20063002
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
NIM : 20063002
Menyetujui
, 2022
Pembimbing,
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena segala
berkatNya sehingga penulis dapat menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah tentang
“ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus fraktur olecranon post ORIF Dengan Modalitas
Infra Red (IR) Dan terapi latihan berupa hold relax dan passive stretching“ dengan sebaik –
baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
Fisioterapi.
Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaiakan penulisan proposal karya tulis ilmiah ini, sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya. Meski penulis telah menyusun proposal ini dengan maksimal, namun tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharpkan kritik
Akhirnya penulis berharap proposal karya tulis ilmiah ini dapat menambah ilmu
, 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan ............................................................................................................... 2
D. Terminologi istilah ............................................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
A. Anatomi dan biomekanik sendi siku ................................................................................. 4
B. Fraktur olecranon ............................................................................................................ 11
C. Problematik fisioterapi .................................................................................................... 14
D. Teknologi interfensi ........................................................................................................ 15
BAB III .................................................................................................................................... 19
RENCANA PELAKSANAAN STUDI KASUS ..................................................................... 19
A. Waktu dan Tempat .......................................................................................................... 19
B. Rencana Prosedur Studi Kasus ........................................................................................ 19
1. Rencana Pengkajian Fisioterapi ................................................................................... 19
3. Rencana pelaksanaan fisioterapi .................................................................................. 25
4. Rencana evaluasi .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................xxvii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh
kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi
anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553).
World Health of Organisation (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6
juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita patah tulang atau fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas. 3Menurut data kepolisian RI tahun 2018 sejak bulan
April hingga Juni 2018 tercatat telah terjadi 26.755 kasus kecelakaan lalu lintas di
seluruh Indonesia. 4 Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di
Indonesia, dan dengan jenis fraktur yang paling banyak terjadi yaitu fraktur pada
bagian ektremitas atas sebesar 32,7% dan ekstremitas bawah sebesar 46,2%.
Fraktur dapat mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak, terutama di
daerah sendi yang fraktur dan sendi yang ada di daerah sekitarnya. Karena
keterbatasangerak tersebut mengakibatkan terjadinya keterbatasan lingkup gerak
sendi dan gangguan pada fleksibilitas sendi (Gusty & Armayanti, 2014).
LingkupGerak Sendi (LGS) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan jauhnya
jangkauan darigerak sendi (Pangemanan et al., 2012).
Pada kondisi fraktur olekranon tersebut fisioterapi mempunyai peranan
penting dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah nyeri, spasme, bengkak
(oedem), meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi,
meningkatkan aktifitas fungsional, sehingga diharapkan dapat mengembalikan
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Dan pada kondisi fraktur olekranon
1
2
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Terminologi istilah
1. Fraktur olecranon
fraktur olecranon sinistra adalah suatu keadaan dimana terputus tulang ulnaris
proksimal sebelah kiri yang disebabkan karena adanya tekanan, pukulan, beban
yang berlebih, gerakan yang ekstrim sehingga tulang tidak mampu menahan.
2. Infra red
Infra red adalah pancaran gelombang elektromagnetik. Infra merah mempunyai
frkuensi 7 x 10 14 – 400 x 10 12 Hz dan panjang gelombang 700 – 15.000 nm
(Rimas, 2013).
Pemanasan yang dihasilkan dari pemberian infra red menimbulkan kenaikan
temperatur daerah lokal yang diikuti oleh terjadinya vasodilatasi pembuluh darah,
aliran darah pada daerah nyeri menjadi lancar, proses metabolisme meningkat dan
nyeri berkurang (Tesyah,
2018).
3
3. Hold relax
Hold-relax merupakan suatu teknik dimana group otot antagonis yang memendek
dikontraksikan secara isometrik dengan melawan tahanan optimal yang diberikan
fisioterapis. Kemudian diikuti dengan rileksasi, otot agonis dikontraksikan secara
isotonik untuk mengulur otot antagonis yang mengalamispasme atau memendek.
Pemberian intervensi ini bertujuan sebagai rileksasi dan penguluran otot,
meningkatkan lingkup gerak sendi, dan mengurangi nyeri.
