Anda di halaman 1dari 1

1.

I Nyoman Mulyana Karya [22]


2. I Gusti Ngurah Gede Eka Suadnyana [19]

XI IPA 1

PENULISAN CATATAN KAKI


Setelah membiarkan Pistonia dihancurleburkan. * Karena itu seorang raja tidak perlu
khawatir terhadap kecaman yang ditimbulkan karena kekejamannya selama ia mempersatukan
dan menjadikan rakyatnya setia. Dengan mengemukakan satu atau dua contoh, ia akan
membuktikan diri lebih bersifat penuh belas kasih daripada mereka yang karena terlalu
bermurah hati, membiarkan kekacauan terjadi yang mengakibatkan pembunuhan dan
perampokan. Semua ini selalu merugikan seluruh masyarakat, sedangkan pelaksanaan
hukuman yang dilakukan raja hanya menyangkut pribadi-pribadi. Seorang raja baru, di
kalangan para raja, merasa tidak mungkin menghindari julukan kejam, karena banyaknya
bahaya yang ada dalam negara yang baru saja dikuasainya. Virgilius lewat mulut Dido berkata:
Res dura, et regni novitas me talia cogunt
Moliri, et late fines custode tueri. *

Raja harus bertindak hati-hati, dan harus waspada sehingga ia tidak menjadi takut karena
bayangannya sendiri; tingkah lakunya harus dikendalikan dengan sikap manusiawi dan
bijaksana sehingga kepercayaan yang berlebihan tidak membuatnya sembrono atau kecurigaan
yang berlebihan tidak membuat dirinya tak berdaya.

Dari semuanya ini muncullah pertanyaan berikut: 1. Apakah lebih baik dicintai atau ditakuti
atau 2. Sebaliknya. Jawabannya ialah bahwa orang tentunya menginginkan keduanya, baik
dicintai maupun ditakuti; tetapi karena sulit untuk mempertemukannya, jauh lebih baik ditakuti
daripada dicintai, jika Anda tidak dapat memperoleh keduanya. Pada umumnya orang
beranggapan: manusia itu tidak tahu berterima kasih,

1. Pistonia adalah kota yang dikuasai Florence, yang secara paksa memulihkan situasi pada waktu
pertentangan antara dua golongan pecah tahun 1501-1502. Pertama-tama Machiavelli tertarik dengan
masalah ini.
2. ”Situasi serba sulit, dan kerajaan yang baru memaksaku melakukan hal-hal semacam itu dan harus
mempertahankan garis-garis perbatasan Negara di mana pun juga”. Aeneid, 563.

Anda mungkin juga menyukai