPI

FAKULTAS ​ILMU
KE​SEH​ATA​N

UNIVERSITAS ​MUHAMMADI​YAH
SURAKARTA

20
18


B​AB
I
12

PENDAHUL
UAN

A​. ​Latar ​Belakang


Mas​alah

Pada ​zaman ​modern ​ini​, ​masyarakat ​dapat ​dengan


mudah ​melakukan

segala ​hal​, i​ ni ​dikarenakan ​kemajuan ​teknologi ​y​ang


semakin ​ca​ngg​ih​, ​dengan

adanya ​kema​j​uan ​teknologi ​tersebut ​para ​pelaku ​usaha


terutama ​pengusaha

dalam ​bidang t​ ransportasi ​terus m


​ elakukan ​inovasi ​– ​inovasi ​untuk
menarik

perhatian ​pembeli​. ​Sehin​gg​a ​sekarang ​ini​, ​banyak ​sekali ​para


pen​g​guna ​jalan

yang ​lebih ​memilih ​transportasi ​pribadi ​dibandingkan


transportasi ​umum​.

Selain ​tidak ​berdesak ​- desakan dengan penumpang lain,


mereka beran​gg​apan

bahwa menggunakan transportasi pribadi menjadi lebih efektif.


Namun, hal

tersebut yang mengakibatkan jalanan semakin macet dan para


pen​gg​una jalan

melakukan berbagai macam cara agar cepat sampai ke


tempat t​uj​uan. Karena

kurangnya kesadaran dalam ter​t​ib berlalu lintas, sering


mengakibatkan

terjadinya kecelakaan lalu lintas, salah satunya dapat


mengakibatkan fraktur.

Menurut Mansjoer (2007) fraktur atau yang biasa disebut


patah tulang

adalah terputusnya kontinuitas jari​ngan tulang ​atau t​ulang


rawan yang biasanya

disebabkan oleh trauma. Sedangkan, olekranon menurut


Thomas (2011)

merupakan tulang yang menonjol pada proksimal ulna.


Jadi, fraktur olekranon

adalah terputusnya hubungan tulang ulna bagian atas


yang disebabkan oleh

trau​ma ​(Ar​if Muttaqin​,


2012).

Fraktur ​olekranon ​adalah f​ raktur ​yang ​umum


terjadi ​pada ​ekstremitas

​ iasanya ​terjadi ​akibat ​trauma ​langsung ​ke ​siku ​bisa


atas​, b
karena ​terjatuh ​atau

terbentur ​sesuatu y​ ang ​keras​. (Nowak, Tobias E. &


Rommens, Pol M., 2​0​14)

Secara umum, keadaan fraktur secara klinis dapat


diklasifikasikan

menjadi fra​k​tur tertutup, fraktur terbuka, dan fraktur


de​n​gan komplikasi.

Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya


tidak menembus kulit

sehingga fraktur tidak terkontaminasi dengan dunia luar tubuh,


fraktur terbuka

adalah fraktur yang terhubung dengan dunia dari luar


tubuh melalui luka pada

kulit, dan fra​k​tur dengan komplikasi adalah fra​k​tur ya​ng


disertai dengan

komplikasi, misalnya infeksi tulang (arif


muttaqin, 2008).
2​0

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyampaikan dalam hadits

‫ ﺑﺮأ ﺑﺈذن‬،‫ ﻓﺈذا أﺻﺎب اﻟﺘﻮاء اﻟﺪاء‬،‫ﻟﻜﻞ داء دواء‬


‫ اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ‬disebutkan bahwa
va

yang artinya “Setiap penyakit pasti


memiliki obat, bila sebuah obat
sesuai
dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan
seizin Allah Subhanahu wa

Ta'ala” (HR. Muslim). Disebutkan pula sebuah


hadits yang menyatakan

‫ ﻋﻠﻤﻪ‬،‫إن اﷲ ﻟﻢ ﯾﻨﺰل داء إﻻ أﻧﺰل ﻟﻪ ﺷﻔﺎء‬


‫ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ وﺟﻬﻠﻪ ﻣﻦ ﺟﻬﻠﻪ‬
3

“Ses​ungguhny​a Allah tidak tidak menurunkan


sebuah penyakit melainkan pula
menurunkan obatnya, obat itu diketahui oleh yang bisa
mengetahuinya dan

tidak diketahui oleh yang tidak bisa mengetahuinya”


(HR. Ahmad, Ibnu Majah,

dan
Al-Ha​kim)

Fraktur olekranon terjadi sekitar 10% dari semua


fraktur ekstremitas

atas. Dari data retrospektif yang dikumpulkan melalui database


trauma

inedinburgh​, ​skotlandia​, ​fraktur olekranon ​yang ​dihitung ​dari


0​,​9​% ​dari ​semua

patah ​tulang ​dan ​18​% ​dari ​semua ​fraktur ​lengan ​bawah


proksimal ​dan ​memiliki

insiden ​keseluruhan 1 ​ 2 ​per ​100​.​000 o


​ rang​. ​Terjadinya
fraktur ​ini p
​ aling ​sering

adalah ​karena ​trauma ​atau ​terjatuh ​yaitu ​sekitar ​70​% ​dari


semua ​fraktur

olekranon ​(​Brolin ​& ​throckmorton​,


2015​)​.

Sendi ​olekranon ​atau ​lebih ​sering ​disebut ​sendi ​elbow


merupakan ​salah

satu ​sendi ​yang ​paling ​sering ​digunakan dalam aktivitas


sehari​-​hari​, ​baik dalam

melakukan kegiatan ​motorik ​halus ​maupun ​dalam ​melakukan ​kegiatan


motori​k
kasar​, ​seperti ​menyisir​, ​menulis​, ​berpakaian​, ​dan ​mengangkat
beban​. Sendi

elbow termasuk dalam sendi engsel se​hin​gga sendi ini hanya


dapat melakukan

gerakan fleksi dan


ekstensi.

Apabila sendi elbow mengalami fraktur atau lebih tepatnya di


bagian

olekranonnya mak​a ​ak


​ a​n menimbulkan permasalahan, diantaranya
adalah

timbulnya rasa nyeri, ling​k​u​p ​gerak sendi yang terbatas,


kekuatan otot

menurun, sehin​gg​a untuk mempertahankan posisi nyaman


ak​an ​jarang

d​i​gerakkan dan mengakibatkan aktivitas sehari-hari


menjadi terga​ng​gu.

Fisioterapi merupakan salah satu ten​aga ​medis


yan​g berperan pent​ing

dalam proses ​p​enyembuhan fraktur setelah dilakukannya


tindakan operasi.

Sebelum dilakukannya tindakan fisioterapi, hal yang paling


penting untuk

dilakukan adalah pemeriksaan sehin​gg​a fisioterapi dapat


memberikan tindakan

terapi yang sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus


pasca operasi fraktur

olekranon ini akan diberikan tindakan berupa IR dan Terapi


Latihan. Terapi

latihan yang diberikan yaitu hold relax dan resisted


exercise.

1​9 ​B​. ​Rumusan ​Mas​alah

Berdasarkan ​latar ​belakang ​tersebut ​diata​, ​maka ​rumusan


masalahnya

adalah ​sebagai
berikut​:

1​. ​Apakah ​IR ​dapat ​mengurangi nyeri ​pada ​kondisi


fraktur olekranon​?

2​. ​Apakah ​latihan ​dengan ​hold ​relax ​dapat ​menambah


lingkup ​gerak ​sendi

siku ​pada ​kondisi ​fraktur


olekranon​?

3​. ​Apakah ​resisted ​exercise ​dapat m


​ eningkatkan
kekuatan ​otot ​pada k​ ondisi

fraktur
olekranon​?

C​. ​Tujuan
Penulisan

Tujuan ​dari ​penulisan K


​ arya ​Tulis
Ilmiah ini adalah​:

1​. ​Untuk ​mengetahui ​apakah I​ R ​dapat ​mengurangi ​nyeri


pada ​kondisi f​ raktur

olekrano
n​.
2​. ​Untuk ​mengetahui ​apakah ​hold ​relax ​dapat ​menambah
lingkup ​gerak ​sendi

siku ​pada ​kondisi ​fraktur


olekranon​.

3​. Untuk mengetahui apakah resisted exercise dapat


meningkatkan kekuatan

otot pada kondisi fraktur


olekranon.

D. Manfaat
Penulisan

Dalam penulisan Ka​ry​a Tulis Ilmiah ini penulis


berharap banyak

manfaat yang bisa diambil,


diantaranya:

1​. Bagi
Penulis

Semoga penulis dapat menambah ilmu dan


pengetahuan mengenai

fraktur
olekranon.

2. ​Bagi Dunia
Pendidikan

Penulis berharap semoga dapat me​nam​bah kajian ​ilmu


fisiot​erapi

mengenai fraktur
olekranon.

3​. Bagi
Masyarakat

Semoga menambah ​p​engetahuan masyarakat


mengenai fraktur

olekranon dan
penanganannya.

