Anda di halaman 1dari 105

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Demak melaksanakan pesta demokrasi rakyat yaitu pilkades

serentak yang diikuti oleh 183 desa dan dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober

2016. Pengisian jabatan kepala desa diseragamkan melalui model pemilihan

langsung oleh masyarakat. Demikian pula masa jabatannya kepala desa yang

terbaru telah diatur dalam UU No.6 tahun 2014 pasal 33 tentang batas maksimal

jabatan kepal desa yaitu enam tahun dan dapat dipilh kembali dengan masa

jabatan berikutnya dengan ketentuan maksimal 3 kali menjabat atau selama 18

tahun menjabat baik secara berturut- turut ataupun tidak, sedangkan menurut UU

No.32 Tahun 2004 pasal 204 menjelaskana bahwa masa jabatan kepala desa

selama 6 tahun atau dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatannya/

maksimal hanya 2 kali periode saja. Peraturan pelaksanaan pilkades bertujuan

untuk menghasilkan pemimpin desa / kepala desa yang bertanggung jawab,

mengayomi masyarakat dan juga menjamin kehidupan yang sejahtera bagi

masyarakatnya. Adapun ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi

oleh calon kepala desa diatur dalam Permendagri pasal 21 No.112 Tahun 2014.

Begitu pula dalam terwujudnya kelancaran dan keberhasilan proses pelaksaan

pilkades perlu didukung oleh lembaga penyelenggara pilkades yaitu Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) yang mempunyai peran sebagai pengawas. Tetapi

untuk hasil lebih baik tidak hanya pengawasan dari Badan Permusyawaratan

1
Desa (BPD) saja melainkan oleh unsur masyarakat desa meliputi karang taruna,

kelompok tani, kelompok perempuan atau PKK, dan para tokoh masyarakat desa

setempat. Panitia pemilihan kepala desa mempunyai peranan yang strategis pada

semua tahapan pemilihan. Mulai dari pendataan calon pemilih, penjaringan

bakal calon kepala desa, serta melaksanakan pemungutan suara, menghitung

perolehan suara, dan melaporkan seluruh hasil perolehan suara.

Pemilihan kepala desa memberikan kesempatan kepada tokoh masyarakat

lokal untuk mengimplementasikan gagasan atau kepentingan politiknya untuk

kesejahteraan masyarakat. Dimana calon kepala desa saling berlomba untuk

mendapatkan suatu jabatan yang dianggap elit lokal yang nantinya demi

kepentingan kesejahteraan masyarakat. Dalam pemilihan Kepala Desa Mranak

pada tahun 2016 diikuti kedua calon yang kedua mempunyai pengalaman yang

sama yaitu pernah menjabat sebagai kepala desa dan juga sebagai mantan

pasangan suami istri. Sebelum masa pencalonan keduanya bersepakat jika kedua

sama- sama untuk mencalonkan maka mereka akan bersaing secara sehat dan

positif, serta mereka akan menerima kekalahan ataupun kemenangan yang

mereka dapatkan. Tidak dipungkiri bahwa jabatan kepala desa merupakan

jabatan yang selalu di dambakan bagi masyarakat desanbagi yang mempunyai

modal, karena untuk mendapatkan jabatan tersebut membutuhkan modal yang

cukup besar untuk berkampanye di lingkungan desa dengan maraknya praktek

politik uang.

Proses pemilihan kepala desa tidak luput bahkan tidak jauh dari money

politik atau sering dikenal dengan politik uang. Secara umum Politik Uang

2
merupakan upaya untuk memperoleh kekuasaan di bidang politik dengan

menjadikan uang sebagai materi perantara kekuatan.1 Dinamika politik uang

sangat erat kaitannya dengan perjuangan kandidat untuk mendapatkan sebuah

jabatan. Terdapat larangan politik uang yang diatur dalam UU No.1 Pasal 73

ayat (1) tahun 2015 yaitu menyebutkan bahwa “calon dan/atau tim kampanye

dilarang menjanjikan dan/ atau memberikan uang atau materi lainnya untuk

mempengaruhi pemilih”. Tapi pada realitanya proses politik uang dari tahun ke

tahun semakin kuat dan menyebar di daerah – daerah yang melaksanakan pesta

demokrasi rakyat baik pemilu, pilkada, serta pilkades. Politik uang merupakan

sebuah tantangan yang besar demokratisasi dalam lingkup desa yaitu pelaksaan

Pilkades. Fenomena politik uang sudah tidak asing bagi masyarakat karena

praktek politik uang sekarang sudah tidak bersifat rahasia lagi, bahkan praktek

politik uang dilakukan secara terang- terangan. Sangat disayangkan pelaku

politik uang dan penerima politik uang belum ada tindak lanjut sebagai hukuman

yang adil dan tegas untuk pelanggaran tersebut, meskipun sudah terdapat

peraturan- peraturan yang melarang praktek politik uang.

Praktek politik uang pada nyatanya lebih membudaya, dilestarikan,

bahkan sampai terang –terangan dalam melaksanakannya tidak lagi bersifat

rahasia terutama pada lingkup pemilihan kepala desa (Pilkades). Praktek politik

uang yang seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai tingkat

kesadaran politik yang rendah, karena para pemilih suka rela menukar pilihan

1
Ika Setia Rini dan Rr. Nanik Setyowati, “Makna Money Politics pada Masyarakat Kelas
Menengah Bawah” Volume 1 No.2 Tahun 2014, hlm. 109-126.

3
politiknya dengan uang atau barang yang telah diberikan oleh tim sukses atau

calon kepala desa, hal tersebut tanpa disadari bahwa politik uang yang

membahayakan serta dapat merusak moral bangsa. Dimana pemilih menikmati

keuntungan jangka pendek yang secara ekonomi dapat membantunya tetapi

dalam jangka panjang tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat penyesalan

jika tidak dapat merubah keadaan lingkungan lebih baik lagi. Begitu pula sering

terjadi juga dalam proses pemungutan suara, dimana pemilih mendapat tekanan

atau ancaman kekerasan oleh sekelompok orang desa sebagai aktor pendukung

calon kepala desa untuk memilih calon yang didukung oleh sekelompok orang

tersebut. Budaya politik uang yang terjadi dalam pemilihan kepala desa

(Pilkades) menandakan bahwa kandidat yang akan menduduki jabatan tinggi di

tingkat desa dengan dipandang sebagai elit desa, tetapi mempunyai kualitas diri

yang rendah maka dari itu dengan menghalalkan segala cara untuk memperoleh

jabatan tersebut yaitu dengan melakukan praktek politik uang.

Desa Mranak merupakan salah satu desa yang menggunakan politik uang

untuk memenangkan pilkades.2 Panitia pelaksanaan pemilihan kepala desa telah

menetapkan ada 2 orang calon kepala desa yaitu Wartiwi dengan Hadi Riyanto

keduanya mantan sepasang suami istri Proses kampanye berlangsung sangat

ramai dan menarik di Desa Mranak ini. Para kandidat bersama tim suksesnya

mulai berkampanye di lingkungan sekitarnya dengan menerapkan strategi yang

telah didesain seperti mulai menjelaskan visi misi di hadapan masyarakat umum

2
Daryanto, Calon Kepala Desa periode 2009-2015, Wawancara, 9 Oktober 2016, di lingkungan
TPS.

4
dari masing- masing kandiat sampai berkunjung atau bersilaturahmi di

masyarakat sekitar serta calon Kepala Desanya membuka rumah lebar-lebar

untuk berkumpul warganya yang mau berdatangan untuk mempererat

keakraban. Strategi seperti ini dilakukan menjelang proses pemilihan kepala

desa kurang lebih selama dua bulanan. Srategi satu persatu mulai

diimplementasikan untuk memperoleh suara terbanyak agar dapat

memperebutkan jabatan kepala desa.

Kedua calon kepala Desa Mranak menggunakan strategi yang sama untuk

memenangkan pilkades yaitu money politik atau sering disebut dengan politik

uang. Kedua calon kepala tersebut ini mempunyai varian yang berbeda dalam

pemberian politik uangnya baik dari segi jumlah maupun waktu pembagiannya

ke masyarakat. Kandidat pertama yaitu Wartiwi dalam masa kampanye sudah

memberikan uang kepada masyrakatnya sebesar Rp.30.000 - Rp. 50.000 ketika

menjelang proses pemungutan suara memberikan lagi uang kepada pemilih

sebesar Rp150.000 dan waktu pemilih mau mencoblos diberikan lagi uang

Rp.50.000 dan itu disuruh berjanji untuk memilihnya, tetapi dia memberikan

hanya kepada pemilih yang benar-benar mau memilihnya dan tidak berpihak

pada Hadi. Kandidat yang kedua yaitu Hadi memberikan uang sebesar

Rp.70.000 secara merata atau seluruh masyarakat baik yang mau memilih

ataupun tidak, uang tersebut diberikan pada malam hari menjelang proses

pemungutan suara. Dari segi politik uang dapat dikatakan Wartiwi lebih kuat

politik uangnya daripada Hadi.

5
Pilkades 2016 di Desa Mranak dimenangkan oleh Wartiwi kembali

(petahana) dengan perolehan suara 1281. Data perolehan suara pemilihan kepala

desa 2016 Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak sebagai

berikut :

Tabel 1.1 Rekapitulasi Perhitungan Pemilihan Kepala Desa Mranak Kecamatan


Wonosalam Kabupaten Demak.

Nomor Urut
Perolehan Suara
Calon Kepala
Desa
TPS 1 TPS 2 TPS 3 TPS 4 TPS 5 Jumlah
1.
Wartiwi
304 226 273 214 216 1281

2. 195 283 247 253 177 1155


Hadi Riyanto

Keterangan TPS 1 TPS 2 TPS 3 TPS 4 TPS 5 Jumlah

Suara Sah 499 509 520 467 441 2436

Suara Tidak 5 0 4 6 2 17
Sah

Jumlah Suara Keseluruhan 2453

Jumlah Pemilih 2758


Sumber : Hasil Perhitunngan Suara Pilkades 2016

Berdasarkan hasil perhitungan suara yang dilakukakan oleh panitia

pelaksana pilkades Desa Mranak menunjukkan Wartiwi menjadi pemenang

dengan selisih 116 suara. Apabila dilihat dari perolehan suara di masing- masing

TPS suara yang diperoleh kedua kandidat seimbang namun masyarakat lebih

condong ke Wartiwi. 2 kali periode Wartiwi dapat memenangkan pilkades

6
secara berturut-turut. Ketika pada masa Wartiwi menjabat banyak masyarakat

yang mengeluhkan dengan segi kinerjanya karena beliau tidak mampu

mengayomi masyarakat. Hal ini merupakan hasil wawancara yang peneliti

lakukan dengan salah satu tokoh tomasyarakat.3 Terdapat beberapa keluhan yang

diungkapkan oleh masyarakat diantaranya diantaranya yaitu Pertama, ketika ada

masyarakat mengalami kecelakaan dan mereka dari kalangan keluarga tidak

mampu, dari pihak keluarga datang ke kepala desanya untuk meminta bantuan

agar menguruskan jasa raharja tetapi hasilnya tidak ada, Kedua, sudah banyak

masyarakat Desa Mranak yang terkena penyakit demam berdarah dan sampai

ada yang meninggal permasalahan tersebut tidak ada tindak lanjut dari Kepala

Desa untuk mengurus, Ketiga, dari masa Wartiwi menjabat kurang ada bentuk

yang terwujud dalam pembangunan Desa Mranak, seperti kurangnya perhatian

kepala desa kepada warganya yang belum memiliki pekerjaan, Maka dari

permasalahan tersebut mayoritas masyarakat Desa Mranak kurang menyukai

bahkan tidak puas dengan Kinerja Wartiwi selama menjabat, tetapi disisi lain

calon petahana yaitu Wartiwi mampu memenangkan kembali Pilkades Desa

Mranak tahun 2016.

Terdapat fenomena yang menarik di Desa Mranak Kecamatan Wonosalam

Kabupaten Demak. Jika dilihat dari hasil rekapitulasi perolehan suara dalam

Pilkades Desa Mranak tahun 2016, suara terbanyak dimenangkan oleh Wartiwi.

Akan tetapi disisi lain mayoritas masyarakat mengeluh atas kepemimpinannya

3
Ahmad Solikin, Ketua RT 05 RW 04 Desa Mranak, Wawancara, Rumah Pak Ahmad, 20 Oktober
2016.

7
ketika menjabat sebagai kepala desa sebelumnya pada periode 2009-2015

dilihat dari segi kinerja nya dalam kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu

peneliti ingin melakukan kajian tentang perilaku pemilih dalam Pilkades tahun

2016 di Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perilaku Pemilih pada Pilkades Tahun 2016 Desa Mranak?

2. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan Perilaku Pemilih pada Pilkades Tahun 2016 Desa

Mranak.

2. Untuk menjelaskan Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku Pemilih.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta

meningkatkan wawasan penulis mengenai perilaku memilih pada pemilihan

Kepala Desa dan juga faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti memberikan wawasan pengetahuan mengenai perilaku

pemilih dan juga faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih.

2. Bagi masyarakat memberikan pengetahuan tentang pentingnya perilaku

memilih dalam pemilihan kepala desa.