4. Passive Stretching
Passive stretching adalah metode untuk memperpanjang komponen kontraktil atau
nonkontraktil dari unit musculotendinoeus dimana gaya yang diberikan dari luar dan
diberikan secara manualPada teknik ini merupakan teknik yang dilakukan oleh
terapis secara manual mengontrol lokasi stabilisasi serta arah, kecepatan, intensitas
dan lamanya durasi peregangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
proksimal fossa coronoidea dan fossa olecranon. Membran synovial terletak pada
permukaan dalam lapisan fibrosa kapsul sendi dan bagian non-articular intracapsular
humerus. Bagian inferior bergabung dengan membran synovial pada sendi radio-
ulnaris bagian proksimal.
Ligamen pada cubiti terdiri dari ligamentum collateral medialis dan lateralis
serta ligamentum annularis. Ligamentum collateral medialis berbentuk segitiga dan
terletak pada sisi medial cubiti. Ligamen ini melekat pada epicondylus medialis
humeri dan berjalan obliq ke sisi medial processus coronoideus dan processus
olecranon ulnaris. Ligamentum collateral lateralis juga berbentuk segitiga, bagian
proksimal melekat pada epicondylus lateralis humeri dan distal melekat pada
ligamentum annularis dan sisi lateral ulna. Kedua ligamen ini sangat menentukan
stabilitas medial dan lateral cubiti. Ligamentum annularis melekat pada bagian
anterior dan posterior incisura radialis ulnaris, mencakup caput radii dan ulna.
Ligamentum Annularis
7
Musculus triceps brachii Musculus triceps brachii mempunyai tiga caput, yaitu
caput longum dan lateral yang terletak di lapisan supeerficial, serta caput medial
yang terletak di lapisan profundus. Otot ini terletak di bagian posterior humerus
dan sebagian besar membentuk massa otot pada regio brachii dorsalis.
Musculus brachioradialis
Pada perabaan akan didapatkan perbedaan ujung sendi cubiti saat fleksi dan ektensi.
Saat fleksi, ujung sendi tersebut teraba lunak karena adanya massa besar otot pada regio
brachii dan antebrachii yang menekan bersamaan dan membatasi pergerakan lebih jauh.
Sebaliknya pada ekstensi sendi cubiti, pada perabaan akan teraba keras karena adanya
kontak antar tulang di mana processus olecranon tulang ulna bertemu dengan fossa
olecranii humerus. Saat supinasi, ujung antebrachii akan teraba padat karena tegangan otot
dan ligamentum. Saat pronasi ujung akhir antebrachii teraba keras karena kontak di antara
radius dan ulna walaupun lebih lunak jika dibanding saat sendi cubiti ekstensi.
B. Fraktur olecranon
1) Definisi
fraktur olecranon sinistra adalah suatu keadaan dimana terputus tulang ulnaris proksimal
sebelah kiri yang disebabkan karena adanya tekanan, pukulan, beban yang berlebih, gerakan
yang ekstrim sehingga tulang tidak mampu menahan.
2) Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
12
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka
terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
13
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu
dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap
pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183)
4) Manifestasi klinis
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan contur terjadi seperti :Rotasi pemendekan tulang, Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
8. Pergerakan abnormal.
A. Problematik fisioterapi
a) Impairment
Masalah yang muncul pada fractur olecranon antara lain keterbatasan gerak,
nyeri, atrofi otot, dan kelemahan otot sekitar siku.
b) Functional limitation
Pasien mengalami berbagai hambatan dalam melakukan aktivitasnya karena
keterbatasan gerak dan nyeri serta penurunan kemampuan fungsionalnya.
c) Participation restriction
Pasien tidak mampu berinteraksi dan melakukan aktivitas di lingkungan
sekitarnya.
C. Instrumen penilaian
Adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang
pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda
pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau
pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang
lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau
horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri.
Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS
tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta
kemampuan konsentrasi.
2. Goniometer
Goniometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur seberapa luas gerak
sendi atau LGS dalam ukuran derajat. Alat ini sangat penting bagi seorang fisioterapis
dimana alat ini bisa kita jadikan tolak ukur seberapa besar hasil terapi yang kita lakukan
pada kasus kasus seperti post fraktur.
Ukuran 210x86mm.
