Anda di halaman 1dari 49

Hepatitis

Fatty Liver
Topik Bahasan

 Fungsi Liver
 Hepatitis
 Fatty Liver (Perlemakan Hati)
1. Menghancurkan sel darah merah yang tua
2. Membentuk sel darah merah baru
3. Memproduksi cairan empedu
4. Menyaring darah
5. Mendukung pembekuan darah
6. Menjadikan tubuh memiliki kekebalan
7. Metabolisme karbohidrat
8. Metabolisme lemak
9. Metabolisme protein
10. Menyimpan vitamin dan mineral
11. Sintesis protein plasma
12. Sintesis angiotensinogen
13. Mengubah amonia menjadi urea
14. Mendetoksifikasi tubuh
15. Sebagai eksresi hati
Peradangan pada hati

Dapat disebabkan oleh :


• Virus
• Alkohol
• Obat-obatan
• Autoimun
HEPATITIS A
Demam kuning yang lebih disebabkan karena faktor lingkungan yang kotor
Gejala :- kuning (kuku,mata,kulit)
- kelelahan yang permanen
- nyeri lambung
- anoreksia
- mual
- diare
- demam
Masa inkubasi 10-50 hari
Pada anak2 gejala lebih ringan dan Masa inkubasi 1-2 minggu
Penularan : - makanan/minuman yang terkontaminasi virus
- hubungan seksual
- melalui luka
Diagnostik : - tes lab. SGOT/SGPT, Bilirubin, IgM anti HAV
- biopsi
Pencegahan : - vaksinasi Hepatitis A
- pola hidup sehat
Pada umumnya tanpa gejala,setelah sakit, baru diketahui atau tanpa sengaja diketahui
Gejala : - mual
- muntah
- diare
- anoreksia
- sakit kepala
- tanpa gejala
Masa inkubasi 6-24 minggu
Penularan : - melalui luka
- kontak seksual
- pada bayi biasanya tertular saat lahir
- penderita Hepatitis B 25% menjadi carrier ,
- 5-10% menjadi sirosis dan kanker hati
Diagnostik : - Tes lab : SGOT/SGPT, Prot.total /albumin /glob
HBe/anti Hbe, Alfa feto protein
- USG
- Biopsi
Pencegahan : vaksinasi Hepatitis B
pola hidup sehat
HEPATITIS C
Ditemukan tahun 1975 disebut hepatitis non A non B.

Gejala : - anoreksia
- lambung tidak enak
- mual
- muntah

Penularan : sama dengan Hepatitis B

Penderita Hepatitis C pada umumnya 40 % sembuh 60 % berpotensi sirosis dan kanker


hati.
Minum alkohol untuk seorang penderita Hepatitis C akan lebih memperparah
penyakitnya

Diagnostik : - Tes lab : SGOT/SGPT, Prot.total /albumin /glob


Alkali fosfatase, Gamma GT
Alfa feto protein, RT PCR HCV
- USG
HEPATITIS D

• Ditemukan tahun 1977 dikenal sebagai Hepatitis Non A,B,C


• Hepatitis D pada umumnya terjadi karena adanya koinfeksi atau superinfeksi dengan
Hepatitis B
• Gejala sama dengan Hepatitis B
• Penularan : sama dengan Hepatitis B dan C
• Diagnostik : RT PCR HDV
HEPATITIS LAIN
Hepatitis E
ditemukan tahun 1987 gejala dan penularan mirip Hepatitis A
Hepatitis F
dilaporkan tahun 1983 gejala dan penularan mirip Hepatitis A, oleh karena itu rancu
dengan Hepatitis E
Hepatitis G
ditemukan tahun 1996, gejala dan penularan mirip
dengan Hepatitis C

Hepatitis alkoholik,kerusakan liver oleh karena alkohol


Hepatitis maupun kerusakan liver salah satu penyebabnya karena obat2an
Dari beberapa hepatitis virus
yang paling sering ditemukan adalah
Hepatitis A, B, dan C
Hepatitis A

• Sangat menular (lewat makanan)


• Gejala  ringan s/d berat
– Mirip gejala infeksi saluran pencernaan dan atau
infeksi saluran pernapasan
– Lelah, mual,muntah, demam, perbesaran hati,
kuning, urin gelap, dan hilang nafsu makan.
• Biasanya sembuh sendiri dan tidak menyebabkan
kerusakan jangka panjang.
Hepatitis B

• Menular
– Darah, cairan tubuh, seks

• Gejala Akut
– Mirip gejala infeksi saluran pencernaan dan atau
infeksi saluran pernapasan
– Lelah, mual,muntah, demam, perbesaran hati,
kuning, urin gelap, dan hilang nafsu makan.
• Gejala Kronik  perjalanan penyakit semakin
berat menuju sirosis dan kanker hati
Cara Penularan Hepatitis B