BAB ​II

TI​NJAUA​N
PUSTAKA

A​.
De​fi​nisi

Menurut ​Man​sjoer ​(​2007​) ​fraktur ​atau ​yang ​biasa ​disebut


patah ​tulan​g

adalah ​terputusnya ​kontinuitas ​jaringan ​tulang ​atau ​tulang


rawan ​yang ​biasanya

disebabkan ​ole​h ​trauma​. ​Sedangkan​, ​olecranon ​menurut ​T​h​omas


(​2011​)

merupakan ​tulang ​yang ​menonjol pada ​proksimal ​ulna​. ​Jadi​, ​fraktur


olekranon

adalah ​terputusnya h
​ ubungan ​tulang ​ulna ​bagian ​atas
yang ​disebabkan ​oleh

trauma ​(​Arif ​Muttaqin​,


2012​)​.
B. Anatomi

Olekranon merupakan bagian dari t​ul​ang ulna, yaitu


pada bagian ujung

atas (proksimal) yang membentuk tonjolan saat siku


ditekuk, olekranon ini

membentuk sendi
elbow

1. Elbow merupakan sendi kompleks yang d​ib​entuk oleh


tulang humerus,

radius dan ulna, dan ket​iga ​tulang ini berartikulasi


membentuk 3 persendian

yaitu: humeroulnar, humeroradial, dan radioulnar proksimal.


Struktur dari

tu​lang-tulan​g tersebut menjadi stabilisasi statis siku


yang sangat baik.

a) Humeroulnar
joint

Humeroulnar joint terbentuk dari tulang humerus


distal dan ulna

proksimal. Di anteromedial dari humerus ​distal ​disebut dengan


trochlea,

yang berbentuk seperti jam pasir. Per​muk​aan


sendinya ditu​tupi ​oleh

tulang ​rawan ​dari ​olekranon ​posterior


sampai ​ke ​koronoid ​anterior​.
awan
10

Struktur ​dari ​permukaan s​ endi ini ​membuat ​sendi


humeroulnar ​menjadi

salah ​satu ​sendi ​paling ​stabil ​dalam s​ istem ​mus​kulosk​eletal


manusia​.

Pada ​umumnya ​sendi ​humeroulnar ​ini ​digambarkan


sebagai ​sendi

engsel​, ​yaitu ​sendi ​yang ​bergerak ​ke ​dua ​arah​, ​fleksi ​dan
ekstensi​, ​tetapi

sendi ​humeroulnar ​ini ​lebih ​tepatnya ​ditu​nju​k


sebagai sendi ​engsel ​yang

telah ​dimodifikasi​, ​yaitu ​dengan ​gerakan ​sedikit


rotasi ​(​sekitar ​5​%​)

internal ​dan ​eksternal


rotasi​.

b​) Humeroradial
Joint

Sendi humeroradial hampir sama seperti sendi


humeroulnar, sendi

ini melakukan peran ganda yaitu melakukan gerakan


fleksi-ekstensi

dengan sendi humeroulnar dan melakukan gerakan


rotasi dengan sendi

radioulnar proksimal. Pada bagian distal humerus


terdapat kapitulum

yang terletak di lateral d​a​ri troklea.


Kapitulum
tidak
berbentuk

lingkaran penuh tetapi berbentuk setngah bola di


b​agian anterior,

berbeda dengan troklea , ka​pit​ulum tidak meluas ke


posterior tetapi

berhenti pendek dari ujung postero distal


humerus.

C) ​Radioulnar Proksimal
Joint

Sendi radioulnar proksimal memiliki fungsi yang


berhubungan

dengan sendi radioulnar distal yaitu untuk


menghasilkan gerakan rotasi

pada lengan bawah (supinasi dan pronasi). Dalam


gerakan supinasi,

tulang radius melin​tasi ​ulna dan sebaliknya saat


gerakan pronasi.

CL​INICAL
CO​MMENTARY

Humer
us

Coronoi
d ​lossa
Lateral
supracondyl
endge
Medal
epicondyl
e
Lateral
epico​nd
y​le
Radallo
ssa ​-
Trochlear ​groove ​Trochlea

Capt
ellu
m

Radul
head

Radial
neck
Coronod
process

Ulnar
tuberosity
Radal
tuberosit
y

Rad
us
Uni

ICUR
E ​1.​
The
t
h
e
c
omp
let​.

(​Gam
bar
2​.​1​)
2​. ​Sendi ​elbow ​tidak ​hanya ​terdapat
tulang ​dan ​berberapa ​persendiannya​,

tetapi ​terdapat ​juga ​ligamen​, ​sendi


elbow ​memiliki ​dua ​jenis ​ligamen ​yang

kompleks ​yaitu ​medial ​dan ​lateral​.


Pada ​sisi ​medial ​elbow​, ​medial
kolateral

ligamen ​(​MCL​) ​atau ​ulnar ​kolateral


ligamen ​(UCL​) ​terbagi ​menjadi ​3

bagian​: ​bundel ​anterior​, ​posterior


bundel​, ​dan ​ligamentum ​transversal​.

a) ​bundel
anterior
ligamen

Bundel anterior ligamen kolateral


medial adalah stabilizer utama

dari siku dan berasa dari aspek


anterior-inferior dari epikondilus
medial

dan menyisip pada tuberkulum


mayor ulna, memberikan stabilitas
untuk valgus dan tekanan berputar
posteromedial. Serat dari bundel
anterior ​mampu ​menahan ​gerakan ​valgus ​dari ​ekstensi penuh
ke ​85°

fleksi​.

b​) ​Bundel
transversal

Bundel transversal ​dari ​MCL ​komplek ini berasal


dari ​olekranon

medial ​dan ​masuk ​ke ​dalam ​prosessus koronoid ​ulna​,


mayoritas ​peneliti

percaya ​bahwa ​bagian ​dari ​ligamen ​medial ​komplek ​ini


berkontribusi

minimal​, s​ ecara ​keseluruhan ​untuk


stabilitas siku​.

c​) ​Bundel
posterior

Bundel ​ini ​berasal ​dari ​posterior ​epikondilus ​medial​.


Bundel

oblique posterior berbentuk kipas dan me​nyi​sip ke aspek


posteromedial

dari
olekranon.

Kompleks l​i​gamen lateral menu​nju​kkan variabilitas yang


jauh lebih besar

daripada kompleks sisi medial. Morrey telah mencatat tiga


komponen dari

ligamentum lateralis terdiri dari 3 komponen.


Komponen-komponen ini
adalah l​i​gamen kolateral radial, ligamen kolateral lateral
ulnaris, dan

ligamen
annular.

a) Radial collateral
ligamen (RCL)

RCL berasal dari epikondilus lateral d​a​n masuk k​e


ligamen

annulus. RCL berfungsi menjaga stabilitas varus dan


membantu untuk

menstabilkan kepala
radial.

b) Lateral ulnar collateral ligament


(LUCL)

LUCL berasal dari bagian tengah epikondilus


lateral dan menyisip

ke dalam tuberku​lum ​crista musculi supinatoris pada


ulna. Ligamen ini

juga ​dian​gg​ap s​ ebagai ​stabilisator ​utama


dari ​siku ​ke v​ arus ​dan ​stres

berputar
posterolateral
.

c​) ​Ligamen
annular
Ligamen ​annular ​me​ngelili​ngi ​kepala
radial​, ​dengan ​asal ​dan

penyisipan ​pada u
​ lna ​proksimal​, ​ia
menstabilkan ​sendi ​radioulnar

proksi
mal​.

Anterior
capsule
Posterio
r ​bundle
Anterior
bundle
Amular
ligament

Transvent
e
ligament
P
osterior
capitule

​ ​. ​El​bow ​ligamentous a
Fig​. 3 ​ natomy​. ​Structure ​of ​the ​medial ​collateral
ligament ​complex (​ ​A)​ ​and ​the ​lateral ​collateral ​ligament ​complex ​(​8​)​.
​ rom ​Tashijian ​RZ​, ​Katarini​c ​JA​. ​Complex ​elbow ​instability​. J
(F ​ ​Am ​Acad
Orthop ​Surg ​2​006​;1 ​ 4​(​5​)​:​279​, w
​ ith ​permission​.​)

(​Gambar
2​.​2​)

3​. ​Penyusun ​sendi ​elbow juga ​terdapa ​otot​-​otot


ya​ng ​s​ecara ​langsung
mempengaruhi ​siku​, ​dapat ​dibagi ​menjadi
empat ​kelompok ​utama​: ​fleksor

siku​, ​ekstensor​, k​ elompok ​fleksor​-​pronator​, ​dan


kelompok ​ekstensor

supinat
or​.

Fleksor ​siku
diantaranya ​terdapat​:

a​) ​Bisep
brachii

Otot ​bisep ​brachii ​menutupi ​otot ​brakhialis ​anterior


dan ​terdiri ​dari

2 ​kepala​. ​Kepala ​yang ​panjang ​berasal ​dari ​tuberkel


supraglenoid​, ​dan

dalam ​banyak ​kasus​, ​ia melekat ​langsung ​ke labrum


glenoid​. ​Perbedaan

yang ​jelas ​antara ​labrum ​dan tendon ​bisep ​sering ​sulit​, ​karena
mereka

menyatu​. ​Kepala ​panjang ​bisep ​melewati ​distal


melalui ​kapsul ​dari

sendi ​glenohumeral dan melalui ​alur i​ ntertuberkular


sampai ​bergabung

dengan ​kepala ​pendek​, ​yang ​berasal ​dari ​puncak


prosessus ​koronoid

skapula ​untuk ​membentuk ​otot ​umum​. ​Insersio ​dari ​dua


kepala ​terjadi
pada ​bagian ​posterior ​tuberositas ​radial ​da​n ​melalui
aponeurosis

bicipital​, ​yang ​melekat ​pada ​kapsul anterior siku​.​bisep


dipersarafi ​oleh

saraf ​mus​kul​okutaneus p
​ ada
tingkat ​akar ​C5​-​6​.