D. Teknologi interfensi
a. Defenisi
1) Persiapan alat
a) Pastikan kabel dalam kondisi baik terhubung dengan alat
steker listrik
b) Pastikan alat bekerja dengan baik
c) Letakkan alat sesuai area yang akan diterapi
17
2) Persiapan pasien
2. hold relax
Pemberian holdrelax stretching bertujuan untuk meningkatkan ROM,
mengurangi nyeri, dan spasme, hal ini didukung oleh studi yang dikemukakan oleh
Jason Wicke et al bahwa hold relax efektif dalam berbagai kondisi, seperti dalam
meningkatkan panjang otot yang disebabkan karena pemendekan, meningkatkan
vasodilatasi darah, dan meningkatkan lingkup gerak sendi. 17Dan karena adanya
penurunan ketegangan otot berkaitan dengan peningkatan panjang otot. Sehingga
dengan demikian dapat dikatakan bahwa hold relax juga dapat mengurangi spasme
dan nyeri akibat ketegangan pada otot.
Teknik hold relax itu sendiri merujuk pada aktifitas golgi tendon dan muscle
spindel. Muscle spindel bertanggung jawab menerima dan memberikan informasi
perubahan panjang dan kecepatan perubahan yang terjadi di otot atau yang biasa
yang disebut sebagai stretch receptor. Golgi tendon berperan dalam mekanisme
proteksi melalui autogenic inhibition, golgi tendon ini akan merileksasi otot setelah
6 detik. Kontraksi isometrik yang dilakukan pada otot yang mengalami ketegangan
berlebih akan memfasilitasi terjadinya autogenic inhibition, suatu refleks untuk
relaksasi yang muncul pada otot saatgolgi tendonnya terstimulasi.
Intervensi hold relax dilakukan 2 kali seminggu dengan waktu kontraksi 8
detik dan repetisi 10 kali. Intervensi ini diberikan berdasarkan studi yang dilakukan
Hashim ahmed, et al membuktikan bahwa hold relax selama tujuh detik kontraksi
18
isometrik dan kemudian rileks selama lima detik efektif dalam meningkatkan
fleksibilitas otot hamstring.19Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Cho Sun Ik et al, dengan merekomendasikan hold relax dengan kontraksi isometrik
untuk agonis selama tujuh hingga delapan detik, lalu rileks selama dua hingga lima
detik, dan kontraksi untuk agonis tujuh hingga delapan detik dan kemudian ulangi
empat hingga enam kali yang terbukti efektif untuk meningkatkan lingkup gerak
sendi.14 Sharman et al mengemukakan bahwa agar mendapatkan hasil yang efektif
latihan hold relax harus dilakukan 1-2 kali per minggu untuk dapat meningkatkan
lingkup gerak sendi.15Rowland et al menambahkan kontraksi selama 10 detik
efektif untuk meningkatkan fleksibilitas otot
3. Passive stretching
Rencana Proposal Karya Tulis Ilmiah ini akan diambil di Rumah Sakit pada
saat praktek Komprehensif selama satu bulan.
fraktur adalah:
a. Anamnesis
1) Keluhan Utama
19
20
a) Gerak aktif
21
b) Gerak pasif
d. Pemeriksaan Spesifik
c. Modalitas Fisisoterapi
1) Modalitas Alternatif
a) Infra Red
b) Ultrasound (US)
c) Terapi Latihan
d) Massage
e) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )
24
2) Modalitas Terpilih
b) Terapi latihan
3) Prognosis
Persiapan alat
steker listrik
Persiapan pasien
c) Lepaskan pakian atau perhiasan dari area sekitar tubuh yang akan
disinari
d) Mintalah pasien untuk memberi tahu apabila merasa tidak nyaman
atau terlalu panas
Pelaksanaan terapi
b. hold relax
26
4. Rencana evaluasi
Dr.Meutia maulina, M.Si. 2018. Anatomi dan Biomekanika Sendi Siku dan
Pergelangan Tangan. 1-20. Unimalpress Jl. Sulawesi No.1-2 Kampus Bukit Indah
Lhokseumawe 24351.
Mumtazah, N., & Djawas, F. A. (2020). Hold Relax dan Passive Stretching Efektif
Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Pasien Post-Gips Fracture Tibial
Plateau Dextra. Jurnal Ilmiah Fisioterapi, 3(2), 16-23.