8
1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan penelitian terdahulu

yang relavan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang perilaku

pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyawarman dalam jurnalnya yang

berjudul Perilaku Pemilih Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa :

Kasus Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Hasil

penelitian ini bahwa tingkat pendidikan ternyata mempengaruhi

konsistensi responden dalam memilih. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka derajat konsistensi semakin melemah, dalam arti

individu sudah berani mengambil keputusan untuk menentukan

pilihannya sendiri meskipun dalam bujukan orang lain. Selain itu dalam

hal usia juga berpengaruh, semakin muda usia responden, semakin kuat

untuk menentukan pilihannya sendiri. Laki-laki umumnya lebih mandiri

dalam menentukan pilihan jika dibandingkan dengan perempuan.

Kepala desa terpilih karena integritas kepribadiannya yang mudah

bergaul dan citra ayahnya sebagai sesepuh dan pelopor pemekeran Desa

Kubang Jaya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nikodemus yang berjudul Faktor-Faktor

yang mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa

Suruh Tembawang Kecamatan Entikong. Hasil dari penelitian ini yaitu

9
faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih faktor psikologis

yang terdiri dari persepsi dan penilaian pribadi terhadap kandidat,

persepsi dan penilaian pribadi terhadap tema – tema yang diangkat,

identifikasi terhadap partai. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif .

3. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika Kusuma Astuti yang berjudul

Studi Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Dayun

Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Hasil dari penelitian ini yaitu Faktor

figur calon kepala desa juga jauh mempengaruhi pemilih dalam

pemilihan kepala desa pada PILKADES periode 2013-2019 dari 96

responden sebanyak 82,29% responden manyatakan bahwa figur dari

calon kepala desa merupakan faktor yang paling dominan Yang

Mempengaruhi Dalam Memilih Calon Kepala Desa pada PILKADES di

Desa Dayun Kecamatan Dayun. Penelitian ini dengan menggunakan

metode kuantitatif.

Dari ketiga penelitian tersebut berbeda fokusnya dengan yang akan

peneliti lakukan. Penelitian disini mengenai perilaku pemilih dalam

pilkades yang terkait dengan tingkat kepuasan kinerja kepala desa pada

masa periode 2009-2015 dan sekarang terpilih kembali menjadi Kepala

Desa. Peneliti akan menggunakan metode Kuantitatif dalam mengukur

perilaku masyarakatnya serta tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja

wartiwi.

10
1.5.2 Pilkades

Pemilihan Kepala Desa merupakan pesta demokrasi, dimana

masyarakat desa dapat berpartisipasi dengan memberikan suara untuk

memilih calon Kepala Desa yang bertanggung jawab dan dapat

mengembangkan desa tersebut. Oleh karena itu, pemilihan Kepala Desa

sangat penting, karena sangat mendukung penyelenggaraan pemerintahan

desa4. Masyrakat yang berhak untuk mempunyai hak pilih dalam pemilihan

kepala desa yaitu masyarakat yang telah berusia 17 tahun atau sudah menikah

dan tercatat dalam daftar Pemilih Kepala Desa.

Pemilihan kepala desa dijadikan sarana pelaksanaan azas kedaulatan

rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Negara

Kesatuan Republik Indonesia.5 Pemilihan kepala desa dijadikann sebagai

suatu bentuk demokrasi secara nyata yang ada di desa. Berdasarkan Undang

– Undang No 6 tahun 2014 jabatan kepala Desa maksimal 3 kali periode atau

18 tahun selama berturut-turut ataupun tidak. Jika melebihi ketentuan tersebut

maka orang tersebut tidak dapat mencalonkan lagi sebagai Kepala Desa.

Adapun syarat- syarat untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa yang

sudah diatur dalam Undang- Undang No.6 tahun 2014 pasal 33 sebagai

berikut :

1. Warga Negara Republik Indonesia

4
Tatik Rohmawati, “Dinamika Politik Pedesaan dalam Pemilihan Kepala Desa Masin Kabupaten
Batang Provinsi Jawa Tengah”, dalam Jurnal, No. 112-116, (Bandung : Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Unikom). Hlm. 2
5
Nikodemus,”Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa
Kembawang Kecamatan Etikong Tahun 2013”, dalam Jurnal, No. 4 Desember 2015 (Jakarta :
Untan, 2015) hlm.2

11
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3. Memegang Teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
4. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Pertama atau
sederajat
5. Berusia paling rendah 25 tahun saat mendaftar
6. Bersedia di calonkan menjadi Kepala Desa
7. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di temapt tersebutt
paling kurang 1 tahun sebelum mendaftar.
8. Tidak sedang menjalanii hukuman pidana
9. Tindak pidana dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang teah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 lima tahun atau lebih kecuali 5 tahun setelah selesai
menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan
terbuka kepada public bahwa yang bersangkutan pernah dipidana
serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang.
10. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
11. Berbadan sehat
12. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 kali menjabat
13. Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah.

Mengingat fungsi aparatur Pemerintahan Desa yang sangat

menentukan maka calon Kepala Desa yang terpilih seharusnya bukan saja

sekedar seorang yang mendapat suara terbanyak dalam pemilihan, akan tetapi

disamping memenuhi syarat yang cukup dan dapat diterima dengan baik oleh

masyarakat juga mampu melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan

sebagai pembina masyarakat serta berjiwa panutan untuk warga desanya.

Lembaga penyelenggara Pilkades adalah Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) untuk membentuk panitia Pemilihan yang diisi oleh perangkat desa,

pengurus lembaga desa dan tokoh masyarakat desa. Panitia pemilihan kepala

12
desa memegang peranan yang strategis pada semua tahapan pemilihan. Mulai

dari pendekatan calon pemilih, penjaringan bakal calon kepala desa,

melaksanakan pemungutan suara, menghitung perolehan suara, serta

melaporkan seluruh hasil Pilkades.

Pemilihan Kepala Desa merupakan bentuk praktik demokrasi langsung

di pedesaan. Dalam praktek demokrasi langsung seperti ini yang terpenting

dikedepankan adalah proses pemilihan yang memegang teguh tiga aspek

penting yaitu aspek kompetisi (kontestasi), partisipasi dan kebebasan

(liberalisasi).6 Aspek kompetisi dalam pilkades berkaitan dengan cara – cara

seseorang untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa, sedangkan aspek

partisipasi yaitu tentanng pemahaman masyarakat dalam pemilihan kepala

desa, dan yang terakhir aspek kebebasan yaitu situasi dan kondisi masyarakat

seperti perempuan, laki-laki, dan juga lansia dalam menentukan pilihannya

untuk memilih calon kepala desa yang diinginkan secara bebas.

Selain itu pemilihan kepala desa juga dapat diartikan sebagai salah satu

bentuk partisipasi dalam mewujudkan pemerintahan yang demokratissesuai

dengan Pasal 46 ayat(2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Tentang Desa, yaitu “Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum,

6
Pratikno, et.al.,Pilkades Sukses Gerbang Menuju Pemerintahan Desa Beres, (Yogjakarta : CV
Jogja Global Media, 2007), hlm. 18

13
bebas, rahasia, jujur dan adil” 7. Azas yang terkandung dalam Pilkades

tersebut mempunyai makna yang sangat penting yaitu

1. Langsung

Rakyat yang telah mempunyai hak untuk memilih (yang sudah berumur

17 tahun dan sudah terdaftar dalam pemilih pilkades) berhak

menyalurkan hak pilihnya sesuai hati nuraninya untuk menentukan

Kepala Desa yang dikehendakinya.

2. Umum

Pilkades ini dilakukan tanpa adanya diskriminasi dengan seorang pemilih

artinya tanpa membedakan ras, suku, agama, jenis kelamin, golongan,

dan status sosial. Semua mempunyai hak pilih yang sama untuk

mengikuti pilkades.

3. Bebas

Semua warga negara berhak memilih siapapun yang akan menjadi kepala

desanya. Dipilih tanpa adaya paksaan orang lain sesuai dengan hati

nuraninya. Pemilih secara bebas untuk menentukan pilihannya.

4. Jujur

Dalam penyelenggarakan pilkades semua aparat pemerintah, pengawas

pilkades, calon kandidat ataupun pemilih pilkades harus bersikap dan

bertindak dengan jujur.

Rika Novitasari, “Voters Behavior dalam pemilihan Kepala Desa Tahun 2013 di Desa Ngunut
7

Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung”, dalam Jurnal, No. 1 , 2014 (Jakarta : Universitas
Negeri Malang 2014) hlm.2

14
5. Adil

Dalam penyelenggarakan pemilukades, serta pemilih memiliki dapat

perlakuan secara adil.Tanpa adanya keberpihakan dari pihak manapun.

Pelaksanaan pilkades dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahap

pencalonan dan juga tahap pemilihan. Tahap pencalonan meliputi tahapan

penjaringan terhadap bakal calon kepala desa seperti kompetisi yang

berpegang teguh pada jujur dan adil dalam proses penjaringan ini. Setelah itu

baru dilakukan pemeriksaan secara admistrasi dan syarat-syarat lainnya yang

mengatur syarat-syarat yang dipenuhi oleh bakal calon kepala desa.

Calon kepala desa terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak

dalam proses pemilihan kepala desa.8Pemilihan kepala desa ini menggunakan

sistem pluralitas yang artinya dilakukan hanya sekali putaran saja secara

sederhana.Secara politik desa kegiatan pemilihan kepala desa berdasarkan

kedaulatan rakyat, hal ini dapat terlihat ketika pemilihan kepala desa.sebagai

bukti empiris kepala desa di usung langsung oleh masyarakat untuk

dicalonkan dengan cara musyawarah atau rembug antar warga terlebih dahulu

setelah itu baru dipilih langsung oleh masyarakat.

Proses pemilihan kepala desa berujung pada terpilihnya kepala desa

yang akan memimpin desa selama 6 tahun. Hasil dari proses pemilihan seperti

ini tentu bukan jaminan bahwa kepala desa terpilih memiliki karakter

8
Sadu Wasistiono dan M.Irwan Tahir, Administrasi Pemerintahan Desa, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014), hlm. 9.27

15
kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan harapan masyarakat luas.9 Hal

ini disebabkan biasanya dalam masa pencalonan terjadi persekongkolan

antara bakal calon kepala desa dengan panitia kepala desa, sehingga tidak ada

orang lain yang mau mencalonkan diri menjadi kepala desa.

Pencalonan Kepala Desa untuk memperebutkan kemenangan maka

seorang kandidat menggunakan politik uang, premanisme dan ada juga yang

memanipulasi data. Munculnya fenomena politik uang bukan hanya terjadi di

tingkat pusat ataupun ditingkat daerah tetapi di tingkat desapun politik uang

masih sangat kuat untuk memenangkan pilkades. Politik Uang merupakan

tindakan membagi-bagikan uang, barang dan jasa bertujuan untuk

mempengaruhi keputusan pemilih dalam memberikan suaranya kepada

kandidat yang melakukan politik uang.

1.5.3 Perilaku Pemilih

Menurut Firmansyah, Pemilih dapat diartikan sebagai semua pihak

yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan

yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada

kontestan yang bersangkutan.10 Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen

maupun masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu idiologi tertentu yang

kemudian dimanifestasikan dalam institusi politik seperti parpol. Sedangkan

menurut Arif Sugiono bahwa perilaku masyarakat merupakan semua

9
Op.cit., hlm. 27
10
Firmanzah, Marketing Politik, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007), hlm. 102

16
kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut

pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan

produk dan jaa setelah melakukan hal- hal diatas atau kegiatan

mengevaluasi.11

Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di Amerika pada

tahun 1950-an sesuai Perang Dunia II. Salah satu pemikiran pokok dari

pendekatan ini ialah bahwa tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga

formal, karena pembahasan seperti itu tidak banyak memberi informasi

mengenai proses politik yang sebenarnya. Sebaliknya lebih manfaat untuk

mempelajari perilaku (behavior) manusia karena merupakan gejala benar-

benar bisa diamati.12

Berdasarkan anggapan bahwa perilaku politik hanya salah satu dari

keseluruhan perilaku, maka pendekatan ini cenderung untuk bersifat

interdisipliner, sehingga pendekatan ini tidak saja mempelajari faktor pribadi,

tetapi juga faktor-faktor lainnya seperti budaya, sosiologis, psikologis.13

Secara teoritis menurut Saiful Mujani, R. William Liddle, dan

Kuskridho Ambardi perilaku pemilih dapat diurai dalam tiga pendekatan

utama yaitu: 14

11
Arif, Sugiono, Strategic Political Marketing , (Yogjakarta : Penerbit Ombak, 2013), hlm. 130.
12
Miriam Budiarjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik,(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.
74
13
Ibid, hlm.75
14
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat, (Bandung ; Mizan
Media Utama, 2012), hlm.6

17
1. Model Sosiologis

Model yang terawal muncul dalam tradisi studi perilaku pemilih.

Model ini berkembang di Amerika pada tahun 1950-an dan dibangun

dengan asumsi bahwa perilaku memilih ditentukan oleh karakteristik

sosiologis para pemilih, terutama kelas sosial, agama, dan kelompok etnik/

kedaerahan/ bahasa.

Dalam suatu masyarakat, dukungan terhadap partai atau calon

tertentu mungkin juga terkait dengan pola-pola hubungan patron-klien

antara pemilih dengan calon yang terkait dengan partai

tertentu.Ketergantungan seseorang secara sosial-ekonomi kepada orang

lain yang punya hubungan dengan partai atau calon terterntu.