Bisep ​berada ​di ​kedua ​sendi​, glenohumeral dan


elbow sehin​gg​a

dinamakan two joint muscle. Karena otot rentan terhadap


insufisiensi

aktif ketika fleksi penuh siku dilkaukan dengan fleksi ba​h​u


secara

simu​ltan​. Bisep adalah fleksor siku yang sig​nifikan ​ketika


lengan bawah

supinasi dan menghasilkan nilai torsi tertin​gg​i ketika


fleksi siku antara

80 dan 100o. Bisep ​ju


​ ga berfungsi seb​ag​ai
​ n bawah,
supinator len​ga

terutama dalam posisi fleksi. Dengan siku ekstensi,


bisep adalah

supinator hanya dengan gerakan cepat atau ketika


dengan tahanan yang

tegas.

b​)
Brakhialis

Otot ​brakhialis​, y​ ang ​men​unj​ukkan ​luas


penanmpang ​terbesar ​dari

semua ​fleksor ​siku​, ​berasal ​dari ​permukaan ​anterior


setengah ​bagian

bawah ​humerus ​dan ​septum intermuscular medial ​dan


lateral​. Otot ini

memanjang kebawah untuk melintasi aspek anterior


sendi siku dan

memasukkan kedalam tuberositas ulna dan rosesus koronoid.


Beberapa

seratnya menempel langsung ke kapsul anterior dan


menarik kembali

ke kapsul selama fleksi siku. Brkhialis, seperti bisep,


menempel dekat

dengan sumbu rotasi. Basmajian melaporkan bahwa otot


ini aktif

melenturkan siku di semua posisi lengan bawah. Sebagai


one joint

muscle, karena pen​yisipan​nya hanya pada ulna,


brakhialis tidak

terpengaruh oleh posisi shoulder atau apakah lengan


bawah berada

dalam posisi supinasi atau pronasi. Otot ini


dipersarafi oleh saraf

muskulokutane
us.

c)
Brakhioradiali
s
Otot brakhioradialis berasal dari proksimal d​u​a
pertiga dari

tonjol
an
suprakonylar lateral humerus
dan
sepanjang
septum

intermuskular lateral distal ke alur spiral. Otot ini dipersarafi


oleh saraf

radial level
C5-6.

Otot ekstensor siku, terdiri dari dua otot


pe​ngg​erak utama yaitu:

a​) Trisep
brachii

Trisep brachii adalah otot besar yang berkepala


t​ig​a (panjang,

lateral, d​a​n medial). Kepala panjang berasal dari


tuberkulum

infraglenoid ​, ​sedangkan ​kepala ​lateral ​dan ​medial


berasal ​dari ​aspek

posterior ​dan ​lateral h


​ umerus​, ​tiga ​kepala ​menyatu
membentuk ​otot

umum ​yang ​menyisip ​ke ​permukaan posterior ​olekranon​.


Otot trisep

dipersarafi oleh cabang-cabang saraf radial yang timbul


dari tingkat C7
dan
C8.

b)
Anconeus

Otot ini berbentuk kecil, berasal dari area yang luas


pada aspek

posterior dari epikondilus lateral dan menyisip ke olekranon.


Otot

anconeus dipersarafi oleh cabang saraf radial dari level


C7 dan C8.

Payly et al mencatat bahwa otot ini bekerja saat


aktivitas pada fase awal

ekstensi siku. Mereka juga menghubungkan peran stabilitas


siku ke otot

ini selama gerakan


pronasi/supinasi.

Otot
ekstensor-supinato
r

Terma
suk
kedal
am
ot
ot
ekstensor-supi
nator
anta
ra
lain
,
brachioradialis, ekstensor carpi radialis brevis dan
longus, supinator,

ekstensor digitorum, ekstensor carpi ulnaris, dan ekstensor


digiti ​minimi.

Fungsi utama dari otot-otot tersebut adalah gerakan


yang melibatkan

pergelangan tangan dan tangan, serta memberikan


dukungan dinamis atas

aspek lateral siku. Otot-otot ini semua dipersarafi oleh saraf


radial (C5-C8,

Tl).

Otot
fleksor-pronator

Otot fleksor-pronator ini terdiri dari dari kelompok otot


yang meliputi

pronator teres, fleksor carpi radialis, fleksor carpi ulnaris,


palmaris longus,

dan ​fleksor ​d​ig​itorum ​superfisial​. Semua otot ini bukan


termasuk dalam

pen​gg​erak utama fleksor siku, tetapi pen​gg​erak utama dari


pergelangan

tangan dan
tangan.

Otot
pronator

Pada sendi radioulnar terdapat dua otot utama


yang bekerja untuk

menghasilkan gerakan pronasi, yaitu pronator


quadratus dan pronator teres.

Dua otot lain yang memainkan peran kecil dalam gerakan


pronasi termasuk

brachioradialis dan fleksor


karpi radialis.

a) Pronator
quadratus

Analisis dari elektromiografi pada otot ini


menunjukkan tingkat

aktivitas yang konsisten pada semua posisi siku, baik


pronasi yang

lambat, c​e​pat, dengan tahanan ataupun tanpa tahanan


memiliki sedikit

pengaruh pada tingkat aktivitasnya secara keseluruhan.


pronator

quadratus dipersarafi oleh saraf median pada


level C8 dan Ti.

b​) Pronator
teres

Pronator teres berasal dari epikondilus medial dan


prosessus

koronoid ulna sampai ke sepanjang tengah permukaan


lateral jari-jari.

Perubahan posisi mempengaruhi kemampuan pronator


teres dalam
berkontraksi, ketika diposisikan ektensi penuh otot ini
akan mengalami

penurunan kekuatan dalam berkontraksi. Otot ini


dipersarafi oleh saraf

medianus pada tingkat


C6-7​.

Otot
supinator

Supinator ​u​t​ama ​lengan ​bawah ​adalah ​bisep ​brachii ​da​n


otot

supinator​. ​Otot s​ upinator ​berasal ​dari ​t​ig


​ a ​lokasi ​yang ​berbeda​,
termasuk

epikondilus ​lateral ​dari ​humerus​, ​puncak ​anterior ​proxi​m​al


dan depresi ​dari

ulna ​distal ​ke ​takik ​radial​, ​dan ​l​i​gamen ​kolateral ​dan


anular ​radial​.

Efektifitas ​supinator ​tidak ​dipengaruhi ​oleh ​posisi ​siku​,


namun ​posisi

siku ​dapat ​mempengaruhi ​bisep​. ​Morrey ​percaya ​bahwa


otot ​ini ​adalah

supinator ​penting ​dari ​lengan ​bawah​.​, ​tetapi ​otot ​ini ​lebih


lemah ​dari ​bisep​.

C​.
Etiolog
i

Fraktur ​olekranon ​paling ​umumnya ​terjadi ​karena ​jatuh


dengan ​posisi

lengan ​supinasi ​semifleksi​, ​dan ​lengan ​menyentuh ​tanah


sehin​g​ga ​otot ​triceps

yang ​berada ​diatas ​ujung ​bawah ​humerus ​berkontraksi ​karena


bertindak ​sebagai

titik ​tumpu​. ​Penyebab s​ elanjutnya ​yang ​sering ​terjadi ​yaitu


trauma ​lan​g​sung​,

seperti ​jatuh ​atau ​pukulan ​pada ​siku​. ​Kadang​-​kadang ​fraktur


olekranon ​ini

terjadi ​karena ​adanya ​gerakan ​hiperekstensi ​siku


(​powell​, ​2017​)​.

D​.
Patofisiologi

Cedera ​yang ditemukan ​pada ​kasus ​ini ​ada ​dua ​jenis


yaitu​, ​fraktur

kominutif ​yang ​terjadi ​karena ​trauma ​langsung ​atau ​karena


jatuh ​pada ​siku​, ​dan

yang ​kedua ​adalah patah ​melintang yang ​terjadi ​karena ​traksi


karena ​jatuh ​pada

tangan ​dan ​saat ​otot ​trisep


berkontraksi​.

