A. Konsep Dasar Medik 1. Definisi Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138). Hip adalah bagian dari tulang panggul yang berartikulasi dengan pangkal tulang femur pada asetabulum. Fraktur hip adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang femur pada daerah ujung/pangkal proksimal yang meliputi kepala sendi, leher, dan daerah trochanter (Sumber: NCP, Susan P.C., 1980, p. 698).
Gambar 1. Hip Fraktur
2. Etiologi Secara umum fraktur dapat disebabkan oleh, diantaranya : a. Benturan dan cedera (kecelakaan), b. Kelemahan/kerapuhan tulang akibat osteoporosis, c. Patah karena letih, patah karena otot tidak dapat mengabsorpsi energi seperti karena berjalan kaki terlalu lama. 2 | P a g e
Patah tulang panggul lebih sering pada wanita dari pada laki- laki. Hal ini mungkin dikarenakan : a. Wanita memiliki tulang panggul lebih lebar yang cenderung mengalami coxa vara (deformitas dari hip dimana sudut antara leher dan batang tulang mengecil). b. Wanita mengalami perubahan hormon post menopausal dan berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis. c. Harapan hidup wanita lebih panjang dari pria. Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Di AS, lebih dari 250.000 fraktur panggul pertahunnya merupakan akibat dari osteoporosis. Ini diperkirakan bahwa seorang wanita kulit putih usia 50 tahun mempunyai waktu hidup 17,5% berisiko fraktur femur proksimal. Insidensi fraktur panggul meningkat setiap dekade dari urutan ke 6 menjadi urutan ke 9 baik untuk wanita maupun pria pada semua populasi. Insidensi tertingi ditemukan pada pria dan wanita usia 80 tahun ke atas.
3. Patofisiologi Dalam beberapa literatur keperawatan medikal bedah, diuraikan bahwa fraktur hip digolongkan dalam dua klasifikasi, yaitu: a. Intra kapsular Fraktur terjadi pada daerah yang masih berada dalam lingkup kapsul sendi yang meliputi : 1) Fraktur sub capital, 2) Fraktur transervikal, 3) Fraktur basal leher. b. Ekstra kapsular Fraktur terjadi di luar kapsul sendi panggul pada daerah sekitar 5 sentimeter di bawah trochanter minor. Fraktur ini juga disebut dengan fraktur intertrochanteric. Suplai darah kepada kaput femoris oleh arteri retunakular sangat penting. Penyaluran makanan ke pembuluh periosteal dan batang femur berlanjut ke trochanter dan ke bawah kolom femoris. Aliran darah ini bervariasi menurut umur. Pada fraktur di luar dan di dalam sendi panggul, suplai darah ke bagian kepala femur naik keatas melalui bagian leher sering terganggu terutama pada fraktur intra kapsular. 3 | P a g e
Bila suplai darah terputus total maka dapat terjadi kematian atau nekrosis jaringan tulang kepala femur (kaput femoris), disebut Avascular necrosis.
4. Penanganan Medis Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi (Smeltzer, 2002). Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Tahap selanjutnya adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Mempertahankan dan mengembalian fragmen tulang, dapat dilakukan dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometric, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.
B. Konsep Rehabilitasi 1. Definisi, Tujuan dan Fungsi Rehabilitasi merupakan upaya medik, sosial dan keterampilan yang diberikan kepada peserta didik agar mampu mengikuti pendidikan. Tujuan rehabilitasi adalah membantu penyandang cacat mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental, sosial, vocasional, dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Fungsi rehabilitasi adalah pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan.
2. Rehabilitasi Hip Fraktur a. Tujuan Penanganan dan Rehabilitasi Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 1995 : 1183). Tujuan pengobatan patah tulang pinggul dan rehabilitasi adalah sebagai berikut : 1) Pemulihan susunan anatomi ekstremitas (khususnya bagian pinggul), 2) Pemulihan fungsi dari anggota tubuh dan fungsi keseluruhan pasien (fisik dan psikis pasien).