Model sosiologis ini biasanya terkait dengan jenis pekerjaan,

pendidikan, dan juga tingkat pendapatan.Orang yang berpendapatan lebih

baik memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk ikut serta dalam pemilu

karena mempunyai akses yang luas dalam mendapatkan

informasi.Seorang pemilih dengan latar belakang kelas sosial ke bawah

biasanya lebih cenderung memilih partai politik dan calon pejabat publik

yang dipandang dapat memperjuangkan perbaikan kelas sosial mereka,

sedangkan perilaku pemilih pada kelas atas lebih cenderung memilih partai

yang dianggap dapat memperjuangkan kepentingan mereka sebagai kelas

atas.

18
Faktor sosiologis lainnya yaitu agama, sehingga pemilih lebih

cenderung memilih partai atau kandidat yang sama agamanya seperti

orang isalam memilih partai yang ber-platform keagamaan yang sama.

2. Model Psikologis

Menurut model ini, seorang warga berpartisipasi dalam pemilu atau

pilpres bukan saja karena kondisinya lebih baik secara sosial-ekonomi,

atau berada dalam jaringan sosial akan tetapi ia tertarik dengan politik,

punya perasaan dekat dengan partai tertentu (identitas partai), punya

informasi yang cukup untuk menentukan pilihan, merasa suaranya berarti,

serta percaya bahwa pilihannya dapat ikut memperbaiki keaadaan.

Ketertarikan kepada politik juga dipercaya terkait dengan political

efficacy, yakni perasaan seseorang bahwa dirinya mampu memahami dan

menentukan keadaan yang berkaitan dengan kepentingan publik: bahwa

dirinya merasa optimis dan kompoten dalam melihat dan menyikapi

masalah –masalah public yang dihadapi suatu bangsa.

Warga semacam ini sangat optimis bahwa pemilu berguna dan

positif bagi kegiatan publik.Sikap ini mendorong seseorang untuk

berpartisipas dalam pemilu tersebut. Sebaliknya warga yang pesimis, acuh,

sinis dari sistem politik ia hidup merasa tak mampu memahami apa yang

sedang berlangsung dalam pemerintahan. Politik demokrasi malah

dipandang sebagai sesuatu yang rumit, yang tidak ada kaitannya dengan

kepentingan wargannya.

19
Model psikologis tentang perilaku pemilih ini mencakup identifikasi

diri dengan partai politik atau identitas partai, opini tentang kualitas tokoh

– tokoh partai atau calon – calon yang bersaing dalam pemilihan presiden.

Model Psikologis juga membahas tentang peran figure seorang kandidat

dengan pengalaman dasar atas calon untuk mempengaruhi keputusan

pemilih dalam menentukan pilihannya.

3. Model Pilihan Rasional

Menurut Perspektif rasionalitas pemilih ini, seseorang warga

berperilaku rasional. Seperti menghitung bagaimana caranya mendapatkan

hasil yang maksimal dengan ongkos minimal. Model pilihan rasional

berkaitan dengan seseorang dalam memilih calon atau partai apabila calon

atau partai mampu membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya

meliputi keadaan ekonomi seorang pemilih harus dapat dibantu oleh calon

untuk lebih baik lagi, maka dari itu seorang pemilih yang rasional

mempunyai informasi yang jelas, berfikir secara logis, menetapkan pilihan

berdasarkan alternatif- alternatif yang ada kepada pilihan terbaik dan

tentunya yang paling menguntungkan untuk dirinya sendiri maupun

kepentingan umum.

Sedangkan pemilih yang menentukan pilihannya tanpa mempunyai

atau membutuhkan informasi terlebih dahulu maka pemilih itu sering

disebut dengan pemilih irrasional yang berarti pemilih dalam memilih

berdasarkan politik uang, dimana pemilih dalam memilih semata-mata

20
hanya atas dasar asumsi untuk kepentingan pribadinya tidak

mempertimbangkan dampak atas pilihannya tersebut.

Menurut Surbakti ditengah masyarakat individu berperilaku dan

berinteraksi yang berupa perilaku politik merupakan suatu perilaku yang

berkaitan dengan proses politik. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku

ekonomi, dimana kegiatan dapat menghasilkan barang dan jasa, menjual

dan mebeli barang serta jasa.15

Pendekatan rasional tidak ditempakan pada keuntungan materi saja,

tetapi lebih menekankan pada cara penyelesaian persoalan-persoalan yang

dihadapi. Sehingga asumsi ini terdapat perbedaan antara pemilih yang

rasional dengan praktek politik uang. Pemilih dengan pendekatan rasional

yaitu dimana pemilih memilih kandidat yang mampu membawa

perubahan, sedangkan pemilih berdasarkan faktor politik uang adalah

dimana pemilih dalam memilih bedasarkan kalkulasi untung rugi, pemilih

semata-mata untuk kepentingan pribadinya tanpa mempertimbangkan

dampak atas pilihannya.

Menurut Ramlan Surbakti dan Dennis Kaavanaagh berasumi bahwa

pilihan rasional melihat dengan kalkulasi untung rugi16. Menekankan pada

ongkos yang sekecil- kecilnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal,

asumsi tersebut berkaitan dengan perilaku pemilih seseorang dalam

memutuskan unutk memilih calon setelah mempertimbangkan untung dan

15
Ramlan, Surbakti, “ Memahami Ilmu Politik”, (Jakarta : PT Grasindo, 2007) hlm 15
16
Ibid,

21
rugi program – program yang ditawarkan oleh calon yang menguntungkan

ataupun merugikan. Bahkan sampai kandidat dengan melakukan praktik

politik uang untuk memberikan keuntungan dalam memperbaiki ekonomi

masyarakat dalam jangka waktu pendek dan tidak atas dasar pertimbangan

bahaya akibat dari pilihan tersebut.

Politik Uang dapat diartikan sebagai cara untuk memenangkan posisi

yang menguntungkan bersarankan uang dalam rangka upaya merebutkan

kekuasaan dalam kehidupan bernegara.17 Selain itu politik uang juga dapat

diartikan sebagai upaya mempengaruhi perilaku orang lain dengan

menggunakan imbalan tertentu.18 Ada juga yang mengartikan politik uang

sebagai tindakan jual beli suara dalam jangkauan yang luas mulai dari

pilkades sampai pemilihan umum suatu negara. Proses penyelenggaraan

Pilkades dalam suatu desa tidak dapat terlepas dari unsur politik uang.

Sejak era orde lama politik uang masih digunakan sebagai cara untuk

memenangkan Pilkades. Politik uang dapat dilakukan oleh tim sukses

ataupun kandidat sendiri. Jika ditinjau dengan differential association

theory adalah suatu tingkah laku atau suatu tindakan yang dipelajari.

Tingkah laku politik uang ini tidak berasal dari nenek moyang ataupun

orang tua, melainkan tindakan ini dipelajari dari hasil proses interaksi

dengan orang lain yang di dalamnya menimbulkan proses interaksi.

Pemberian uang kepada masyarakat ada waktunya yang telah ditentukan

17
L, Sumartini “ Money Politic dalam Pemilu” (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2004) hlm. 123
18
Indra, ismawan, “Money Politic Pengaruh Uang dalam Pemilu” (Yogjakarta : Media Pressindo,
1999), hlm. 5

22
oleh kandidat seperti pada masa kampanye dan juga serangan fajar.Segala

hal tersebut dilakukan guna untuk memenangkan pilkades.

Masyarakat kalangan kelas bawah mayoritas mudah menjadi sasaran

para calon Kepala Desa yang menjalankan praktik money Politic.19 Realita

yang terjadi pada kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah lebih

mudah untuk dijadikan sasaran dalam praktik politik uang karena mereka

rela menjual hak suaranya dengan mendapatkan imbalan uang selain itu

juga terdesak dengan keadaan ekonomi dan juga cenderung memiliki

tingkat kesadaran politik yang rendah. Masyarakat yang menerima politik

uang ini tanpa memikirkan bahayanya dalam jangka panjang jika yang

dipilih tidak mempunyai kualitas dalam memimpin, yang difikirkan hanya

keuntungan jangka pendek atau keuntungan sementara saja, kalaupun ada

keuntungan jangka panjang seperti keluarganya dipermudahkan dalam

urusan-urusan formal desa yaitu mengurus e-ktp, akta tanah dll.

Aktor praktik politik uang dapat dikategorikana menjadi dua bagian

yaitu pelaku langsung (direct actor) dan pelaku tidak langsung (indirect

actor). Pelaku langsung politik uang dalam pilkades terdiri tim sukses dan

Bandar judi. Sedangkan pelaku tidak langsung yaitu calon kepala desa dan

Bandar judi.20

19
Op.Cit. hlm 109-126
20
Halili, “Praktik Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa”, Jurnal Humaniora Volume 14 No.2
Desember 2009, hlm. 102

23
Sementara menurut Dieter Roth juga menerangkan perilaku pemilih ,

hal tersebut meliputi pendekatan sosiologi, psikologi, dan pilihan rasional

yang akan dijelaskan sebagai berikut : 21

1. Pendekatan Sosiologi atau Pendekatan Sosial Struktural

Pendekatan ini lahir dari buah penelitian Sosiolog, Paul F.

Lazersfeld dan rekan sekerjanya Bernard Berelson dan Hazel Gaudet dari

Columbia University Karenanya model ini juga disebut Mazhab

Columbia, Lazeersfeld menerapkan cara pikir ini kepada pemilih. Seorang

pemilih hidup dalam konteks tertentu : status ekonominya, agamanya,

tempat tinggalnya, pekerjaannya dan usianya mendefinisikan lingkaran

sosial yang mempengaruhi keputusan sang pemilih. Setiap lingkaran sosial

memiliki normanya sendiri, kepatuhan terhadap norma-norma tersebut

menghasilkan integrasi.

Namun konteks ini turut mengkontrol prilaku individu dengan cara

memberikan tekanan agar sang individu menyesuaikan diri, sebab pada

dasarnya setiap orang ingin hidup dengan tentram, tanpa bersitegang

dengan lingkungan sosialnya konflik disisi ekonomi pada poros fungsional

dapat di definisikan sebagai konflik kelas pekerjaan. Penilaian status sosial

structural dilakukan dengan melihat keanggotaan seseorang dalam

berbagai kelompok profesi yang ada.

21
Dieter Roth, Studi Pemilu Empiris, (Jakarta : Friedrich-Naumann-Stiftung fur die Freiheit, 2009),
hlm. 23

24
2. Pendekatan Psikologi

Pendekatan ini menjelaskan bahwa pendekatan social psikologis

berusaha untuk menerangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

keputusan pemilu jangka pendek atau keputusan yang diambil dalam

waktu yang singkat. Hal ini berusaha dijelaskan melalui trias determinan,

yakni identifikasi partai, orientasi kandidat dan orientasi isu/utama.

3. Pendekatan Rational – choice atau Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional menjelaskan bahwa perilaku pemilih yang

“rasional” ini yang menentukan sebuah pemilu bukanlah adanya

ketergantungan terhadap ikatan sosial structural atau ikatan partai yang

kaut melainkan penilaian warga secara rasional.

Selain teori diatas, menurut Adman Nursal yang dikutip oleh Arif

Sugiono, Faktor- faktor eksternal perilaku pemilih yang di dasarkan pada

faktor sosiologis/ eksternal, berangkat dari sebuah asumsi bahwa kepartaian

dan pengelompokkan pemilih pada umumnya didasarkan pada kelas sosial.

Sedangkan faktor internal identifikasi partai merupakan faktor yang sangat

penting untuk memahami perilaku pemilih. penyederhanaan aliran

sebelumnya yaitu meliputi citra sosial, pengelompokkan sosial, identifikasi

partai, kandidat (emotional feelings dan candidate personality), isu-isu

kebijakan politik, peristiwa-peristiwa tertentu mutakhir dan peristiwa

personal dan epistemic issues.22

22
Op.cit hlm 130

25
1. Citra Sosial merupakan citra kandidat yang ada dalam pikiran pemilih

mengenai berada dalam posisi apa, tergolong kelompok sosial mana,

sebuah partai atau seorang kandidat. Sehingga, kandidat harus mampu

menjaga citra baik seorang kandidat dihadapan masyarakat karena citra

sosial dapat mempengaruhi perilaku pemilih. Citra kandidat juga

dipandang masyarakat sebagai karakter kandidat.

2. Perasaan emosional merupakan deimensi emosional yang Nampak dari

seorang kandidat yang ditunjukkan oleh perilaku atau kebijakan-

kebijakan yang ditawarkan. Hal ini dapat terlihat dari seorang kandidat

beraktivitas, dan juga komentar seorang kandidat terhadap suatu

peristiwa. menurut pakar emotional intelligence ini, otak memiliki dua

bagian yang satu untuk berfikir (think), dan yang kedua untuk merasakan

(feel). Dalam menentukan pilihannya seorang pemilih juga dipengaruhi

oleh sisi emosionalnya, maka dari itu seorang kandidat harus pandai

dalam bertutur kata dalam menarik hati masyarakat guna untuk

mendapatkan suara.

3. Peristiwa Mutakhir merupakan suatu peristiwa yang dapat dijadikan

alasan dalam menentukan pilihan seorang pemilih. Seperti tingkat

pengangguran, ledakan bom, tingkat korupsi tinggi.