Fraktur ​pada ​siku ​dapat ​merusak


kartilago ​artikular​. ​Pada ​fraktur
el

melintang​, ​tendon ​trisep ​dapat ​tetap ​utuh​. ​Dalam ​ha​l ​ini​,


fragmen ​fraktur ​tetap
bersama​-​sama​. ​Kondisi ​klinis ​fraktur ​olekranon ​men​im​bulkan
ke​luh​an ​berupa

nyeri​, ​keterbatasan ​dalam ​pergerakan ​siku​, ​respon ​ps​ikolo​gis


berupa ​timbulnya

rasa ​takut ​atau ​cemas ​tanpa ​sebab ​yang ​spesifik​. ​(​arif


muttaqin​, ​20​0​8​)

E​.
Klasifikas
i

Fraktur ​olekranon ​dibagi ​menjadi ​t​i​ga ​sistem


klasifikasi ​utama ​yaitu​,

AO ​sistem ​klasifikasi​, ​Mayo ​klasifikasi ​sistem​, ​dan


Schatzker​-​Schmeling

siste
m​.

non

Fraktur olekranon ​diklasifikasikan ​menjadi ​tiga ​oleh


Morrey ​dan ​didasarkan ​pada ​beberapa
faktor​, ​termasuk ​perpindahan​, ​kominusi​,
dan
stabilitas ​siku​. ​Tipe ​I ​adalah ​nondisplaced​, ​tipe ​II ​adalah
displaced​-​stabil

(​berpindah tetapi masih stabil​)​, ​dan tipe ​III ​adalah ​unstabil


(​berpindah ​dan tidak

stabil​)
.
ΤΥΡ
ΕΙ
Undi
splac
ed

TYPE ​Displaced ​-
St
abl
e

A​-​Noncom
minuted
Commin
uted

TYPE ​II ​Unstable

A​-​Nonco
mminuted
1
B​-​Commi
nuted

(​Gamb
ar ​2​.​3​)

Schatzker ​meng​klas​ifikasikan
fraktur ​olekranon m
​ e​nj​adi ​6
kelompok
berdasarkan ​orientasi ​rekahan​, ​artikular
impaksi ​permukaan​, ​ko​minu​si​, ​dan

luka​-​luk
a
terkait​.

Trans
verse
Transve
rse​-​impa
cted
Obli
que

Commi
nuted
Oblique​-
distal
​ islocation ​Garnbar​. ​2​. S​ ch​ater ​klassikur
Fracture​-d
ekranon​. ​Dari ​Per ​EA​. ​Fraktur ​dan ​bantu​, ​kngan​, d
​ an ​mengan​. ​Dalam
​ eator ​ortopediepers ​Campoli
Cara ​ST​, ​Beaty H ​-​12​. ​Fani​: ​Mosby
Ester​, ​2013​. ​Cambr​67​-​70​, ​p​. ​2875 ​oengan ​izin​)

(​Gam
bar
2​.​4​)

AO ​klasifikasi ​biasanya ​d​i​gunakan ​dengan ​tujuan


untuk ​penelitian​.
Sistem ​ini ​menunjukkan ​setiap ​fraktur ​diklasifikasikan ​menjadi
A ​untuk ​extra

artikular​, ​B ​jika ​1 ​tulang ​memiliki ​fraktur ​intra​-​art​ik​ular​, ​dan ​C ​jika


kedua

tulang ​memiliki ​fraktur


intra​-​artikular​.

Utilitas ​dari ​setiap ​sistem ​masih ​menjadi ​pertanyaan​.


Rommens ​et ​al

menyelesaikan ​studi ​retrospektif ​pada ​tahun 2004 melakukan


evaluasi terhadap

sistem ​diatas ​yang ​tampaknya ​memiliki ​penerapan ​yang


paling ​klinis​. ​Studi i​ ni

merekomendasikan ​pen​gg​unaan
sistem
fiksasi ​May​o ​klasifikasi ​atau

Schatzker​-​Schmeling sistem klasifikasi​.


(Brolin, 2015)

F. Permasalahan
Fisioterapi

Permasalahan fisioterapi pad​a ​kasus fraktur


olekranon ini adalah

sebagai
berikut:

1.​ Im
​ pa​ irem
​ ent​: pasien merasa nyeri, adanya penurunan
kekuatan otot, dan

keterbatasan dalam
pergerakan di sikunya.
2​. Functional Limi​ ta
​ tion: ​pasien tidak mampu mengangkat
beban berat,

adanya ganguan saat berkendara, dan kesulitan saat


mengikat rambut.

3. Disab​ili​ty​: tidak ​ada ​gangguan


dalam
aktivitas sosialisasi dan
tidak

gangg​uan sebagai
seorang pelajar

G​. ​Mod​al​itas
Fisioterapi

1​. ​Infra
Red

Infra ​red ​(​IR​) ​adalah ​jenis ​radiasi ​elektro​mag​netik​,


dengan ​pa​njang

gelombang ​antara ​780 ​nm ​dan ​1000 ​um​. IR dibagi


menjadi beberapa bagian

berbeda: Near Infrared (NIR, 0.78-3.0 um), Mid-Infrared


(MIR, 3.0-5.0),

d​a
n
Far-Infrare
d
(FI
R
50.0-1000.0 um) sebagaimana yang telah

didefinisikan dalam standar ISO 20473: 2007 Optik dan


fotonik- ​Pi​ta
spektrum. Beberapa penelitian telah melaporkan
bahwa IR
dap
at

meningkatkan penyembuhan luka kulit, fotoprevensi,


mengurangi rasa

sakit, kekakuan, kelelahan reumatoid arthritis, spondilitis


ankilosa, terapi

photodynamic mempotensiasi, mengobati ga​ngg​uan mata,


neuro​l​ogis, dan

gangguan kejiwaan, dan merangsang proliferasi


mesenkimal dan jantun​g

sel induk. (Tsai,


2017)

2. Hold
relax

Hold relax merup​aka​n bagian dari PNF, hold relax termasuk


dalam

latihan yang efektif dalam menambah lingkup gerak


sendi. Jenis teknik ini

menggunakan jumlah kontraksi otot yang jauh lebih


kecil (25%) diikuti

dengan
peregangan.

Metode
hold
rel
ax
bertuju
an
untuk
meningkatkan
resp
on

neuromuskuler dari propioseptor, metode ini efektif dalam


berbagai

kondisi, seperti untuk meningkatkan panjang otot,


memperkuat otot yang

lemah, meningkatkan limfatik atau aliran balik vena,


untuk membantu

drainase cairan atau darah, meningkatkan


jangkauan gerak sendi (ROM).

Dalam ​salah ​satu ​jurnal ​menyatakan ​bahwa ​teknik ​hold


relax ​lebih ​efektif

daripada ​stretching ​ballistik ​untuk ​meningkatkan


fleksibilatas ​otot ​selama

periode ​30 ​hari​. (Ahmed et


al, 2015)

3​. Resisted
exercise

Ressisted exercise adalah latihan yang efektif untuk


merangsang

hipertrofi otot da​n ​meningkatkan kekuatan otot. Deng​a​n


pengaturan

variabel pelatihan akut (yaitu pemilihan dan urutan latihan,


intensitas,
volume, dan durasi, frekuensi, dan interval istirahat),
perbedaan dalam

tekanan mekanik dan metabolik dapat dipaksakan (Toigo


dan Boutellier

2006; Ratamess. 2009). Ambang batas intensitas minimum


diperlukan

untuk mengetahui ambang batas yang dapat diacapai


oleh seseorang,

supaya dalam pemberian latihan tidak berlebihan. Kombinasi


stres mekanik

dan metabolik telah terbukti meningkatkan potensi kerusakan


otot, dan itu

juga tampaknya menjadi stimulus kuat untuk


menginduksi hipertrofi otot

dan peningkatan kekuatan (Clarkson et al. 1992; Toigo dan


Boutellier

2006
).

BAB ​III

PELAKSANAAN ​S​TUDI ​KA​SUS

A​. ​Pengkajian
Fisioterapi

Untuk ​me​ng​etahui ​dari ​suatu ​penyakit ​dibutuhkan


pengkajian ​tentang

riwayat ​penyakit​, ​baik berupa anamnesis maupun


pemeriksaan​. ​Anamnesis

yang ​terarah ​baik ​dan ​pemeriksaan ​yang ​tepat ​dapat ​diperoleh


diagnosa ​yang

tepat
.

Pemeriksaan ​dilakukan ​dengan ​tujuan ​untuk


mengetahui ​permasalahan

yang ​timbul p
​ ada ​penderita ​fraktur ​olekranon​, ​menyusun
tujuan ​terapi ​serta

menentukan modalitas ​yang ​tepat​. ​Langkah​-​langkah


pemeriksaan meliputi​:

anamnesis​, ​pemeriksaan ​fisik ​dan pemeriksaan


spesifik​.