4 | P a g e
b. Jenis Hip Fraktur Penting untuk mengetahui jenis patah tulang pinggul yang dialami. Hal ini karena mempengaruhi proses menentukan jenis operasi, perawatan perbaikan pasca-operasi dan rehabilitasi. Faktor penting lain yang mempengaruhi pilihan dari pendekatan operasi dan program rehabilitasi mencakup kualitas tulang (pada saat operasi), kemampuan fungsional pasien, dan pengalaman dokter bedah. Jenis fraktur tulang panggul tersebut diantaranya adalah : 1) Leher femoralis (45% dari patah tulang), yaitu fraktur pada daerah proksimal trokanter mayor dan minor (intrakapsular). Dengan kata lain fraktur ini terjadi dalam kapsul sendi panggul. Hal ini dapat mengganggu aliran darah ke kepala femoral dan predisposisi avascular nekrosis, 2) Intertrochanteric (45% dari patah tulang), yaitu fraktur yang terjadi antara trochanters (di daerah ekstrakapsular); daerah vaskularisasi. 3) Subtrochanteric (10% dari patah tulang), yaitu fraktur yang terjadi di daerah distal ke trokanter mayor yang lebih rendah.
Gambar 2. Klasifikasi Hip Fraktur
c. Penanganan dan Rehabilitasi Pada unit rehabilitasi, penanganan dengan hip fraktur dibedakan ke dalam tiga tahap, yakni penanganan pre-operasi, pasca-operasi dan pemeliharaan rehabilitasi pasca operasi. 1) Penanganan Pre-Operasi Hip fraktur biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi dapat terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa 5 | P a g e
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Perawat mulanya akan sering bertanya tentang tingkatan rasa sakit yang dirasakan untuk melihat seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Untuk itu, pasien akan diminta untuk menyebutkan atau mengklasifikasikan skala nyeri yang dirasakan pada skala 0 sampai 10. Skala dimulai dari nyeri hebat yang sakit sekali hingga tidak ada rasa sakit sama sekali. Setelah operasi, perawat akan membahas pilihan obat nyeri dengan pasien untuk mengontrol rasa sakit.
2) Penanganan Pasca-Operasi Tim akan memantau pasien secara seksama dengan memperhatikan tanda-tanda vital secara sering. Hal ini dilakukan setelah pasien melewati masa operasi, akan banyak orang masuk dan keluar dari kamar pasien selama pasien berada dalam masa rehabilitasi. Peralatan tambahan mungkin terhubung dengan pasien untuk memantau pemulihan pasien dan dalam pemberian obat nyeri. Tiga hari selanjutnya, tim kesehatan pasien akan bekerja dengan pasien untuk menstabilkan kondisi pasien, dalam meningkatkan mobilitas dan merencanakan tindakan keperawatan yang mungkin akan diterima pasien dirumahnya atau dipusat perawatan rehabilitasi yang terampil dalam menangani pasien ortopedi dengan kasus hip fraktur. Untuk penanganan pasca-operasi hip fraktur, dilakukan segera selama tiga hari setelah dilakukan pembedahan. Tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai berikut : a) Pasca Operasi Hari Pertama Pada pagi hari akan dilakukan pemeriksaan darah. Jika diperlukan, pasien akan diberikan transfusi darah tambahan. Diet cairan akan diberikan sesuai dengan toleransi tubuh pasien. Pasien mungkin mengalami mual sebagai efek dari obat nyeri. Pasien dapat meminta perawat untuk memberikan obat yang dapat mengendalikan rasa mual. Terapi fisik dua kali sehari di samping atau pada tempat tidur pasien. 6 | P a g e
Duduklah di kursi dengan bantuan seorang perawat atau ahli terapi fisik. Gunakan lemari samping tempat tidur atau dapat pula berjalan ke kamar mandi dengan bantuan, sesuai kebutuhan. Bertemu dengan fasilitator perawatan pasien dan manajer perawatan (pekerja sosial).