4. Peristiwa Personal merupakan suatu peristiwa yang berkaitan dengan

kehidupan pribadi dan peristiwa yang pernah dialami oleh sang kandidat

selama karier yang dijalani sebelum menjadi kandidat.

26
1.6 Definisi Konsep

Perilaku Pemilih merupakan suatu tindakan seseorang dalam

memberikan hak suaranya kepada suatu kandidat tertentu. Perilaku pemilih

dapat ditentukan melalui 3 pendekatan yaitu pendekatan sosiologis,

pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional. Perilaku pemilih juga dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Pemilihan Kepala Desa Menurut Permendagri No 112 Pasal 2 Tahun

2014 yaitu pemilihan kepala desa yang dilakukan secara serentak satu kali atau

dapat bergelombang.Kepala Desa menjabat selama 6 tahun atau maksimal 2

kali periode (12 tahun). Adanya pemilihan kepala desa dapat dipilih oleh

masyarakat secara langsung sesuai dengan keinginan hati nurani masyarakat.

1.7 Definisi Operasional

Perilaku Pemilih di Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Demak dalam suatu arena politik dapat di analisa melalui 3 pendekatan yaitu

1. Pendekatan sosiologis mengenai karakteristik pemilih yaitu

a. Jenis Kelamin Pemilih seperti Laki – Laki dan Perempuan dalam

pemilihan kepala desa perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi

keputusan pemilih atau tidak.

b. Agama dengan adanya identitas agama yang berbeda dalam suatu

masyarakat.

c. Usia Kandidat yang mencalonkan dalam proses mempengaruhi pilihan

d. Daerah asal kandidat yang mencalonkan

27
e. Latar Belakang kandidat yang mencalonkan dengan melihat

pendidikan akhir

f. Faktor Pekerjaan yang dilakukan oleh calon

2. Pendekatan Psikologis meliputi

a. Kedekatan dengan seorang kandidat. Masyarakat yang lebih dekat atau

lebih akrab dengan seorang kandidat lebih memahami karakteristik

kandidat, dan begitu juga sebaliknya masyarakat yang tidak dekat

dengan kandidat maka tidak mengatahui karakteristik kandidat, tidak

mengetahui bagaimana kehidupannya. Sehingga kedekatan pemilih

dengan kandidat dapat mempengaruhi keputusan dalam menentukan

pilihannya.

b. Kesamaan calon dalam suatu organisasi desa

c. Kualitas Kandidat juga dapat menentukan keputusan pemilih dalam

menetukan pilihannya. Kualitas kandidat dapat meliputi pengalaman.

d. Kepribadian seorang kandidat dalam menentukan pilihan, tidak juga

mengesampingkan faktor Profil Calon yang diartikan sebagai

kerpibadian yang dimiliki oleh seorang kandidat dalam kehidupan

sehari- hari. Profil calon termasuk faktor eksternal dalam

mempengaruhi keputusan pemilih dalam Pilkades

28
3. Pendekatan Rasional.

- Keuntungan Jangka Panjang seperti visi misi seorang kandidat yang

ditawarkan kepada masyarakat dengan berbagai program ataupun

pembangunan untuk menunjang kemajuan desa.

- Selain itu juga meliputi tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja

calon kepala desa (petahana) dalam periode yang sebelumnya.

- Keuntungan jangka pendek seperti praktek politik uang yang

dilakukan oleh calon kepala desa ataupun tim suksesnya.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengumpulkan ataupun menganalisa data dengan perantara alat tertentu untuk

mencapai tujuan. Guna mendapatkan hasil yang baik, serta penelitian ini dapat

berjalan dengan baik dan sistematis maka diperlukan adanya suatu metode

tertentu untuk menyusun dan menyelesaikan penelitian ini. Metode dipilih

dengan mempertimbangkan keseuaian dengan obyek yang akan diteliti, hal ini

bertujuan agar peneliti tepat sasaran. Maka dari itu peneliti akan menyusun

metode penelitian sebagai berikut :

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode penelitian

lapangan yang bertujuan untuk menjelaskan Perilaku Pemilih Desa Mranak

Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak.Dimana semua data yang

dikumpulkan, dan kemudian di lakukan analisis oleh peneliti berdasarkan

29
hasil pengamatan langsung dari lapangan yang bersumber dari pihak – pihak

yang terkait yang ada hubungannya dalam perilaku pemilih dalam

pemilihan kepala desa.

1.8.2 Tipe Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tipe dekriptif kuantitatif analis yang

bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan secara sistematik

mengenai Perilaku Pemilih Kepala Desa Mranak Kecamatan Wonosalam

Kabupaten Demak.

1.8.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi Penelitian adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis

yang ciri- cirinya dapat diduga dan paling sedikit mempunyai sifat yang
23
kurang lebih sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pemilih Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak

Sebesar 3.589 Jiwa, Sementara jumlah penduduk yang memiliki hak pilih

pada Pilkades Desa Mranak Tahun 2016 sebanyak 2758 penduduk yang

teridiri dari 1314 laki-laki dan 1444 perempuan.

23
Erwan Agus dan Dyah Ratih, Metode Penelitian Kuantitatif : untuk Administrasi Publik dan
Masalah- Masalah Sosial, (Yogjakarta : Gava Media, 2007) hlm. 109-110

30
2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari pemilih Desa

Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Penentuan Jumlah

sampel menggunakan rumusan Krejcie dan Morgan sederhana sebagai

berikut :

X2 NP (1-P)
S=
d2 (N-1) + X2 P (1-P)

Dimana :
S = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
P = Proporsi Populasi
d = Derajat Ketelitian
X2 = Nilai tabel X2 (3,84) , yaitu berasal dari nilai confidence interval
95% (1,96).

Berdasarkan rumus tersebut maka sampel dalam penelitian ini yaitu

337,30 orang atau dibulatkan menjadi 337 orang.

1.8.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ini berkaitan dengan sifat-sifat

populasi.Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan

menggunakan Multistage Random Sampling . Teknik pengambilan

sampel ini dipilih karena peneliti ingin mengambil sampel secara

bertingkat dan berdasarkan wilayah seperti beberapa RW, beberapa

31
Dusun, Beberapa RT dan sebagainya. Cara pengambilan yang seperti akan

lebih tepat dikarenakan penelitian ini dilakukan dalam sebuah unit desa.

Detail dari langkah pengambilan sampel ini dibagi atas RW yang ada di

desa yang dijadikan penelitian kemudian diturunkan lagi ke tingkat RT

dibagi rata juga sesuai dengan jumlah populasi yang ada dalam tingkatan

RW serta RW dihitung secara proporsional untuk menghasilkan yang

proporsional juga.

Tabel 1.2 Teknik Multistage Random Sampling dalam Pengambilan Sampel

No RW L P Jumlah Sampel

1 1 260 297 557 68

2 2 270 287 557 68

3 3 278 302 580 71

4 4 257 294 551 67

5 5 249 264 513 63

Jumlah 1314 1444 2758 337

Sumber : Data Pemilih Kepala Desa Mranak 2016

1.8.5 Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data yang dikumpulkan secara langsung dari lapangan

penelitian.Misalnya melalui kuesioner, dan wawancara.24 Informan yang

24
Ibid.

32
dijadikan sebagai narasumber dalam wawancara tersebut meliputi tokoh

masyarakat seperti Ketua RT, Calon Kepala Desa Periode 2009-2015.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

pihak lain seperti : Data BPS, Data Monografi Desa Mranak, dan Data/

Dokumen Relevan dari Panitia .25

1.8.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif menggunakan Data Primer

dan Data Sekunder yaitu

1. Data Primer

Pertama terhadap pemilih dan orang – orang Desa yang terlibat

dalam Pilkades seperti Ketua RW, Ketua RT, Sabit, Tokoh Agama dengan

menggunakan format kuesioner tertutup dan jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui data

karakteristik pemilih, perilaku memilih berdasarkan pendekatan

sosiologis, pendekatan psikologis dan pendekatan rasionalitas di Desa

Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Kedua menggunakan

Wawancara dilakukan dengan cara mewanwancarai penduduk setempat

yang berkaitan dengan studi penelitian yaitu Pemilihan Kepala Desa.

25
Ibid.

33
2. Data Sekunder

Data berkaitan denga data BPS dan Data Monografi Desa Mranak

serta Data/ Dokumen Relevan dari Panitia meliputi hasil perolehan suara

dalam Pilkades serta lainnya.

1.8.7 Instrumen Penelitian

Instrument metode penelitian kuantitatif yaitu kuesioner tertutup.

Dimana responden akan memilih salah satu dari jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti.

1.8.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif

kuantitatif.Data yang telah terkumpul dilakukan editing (penyuntingan),

hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan.Setelah itu dilakukan

koding (penandaan) serta entry data sesuai dengan keperluan dan tujuan

penelitian sehingga mempermudah untuk analisis. Data dianalisis dengan

bantuan perangkat computerprogram SPSS. Penyajian data dalam bentuk

terks atau narasi, table dan tabulasi silang atau bagan.

34
BAB II

GAMBARAN UMUM PILKADES

DESA MRANAK KABUPATEN DEMAK

2.1 Kondisi Demografi Kabupaten Demak

Demak merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah secara

geografis terletak pada koordinat 6 derajat 43"26" - 7 derajat 09"43" Lintang

Selatan dan 110 derajat 27"58" - 110 derajat 48"47" Bujur Timur. Jarak terjauh

dari barat ke timur 49 km dan dari utara ke selatan sepanjang 41 km, dengan luas

wilayah 89.743 Ha. Batas wilayah kabupaten Demak sebelah utara yaitu

Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah timur yaitu Kabupaten Kudus dan

Kabupaten Grobogan, sebelah selatan yaitu Kabupaten Semarang dan

Kabupaten Grobogan, sebelah barat yaitu Kotamadya Semarang. Jarak terjauh

dari barat ke timur adalah sepanjang 49km dan dari utara ke selatan sepanjang

41 km 26.

Secara Administrasi luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743 ha

yang terbagi dalam 14 kecamatan, 243 desa dan 6 kelurahan. Sebagian besar

wilayah Kabupaten Demak adalah sawah yang mencapai luas 51.799 ha

(57,72%) dan selebihnya adalah lahan kering. 13,77%. digunakan untuk tegal /

26
demakkab.go.id, Rabu 8 maret 2017, 9.24 WIB

35
kebun, 0,05% sementara tidak digunakan dan 11,16% digunakan untuk tambak.

Sebagian besar sawah yang berpengairan teknis adalah 37,54 % dan tadah hujan

20,17%.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Demak terdiri dari 14 Kecamatan, 243

desa, dan dengan jumlah penduduk 1.117901 jiwa.Daerah yang mempunyai

Luas area terluas yaitu di Kecamatan Wedung seluas 9876 Ha dan kemudian

diikuti oleh Kecamatan Bonang Seluas 8324 Ha.Sedangkan daerah yang

memiliki luas area yang paling sempit berada di kecamatan Kebonagung seluas

4199 Ha dan Gajah seluas 4783 Ha.Kepadatan penduduk dalam suatu wilayah

tidak isa diukur berdasarkan luas wilayah dalam suatu daerah.Seperti daerah

yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Mranggen

dengan luas wilayah 7222 Ha saja. Sedangkan daerah Kecamatan Wedung yang

mempunyai luas wilayah 9876 Ha hanya mempunyai jumlah penduduk 72864

jiwa saja. Berdasarkan luas wilayah di Kabupaten Demak dapat disimpulkan

bahwa daerah yang mempunyai luas wilayah paling luas belum tentu di

dalamnya mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, dan begitu juga

sebalinya daerah yang mempunyai luas wilayah paling sempit belum tentu

mempunyai jumlah penduduk yang sedikit, ada kemungkinan daerah yang

sempit mempunyai jumlah penduduk yang banyak. Hal ini dapat dilihat dari

luas wilayah di Daerah per Kecamatan yang ada di Kabupaten Demak.Maka dari

itu pemerintah daerah dapat memperhatikan secara khusus lagi untuk

pertumbuhan penduduk yang semakin meledak di wilayah yang sempit, karena

tanpa adanya perhatian yang khusus akanterjadi ketimpangan sosial dalam suatu

36
masyarakat. Jumlah penduduk berdasarkan luas wilayah per kecamatan dapat

dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jumlah penduduk per Kecamatan di Kabupaten Demak Tahun 2015

Luas
No Kecamatan Desa Area(Ha) Jumlah penduduk
1 Mranggen 19 7222 180152
2 Karangawen 12 6695 88132
3 Guntur 20 5753 76163
4 Sayung 20 7869 103932
5 Karangtengah 17 5155 62110
6 Bonang 21 8324 100727
7 Demak 13 6113 100831
8 Wonosalam 21 5788 75240
9 Dempet 16 6161 53009
10 Kebonagung 14 4199 39767
11 Gajah 18 4783 43658
12 Karanganyar 17 6776 7020
13 Mijen 15 5029 51107
14 Wedung 20 9876 72864
Jumlah 243 89743 1117901
Sumber : Kabupaten Demak dalam angka 2016

Dari hasil proyeksi penduduk tahun 2015, tercatat total jumlah

penduduk Kabupaten Demak sebanyak 1.117.901 orang. Terdiri dari 553.876

berjenis kelamin laki-laki (49,55%) dan 564.025 perempuan (50,45%). Jumlah

tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 5.681 orang atau sekitar

1,04%. Di Kabupaten Demak mayoritas penduduknya termasuk kategori usia

produktif yaitu usia 15 - 64 tahun sebanyak 749.416 orang (67,74%). Selebihnya

37
sebanyak 297.063 orang atau 28,85% masih di bawah usia 15 tahun dan 59.849

orang atau 5,4% berusia 65 tahun ke atas. pada tahun 2014 Kabupaten Demak

mencapai 1.233 orang/km persegi. Penduduk terpadat berada di Kecamatan

Mranggen, dengan jumlah kepadatan 2.432 orang/km persegi.Sedangkan di

Kecamatan Wedung memiliki tingkat kepadatan paling rendah, yaitu 736

orang/km persegi.Selama tahun 2014 terdapat 7.679 orang (3.973 laki-laki dan

3.706 perempuan) datang dan menjadi penduduk Kabupaten Demak.Jumlah

tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang sekitar 8.128 orang.Sedangkan

jumlah penduduk yang pindah dari Demak sebanyak 8.825 orang (4.147 laki-

laki dan 4.138 perempuan) di tahun 2014.Jumlah tersebut turun dari tahun

sebelumnya yang mencapai 8.888 orang.