1​.
Anamnesis

Mer​u​pakan suatu cara ​pengumpu​lan ​data ​dengan


cara ta​nya j​ ​awab

antara ​terapis ​dengan ​sumber ​data sedapat ​mungkin


dengan ​pasien ​atau

dengan ​keluarga ​pasien ​yang ​meliputi​: ​nama​, ​umur​, ​jenis


kelamin​, ​alamat​,

agama​, ​pekerjaan​, ​hobi ​serta ​hal​-​hal ​yang ​berkaitan ​dengan


penderita​. Dari

hasil anamnesis diperoleh informasi berupa: nama pasien dengan


inisial

“N”, umur 16 tahun, ​je


​ nis kelamin perempuan, ​ag​ama
islam, pekerjaan

sebagai pelajar, beralamatkan di Sukorame,


M​u​suk, Boyolali.

a​. Keluhan
Utama

Keluhan utama dari pasien adalah adanya nyeri


pada area siku kiri dan

keterbatasan gerak pada sendi


siku kiri.

b. ​Riwayat ​Penyakit
Sekarang

Riwayat ​penyakit sekarang ​meliputi ​riwayat


perjalanan ​penyakit ​dan

pengobatan ​dari ​pasien​: ​k​urang ​lebih ​4 ​bulan ​yang ​lalu


pasien

men​galam​i ​kecelakaan ​saat ​berkendara ​ya​itu ​t​erjatuh ​dari


sepeda ​motor

saat ​menghindari ​jalan y​ ang ​berlubang​, ​pasien ​jatuh


dengan ​posisi

menyiku​, ​kemudian ​dibawa ​ke ​RSUD Pandan ​Arang ​dan


dilakukan

pemeriksaan ​dengan ​hasil ​fraktur ​olekranon​, ​s​atu ​hari


kemudian

dilakukan ​tindakan
operasi​.
1
8

c​. ​Riwayat ​Penyakit


Dahulu

Riwayat ​penyakit ​dahulu perlu ​diketahui ​karena ​mungkin


masih ​ada

kaitannya ​dengan ​pe​n​yakit ​yang ​diderita ​sekarang​. ​D​a​ri


kasus ini

diperoleh ​data ​b​ahw​a ​p​a​sien ​tidak ​mempunyai


riwayat ​trauma​,

hipertensi​, ​diabetes ​militus ​dan


asam ​urat​.

2​. ​Pemeriksaan
Fisioterapi

Pemeriksaan ​meliputi ​pemeriksaan f​ isik


dan ​spesifik​.

a​. Pemeriksaan
Fisik

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik kita harus


memeriksa

tanda-tanda vital seperti te​k​anan darah, denyut nadi,


frekuensi

pernapasan, su​h​u tubuh, tinggi badan dan berat badan.


Pada pasien

tersebut diperoleh data tekanan darah 110/70 mmHg,


de​n​yut nadi 78

kali / menit, penapasan 22 kali / menit, temperatur


36°C, tinggi badan

153 cm, berat badan 58 kg, baru


dilakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik ​in​i


terdiri dari:
1​)
Inspeksi

Inspeksi ​adalah ​pemeriksaan ​yang ​dilakukan ​dengan


cara ​melihat

dan ​me​ng​amati ​pasien​, ​inspeksi ​dilakukan


pada ​posisi ​diam ​maupun

saat ​bergerak​. ​Informasi ​yang ​diperoleh ​d​a​ri ​inspeksi


adalah

bagaimana ​postur ​tubuh dari pasien​, ​apakah ​ada


bengkak ​atau t​ idak​,

bagaimana ​pola ​jalannya​, b ​ agaimana ​dengan


tonus ​nya ​(​hipo​/​hiper​)​.

Dari ​pemeriksaan ​inspeksi ​statis ​(​diam​) ​terlihat


bahwa ​bahu ​pasien

simetris​, ​tidak ​ada b


​ engkak​, ​siku ​kiri ​semi ​fleksi​,
dan ​dari i​ nspeksi

dinamis ​(​bergerak​) ​pasien ​merasa ​nyeri ​saat


digerakkan ​fleksi

maupun
ekstensi​.

2​)
Palpasi

Palpasi ​adalah ​pemeriksaan


dengan ​cara ​meraba​, ​menekan
dan
c​ara ​m
men

memegang ​bagian t​ ubuh ​pasien ​untuk ​mengetahui ​adanya


nyeri ​saat

ditekan​, ​adanya ​spasme ​otot​, ​suhu ​lokal​,


tonus ​otot​, d
​ an ​bengkak​.

Dari ​pemeriksaan ​tersebut d


​ iperoleh adanya
nyeri ​tekan ​pada ​siku

sebelah kiri​, ​tidak ​terdapat ​spasme ​otot​, ​suhu lokal


normal​, ​dan ​tida​k

ada
bengkak​.

b​. ​Pemeriksaan
Gerak ​Dasar

Pemeriksaan fungsi ​gerak ​dilakukan ​dengan


cara ​melakukan
11 ​gerakan ​yang t​ erdiri ​dari ​gerak
aktif​, ​g​erak ​pasif​, d
​ a​n ​ger​ak
isometrik
melawan
tahanan​.

1​) ​Pemeriksaan
Gerak Aktif

Pemeriksaan ​dilakukan ​dengan ​cara ​pasien


melakukan ​gerakan
secara ​mand​i​ri ​(​aktif​) ​dengan ​gerakan ​fleksi ​dan
ekstensi ​elbow​,

pemeriksaan ​dapat ​dilakukan ​dengan ​posisi ​pasien


berdiri ​maupun

duduk​. Dari pemeriksaan gerak aktif diperoleh


informasi bahwa saat

bergerak fleksi dan ektensi elbow pasien merasa


nyeri, dan untuk

kedua gerakan tersebut pasien tidak


mampu full ROM.

2) Pemeriksaan Gerak
Pasif

Pemeriksaan dilakukan dengan cara terapis


melakukan gerakan

pa
d​a
p​asi
en
dal
am
keada
an
pasi
en
pas
if
(rileks),
terapis

mei

menggerakkan elbow pasien kearah fleksi dan


ekstensi diperoleh
informasi bahwa terdapat nyeri saat gerak fleksi dan
ektensi secara

pasif, didapatkan pasien tidak mampu full ROM


saat gerak pasif

dengan endfeel soft saat gerak fleksi dan hard saat


gerak ekstensi.

3) Pemeriksaan Gerak Isometrik


Melawan Tahanan

Merupakan pemeriksaan yang d​il​akukan secara


aktif oleh pasien

sedangkan terapis memberikan tahanan yang berlawanan


arah dari

gerakan yang dilakukan oleh pasien. Pemeriksaan


yang dilakukan

pada elbow berupa gerak fleksi dan ekstensi


dengan diberikan

tahanan minimal. Informasi yang diperoleh dari


pemeriksaan ini

adalah pasien mampu melakukan gerakan


isometrik melawan

tahanan minimal dengan disertai nyeri yang lebih


dibandingkan

dengan gerak
aktif.

c​. Kognitif, Intra Personal dan Inter


Personal
Dari ​pemeriksaan ​didapatkan ​kognitif ​pasien ​baik​, ​pasien
mampu

menjelaskan ​keluhan ​pe​n​yakitnya ​dengan baik​.


Kemampuan ​intra

personal ​pasien ​juga ​cukup ​baik​, ​pasien ​mempunyai


keinginan ​dan

semangat ​untuk s​ embuh ​sangat ​tinggi​. Dan kemampuan inter


personal

pasien cukup baik, pasien dapat berko​m​unikasi dan


melaksanakan

instruksi dengan
baik.

d. Kemampuan Fun​g​sional dan


Lingkungan Aktivitas

Dari
pemeriksaan
fungsional diperoleh pasien
terg​angg​u
sa
at

mengangkat beban, mengikat rambut dan


berkendara. Dari pemeriksan

lingkungan aktivitas diperoleh keadaan l​ingkun​gan


pasien me​ndukung

pasien ​untu​k sembuh, misa​ln​ya saat di sekolah pasien tidak


terlali sering

men​gg​unakan tangan kirinya begitu juga saat di


lingkungan rumahnya,

lebih sering men​gg​unakan tangan


kanannnya.

e​. Pemeriksaan
Khusus

Pemeriksaan khusus d​i​lakukan untuk


mengetahui informasi

khusus yang belum jelas pada pemeriksaan fungsi


da​sa​r, dehingga

diagnostik fisioterapi dapat


dilakukan.

1) Pengukuran Skala
Nyeri

Nyeri termasuk dalam pemeriksaan subyektif,


apa yang dikatakan

pasien tidak boleh kita remehkan. Parameter


objektif membantu

untuk mendapatkan penilaian ya​n​g tepat. Menilai nyeri


dapat

dibantu dengan berbagai macam skala nyeri,


misalnya pengukuran

dengan men​g​g​un​akan VAS ​(Visual


Analoque
Scale​)
dengan

meni

menunjukkan ​satu ​titik ​pada ​garis


skala ​ny​eri ​(​0​-​1​0​)​, ​deng​an ​angka
O ​merupakan ​ti​t​ik ​tidak ​nyeri ​da​n ​10 ​menunjukkan
nyeri ​tak

​ ujuan ​pengukuran ​tingkat n


tertahankan​. T ​ yeri
adalah ​untuk

mengetahui ​seberapa ​nyeri ​yang ​dirasakan ​oleh ​pasien​,


membantu

diagnosis​, ​se​b​agai ​dokumentasi ​untuk ​melihat


apakah ​nyeri ​sudah

berkurang ​dari ​nyeri s​ aat ​pasien ​datang ​pertama


kal​i​. ​Nyeri

merupakan ​suatu ​pertanda b


​ ahwa ​jaringan ​tu​buh
mengalami

kerusakan​. ​Pemeriksaan ​nyeri ​pada ​pasien ​tersebut


adalah ​dengan

hasil ​sebagai ​berikut​: ​Pemeriksaan ​nyeri


dengan ​skala ​VAS

Nyeri ​diam ​: ​3​, ​nyeri ​tekan ​: ​5​, ​nyeri


gerak ​: ​5​.