 Ibu penderita Hepatitis B ke anak yang dilahirkan


 Penggunaan alat-alat yang tercemar darah dan
cairan tubuh penderita Hepatitis B
 Jarum suntik bekas atau yang dipakai bersama
(seperti : pecandu narkoba)
 Jarum tatto, Jarum akupuntur, Jarum tindik telinga
 Alat kedokteran gigi, Alat sunat, Alat pemeriksa
vagina  yang tidak disterilkan
 Jarum pembersih jerawat di salon kecantikan
 Alat perawatan tangan dan kaki (manicure
dan pedicure) di salon kecantikan
 Alat cukur dan gunting kuku
 Sikat gigi yang dipakai bersama
 Terompet dan pluit yang dimainkan bergantian
 Peralatan makan yang tidak bersih (sendok,
sumpit, dll)
 Petugas kesehatan (dokter, dokter gigi, bidan,
perawat) yang bersentuhan dengan darah
dan cairan tubuh penderita.
 Ciuman mulut
 Gonta-ganti pasangan seksual hetero-sex / homo-sex
 Penerima tranfusi darah
 Penderita cuci darah (hemodialisa)
 Orang yang sering luka (misal : prajurit)
 Penularan ke bayi lewat kontak erat dengan pengasuh yang
menderita Hepatitis B
Pencegahan Hepatitis B

 Vaksinasi (HBV)
Hepatitis C

• Hampir serupa dengan

Hepatitis B

• Diagnosis Hepatitis C ditegakkan dengan


pemeriksaan :
– Anti-HCV positif

– HCV-RNA positif
BAHAYA HEPATITIS C
 Hepatitis C kronik membawa kematian.
 85 % orang yang tertular Hepatitis C akan jatuh sakit
 20 % penderita Hepatitis C akan menjadi Cirhosis
(pengerutan dan pengerasan) hati dalam 20 tahun
 Resiko kanker hati 5% dari penderita Hepatitis C
Kronik, setelah masa 20 tahun mengidap Hepatitis C
 Diagnosa Kanker Hati dengan :
- Pemeriksaan AFP (ALFA FETO PROTEIN)
- USG / Scanning hati
- Biopsi hati
Terapi Hepatitis C

 Interferron
 Ribaverin
HEPATITIS VIRUS KRONIK
 > 6 bulan
 Klasifikasi histologi
 Hepatitis B dan C terbanyak
 Gejala:
– 1/3 kasus seperti akut
– asimptomatik  terutama C
PROGRESI HEPATITIS
Sirosis
Sembuh Sembuh tanpa gejala

Akut Hepatitis Kanker


Sirosis Mati
kronik Hati

Pengidap Sirosis Mati

30 - 50 tahun
Perjalanan penyakit hepatitis virus

17 sampai 20 tahun

10 sampai 20 tahun

sirosis

Kanker hati
FATTY LIVER
(Perlemakan Hati)

Penimbunan lemak berlebihan


pada sel hati sebagai respon
terhadap jejas.
Total timbunan >5% berat hati normal.

 Dibedakan menjadi :
 NAFLD
(Non-alcoholic fatty liver disease)

 ALD (Alcoholic liver disease)


FATTY LIVER
(Perlemakan Hati)
GEJALA

Sebagian besar  tanpa gejala

Keluhan yang sering muncul:


– Rasa lelah (fatigue)
– Rasa tidak nyaman (malaise)
– Perasaan penuh perut kanan atas
– Hepatomegali
– Tanda-tanda stigmata penyakit hati.
DIAGNOSIS KLINIS

 Laboratorium
 SGOT/ SGPT meningkat ringan – sedang
 Rasio SGOT/ SGPT tidak lebih dari 2
 GGT/ Alkali fosfatase  kadang meningkat
 Pencitraan
 USG atau CT Scan
 Biopsi
 Gambaran akumulasi sel lemak dalam sel hati
PENATALAKSANAAN

 Gaya hidup
 Manajemen BB
 Perbaikan resistensi insulin
 Penurunan hiperlipidemia
 Hepatoprotektor

– Betaine
– Vitamin E
– Lechitine
– UDCA - Urdahex
NAFLD
Spektrum
NAFLD
(Non Alcoholic
Fatty Liver
Disease)
EPIDEMIOLOGI NAFLD

 Terjadi pada semua kelompok umur


 Tertinggi pada kelompok 40 – 49 tahun
 Laki-laki ~ perempuan
 Meningkat seiring dengan peningkatan BB
EPIDEMIOLOGI NAFLD