2.2 Kondisi Demografi Kecamatan Wonosalam

Kecamatan Wonosalam terletak antara 110o 70o07o dan 110o 60o 74o Bujur

Timur dan antara 6o 88’ 61” dan 6o 96’ 81” Lintang Selatan.Kecamatan

Wonosalam merupakan daerah dataran rendah dan darter dengan ketinggian 10

meter dari permukaan air laut. Kecamatan Wonosalam sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Guntur dan Kecamatan Karangtengah, di sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Dempet, sedangkan Kecamatan Demak

batas sisi utara. Dari sisi barat berbatasan dengan Karangtengah.

Luas Wilayah Kecamatan Wonosalam mencapai 57,83 Km2 yang terbagi

dalam 21 Desa. Sebagian besar penduduk kecamatan bermata pencaharian

sebagai petani yang pada umumnya ditanami pada musim penghujan dan

tanaman kacang hijau pada musim kemarau.Tercatat puncak musim hujan pada

38
bulan januari dengan jumlah hari hujan mencapai 11 hari dengan jumlah curah

hujan 223mm.

Penduduk Kecamatan Wonosalam tercatat sebanyak 75.240 untuk tahun

2015 dengan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-

laki yaitu perempuan sebanyak 37.266 jiwa. Luas Kecamatan Wonosalam 57,83

Km2 dengan tingkat kepadatan penduduk 1.301 jiwa/km2.Rata – rata

pertumbuhan penduduk di Kabupaten Demak yaitu lebih banyak perempuan

daripada laki – laki dari tahun – ketahun.Hal ini bukan terjadi di Kecamatan

Wonosalam saja.Melainkan terjadi di Kecamatan lainnya juga yang berada di

Kabupaten Demak.

Tingkat kepadatan penduduk 1.301 jiwa/km2 pada Kecamatan Wonosalam

dalam Angkatan 2015.Dengan kondisi wilayah yang tidak begitu luas

merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi Pemerintah Kecamatan untuk

menyediakan sarana dan prasarana yang baik untuk masyarakat Kecamatan.

Terhitung sex ratio Kecamatan Wonosalam sebesar 98.14 yang berarti di setiap

100 orang penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Penduduk

Kecamatan Wonosalam akan menggelembung di usia produktif, tertinggi

dikelompok usia pembelajaran (15-19 tahun). Hal ini sesuai dengan hasil

kelompok umur penduduk lima tahun 2015 yang menunjukkan fenomena

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari daftar grafik sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penduduk Kecamatan Wonosalam Tahun 2015

39
(4000) (2000) – (2000) (4000)
Sumber : Kecamatan Wonosalam dalam Angka

Menurut data statistik kependudukan tahun 2014-2015 Jumlah rumah

tangga di Kecamatan Wonosalam dari tahun 2014-2015 mengalami

peningkatan, begitu juga diikuti meningkatnya jumlah fertilitas yang tidak

diimbangi dengan jumlah moralitas, sedangkan luas wilayah dari tahun ke tahun

menetap. Maka dari itu perlu adanya peran pemerintah secara khusus untuk

menanggapi permasalahan ini.Selain itu jumlah penduduk usia anak- anak dari

tahun ketahun menetap hanya saja jumlah laki-laki lebih banyak daripada

perempuan. Sebaliknya penduduk diusia dewasa jumlah perempuan lebih

banyak daripada laki-laki.sedangkan bagi sex ratio yang berada di Kecamatan

Wonosalam dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 2

%.Berikut sebagai daftar tabel statistik kependudukan Kecamatan Wonosalam

Tahun 2014-2015.

Tabel 2.3 Statistik Kependudukan Kecamatan Wonosalam2014-2015

40
Tahun
No Uraian
2014 2015

1 Jumlah Rumah Tangga 22 334 22 430

2 Jumlah Penduduk 74 506 75 240

- - Dewasa 54 500 55 260

- Laki-laki 26 684 27 057

- Perempuan 27 816 28 203

- Anak – anak 19 980 19 980

- Laki-laki 10 224 10 209

- Perempuan 9482 9771

3 Luas 57,83 57,83

4 Kepadatan 1 288 1 301

5 Sex Ratio 98,16 98,14


Sumber : Kecamatan Wonosalam dalam Angka

Dari total penduduk penduduk usia kerja (10 tahun ke atas), lebih dari

setengah jumlah penduduk Kecamatan Wonosalam dalam angkatan kerja. Untuk

kecamatan wonosalam lapangan pekerjaan utama tahun 2015 di dominasi oleh

sektor pertanian dan perdagangan.Infrastruktur baik fisik maupun non fisik harus

terus dikembangkan agar bisa menunjang perekonomian Kecamatan

Wonosalam, seperti jumlah pusat-pusat pembelanjaan maupun pasar – pasar

tradisional yang terus dibangun untuk mempermudah trensportasi rakyat.

Hilangnya ketergantungan antara para petani, pengrajin kepada

tengkulak perekonomian, diharapkan kemandirian dalam berusaha, kemudahan

transportasi juga memudahkan jual beli langsung.Antara produsen dan

41
konsumen.Melalui analisis distribusi status pekerjaan, dapat mengetahui banyak

hal, diantaranya seberapa besar jiwa kewirausahaan dan kemandirian dari

penduduk Kecamatan Wonosalam.Semakin tinggi presentase penduduk yang

berstatus berusaha baik sendiri maupun dibantu buruh dibayar atau tidak dibayar

maka makin tinggi jiwa kewirausahaan penduduk. Adanya penduduk yang ingin

berwirausaha tetapi memiliki kendala di keterbatasan modal maka perlu adanya

peran pemerintah dalam hal tersebut.

Kesejahteraan, kemapanan masyarakat dalam kondisi perekonomian

merupakan tujuan yang harus dicapai pemerintah daerah. Keberhasilan suatu

daerah dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakatnya. Maka dari itu perlu

adanya dukungan pemerintah daerah di dalam bidang pekerjaan masyarakat

daerah Wonosalam. Meskipun sebagian besar penduduk Keacamatan

Wonosalam bekerja di sektor pertanian maka pemerintah tidak boleh lepas dari

pengawasan dalam sektor pertanian tersebut.Sebagian besar tanah di Kabupatn

Demak sangat subur untuk bercocok tanah hal ini dapat dimanfaatkan oleh

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disektor pertanian.

Karena sektor pertanian biasanya lebih cenderung dipandang remeh dan tidak

diperhatikan dengan itu pemerintah harus menyadari bahwa sebenarnya

kesuburan tanah di Kabupaten Demak dapat untuk menjadi kunci dari segi

pertanian masyarakat untuk penunjang kehidupan masyarakat dalam hidup lebih

sejahtera, tidak lain harus lebih ditingkatkan lagi untuk peranan dan strategi

pengelolaan sektor pertanian pemerintah. Sisi lain juga harus meningkatkan

42
pendidikan agar masyarakat bekerjanya tidak hanya mengandalkan otot tetapi

mengandalkan otak.

Tabel 2.4 Penduduk 10 Tahun keatas menurut lapangan pekerjaan utama di


Kecamatan Wonosalam Tahun 2011-2015

Lapangan 2011 2012 2013 2014 2015


Pekerjaan

Pertanian 18 453 19 579 20 131 20 549 20 800

Industri 2 651 2 782 2 929 2 937 2 973

Konstruksi 3 902 4 341 4 460 4 584 4 640

Perdagangan 4 635 4 782 4 886 5 098 5 160

Transportasi 1281 1 623 1 627 1 631 1 651

PNS/TNI/POL 1 598 1 599 1 612 1 631 1 651


RI

Pengusaha 641 689 849 973 985

Pensiunan 303 382 393 439 444

Lainnya 4 266 4 482 4 719 4 922 4 982

Jumlah 37 730 40 259 41 606 42 764 43 286

Sumber : Wonosalam dalam Angka

Berdasarkan tabel diatas maka sebagian besar penduduk kecamatan

wonosalam dari tahun 2011-2015 berkerja sebagai petani dari tahun ketahun

semakin meningkat hal ini dikarenakan luas lahan di Kabupaten Demak bagus

untuk dibuat bercocok tanam seperti padi, jagung. Maka dari itu mayoritas

penduduknya bekerja sebagai petani.Selain hal ini juga disebabkan karena

pendidikan yang rendah maka mereka hanya mengandalkan otot daripada

otak.Sedangkan jumlah pensiunan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal

43
ini dapat menjadi kendala untuk pemerintah.Karena semakin banyak pensiunan

maka semakin banyak juga beban hidup yang harus ditanggung oleh masyarakat

ataupun keluarga terdekat.Jika masyarakat tidak mempunyai pekerjaan yang

tetap dan harus menanggung pensiunan maka kondisi perekonomian keluarga

juga semakin menurun.Semakin menurunnya pensiunan harus diimbangi dengan

semakin meningkatnya lapangan pekerjaan untuk pengangguran.Karena jika

pensiunan semakin meningkat, tingkat pengangguran pun juga meningkat maka

tingkat kesejahteraan masyarakat pun tidak terjamin dan banyak permasalahan

seperti kriminalitas ditengah masyarakat.

2.3 Daerah Penelitian : Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak

Desa yang dipilih sebagai tempat penelitian yaitu Desa Mranak berada di

wilayah Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Nama Desa

Mranak diambil dari sejarah Kabupaten Demak pada saat wilayah ini masih

berupa alas/ hutan glagah wangi yang telah berhasil dibangun menjadi sebuah

kotakecil. Berkat dukungan para prajurit dan ulama, Raden patah berhasil

membuka lahan baru di sebelah timur pusat Kerajaan Demak yang masih banyak

dihuni oleh para lelembut atau mahluk halus.Setelah menjadi perkampungan,

konon wilayah terebut diberikan kepada Abdi Dalem yang bernama Soreng

Rono. Berawal dari itulah Soreng Rono yang setiap harinya hanya menyambung

Ayam (Adu Jago), mendapatkan hadiah dari Raden Fattah berupa perkampungan

tersebut sehingga mereka tinggal moro enak (tinggal menikmati).

Perkampungan tersebut dari tahun ke tahun mulai berkembang menjadi sebuah

perkampungan besar yang kemudian dikenal dengan nama Desa Mranak, paduan

44
dari Kereta Basa Moro-moro Enak (datang merasa kerasan, dan mendapatkan

kenikmatan / Wallahu Alam). Sekarang Desa Mranak berkembang dan memiliki

6 kampug yaitu (Sekaran, Mboto, Mbendungan, Krajan, Perbal dan Karang

Panas ) terdiri dari 5 RW dan 28 RT.