2) Pengukuran
kekuatan otot

Kekuatan otot dapat diukur dengan MM​T (Muscle Manual


Testi​ ng),

penurunan kekuatan otot dapat terjadi karena adanya


nyeri.

Pengukuran otot dilakukan dengan cara pasien posisi


duduk dan
melakukan gerak fleksi dan ekstensi elbow melawan
tahanan dari

terapis maupun dengan beban yang terukur.


Hasil dari pengukuran

pasien tersebut yaitu nilai kekuatan otor fleksor elbow : 4


dan nilai

kekuatan ekstensor
elbow : 3.

3) Pengukuran Lingkup Gerak Sendi


(LGS)

Penurunan LGS bisa dikarenakan adanya nyeri,


sehi​ngg​a LGS tidak

bisa full. Pengukuran LGS pada elbow dilakukan


dengan posisi

pasien berdiri ataupun duduk kemudian dengan


g​oniom​eter

diletakkan pada epikondilus lateral, perintahkan


pasien untuk

melakukan ​gerakan ​fleksi ​dan ​ekstensi ​secara


bergantian​, ​lakukan

pengukuran ​dan catat ​hasil​. ​Pada ​kasus ​ini ​diperoleh


hasil ​yaitu

elbow ​: ​S​(​359
09​-​350​-​1100

4​) ​Pengu​kur​an
Antropometri
Pengukuran ​antropometri b
​ ertujuan ​untuk
mengetahui ​panjang

ekstremitas ​maupun lingkar ​segmen​. Pengukuran ini


dilakukan

dengan menggunakan ​m​id li​n​e. Pada kasus ini


dilakukan

pengukuran lingkar segmen


dengan cara:

a) Ukur lingkar
siku

Kanan :
20

Kiri :
21

b) Dari olekranon 5 cm
keatas

Kanan :
21

K​iri : 21

c) Dari olekranon 5 cm
kebawah

Kanan :
19

K​iri :
19

Selain lingkar segmen ​jug​a dilakukan pengukuran


panjang lengan,
yaitu diukur dari akromion sampai ujung jari ke 3, yaitu
dengan

hasil kanan : 63 cm dan


kiri : 63 cm.

B. Di​agnosis
Fisioterapi

Diagnosa fisioterpi pada kasus fraktur


olekranon ditemukan dua

masalah antara
lain:

a​.
Impairement

​ danya ​nyeri ​pada


1​) A
siku ​kiri
1 ​2​) ​Adanya ​penurunan ​kekuatan ​otot

3​) ​Adanya ​keterbatasan ​lingkup ​gerak


sendi ​elbow kiri

​ unctional
b​. F
Li​mitation

1​) ​Tidak mampu ​mengangkat


beban berat

2​) ​Gangguan ​saat ​aktivitas


mengikat ​rambut

3​) ​Gan​gg​uan ​saat


berkendara

C​. ​Tujuan
Fisioterapi

Tujuan ​fisioterapi ​merupakan ​t​uj​uan ​yang d


​ icapai
dari ​pemberian
1
4

fisioterapi​, ​maka dapat ditentukan tujuan fisioterapi ​baik


jangka ​pendek

maupun ​jangka ​panjang ​sesuai ​dengan k​ ondisi ​pasien


yang ​masih d
​ alam

tahap
penyembuhan​.

a​. ​Tujua​n ​jangka


pende​k

​ e​ngurangi ​ny​ eri


1​) M
pada ​siku ​kiri

2​) ​Meni​ngk​atkan
kekuatan ​otot

3​) ​Menambah ​lingkup ​gerak


sendi

b​. ​Tujuan jangka


panjang

1​) ​Melanjutkan ​tujuan ​jangka


pendek

2​) ​Meningkatkan ​aktivitas fisik ​dan ​kemampuan


fungsional ​pasien ​secara

maksimal

D​. ​Ti​ndakan
Fisiotera​pi
a​. Infra Red
(IR)

Sebelum ​melakukan ​tindakan ​IR ​pastikan ​untuk ​mengecek


alat bahwa

alat ​dapat ​berfungsi ​dengan b


​ aik​, ​penempatan ​posisi
pasien ​harus ​nyaman​,

yaitu ​dengan ​posisi ​side ​lying​, ​tempatkan ​alat ​dengan ​sinar


mengarah ​tegak

lurus ​pada ​elbow ​sinistra ​dengan ​jarak ​45cm ​kemudian


nyalakan ​alat ​dan

atur ​waktu ​selama ​15 ​menit​, ​tunggu ​hin​gg​a


waktu ​selesai​.

b​. ​Hold
relax

Posisi ​pasien ​nyaman​, ​yaitu ​tidur ​terlentang ​di ​bed​,


terapis

memberikan ​latihan ​ke​pa​da ​pasien ​dengan


car​a ​satu ​tangan ​terapis
me​mfik​sasi ​siku ​kiri ​pasien ​dan ​satu ​tangan ​yang ​lain ​di
lengan ​bawah

pasien ​untuk ​memberikan ​tehanan ​dan ​melakukan ​stretch​,


sebelum

me​lak​ukan ​latihan ​pasien ​diberikan ​informasi ​terlebih ​dahulu ​tentang


apa

yang ​akan ​dilakukan​, ​pasien ​diberikan ​aba​-​aba ​untuk


mengontraksiakan
siku ​(​fleksi​-ekstensi ​bergantian​) ​tahan ​selama ​8
hitungan ​kemudian ​rileks

dan ​saat r​ ileks ​terapis ​mel​aku​kan ​stretcing


(​berlawanan ​dengan ​arah

kontraksi pasien​)
pada ​siku​.

c​. ​Resisted
exercise

Posisi ​pasein ​nyaman​, ​yaitu ​dengan ​d​u​duk ​di ​tepi ​bed​,


terapis

memfiksasi ​siku ​kiri ​pasien ​dan ​tangan ​yang ​satunya


memberikan ​beban

kepada ​lengan ​bawah ​pasien ​yang ​cedera​,​sebelum


melakukan latihan pasien
1
0

diberi ​informasi ​tentang a


​ ​p​a ​yang ​akan ​dilakukan​, ​kemuadian
pasien

diminta untuk melakukan ​gerakan ​fleksi ​dan e


​ kstensi
secara ​bergantian

dengan ​melawan ​beban ​yang ​diberikan ​oleh ​terapis​. ​Beban


yang ​diberikan

tidak ​harus ​dengan t​ ahanan ​dari ​terapis ​tetapi ​bisa ​juga ​dengan
teraband ​dan

beban ​yang ​terukur​, ​misalnya ​dengan ​beban


setengah ​kilo​, ​satu ​kilo​, ​atau

dua ​kilo s​ esuai ​dengan


kemampuan ​pasien​.

E​.
Evaluasi

Evaluasi dilakukan ​dengan ​tujuan ​untuk ​membandingkan


hasil ​terapi ​dari

hari ​pertama ​hingga ​hari ​terakhir ​dilakukaknnya ​terapi​.


Tindakan ​fisioterapi

dilakukan ​dengan ​pemberian intervensi ​dan ​dosis ​yang ​sama​,


dengan ​tujuan

untuk ​mengetahui ​apakah ​intervensi ​yang ​diberikan ​efektiv


bagi ​pasien ​dengan

kasus ​fraktur o
​ lekranon ​tersebut​. T
​ ujuan ​dari ​evaluasi
yaitu ​untuk ​mengetahui

terapi ​yang ​diberikan ​dapat ​mengu​rangi ​ke​luha​n ​pasien


ataupun ​tidak​. E
​ valuasi

yang ​dilakukan p
​ ada ​kasus ​fraktur ​olekranon b
​ erupa rasa ​nyeri ​dengan
skala

VAS​, ​evaluasi ​keterbatasan ​lingkup ​g​e​r​ak ​sendi ​dengan


goniométer​, ​dan

evaluasi ​kek​uatan o
​ tot
dengan ​MMT​.

Dari ​hasil ​evaluasi ​diatas​, ​pasien ​dengan ​nama ​Nn​. ​N


berusia ​16 ​tahun

dengan diagnosa fraktur olekranon​, ​dila​kukan ​6 ​kali ​terapi


dengan ​diberikan

intervensi ​IR ​dan e


​ xercise ​terdapat ​penurunan ​nyeri ​diam​, ​tekan​,
​ an
gerak​, d
peningkatan ​lingkup ​gerak ​sendi ​elbow​, ​serta
pe​ningkat​an ​kekuatan ​otot ​elbow

sinistr
a​.