b) Pasca Operasi Hari Kedua Pada pagi hari, dilakukan pengecekan darah. Transfusi darah akan dilakukan jika dibutuhkan, tergantung pada hasil tes yang didapat. Foley kateter dan IV dapat dihentikan. Terapi fisik dua kali sehari di tempat rehabilitasi. Disana pasien akan diajarkan cara berjalan dengan alat bantu jalan dan teknik lain untuk meningkatkan mobilitas. Ahli terapi okupasi akan mengunjungi sekali sehari untuk mengajarkan cara menggunakan alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti cara berpakaian dan cara menggunakan peralatan adaptif. Latihan dilanjutkan dengan duduk di kursi dua kali sehari dan latihan berjalan dengan jarak yang semakin bertambah secara bertahap.
c) Pasca Operasi Hari Ketiga Perawatan rutin dan terapi fisik akan diberikan seperti biasa. Pasien akan diajarkan latihan keamanan pasca operasi. Anggota keluarga diharapkan datang dalam sesi letihan. Mereka akan diajarkan cara membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Perawat akan berkunjung dan memeriksa keadaan pasien untuk memastikan kapan pasien dapat pulang.
Hal yang diprioritaskan dalam rehabilitasi ini adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan (hemoragi). Foot pumps atau kompresi pada kaki (leg compression), digunakan bersama dengan stoking elastis. Pompa kaki, perangkat kompresi dan stoking elastis digunakan untuk membantu menjaga aliran darah selama periode kegiatan yang terbatas. 7 | P a g e
Busa wedge mungkin dapat diterapkan atau diberikan setelah operasi adalah bagian dari tindakan pencegahan fraktur pinggul. Wedge akan membantu menjaga kaki pasien tetap terpisah (tetap berada pada posisi yang tepat) dan mencegah adanya penyilangan pada kaki pasien saat di tempat tidur atau duduk pada posisi yang abnormal sehingga dapat memunculkan nyeri. Tindakan lain pada pencegahan fraktur pinggul adalah tidak membiarkan lutut pasien berada pada posisi yang lebih tinggi dari pasien ketika sedang tidur, untuk menghindari adanya rotasi pada sendi panggul. Pengenceran darah juga dapat dilakukan oleh dokter untuk mencegah pembekuan darah. Ini dapat diberikan dalam bentuk pil atau suntikan di perut pasien. Pasien mungkin akan mengalami memar atau lebih mudah mengalami pendarahan. Obat-obat ini merupakan tindakan pencegahan.
3) Pemeliharaan Rehabilitasi Pasca Operasi Saat melakukan pemeliharaan pasca operasi dalam proses rehabilitasi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain : a) Pemberian Bantalan Berat Pemberian bantalan berat ditentukan oleh dokter bedah. Dalam pemberian bantalan ini bergantung pada stabilitas fraktur, jenis tulang dan jenis atau metode fiksasi. Penggunaan bantalan berat dengan media semen memungkinkan untuk dilakukan. Tetapi berisiko terjadinya intraoperatif lemak emboli dan hipotensi karena disuntikkan di bagian bawah dan dapat menekan area tersebut.
b) Rehabilitasi Fisik (Mobilisasi Dini) Penanganan tulang panggul total Penanganan untuk tulang panggul total dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut : Tidak ada aduksi massa, dapat menggunakan bantal aduksi saat pasien berbaring, Tidak ada fleksi hip melebihi 90, 8 | P a g e
Tidak ada rotasi internal (jari kaki tegak di tempat tidur). Okupasi rehabilitasi Mungkin diperlukan terapi okupasi untuk membantu dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat mengikuti tindakan pencegahan pinggul.
c) Program Terapi Fisik Program terapi fisik akan dimulai setelah pasien menjalani operasi. Treatment akan diberikan dua kali sehari selama sekitar 15-30 menit. Terapi akan dimulai dari tempat tidur kemudian akan berlanjut dalam terapi gym pada hari kedua setelah operasi. Sebaiknya pasien diberikan analgesik untuk meredakan nyerinya sebelum dilakukan terapi fisik atau kegiatan yang dapat menyebabkan rasa nyeri, seperti berjalan atau bangun dari tempat tidur. Jika terjadi pembengkakan, dapat diatasi dengan pemakaian alas kaki yang ukurannya setengah lebih besar dari ukuran kaki pasien. Hal ini dilakukan untuk memberi rasa nyaman dan aman saat berjalan.