Berdasarkan Letak Geografisnya Desa Mranak terletak pada ketinggian 0-

750 M dengan jarak kurang lebih tiga kilometer dari Pusat Kota Kabupaten

Demak dan sekitar tujuh kilometer dari Ibukota Kecamatan

Wonosalam.Beriklim panas dengan suhu udara rata-rata 36o C dan curah hujan

berkisar 65 mm per-tahun. Luas Wilayah Desa Mranak adalah 246.535 Ha

terbagi dalam beberapa peruntukan yaitu sebagai Tanah Khas Desa 18.680 Ha,

Tanah Bengkok Kades dan Perangkat Desa 29.520 Ha, Tanah Kantor Kepala

Desa & Balai Pertemuan 0.125 Ha, Tanah Sekolahan 0.110 Ha, Tanah Makam

1.020 Ha, Tanah Sawah Warga Masyarakat 131.985 Ha, Tegal 6.705 Ha,

Perumahan dan Pekarangan 45.955 Ha, dan Tanah lainnya 12.435 Ha. Desa

Mranak sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cabean dan Bango Kecamatan

Demak, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Botorejo Kecamatan

Wonosalam, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bolo/ Bango Kecamatan

Demak, sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Bintoro

Kecamatan Demak. Sedangkan berdasarkan Letak Topografis, Desa Mranak

tanahnya berupa dataran dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan

tanaman pertanian padi, dan Tanaman perkebunan Jambu air Merah Delima,

sehingga sebagaian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani dan

Perdagangan

45
Pada tahun 2010 Desa mranak hanya terdiri 2 RW dan 7 RT, tetapi pada

tahun 2011 terjadi pemecahan RW/RT menjadi sehingga menjadi 5 RW dan 28

RT sampai saat ini..Pada bulan Desember 2016 jumlah penduduk Desa Mranak

sebanyak 3598 jiwa yang terdiri dari 1775 laki-laki dan 1823 perempuan. Jumlah

penduduk terbanyak ada berapa pada RW 03 yaitu dengan jumlah laki –laki 478

jiwa dan 479 perempuan hampir imbang antara laki-laki dan perempuan di RW

03 tersebut, kedua Jumlah Penduduk Tertinggi berada di RW 04 dengan jumlah

penduduk laki-laki 410 jiwa dan perempuan sebanyak 408 jiwa. Tetapi pada RW

lainnya jumlah penduduk rata-rata ± 400 jiwa. Sedangkan penduduk yang paling

sedikit berada di RW 5 yaitu penduduk laki-laki berjumlah 192 orang dan

perempuan 210 orang. Penduduk terbanyak sampai saat ini masih pada kaum

perempuan. Karena sejak pada zaman dahulu penduduk perempuan lebih banyak

jika dibandingkan dengan laki-laki. Jumlah penduduk desa mranak 2016 sebagai

berikut

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Desa Mranank bulan Desember 2016

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 RW 01 339 365 704

2 RW 02 356 361 717

3 RW 03 478 479 957

4 RW 04 410 408 818

5 RW 05 192 210 402

JUMLAH 1775 1823 3598

Sumber : Laporan Bulanan Kependudukan Desa Mranak bulan Desember 2016

46
2.3.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Mranak dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan baik laki – laki maupun perempuan. Jumlah peningkatan

penduduk tersebut tidak terlalu signifikan. dari tahun 2012 ke tahun 2013

jumlah penduduk Desa Mranak mengalami penurunan 1% saja tidak begitu

kelihatan. Setelah melewati tahun 2103 jumlah penduduk Desa Mranak stabil

dalam peningkatannya hanya saja dari tahun 2015 ke tahun 2016 melonjak

sangat drastis. Dari tahun t- tahun sebelumnya penduduk Desa Mranak tidak

pernah mengalami peningkatan sebesar itu. Jika dilihat dari jenis kelamin

maka jenis kelamin perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis

kelamin laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari daftar tabel sebagai berikut :

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Desa Mranak Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Desa Tahun L P Jumlah Persen

2012 1264 1322 2586 0,19 %

2013 1155 1284 2439 0,18 %


1 Mranak
2014 1167 1297 2464 0,18 %

2015 1177 1312 2489 0,18 %

2016 1775 1823 3598 0,26%


Sumber : Data BPS Demak

2.4 Pilkades Desa Mranak Tahun 2016

Pemilihan Kepala Desa atau sering disebut dengan Pilkades merupakan

suatu proses kegiatan demokrasi di tingkat lokal atau sering dikenal dengan

47
pesta rakyat yang memperebutkan jabatan elit ditingkat pemerintahan desa.

Proses pilkades serentak di Kabupaten Demak tahun 2016 ini telah

dilaksanakan dan meliputi beberapa Desa, salah satunya yaitu Desa Mranak

yang terdapat di Kecamatan Wonosalam. Pilkades ini memberikan kebebasan

kepada pemilih untuk menentukan pilihannya dalam memilih calon Kepala

Desa.

Pilkades Serentak di Kabupaten Demak dimulai pertama kali pada

tahun 2016. Pilkades serentak ini diikuti oleh 183 desa yang ada di Kabupaten

Demak salah satunya Desa Mranak.Sesuai dengan masa jabatan Kepala Desa

di Kabupaten Demak yang akan berakhir pada tahun 2015 maka akan

diselenggarakannya pilkades serentak pada tanggal 9 Oktober 2016 untuk

mengisi kekosongan jabatan kepala desa. Pelaksaan Pilkades di Desa Mranak

berlangsung meriah yang diikuti oleh 2 calon mantan pasangan suami istri.

Pilkades ini dilaksanakan di halaman balai Desa Mranak.Ketika calon

Petahana maju dalam Pilkades 2016 maka tidak ada yang berani melawan

kecuali mantan kepala desa yang dulu atau mantan suaminya hal ini

dikarenakan keterbatasan modal. Kemudian para calon saling berlomba dan

mengadu visi misi mereka untuk memajukan desa mranak selama masa

kampanye.

Calon Kandidat yang saling bertarung dalam ajang Pilkades ini

merupakan dua individu yang dulunya pernah berkeluarga dengan status

suami istri yaitu Hadi Riyanto dan Wartiwi. Berjalannya waktu kedua

individu berpisah dan keduanya sudah pernah menjabat sebagai Kepala Desa,

48
akhirnya kedua tersebut mencalonkan kembali untuk menjadi kepala desa

pada tanggal 9 oktober 2016. Pertarukan dimulai dengaan berbagai strategis

yang telah direncanakan dengan masing-masing oleh tim suksesnya. Setelah

berlangsungnya Pilkades pertarungan dimenangkan oleh Wartiwi (Calon

Petahana).

Dari tahun 1910 sampai sekarang Desa Mranak tidak pernah di pimpin

oleh Kepala Desa yang berjenis kelamin perempuan. Mulai tahun 2008 baru

di pimpin oleh seorang perempuan yang bernama wartiwi, beliau yang

mampu mengalahkan mantan suaminya yaitu Hadi Riyanto pada Pilkades

tahun 2016 lalu, meskipun keduanya sudah pernah menjabat sebagai Kepala

Desa. Adapun daftar nama Kepala Desa yang pernah menjabat sebagai

Kepala Desa Mranak yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.7 Kepemimpinan Desa Mranak

No Nama Tahun

1. Tirto Dirono 1910-1920

2. Bolawi 1920-1929

3. Mustawi 1927-1939

4. Atmoharjo 1939-1968

5. Bolawi 1968-1988

6. Triman 1989-1997

7. Hadi Riyanto 1998-2008

8. Wartiwi 2008-sekarang

Sumber : Dokumen Desa Mranak

49
Berdasarkan tabel diatas hanya terdapat satu nama perempuan yang mulai

menjadi Kepala Desa Mranak pada tahun 2008, pada tahun sebelumnya belum

pernah ada Kepala Desa yang berjenis kelamin perempuan hal ini disebabkan

karena pada tahun 1910 seorang pemimpin itu diwajibkan berjenis kelamin laki-

laki, atau perempuan hanya sebatas di dalam rumah saja yang mempunyai

kegiatan sebatas mengasuh anak, memasak, dan lainnya yang berkegiatan

didalam tidak boleh untuk bekerja diluar rumah, setelah ada kesataraan gender

pada tahun 2008 mulai dipimpin oleh perempuan dan mampu untuk

memenangkan kembali Pilkades tahun 2016.

Pilkades yang dilaksanakan pada tahun 2016 di Desa Mranak Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Demak berlangsung sangat meriah dan disambuat warga

dengan senang hati dalam ikut berpartisipasi menggunakan hak suaranya untuk

memilih Kepala Desa sesuai pilihan masing-masing masyarakat. Proses

pelaksanaan Pilkades telah disediakan 5 Kotak Suara oleh Panitia, dan Balai

Desa yang dijadikan sebagai tempat untuk pemungutan suara. Ketika dalam

perhitungan suara suasana begitu sangat ramai dengan sorakan masyarakat dari

masing masing pendukung dalam setiap kandidat untuk mengatakan “SAH”, dan

akhirnya Pilkades dimenangkan oleh No.1 yaitu Wartiwi dengan perolehan suara

sebesar 1281 suara.

50
BAB III

Profil Calon Kepala Desa dan Praktek Politik Uang

Di Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak

3.1 Profil Calon Kepala Desa

3.1.1 Hadi Riyanto

Hadi Riyanto adalah penduduk Desa Mranak yang dulunya pernah

menjabat sebagai kepala desa pada tahun 1998-2008. Beliau putra dari bapak

Sadjo dan Ibu Suminah. Hadi masih memiliki hubungan kekeluargaan yang

cukup banyak dengan masyarakat Desa Mranak. Selain itu Hadi juga termasuk

golongan elite ekonomi, politik maupun agama. Secara ekonomi Hadi

termasuk golongan kelas menengah ke atas, dia mempunyai usaha seperti

tempat penjualan barang bekas atau rosok (bos rosok), rumah makan balungan

, dan dia ikut bekerja sebagai Pelaksana dalam proyek pembangunan di daerah.

Dilihat dari segi politik Hadi lebih berpengalaman yaitu pernah menjadi kader.

Meskipun hadi pendidikan terakhirnya hanya SMA.

Figur sosok seorang Hadi dikenalmerakyat dengan komitmennya

melakukan kerja – kerja nyata dan hasil yang kongkrit. Hal ini dapat dibuktikan

dengan masa kepemimpinanya hadi telah menyelesaikan beberapa program

kegiatan yang diselesaikannya untuk memajukan desanya seperti

pembangunan jalan disetiap kampung yang dimulai dari pembangunan jalan

kemintiran, pembuatan irigasi persawahan, pembuatan jembatan,

51
pembangunan madrasah untuk anak-anak, dan juga pembangunan masjidyang

ada di Desa Mranak, dan untuk bidang pelayanan masyarakat sudah cukup baik

tidak pernah dipersulit seperti mengurus KTP dan AKTA27. Sampai sekarang

Hadipun masih ringan tanganuntuk membantu banyak masyarakat Desa

Mranak meskipun hadi sudah tidak menjabat lagi sebagai Kepala Desa, dalam

menunjang kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi seperti

mencarikan pekerjaan untuk masyarakat pengangguran, membantu mengurus

untuk membuat ijin mendirikan bangunan, membantu masyarakat yang lagi

tertimpa kasus yang berkaitan dengan hukum, dan masih banyak lagi yang

dibantu. Banyak masyarakat yang cenderung lebih menyukai untuk mengurus

pembuatan sertifikat tanah, surat ijin mendirikan bangunan dengan Hadi karena

jika mengurus lewat staff balai Desa Mranak akan dipersulit, jika sudah jadipun

surat ijin mendirikan bangunan maupun sertifikat kepemilikan tanah maka

biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal jika dibandingkan diurus dengan

Hadi28. Maka dari itu dari segi pelayanan masyarakat lebih puas terhadap

pelayanan yang diberikan kepada Hadi. Tetapi disamping itu ada juga

kekurangan yang dimiliki oleh Hadi dalam menjabat sebagai Kepala Desa yaitu

suka main perempuan dengan penyanyi dangdut atau Biduan. Setelah adanya

perilaku yang dipandang masyarakat tidak baik tersebut masyarakat jadi

berfikir dua kali jika memilihnya yang dikhawatirkan Hadi menggunakan uang

desa untuk kesenangan pribadinya itu.

27
Sadipan, warga kampung Perbal Kulon, Wawancara rumah pak Sadipan 10 Maret 2017
28
Kasri, Ketua RW 04 Desa Mranak, Wawancara, Rumah Pak Kasri, 20 Oktober 2016.

52
Hadi Riyanto mempunyai sifat ramah terhadap semua orang, jiwa

sosisalnya tinggi, suka membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan,

merakyat dalam memimpin. Tetapi disisi lain masyarakat mempunyai

pandangan bahwa Hadi sudah memberikan kecacatan dalam figure dirinya

yaitu main perempuan, hal seperti inilah yang masih sulit untuk dihilangkan

dalam pandangan masyarakat. Meskipun Hadi pandai untuk memimpin, Tegas

dalam memimpin, serta jiwa sosialnya tinggi, tetapi hal tersebut tidak mampu

untuk mengubah image atau figurnya yang sering main perempuan. Dari sisi

negative tersebut masyarakat mempertimbangkan kembali dalam pemilihan

Kepala Desa yang dilaksanakan pada tahun 2016 lalu.

Setiap kandidat memiliki Visi dan Misi masing-masing yang bertujuan

untuk kebaikan warga dan lingkungannya. Hal tersebut sama halnya yang

dilakukan oleh Hadi Riyanto memiliki Visi Misi sebagai berikut:

Visi : Terciptanya Masyarakat Desa Mranak Lebih Agamis, Maju Mandiri,

Kondusif Aman dan Sejahtera, demi mewujudkan Desa yang Gemah

Ripah Toto Titi Tentrem Karto Rajarjo.

Misi :

1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Melalui bekerjasama dengan

semua unsur kelembagaan Desa, lembaga Keagamaan, Sosial dan

Kepemudaan supaya dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada

seluruh masyarakat.

53
2. Mengelola Tata Pemerintahan Desa dan Penyelenggaraan Pemerintahan

yang efektif, efisien, bersih dan transparan.

3. Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui segala bidang dengan

mempermudah akses menuju produksi tanaman pangan.

4. Melaksanakan percepatan proses pembangunan di wilayah Desa

5. Menyempurnakan peraturan desa yang ada demi kelancaran

pembangunan desa.

6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian tambahan

dana penunjang kegiatan berbagai bidang.

7. Memberikan pelayanan kenyamanan hidup bermasyarakat yang lebih

aman dan terteib dengan memberdayakan petugas keamanan LINMAS/

demi terciptanya ketentraman desa.