17 ​BAB ​IV

HASIL ​DAN
PEMB​AHASAN

A​.
Hasil

Tindakan ​fisioterapi ​diberikan ​kepada pasien ​yang


bernama ​Nn​. ​N ​dengan

umur ​16 ​tahun ​dengan ​diagnosa ​fraktur olekranon ​sinistra ​di


Rumah ​Sakit

Pandan ​Arang ​Boyolali​. ​Pada ​awal ​pemeriksaan ​didapatkan


problematik ​berupa

pasien ​merasakan ​nyeri ​di ​siku ​kiri​, ​adanya ​keterbatasan


lingkup ​gerak ​sendi

elbow ​kiri​, ​dan ​penurunan ​kekutatan o


​ to​. Setelah
dilakukan 6 kali terapi

didapatkan hasil
seb​agai ​berikut:

1. Hasil
pemeriksaan nyeri

Tingkat
Nyeri
T
2
T
3

nyeri
dia​m
nyeri
teka​n
nyeri
gerak

Grafik 4.1 Hasil Pengukuran Nyeri


dengan VAS

Setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali, hasil


pengukuran nyeri

dengan VAS yaitu, pada terapi pertama nyeri diam dengan


nilai 3, nyeri

tekan ​dengan ​nilai ​5​, ​dan ​nyeri ​gerak ​dengan ​nilai ​5​, ​pada
terapi ​kedua ​nyeri

diam ​dengan ​nilai ​3​, ​nyeri ​tekan ​dengan ​nilai ​4​, ​dan ​nyeri
gerak ​dengan
1

nilai ​5​, p
​ ada ​terapi ​ket​iga ​n​yeri ​diam ​dengan ​nilai ​2​,
nyeri ​tekan ​dengan

nilai ​3​, d
​ an ​nyeri ​gerak ​dengan n
​ ilai ​4​, ​pada ​terapi ​keempat
nyeri ​diam
dengan ​nilai ​1​, ​nyeri ​tekan ​dengan ​nilai ​3​, ​dan ​nyeri ​gerak
dengan ​nilai ​3​,

pada ​terapi ​kelima ​nyeri ​diam ​dengan ​nilai ​1​, ​nyeri ​tekan
dengan ​nilai ​2​,

dan ​nyeri ​gerak ​dengan ​nilai ​3​, ​terapi ​keenam ​nyeri ​diam
dengan ​nilai ​0​,

nyeri ​tekan ​de​ng​an n​ ilai ​1​, ​dan n


​ yeri
g​erak ​dengan ​nilai ​2.​

2​. ​Hasil ​pengukuran ​l​ingk​up


gerak ​sendi

Lingkup ​Gerak
Sendi
16
0
14
0

T
2
T
4
T
5
T
6
T3 ​ekstensi
netr
al
flek
si

Grafik ​4​.​2 ​Lingkup ​gerak ​sendi ​dengan


goniometer

Hasil
pengukuran
l​ingkup
gerak
sendi ​denga​n
men​gg​unakan

goniometer​. Penggukuran dilakukan dengan gerak fleksi dan


ekstensi siku.

Pada terapi pertama diperoleh hasil S(35°


0°-350-110°, pada terapi kedua

S​(​30​%​) ​00​-​300​-​115o ​pada ​terapi ​ket​i​ga ​dengan ​hasil


S​(​30​%​) ​09​-​30°​-​120°​, ​p​ada

terapi ​keempat ​dengan ​hasil ​S​(​20°​)


0°​-​200​-​130°​, p
​ ada ​terapi ​kelima ​dengan
hasil ​S​(​109​) ​50​-​10°​-​130​, ​dan ​pada ​terapi ​keenam ​dengan
hasil ​S​(​109​) ​50​-​100

135
0

3​. ​Hasil ​pemeriksaan


kekuatan ​otot

Kekuatan
Otot
123
T
4
T
5
T
6
FLE
K​SI
E​K​STE
NSI

10 ​Grafik ​4​.​3 ​Kekuatan otot ​dengan ​MMT

Hasil ​pengukuran ​kekuatan otot ​dengan


MMT​, ​didapatkan ​hasil
11

yaitu ​terapi pertama ​nilai ​kekuatan ​otot ​gerak ​fleksi ​4​,


gerak ​ekstensi ​3​,

terapi ​kedu​a ​nil​ai ​kekuatan ​otot ​gerak ​fleksi ​4​, ​gerak ​ekstensi ​3​,
terapi ​ketiga

nilai ​kekuatan ​otot ​gerak ​fleksi ​5​, ​gerak ​ekstensi ​3​, ​terapi
keempat ​nilai

kekuatan ​otot ​gerak ​fleksi 5


​ ​, ​gerak ​ekstensi ​4​, ​terapi
kelima ​kekuatan ​otot
gerak ​fleksi ​5​, ​gerak ​ekstensi ​4​, ​terapi ​keen​am ​nil​ai
kekuatan ​otot ​gerak

fleksi ​5,​ ​gerak


ekstensi ​5​.

B​.
Pemb​aha​san
13 ​Dalam ​bab ​ini penulis ​akan ​membahas ​mengenai ​pelaksanaan ​fisioterapi

pada ​Nn​. N dengan fraktur olekranon sinistra di Rumah Sakit


Pandan Arang

Boyolali. Pembahsan yang akan ditulis tentang


pengaruh pemberian intervensi

IR dan terapi latihan berupa pasif dan aktif, gerak


isometrik, dan gerak resisted.

Tujuan dilakukan tindakan fisioterapi yaitu untuk m​e​ngurangi


nyeri,

menambah lingkup gerak sendi siku, dan


meningkatkan kekuatan otot.
1 ​1. Pengurangan nyeri dengan
Infra Red (IR)

Infrare​d (​I​R) a​dalah jenis radiasi


elektromagnetik
ya
ng

penggunaannya memberikan efek panas. Efek panas


yang dihasilkan dari

IR terutama pada jaringan superfisial memberikan efek


fisiol​og​is pada area
yang diterapi sehin​g​ga membantu dalam proses
penyembuhan, efek-efek

fis​iol​og​i​s tersebut yaitu efek panas yang dirasakan oleh


pasien pada area

yang disinari a​ka​n masuk ke saraf sensoris ya​ng ​berperan


dalam

menghantarkan nyeri sehin​gg​a dapat terjadi pengurangan


rasa nyeri, selain
1
6

itu efek panas juga dapat melebarkan pembuluh darah dan


melancarkan

aliran darah sehin​g​ga pasokan oksigen dalam darah


terpenuhi, IR juga dapat

memberikan efek rileksasi sehi​ngg​a menimbulkan rasa


nyaman pada otot

yang mengalami keteg​ang​an


(Ansari, 2014).

Pada pasien dengan kasus fraktur olekranon


dilakukan 6 kali terapi

didapatkan hasil terdapat pengurangan nyeri yang diukur


dengan skala VAS

dari terapi pertama dan terapi keenam dengan


nyeri diam nilai 3 me​njad​i 0,

nyeri tekan dari nilai 5 menjadi 1, dan yeri gerak dari


nilai 5 menjadi 2.

Sinar ​infra ​red ​dapat ​mengurangi ​nyeri


dengan ​cara
​ pabila ​diberikan ​mild ​heating​, ​ma​k​a ​pengurangan ​rasa ​nyeri
a​) A

disebabkan ​oleh ​adanya ​efek ​sedatif ​pada


ujung​-​ujung ​sy​araf ​sensoris

superfisi
al​.

b​) ​Apabila ​diberikan ​stronger ​heating​, ​maka ​akan ​terjadi


counter ​irritation

yang ​akan ​menimbulkan ​pengurangan


rasa ​nyeri​.

c​) ​Rasa ​nyeri ​ditimbulkan ​oleh ​adanya ​akumulasi ​sisa​-​sisa ​hasil

metabolisme ​yang ​disebut ​zat ​"​p​" ​y​ang ​menumpuk ​di


jarin​ga​n​, ​dengan

adanya ​sinar infra ​red ​yang ​dapat ​memperlancar


sirkulasi darah​, ​maka

zat ​“​p​” ​juga ​ikut ​terbuang​, ​sehingga ​rasa ​nyeri


berkurang​/​menghilang

d​) ​Rasa ​nyeri bisa ​juga ​ditimbulkan ​oleh ​kaena ​adanya


pembengkakan​,

sehingga
pemberian
sin
ar
infr​a ​re​d ​yabg ​da​pat
mengurangi

pemb​engk​akan​, ​juga ​akan ​mengurang​i ​rasa ​nyeri​.


(​Siregar​, ​2013​)

2​. ​Menambah ​lingkup g


​ erak ​sendi
dengan ​Hold​-​relax
Hold​-​relax ​merupakan ​bagian dari ​ti​pe ​PN​F
s​tretching​, ​PNF

(​pr​ opio​septive N
​ euromuscularFas​cilitation)​ a
​ dalah teknik
peregangan

ya​n
g
digunakan ​untuk
meningkatkan
elastisitas
o​tot
d
a
n
d​ap
at

meningkatkan ​lingkup ​gerak


sendi

Pada ​pasien ​ini ​dengan ​latihan ​hold ​relax ​dilakukuan ​6


kali ​terapi

terdapat ​penambahan ​lingkup ​gerak ​sendi ​siku ​yaitu


dari ​terapi ​pertama

pada ​gerak ​di ​bidang ​$​(​359​)​0°​-​350​-​110° ​menjadi


S​(​109​) ​50​-​10°​-​1350​,

Hampir ​tidak ​ad​a ​mekanisme ​fisiolog​i ​y​an​g ​mengarah


pada

peningkatan ​ROM​, n ​ amun ​terdapat ​4 ​mekanisme


teoritis ​yang ​dibahas

dalam ​literatur​, ​mekanisme ​ini adalah penghambatan


autogenik​, ​inhibisi
timbal ​balik​, ​relaksasi ​stres​, ​dan ​teori ​kontrol ​gerbang​,
keempat ​mekanisme

tersebut ​dapat ​meningkatkan ​lingup g


​ erak
sendi​.