DM tipe-2  10 – 75% fatty liver


Hiperlipidemia  20 – 93% fatty liver
Individu normal
10 – 15%  fatty liver
 3 % steatohepatitis
Individu gemuk
 70 – 80%  fatty liver
 15 – 20 %  steatohepatitis
1. Hepatotoksik tergantung dosis
Hepatotoksisitas ini terjadi karena pemberian obat dengan dosis yang
terlalu tinggi. Overdosis acetaminophen merupakan contoh kasus
hepatotoksik tergantung dosis (Lee, 2012).
2. Toksisitas idiosinkratik
Toksisitas idiosinkratik ditemukan pada seseorang yang mewarisi gen
spesifik yang dapat mengontrol perubahan senyawa kimia obat tertentu
dan dapat mengakibatkan akumulasi obat yang menimbulkan bahaya bagi
hati (Lee, 2012).
3. Alergi obat
Alergi obat dapat menyebabkan hepatotoksisitas dengan mekanisme hati
mengalami peradangan ketika terjadi reaksi antigen-antibodi antara sel
imun tubuh terhadap obat (Lee, 2012).
1). Stimulasi autoimun
2). Reaksi idiosinkratik
3). Gangguan kalsium homeostasis dan cedera sel membran
4). Aktivasi metabolik dari enzim Sitokrom P450
5). Stimulasi apoptosis
6). Cedera mitokondria
1. Stimulasi autoimun
• Cedera autoimun melibatkan antibodi yang disebabkan
zat sitotoksik atau toksik. Jenis cedera terjadi ketika
enzyme obat bermigrasi ke permukaan sel dalam bentuk
neoantigens. Neoantigens ini berfungsi sebagai target
oleh T cells.
• Cedera dapat diperburuk oleh adanya sel-sel inflamasi.
Halotan, sulfamethoxazole, carbamazepine, dan
nevirapine adalah obat berhubungan dengan cedera
autoimun.
• Beberapa contoh obat dengan mekanisme menciderai
autoimun yang dapat menyebabkan penyakit hepatitis
adalah dantrolene, isoniazid, fenitoin, nitrofurantoin, dan
trazodone.
• Penyakit progresif ini dapat menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi dan lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan laki-laki (Dipiro, 2007).
2. Reaksi idiosinkratik
• Reaksi hepatotoksisitas terbagi menjadi dua, yaitu reaksi
intrinsik dan reaksi idiosinkratik.
• Reaksi intrinsik ini biasanya berhubungan dengan dosis
dan memiliki periode laten yang singkat (<1 bulan).
• Minocycline, nitrofurantoin, dan fenitoin dapat
menyebabkan reaksi intrinsik (Dipiro,2007).
• Berbeda dengan reaksi intrinsik yang bersifat alergi,
reaksi idiosinkratik adalah tanpa gejala hipersensitivitas
dan biasanya memiliki periode laten yang lama
(beberapa bulan). Reaksi idiosinkratik ditandai dengan
demam, ruam, dan eosinofilia. Toksisitasnya tidak
bergantung dosis dan jika dicobakan terhadap hewan uji
tidak berulang kejadiannya (Dipiro, 2007).
3. Gangguan kalsium homeostasis dan cedera sel membran
• Hepatotoksisitas akibat gangguan kalsium homeostasis
menyebabkan masuknya kalsium intraseluler yang
kemudian terjadi penurunan kadar adenosine trifosfat
dan gangguan dari perakitan aktin urat saraf.
• Dampak yang dihasilkan pada sel adalah pecah dan
lisisnya dinding sel.
• Lovastatin, venlafaxine, dan phalloidin yang merupakan
komponen aktif dalam merusak homeostasis kalsium
(Dipiro, 2007).
4. Aktivasi metabolik dari enzim Sitokrom P450
• Cedera hepatoseluler melibatkan produksi energi tinggi
metabolit reaktif oleh sistem CYP450.
• Reaktif metabolit ini mampu membentuk ikatan
kovalen dengan seluler protein (enzim) dan asam
nukleat yang mengarah pada pembentukan induksi.
• Dalam kasus toksisitas akut, enzim obat dapat
menyebabkan cedera sel atau lisis sel.
• Acetaminophen, furosemide,dan diklofenak adalah
contoh dari mekanisme ini.
• Perbedaan genetik hati individu dapat berperan dalam
pentingnya proses ini.
• Pasien dengan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP)
untuk kode varian lambat dapat bereaksi dari CYP450
akan bereaksi secara berbeda dari orang-orang dengan
SNP yang kode varian untuk bereaksi sangat cepat
(Dipiro, 2007).
5). Stimulasi apoptosis
• Apoptosis merupakan pola yang berbeda dari lisis sel
yang ditandai dengan penyusutan sel dan fragmentasi
kromatin nuklir.
• Jalur apoptosis yang dipicu oleh interaksi antara
kematian ligan (tumor necrosis factor dan Fas ligand)
• dan kematian reseptor (tumor necrosis factor receptor
- 1 dan Fas).
• Interaksi ini mengaktifkan reseptor yang membelah
protein seluler dan akhirnya menyebabkan sel mati
dalam dosis kumulatif.
• Acetaminophen menyebabkan apoptosis (Dipiro,
2007).
6. Cedera mitokondria
• Obat yang mengganggu struktur mitokondria, fungsi,
atau sintesis DNA dapat mengganggu β-oksidasi lipid
dan produksi energi oksidatif dalam hepatosit.
• Pada penyakit akut, gangguan berkepanjangan β–
oksidasi menyebabkan steatosis microvesicular
sedangkan pada penyakit kronis menyebabkan steatosis
macrovesicular.
• Kerusakan parah pada mitokondria akhirnya
menyebabkan gagal hati dan kematian.
• Aspirin, asam valproik, dan tetrasiklin menyebabkan
cedera
• mitokondria dengan menghambat β-oksidasi sedangkan
amiodaron melalui gangguan phosphorylation (Dipiro,
2007).

Anda mungkin juga menyukai