3.1.2 Wartiwi

Calon yang kedua yaitu Wartiwi atau lebih dikenal dengan Tiwi lahir

di Demak 11 september 1972. Wartiwi adalah anak ke tiga dari empat

bersaudara dari pasangan suami istri Partimah dan Pargi. Wartiwi saat ini

menjadi single parentkarena telah bercerai dengan suaminya yaitu Hadi

Riyanto. Wartiwi mempunyai 2 anak perempuan yaitu Annisa dan Ririn

keduanya masih sekolah. Tiwi dahulunya bekerja sebagai ibu rumah tangga,

tetapi sekarang sudah menjadi Kepala Desa. dengan jabatan tersebut dia

dapat menghidupi anak-anaknya, sebagian besar dalam biaya kedua anaknya

ditanggung oleh mantan suaminya yaitu Hadi Riyanto. Latar belakang calon

54
kepala desa ini sebelum menjadi kepala desa adalah seorang wiraswasta yang

belum memiliki pengalaman dalam pemerintahan, hanya saja pernah menjadi

ketua PKK dan Muslimat. Pendidikan terakhir yaitu SMA sama dengan Hadi

Riyanto. Wartiwi pada tahun 2016 memberanikan diri untuk mencalonkan

kembali menjadi Kepala Desa dengan di dukung faktor modal material yang

didapatkan dari keluarganya, sebagai uang pinjaman untuk membiayai acara

pendaftaran pilkades sampai selesai. Wartiwi menjabat sebagai Kepala Desa

pada tahun 2009-2015 dan pada tahun 2016 mencalonkan kembali. Alasan

Tiwi mencalonkan kepala desa kembali yaitu ingin meneruskan program –

program rencana pembangunan desa mranak yang belum terselesaikan dan

sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan ekomominya karena beliau seorang

single parents29.

Dalam masa kepemimpinan Wartiwi pernah menjuarai lomba desa

dalam bidang kebersihan lingkungan di tingkat kecamatan. Hal ini merupakan

penghargaan yang sangat baik untuk memajukan Desa Mranak. Dari segi

kebersihan lingkungan Desa Mranak bersih dan rapi karena tidak ada sampah

yang berserakan, untuk sampah disetiap rumah ini dikelola masyarakat

dengan baik agar tidak menumbuhkan benih-benih nyamuk dalam menjaga

kesehatan

Kepemimpinan Wartiwi kurang tegas dalam memimpin, serta berbelit

– belit dalam melayani masyarakat begitu juga terjadi ketika mengurus harus

29
Wartiwi, Kepala Desa Mranak, Wawancara, Rumah Ibu Wartiwi, 1 Oktober 2016

55
melewati perangkatnya tetapi disisi lain wartiwi ini mempunyai figure

dimasyarakat cukup baik yaitu ramah terhadap warganya, mempunyai jiwa

sosok Keibuan untuk mengayomi masyarakat meskipun ada beberapa sifat

yang kurang disegani masyarakat dalam memimpin tersebut termasuk ketika

melayani masyarakat yang dipersulit.

Visi Misi dipertaruhkan juga untuk menarik atau membeli suara

masyarakat. Hal ini yang telah dipersiapkan dihari sebelum kampanye oleh

Wartiwi dengan melihat situasi dan kondisi permasalahan yang ada

dilingkungan masyarakat, sehingga wartiwi membuat Visi Misi sebagai

berikut:

Visi : Mewujudkan Pembangunan Fisik, Mental, Spritual serta Pelayanan

Publik yang prima menuju Desa Mranak yang Religius, Maju, dan

Sejahtera.

Misi :

1. Terselenggaranya Pemerintahan Desa yang bersih melalui

kepemimpinan yang jujur dan amanah serta berpihak kepada warga.

2. Menggerakkan seluruh potensi melalui pemberdayaan ekonomi,

peningkatan pengetahuan dan derajat kaum petani, peningkatan

pendapatan kaum perempuan, pergerakan pemuda dalam dalam

olahraga serta kegiatan yang bermanfaat, menuju Desa Mranak yang

Makmur dan Sejahtera.

3. Pemerataan pembangunan yang berkelanjutan untuk menghapus

kesenjangan dengan mengedepankan skala prioritas.

56
4. Terselenggaranya pelayanan warga yang dinamis, sejuk, dan mampu

memberikan yang terbaik dan di dukung sumber daya manusia yang

profesional.

5. Terselanggaranya Pembangunan sarana dan prasarana dengan anggaran

yang tepat guna dan tepat sasaran.

6. Lanjutkan !!!

Periode ke-dua yang akan dipimpin wartiwi ini dengan

menggunakan Visi dan Misi yang sama dengan masa kepemimpinan

beliau yang sebelumnya, sehingga dengan kata “lanjutkan” mempunyai

arti kinerja beliau dan tujuan beliau dalam memimpin yaitu melanjutkan

program-program yang belum sempat dilaksanakan di periode

sebelumnya.

3.2 Politk Uang dalam Pemilihan Kepala Desa Mranak Kecamatan Wonosalam

Kabupaten Demak.

Proses Demokrasi di Indonesia tidak pernah lepas dari praktik politik

uang dalam memenangkan suatu pemilihan untuk mendapatkan jabatan. Politik

uang sudah ada sejak dulu mulai dari level bawah yaitu dari Pemilihan Kepala

Desa (Pilkades), sampai pada pemilihan Presiden beserta wakilnya. Praktik

politik uang dianggap suatu hal yang wajar bagi masyarakat untuk

memenangkan suatu proses pemilihan dalam memperoleh jabatan, sehingga

masyarakat menikmati adanya politik uang tanpa harus memikirkan mengenai

57
pelanggaran norma serta pelanggaran hukum mengenai penerimaan politik

uang.

Praktek politik uang menjelang Pilkades Desa Mranak disambut

masyarakat dengan meriah. Tim sukses dari kedua kandidat memberikan uang

kepada masyarakat dengan jumlah yang berbeda dari setiap kandidat. Berdasarkan

hasil kuesioner yang telah diolah, sebagian besar pemilih akan menentukan

pilihannya dengan mempertimbangkan pertama yaitu profil calon dan yang kedua

tentang jumlah uang yang diterima pemilih. Sehingga peran profil calon dan

politik uang menjadi faktor yang paling mempengaruhi keputusan pemilih dalam

menentukan pilihannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti Sabit dalam proses pilkades memiliki

peran yang sangat penting untuk menarik masyarakat dalam menentukan suara.

Setiap Calon Kepala Desa menentukan beberapa sabit untuk dijadikan sebagai tim

suksesnya ketika menjelang masa kampanye. Tedapat ketentuan tersendiri untuk

menentukan sabit yang akan membantu dalam pelaksanaan politik uang meliputi

pemilihan sabit mulai dari ketua RT, RW, ataupun organisasi yang ada dalam

lingkungan masyarakat Desa Mranak, serta tokoh masyarakat lainnya yang

mempunyai pengaruh besar dalam lingkungan masyarakat.30 Mayoritas

masyarakat berpendapat bahwa money politic atau politik uang sangat bermanfaat

untuk masyarakat tidak hanya masyarakat kalangan menengah kebawah saja tetapi

masyarakat kalangan menengah keatas juga. Hal tersebut karena pendidikan

30
Kasri, Ketua RW 4 Desa Mranak, Wawancara, Rumah Pak Kasri, 29 Oktober 2016

58
politik masyarakat Desa Mranak sangat rendah, maka dari itu mereka tidak

mengerti bahaya yang ditimbulkan terkait dengan politik uang.

Masyarakat Desa Mranak tidak merasa keberatan atau merasa terbebani

adanya praktik politik uang, tetapi masyarakat malah menikmati dengan

adanya politik uang tersebut untuk kehidupan sehari-hari dan tanpa harus

memikirkan dampak dalam jangka panjang nantinya.

Praktek politik uang dalam Pilkades Desa Mranak Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Demak yang dilaksanakan pada tanggal 9 oktober 2016

sangat kuat perananya sebagai salah satu cara untuk membeli suara di

masyarakat. Cara untuk melakukan praktik politik uang yaitu sebelum masa

kampanye dibentuknya tim sukses sebagai pelaku langsung diambil dari setiap

RT kurang lebih ada 5-7 orang dipilih dengan kriteria orang-orang yang

mempunyai pengaruh dalam masyarakat seperti orang kaya yang dihargai oleh

banyak masyarakat, ketua RT, Tokoh Peragamaan, dan untuk Remaja dipilih

dengan kriteria yang sering bergaul dan mampu mempengaruhi suara temannya

baik teman sekolah, teman bermain, maupun teman nongkrong. 31

Praktek politik uang selain dilakukan oleh tim sukses yaitu dilakukan

oleh calon Kepala Desa sendiri (pelaku tidak langsung) dengan cara

memberikan uang ketika open house kepada masyarakat yang datang

kerumahnya. Masing-masing Tim Sukses dari kedua Kandidat yang

mencalonkan diri sebagai kepala menggunakan dalam bentuk uang sebagai

praktik politik uangnya. Masyarakat kalangan kelas menengah kebawah lebih

31
Suratmin, Tim Sukses Wartiwi di RT 05 RW 04, Wawancara, Rumah pak suratmin, 29 Oktober
2016

59
mudah untuk dijadikan sasaran dalam melakukan politik uang karena mereka

mau menjual suaranya untuk diganti dengan uang, selain itu masyarakar juga

memiliki kesadaran politik yang rendah.

Dalam sistem politik puncak dari praktik politik uang atau sering disebut

dengan serangan fajar yaitu calon Kepala Desa beserta tim suksesnya

membagi-bagikan uang untuk calon pemilih dengan cara saling melakukan

pengintaian antar calon Kepala Desa untuk mendapatkan informasi

semaksimal mungkin dan seakurat mungkin tentang berapa besar dana yang

beredar untuk satu suara. Informasi ini sangat penting karena dalam serangan

fajar ini murapakan kesempatan terakhir untuk melakukan praktik politik uang

guna membeli suara masyarakat dengan cara menambahkan jumlah uang yang

sudah diberikan oleh pasangan sebelumnya.

Pasangan urut No 1 membagikan uang kepada masyarakat yang sudah

benar-benar diketahui akan memilih dia sebesar Rp.150.000 pada waktu H-1

sebelum dilaksanakan Pilkades, dan ketika open house membagikan kepada

masyarakat yang datang diberikan langsung uang sebesar Rp.30.000, dan untuk

pemuda Desa Mranak waktu dikumpulkan dikasih uang Rp.50.000 selain itu

juga terjadi politik uang pada waktu pengambilan No.urut di Balai Desa untuk

masyarakat yang mengantar akan dikasih uang sebesar Rp.50.000. Sedangkan

untuk No urut 2 membagikan uang hanya pada H-1 dilaksanakannya Pilkades

saja sebesar Rp.70.000 untuk seluruh masyarakat Desa Mranak dan Rp.50.000

untuk pemuda Desa Mranak. Keduanya mempunyai strategi yang berbeda

dalam membagikan uangnya. Ketika pada waktu pelaksanaan Pilkades

60
pasangan urut no 1 juga memberikan uang Rp.50.000 sebagai uang transport

dan disuruh untuk memilihnya.

Praktek politik uang dalam Pilkades dan Pilkada ini sangat berbeda

besarannya karena pemilih dalam lingkungan Pilkades itu lebih cenderung

mengenal banyak masyarakat atau tetangganya maka besaran uang yang

diberikan juga cukup besar serta dibagi secara merata. Sedangkan untuk

Pilkada calon kandidat tidak mengenal langsung kepada pemilihnya untuk

daerah yang jauh dari kota atau yang tidak mengenal kandidatnya hanya

mendapatkan sedikit uang atau bahkan tidak mendapatkan sama sekali. Proses

pelaksanaan Pilkades ataupun Pilkada pada saat ini dapat disimpulkan bahwa

untuk mendapatkan jabatan yang diinginkan dapat dibeli dengan uang, seperti

untuk menjadi Kepala Desa dapat membeli suara rakyat dengan uang agar mau

memilihnya dengan sasaran masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi kelas

menengah kebawah yang mempunyai pendidikan politik dan kesadaran politik

rendah.

61
BAB 1V

Analisis Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa Mranak

Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Tahun 2016

Pada bab ini akan mengulas diskiripsi data-data berdasarkan hasil yang

diperoleh melalui daftar pertanyaan yang telah diajukan kepada responden. Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 337 orang yang diambil dari 5 RW

serta 28 RT. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk tabel frekuensi meliputi

variable identitas responden dan juga variable perilaku pemilih dalam masyarakat

Desa Mranak.

4.1 Identitas Responden

Identitas Responden yang dimaksudkan dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui lebih detail tentang obyek yang akan diteliti sesuai dengan teknik

pengambilan sampel yaitu Multistage Random Sampling. Adapun pembagian

identitas responden meliputi nama, jenis kelamin, alamat, usia, agama, dan juga

pekerjaan. Secara lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

62
Tabel 4.1.1

Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki – Laki 184 54,6%

2 Perempuan 153 45,4%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat yang

dijadikan sampel dalam penelitian mengenai Perilaku Pemilih Desa Mranak

Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak sebesar 337 orang. Sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 184 orang atau 54,6 %

sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 153 orang

atau 45,4 %.