Salah satu mekanismenya yaitu penghambatan


au​t​ogenik. Pada hold

relax terjadi kontraksi isometrik, tetapi kontraksi ini tidak


mengaktifkan

Muscle Spindle (MS) pada otot antagonis. Kontraksi


otot antagonis i​ni a​kan

menstimulus GTO ya​n​g k​e​mudian membangkitkan


penghambatan

autogenik. Pen​g​hambatan autogenik adalah apa yang terjadi


ketika otot

berkontraksi atau diregangkan, hasil yang didapat berupa


penur​unan

rangsang karena sinyal penghambatan dikirim dari


GTOs dari otot agonis.

Ketegangan ini menyebabkan aktivasi serat aferen lb


d​alam ​GTOs. Serabut

aferen
mengirim
sinyal k​e ​sumsum tulang belakang.
Interneuron ini

menempatkan stimulus penghambat pada motorneuron


alfa, menurunkan

rangsangan saraf dan menurunkan otot-otot penggerak motor eferen.


Hasil
akhirnya berupa gerakan yangg lebih mudah pada otot agonis
sehin​gga

terjadi peningkatan ROM pada elbow sinistra


(Sharman et al, 2006 dan

Ahmed,
2015).

3​. Peningkatan kekuatan otot dengan Resisted


Exercise

Resisted exercise merupakan latihan yang dilakukan


dengan pelatihan

ger
ak
disertai dengan pembebanan,
latihan
ini ​bertujuan
u​ntuk

meningkatkan kekuatan
otot.

Pada ​pasien ​dengan ​kasus ​ini​, ​hasil ​yang ​didapatkan


selama ​6 ​kali

terapi ​yaitu ​terdapat ​peningkatan ​kekuatan ​otot ​dengan


diberikan ​resisted

exwercise​, ​yaitu ​pada ​terapi ​pertama ​kekeuatan ​otot ​pasien


dengan ​gerak

fleksi ​nilai 4 dan gerak ​ekstensi ​nilai ​3​, ​pada ​terapi ​keenam
kekuatan ​otot

pasien ​dengan gerak ​fleksi ​nilai ​5 ​dan ​gerak


ekstensi ​nilai ​5​.

Otot ​merupakan jaringan ​kontraktil yang ​dapat


menjadi ​lebih ​kuat

berkontraksi ​jika ​diaplikasikan tahanan ​pada ​otot


​ tot ​akan
tersebut​, o

beradaptasi ​terhadap ​tahanan ​ya​ng ​yang ​diberikan ​secara


progresif​,

perubahan adaptasi yang terjadi adalah otot menjadi


lebih kuat seba​g​ai hasil

dari hipertropi otot dan men​ingka​tnya perekrutan motor unit


dalam otot.

Program resistance exercise baik secara manual maupun


mekanikal dapat

memperbaiki strength, endurance, dan fungsi fisik


secara keseluruhan.

(​K​i​sher Colby,
2007)

Dalam salah satu jurnal, membuktikan bahwa


pengaturan pada

variabel latihan intensitas , volume, durasi, frekuensi, interval


istirahat)

menyebabkan perbedaan mekanik dan metabolik dapat


ditambah. Ketika

intensitas latihan resistensi meningkat akan menambah


penekanan yang

lebih besar pada tekanan mekanis. Untuk volume tin​gg​i, latihan


ini akan
memberikan stres metabolik yang lebih besar. Ambang
batas intensitas

minimum digunakan secara maksimal merangsang atau


aktivasi otot yang

menargetkan stres metabolik, Pen​in​gkatan pada stres metabo​li​k


ditargetkan

untuk meningkatkan latihan resistensi volume dan


beban volume dan

mengura​ng​i interval istitahat antara set. Dengan mengkombinasikan


stres

Ot​ o​t

mekanik ​dan ​metabolik ​terbukti


meningkatkan ​potensial ​kerusakan ​otot
ya​n​g ​berdampak ​pada ​stimulus ​kuat
dalam ​menginduksi ​hipertrofi ​dan
1

pening​kat​an ​kekuat​an ​otot​.


​ 012​)
(​Hin​dle​, 2

BAB
V

PENUTU
P

A​.
Kesimpula
n
Setelah ​melakukan p​ elaksanaan ​fisioterapi ​pada N
​ n​.
N ​dengan ​diagnosa

fraktur olekranon ​sinistra ​di ​Rumah Sakit ​Pandan ​Arang


Boyolali​, ​dilakukan ​6

kali ​terapi​, ​didapatkan hasil


sebagai ​berikut​:

1​. ​Pemberian ​intervensi ​IR ​dapat ​mengurangi ​n​y​eri p​ada ​k​asus


fraktur

olekran
on

2​. ​Hold relax ​dapat meningkatkan l​ ingkup ​gerak ​sendi


pada ​kasus fraktur
7
5
olekranon ​yang ​meng​alami ​keterbatasan ​lingkup
gerak ​sendi

3​. ​Resisted ​exercise ​dapat meningkatkan ​kekuatan ​otot ​pada


kasus ​fraktur

olekranon ​yang ​mengalami ​penurunan


kekuatan ​otot​.

B​.
Saran

Setelah melakukan tindakan ​fisioterapi ​pada ​pasien


fraktur ​olekranon

yang ​telah ​penulis ​lakukan​, ​maka ​saran ​yang


diberikan ​yaitu​:

1​. ​Bagi
Pasien
Penulis ​menyarankan ​kepada ​pasien​, ​untuk
berhati​-​hati ​dalam

berkendara ​dan taati ​tata ​tertib ​lalu ​lintas​, ​serta


melakukan ​latihan​-​latihan

yang ​telah ​diajarkan ​oleh ​penulis ​dirumah​. Latihan tersebut


diharapkan

dapat mengurangi keluhan-keluhan pasien dan tidak


memperburuk kondisi

pasie
n.

2​. ​Bagi
Fisioterapi

Penulis ​menyarankan ba​g​i ​teman ​s​ej​awat


(​fisioterapi​) ​baik ​yang

bekerja ​di ​ins​tal​asi ​rumah ​sakit ​maupun ​klinik ​agar


tidak ​ragu​-​ragu ​dalam

memberikan ​pelayanan ​fisioterapi ​pada pasein ​fraktur


olekranon​, ​karena

kasus ​ini ​memiliki ​permasalahan ​yang ​dapat ​diselesaikan


dengan ​tindakan

fisioterapi ​dan ​termasuk ​dalam ​bidang ​kerja


fisioterapi​.

3​. Bagi Pihak Rumah


Sakit

lan

Meningkatkan pelayanan fisioterapi kepada pasien


dan memberi ​informasi kepada pasien
mengenai edukasi atau hal-hal ya​n​g perlu
mo

dilakukan pasien dirumah dengan tujuan membantu


kesembuhan pasien.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
FRAKTUR OLEKRANON SINISTRA DI RUMAH SAKIT
PANDAN ARANG BOYOLALI

ORIGINALITY REPORT ​19​ %


SIMILARITY INDEX ​PRIMARY SOURCES

eprints.ums.ac.id ​Internet Source


Submitted to Universitas Muhammadiyah Surakarta
Student Paper

iwanpw.blogspot.com ​Internet Source


etheses.uin-malang.ac.id ​Internet Source
digilib.stikeskusumahusada.ac.id ​Internet Source
www.perpusnwu.web.id ​Internet Source
wahyuwahid.wordpress.com ​Internet Source
yusuffisio11.blogspot.com ​Internet Source

17​% ​ 1​%
INTERNET SOURCES ​
10​%
PUBLICATIONS ​

STUDENT PAPERS

1​ 8​%
2 ​5%​
3 ​2% ​
4 ​1% ​
5 ​1% ​
6 ​1% ​
7 ​<​1% ​
8 ​<​1% ​
9 ​Shang-Ru Tsai, Michael R. Hamblin. "Biological
effects and medical applications of infrared

<​1​%
radiation", Journal of Photochemistry and Photobiology
B: Biology, 2017 ​Publication
10 ​etd.eprints.ums.ac.id
Internet Source

<​1​%
11 ​divtrocketmail-chore.blogspot.com
Internet Source

<​1​%
12 ​repository.uinjkt.ac.id
Internet Source

<​1​%
13 ​keperawatantakim.blogspot.com.br
Internet Source

<​1​%
14 ​tatacivilengineer.blogspot.com
Internet Source

<​1​%
15 ​ortotik-prostetik.blogspot.com
Internet Source

<​1​%
16 ​obatherniaacemaxs.blogspot.com
Internet Source

<​1​%
17 ​fr.scribd.com
Internet Source

<​1​%
18 ​www.scribd.com
Internet Source

<​1​%
andirizkiqhiqi.blogspot.com
​ ource
Internet ​19 S


<​1%
20 ​mirajnews.com ​Internet Source

<​1​%
Exclude quotes ​Off
Exclude bibliography ​Off
Exclude matches ​Off

Anda mungkin juga menyukai