Table 1. Bentuk-bentuk Latihan No. Model Latihan Tujuan Langkah-langkah 1. Ankle pumps Latihan ini akan membantu pasien untuk mengurangi pembengkakan dan meningkatkan sirkulasi. - Berbaring di tempat tidur, - Fleksikan jari-jari kaki, - Ekstensikan jari-jari kaki, - Ulangi sampai 10 kali. 2. Quadriceps Sets
Latihan ini berfungsi untuk memperkuat otot-otot paha. - Berbaring dengan kaki lurus, - Kencangkan otot paha dengan menekan bagian belakang lutut ke bawah tempat tidur, - Tahan kontraksi selama 5 detik kemudian lepaskan, 9 | P a g e
- Ulangi sampai 10 kali, - Jangan menahan nafas. 3. Gluteal Sets Latihan ini berfungsi untuk memperkuat otot bokong pasien. - Ketika berbaring telentang, tekan otot bokong secara bersamaan selama 5 detik, kemudian lepaskan, - Ulangi sampai 10 kali, - Jangan menahan nafas. 4. Upper Body Lifts With Trapeze Latihan ini akan membantu mengurangi tekanan dari bokong dan membantu pasien untuk bergerak lebih mudah di tempat tidur. - Peganglah tali, tarik bagian atas tubuh dengan kedua lengan sementara pertahankan posisi bokong di tempat tidur, - Ulangi 5-10 kali. 5. Hip Precautions - Jangan menyilangkan kaki ketika berbaring atau duduk, - Jangan biarkan lutut berada lebih tinggi daripada pinggul yang dilakukan tindakan pembedahan (pada saat di tempat tidur, di kursi atau toilet), - Jangan memutar kaki yang dioperasi. 6. Standing Up From a Chair or Bed and Walking Using Your Walker
- Duduklah di tepi tempat tidur atau kursi, - Letakkan kaki yang dioperasi lurus, - Letakkan kedua tangan di tempat tidur atau sandaran tangan di kursi, kemudian berdirilah secara berlahan dan pasangkan walker. 10 | P a g e
Jangan memulai memasang walker apabila pasien belum dapat berdiri sempurna, - Gerakkan walker ke depan, - Gerakkan kaki yang dioperasi ke arah tengah dari walker, - Tekan walker dengan tangan sebagai pengangga dan gerakkan kaki yang tidak dioperas kedepan ke arah walker, - Ulangi hal ini pada setiap langkah. 7 Going Up a Step - Dekatkan langkah dengan walker, - Pasang walker, yakinkan bahwa kedua kaki berada datar dengan kaki, - Tekan ke bawah ke walker dengan tangan sebagai penyangga dan langkahkan kaki yang tidak dioperasi, - Langkahkan kaki yang dioperasi dan ulangi, jika diperlukan. 8. Going Down a Step - Dekatkan langkah dengan walker - Turunkan walker dan tepatkan kaki ke lantai pertama - Langkahkan kaki turun dengan kaki yang 11 | P a g e
dioperasi di pusatkan pada walker - Langkahkan kaki turun dengan kaki yang tidak dioperasi.
d. Evaluasi Rehabilitasi Hasil yang diharapkan setelah dilakukan rehabilitasi dengan pasien hip fraktur ini adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan angka kehidupan setelah penanganan cedera, Meningkatnya angka kematian untuk kasus fraktur pada hip atau panggul (15-35% kematian untuk orang tua ditahun pertama) menyebabkan dibutuhkannya rehabilitasi yang memadai. 2) Teknik ambulasi dalam pemullihan fungsional, Ambulasi merupakan komponen utama dari pemulihan fungsional (50- 65%) untuk mendapatkan kembali tingkat fungsi seperti pada kondisi sebelumnya (keadaan belum terjadinya fraktur hip). Faktor yang terkait dengan pemulihan ambulasi antara lain jenis kelamin, usia yang lebih muda, tidak adanya demensia, penggunaan perangkat bantu pra-bedah. 3) Terjadi pemulihan dalam waktu 6 bulan setelah cedera.