Asuhan Keperawatan Klien Terminal
Asuhan Keperawatan Klien Terminal
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN TERMINAL
Tujuan Instruksional :
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik keperawatan diharapkan memiliki
kemampuan :
1. Memahami dan dapat melaksanakan pengkajian pada klien terminal
2. Memahami dan dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien terminal
3. Memahami dan dapat menyusun rencana tindakan pada klien terminal
4. Memahami dan dapat melaksanakan evaluasi pada klien terminal
5. Pengkajian Individu atau Anggota Keluarga Pada Saat Klien Dengan Dying
Reaksi kehilangan, ditandai dengan dada merasa tertekan, bernafas pendek
dan rasa tercekik.
Faktor yang mempengaruhi terhadap reaksi kehilangan :
- Arti dari kehilangan yang tergantung kepada persepsi individu tentang
pengalaman kehilangan.
- Umur berpengaruh terhadap tingkat pengertian dan reaksi terhadap
kehilangan serta kematian.
- Kultur pada setiap suku/bangsa terhadap kehilangan berbeda-beda.
- Keyakinan spiritual, anggota keluarga dengan sakaratul maut
melakukan praktek spiritual dengan tata cara yang dilakukan sesuaI
dengan agama dan keyakinannya.
- Peranan seks, untuk laki-laki diharapkan kuat dan tidak memperlihatkan
kesedihan dan perempauan dianggap wajar atau dibolehkan untuk
mengekspresikan perasaannya atau kesedihannya (menangis)
sepanjang tidak mengganggu lingkungan sekitar (menangis dengan
meraung – raung atau merusak).
- Status sosial ekonomi, berpengaruh terhadap sistem penunjang,
sehingga akan berpengaruh pula terhadap rekasi kehilanga akibat
adanya kematian.
6. Pengkajian Terhadap Reaksi Kematian dan Kehilangan ; Berduka Cita
Karakteristik dari duka cita :
- Individu mengalami kesedihan dan merupakan reaksi dari shock dan
keyakinannya terhadap kehilangannya.
- Merasa hampa dan sedih.
- Ada rasa ketidak nyamanan, misalnya rasa tercekik dan tertekan pada
daerah dada.
- Membayangkan yang telah meninggal, merasa berdosa.
- Ada kecenderungan mudah marah.
Tingkatan dari duka cita :
- Shock dan ketidak yakinan, karena salah satu anggota keluarga akan
meninggal, bahkan menolak seolah-olah masih hidup.
- Berkembangnya kesadaran akan kehilangan dengan perilaku sedih,
marah pada diri sendiri atau pada orang lain.
- Pemulihan, dimana individu sudah dapat menerima dan mau mengikuti
upacara keagamaan berhubungan dengan kematian.
- Mengatasi kehilangan yaitu dengan cara mengisi kegiatan sehari – hari
atau berdiskusi dengan orang lain mengenai permasalahannya.
- Idealisasi, dimana individu menyesal karena kurang memperhatikan
almarhum selama masih hidup dan berusaha menekan segala kejelekan
dari almarhum.
- Keberhasilan, tergantung dari seberapa jauh menilai dari obyek yang
hilang, tingkat ketergantungan kepada orang lain, tingkat hubungan
sosial dengan orang lain dan banyaknya pengalaman kesedihan yang
pernah dialami.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan kematian,
ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya,
menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya, menghindari kontak sosial
dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain maupun perawat
Tujuan :
Koping individu positif
Intervensi :
- Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien.
- Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami suatu
kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.
- Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
- Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan
mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.
- Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien.
- Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup.
- Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum
menjelang ajal.
- Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.
EVALUASI
Terhadap Klien
Klien bebas dari rasa sakit.
Klien dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan baik pada tahap
perencanaan maupun pelaksanaannya.
Klien dapat mengekspresikan perasaannya (marah, sedih dan kehilangan).
Klien dapat berkomunikasi dengan keluarga, perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Terhadap keluarga
Keluarga dapat mengekspresikan perasaannya.
Keluarga dapat mengutarakan pengalaman – pengalaman emosionalnya.
Keluarga dapat melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.
Keluarga dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan Andul Hamid (1995). “Nasehat Untuk Yang Akan Mati”, Jakarta, Gema
Insani Press
Pusdiknakes Depkes RI. 1990. “Asuhan Keperawatan Pasa Pasien Yang Tidak Ada
Harapan Sembuh Perawatan Pasien II”, Jilid IV. Edisi I. Pusdiknakes. Jakarta
Pusdiknakes Depkes RI. 2000. “Tindakan Keperawatan Pada Sakaratul Maut”, Jilid I
Edisi 1. Pusdiknakes. Jakarta.
MATA AJARAN 320
PEMBIMBING : Hj. Mimien Emi Suhaimi
E N KESEHA
EM TA
RT
N
PA
RI
DE
BHAKT
SADA
HU
I
KELOMPOK II
Aidi Selamat ( PO7 120003004 )
H. Ali Rahman ( PO7 120003018 )
Iis Verawati ( PO7 120003019 )
Meiharni ( PO7 120003022 )
Nunung Sugiarti ( PO7 120003031 )
Rina ( PO7 120003034 )
Syamsu Rizali ( PO7 120003036 )
TERRY TERIDA R. ( PO7 120003038 )
Yuana Mahdah ( PO7 120003039 )