Responden yang menjadi sampel laki-laki lebih banyak dari pada

Perempuan karena saat peneliti mendatangi rumah warga satu per satu, kebanyakan

warga yang mengisi kuesioner adalah berjenis kelamin Laki-laki sebagai Kepala

Keluarga. Dalam memberikan kuesisoner ke rumah warga meskipun dirumah ada

seorang perempuan (Ibu) tetapi mereka cenderung mengarahkan kepada Kepala

Keluarga (Bapak). Beberapa responden yang mau untuk dijadikan sampel ini

karena tidak ada Kepala Keluarga dirumah dan juga ada yang berkeingingan secara

pribadi untuk dijadikan sampel. Hal ini yang melatar belakangi jumlah sampel yang

63
berjenis kelamin Laki-laki lebih banyak daripada Perempuan. Meskipun apabila

dilihat dari populasi Desa Mranak lebih banyak perempuan terpaut 48 orang.

Tabel 4.1.2

Responden Berdasarkan Umur

No Usia Frekuensi Persentase

1. <20 Tahun 13 3.9%

2. 20-29 Tahun 53 15.7%

3. 30-39 Tahun 57 16.9%

4. 40-49 Tahun 111 32.9%

5. 50-59 Tahun 61 18.1%

6. 60-69 Tahun 33 9.8%

7. >70 Tahun 9 2.7%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 337 responden yang

dijadikan sampel penelitian terdapat 13 orang atau 3,9% responden yang berusia

kurang dari 20 tahun. Kemudian sebanyak 53 orang dengan persentase sebesar

15,7% pada usia 20-29 tahun. Untuk responden berusia 30-39 tahun terdapat 57

orang atau 16,9%. Terdapat 111 orang atau sebesar 32,9% pada responden yang

berusia 40 – 49 tahun, 61 orang atau 18,1% untuk responden yang berusia 50-59

tahun, 33 orang atau 9,8% untuk responden yang berusia 60-69 tahun, dan untuk

responden yang berusia lebih dari 70 tahun hanya terdapat 7 orang atau sebesar

2,7%. Menurut BPS usia produktif berada pada rentang 15 – 64 tahun. Maka

64
berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada

pada usia produktif.

Tabel 4.1.3
Responden berdasarkan Agama yang dianut

No Agama Frekuensi Persentase

1 Islam 332 98,5%

2 Kristen 4 1,2%

3 Lainnya 1 0,3%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel 4.1 merupakan rekapitulasi responden berdasarkan

agama dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Mranak Kecamatan

Wonosalam Beragama Islam. Dari 337 orang responden yang beragama islam

sebesar 332 orang atau 98,5%. Sedangkan Untuk responden yang beragama Kristen

hanya sebesa4 1,2% atau hanya sejumlah 4 orang, serta hanya 1 orang untuk yang

beragama lainnya dengan persentase 0,3%. Sedangkan Untuk responden yang

beragama Kristen hanya sebesa4 1,2% atau hanya sejumlah 4 orang, serta hanya 1

orang untuk yang beragama lainnya dengan persentase 0,3%. Dapat disimpulkan

bahwa mayoritas masyrakat Desa Mranak beraga islam karena Desa Mranak

merupakan sebuah Desa bagian dari Kabuapaten Demak yang menjadi salah satu

daerah penyebaran agama islam di Pulau Jawa. Hal tersebut yang menyebkan

65
agama islam sangat dominan di Desa Mranak. Jadi hampir semua responden

beragama islam

Tabel 4.1.4
Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 PNS/TNI 21 6.2%

2 Petani 62 18.4%

3 Swasta 134 39.8%

4 Pedagang 26 7.7%

5 Mahasiswa/Pelajar 16 4.7%

6 Ibu Rumah Tangga 49 14.5%

7 Lainnya 29 8.6%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa responden terbanyak

berasal dari pekerja swasta sebesar 39,8% atau sebanyak 134 orang. Hal ini

dikarenakan di Kabupaten Demak mempunyai pabrik cukup banyak, dan

mempunyai potensi untuk dijual serta mempunyai tanah yang luas dan subur tepat

untuk bercocok tanam.atau 62 orang. Maka dari itu masyarakat desa mranak

mayoritas bekerja swasta dan sebagai petani. Kemudian ibu rumah tangga sebanyak

49 orang atau 14,5%. Responden yang berasal dari pekerjaan lainnya sebanyak 49

orang atau 8,6%, yang berasal dari pedagang sebesar 7,7% atau sebanyak 26 orang,

yang berasal dari PNS/TNI sebesar 6,2% atau 21 orang. Responden paling sedikit

berasal dari mahasiswa/pelajar hanya 16 orang atau sebesar 4,7%.

66
Pekerjaan PNS/TNI di lingkungan Kabupaten Demak masih jarang hal ini

dikarenakan mayoritas masyarakatnya masih banyak yang berpendidikan rendah.

Maka dari itu mereka hanya mengandalkan otot daripada otaknya karenaa latar

belakang pendidikannya. Hal ini juga termasuk gambaran pekerjaan yang dimiliki

masyarakat DesaMranak.

4.2 Perilaku Pemilih

Perilaku Politik berkaitan dengan Perilaku Pemilih di dalam Kehidupan

Bermasyarakat. Perilaku Pemilih masyarakat dapat di ketahui melalui 3 pendekatan

yaitu Pendekatan Sosiologis, Pendekatan Psikologis, dan Pendekatan Rasional.

Pendekatan sosiologis merupakan seseorang menjatuhkan pilihannya berdasarkan

daerah asal, jenis kelamin, faktor kedekatan terhadap calon, pengaruh dari

lingkungan, serta agama, ras, etnis dll, Sedangkan Pendekatan Psikologis berkaitan

Ikatan emosional seseorang terhadap calon suka atau tidaknya serta menarik atau

tidaknya terhadap calon. Selain itu psikologis berkaitan juga dengan pengalaman

seorang pemimpin, figure seorang pemimpin serta penampilan, dan yang terakhir

yaitu pendekatan Rasional berkaitan dengan Visi Misi kandidat hal ini berkaitan

dengan kinerja atau kepemimpinan di periode sebelumnya. Faktor-faktor tersebut

yang mempengaruhi

Perilaku pemilih merupakan tindakan seseorang dalam menentukan

pilihannya dalam memilih seorang pemimpin. Secara umum, teori mengenai

perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya dipengaruhi oleh dua pendekatan

teori Afan Gaffar yaitu mazhab Columbia atau pendekatan sosiologis dan Mazhab

67
Michigan atau pendekatan psikologis. Peneliti akan menganalis terkait dengan

kecenderungan perilaku pemilih dalam pemilihan Kepala Desa. Hal ini dapat

diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

Ciri internal di masyarakat Desa Mranak memiliki perilaku yang beragam.

Dari segi sosiologis yaitu sebagin besar masyarakat berusia produktif bekerja di

sektor swasta dan juga pertanian, serta mayoritas masyarakat beragama Islam

Berikut ini akan disajikan data jawaban responden yang menggambarkan perilaku

politik masyarakat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2.1
Pemilih Menggunakan Hak Pilih pada Pilkades

No Menggunakan Hak Pilih Frekuensi Persen


1 Ya 332 98,5 %
2 Tidak 5 1,5 %
3 Total 337 100 %
Sumber : Hasil kuesioner setelah diolah mengenai identitas responden

Dari 337 orang responden yang tidak menggunakan hak pilihnya terdapat 5

orang atau sebesar 1,5%. Beberapa alasan masyarakat yang tidak menggunakan

hak pilihnya dikarenakan sakit, dan juga pergi merantau diluar kota sehingga

mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Mayoritas masyarakat sebanyak

332 atau 98,5% menyadari sebagai Warga Negara Indoensia mempunyai

kewajiban untuk menggunakan hak pilih, karena indonesia merupakan negara

demokrasi. Maka dari itu pemilihan kepala desa ditentukan oleh rakyat dan dipilih

68
oleh rakyat secara langsung. Mayoritas masyarakatnya sudah mempunyai tingkat

kesadaran politik yang tinggi untuk menggunakan hak pilihnya secara baik, hal ini

dapat dilihat antusias dan partisipasi masyarakat dalam menerima keberlangsungan

Pilkades Desa Mranak. bagi masyarakat satu suara sangat berarti untuk

menentukan pemimpin yang akan membawa perubahan lebih baik lagi baik

kesejahteraan masyarakat maupun dalam segi pembangunan untuk Desa Mranak.

Tabel 4.2.2

Pentingnya Pilkades bagi pemilih

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Penting 80 23,7 %

2 Penting 256 76 %

3 Kurang Penting 1 3%

4 Tidak Penting 0 0

Total 337 100 %

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan data diatas yang diperoleh dari responden sebesar 76% , maka

dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Mranak memiliki tingkat

kesadaran politik yang tinggi, dan menggangap Pilkades berarti penting bagi

masyarakat, hal ini dibuktikan dengan partisipasi masyarakat yang tinggi serta

masyarakat beranggapan bahwa pilkades itu penting untuk mencari sosok

Pemimpin Desa yang mampu membawa perubahan terhadap desa. Sementara yang

menganggap sangat penting ada 80 orang atau 23,7%. Hanya terdapat 1 orang saja

69
atau 3 % saja yang menganggap pilkades itu kurang penting bagi kehidupan

masyarakat. Dari jawaban responden. Hal ini dikarenakan pendidikan politiknya

rendah.

Tabel 4.2.3
Mengenal Kepada Calon Kepala Desa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mengenal 90 26,7 %

2 Mengenal 242 71,8 %

3 Kurang Mengenal 3 9%

4 Tidak Mengenal 2 6%

5 Total 337 100 %

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui Mayoritas 71,8 % masyarakat

Desa Mranak mengenal calon Kepala Desa/Hal ini dikarenakan karena Responden

bertempat tinggal satu Desa dengan calon Kepala Desa. karena mereka hidup di

Lingkup Desa yang sama dan mudah dijangkau serta proses interaksi antara orang

satu ke orang lain masih sangat erat,selain itu juga solidaritas dan tali silaturahmi

antar warga baik tingkat RT maupun tingkat RW juga masih terjaga dengan baik.

Maka dari itu seabagian besar masyarakat Desa Mranak mengenal Calon Kepala

Desanya dengan baik. Sedangkan ada 3 orang yang kurang mengenal dan 2 orang

tidak mengenal calon Kepala Desanya yaitu untuk kalangan pemilih pemula

(remaja) yang berumur kurang dari 20 tahun belum mengenal calon Kepala Desa

Mranak..

70
Tabel 4.2.4

Responden Menerima Hasil Pilkades

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Ya 284 84,3

2 Tidak 53 15,7

Total 337 100

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel diatas mayoritas masyarakat dapat menerima hasil

pilkades. Hasil dari Pilkades tersebut dimenangkan oleh No urut 1 yaitu Warrtiwi

dengan perolehan suara sebanyak 1281 suara sedangkan No urut 2 Hadi Riyanto

1155 suara. Terdapat sebesar 15,7% yang tidak menerima hasil pilkades dengan

alasan pemilih bersikap pasrah terhadap hasil tersebut. Bagi pemilih tersebut

siapapun yang menang itulah yang menjadi Kepala Desa. Sebesar 1,5% tersebut

pemilih yang mengikuti seperti yang lainnya bersikap acuh.

Karena bagi masyarakat sebesar 1,5% tersebut kedua sudah pernah menjabat

sebagai Kepala Desa Mranak, jadi tidak masalah jika hasil nantinya dimenangkan

oleh siapapun. Pemilih hanya bisa pasrah serta bagi pemilih siapapun yang menjadi

kepala desa itulah yang terbaik, sedangkan yang tidak menerima hasilnya itu

dikarenakan hanya mengikuti prosesnya mengalir begitu saja tidak peduli siapa

yang akan menang ataupun kalah bagi pemilih sama saja.

71
Tabel 4.2.5

Pilkades bersifat Luber Jurdil

No Kategori Jawaban Frekuensi Presentase

1 Ya 279 82,8%

2 Tidak 58 17,2 %

Total 337 100 %

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahawa kegiatan Pilkades dilaksanakan

dengan bersifat Luber Jurdil (Langsung Bebas Rahasia Jujur dan Adil). Masyarakat

Desa Mranak melaksanakan Pilkades dengan secara jujur karena beranggapan

bahwa dalam proses pilkades ini ada tuntutan untuk memilih dan berpihak dalam

satu kandidat atau pengaruh dari luar maka dari itu tidak bersifat bebas lagi.

Pilkades juga dipilih oleh langsung masyarakat. Selain itu juga bersifat rahasia

untuk siapa yang akan dipilih nantinya tidak boleh ada orang lain yang mengetahui

dan secara adil dalam pemilihan.

72
Dalam menganalis kecenderungan perilaku pemilih dalam pemilihan

kepala desa mranak dapat dianalis melalui 3 kriteria pendekatan serta beberapa

fakto yang mempengarui dalam menjadi pertimbangan ketikan menentukan pilihan

masyarakat dalam memilih Kepala Desa Mranak. Adapun pendekatan tersebut

meliputi :

1. Pendekatan Sosiologis dalam perilaku pemilih

Menurut pendekatan sosiologis berasumsi bahwa perilaku memilih

didasarkan pada karakteristik sosiologis oleh pemilih terutama pada faktor

sosiologis dengan adanya kesamaan karakteristik demografis meliputi jenis

kelamin, agama, usia calon, daerah asal calon, latar belakang, dan kondisi

ekonomi calon. Adapun temuan penelitian faktor-faktor sosiologis yang

dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan calon Kepala Desa

sebagai berikut :

73
Tabel 4.2.6
Jenis Kelamin berpengaruh Tidaknya dalam Suatu Pilihan

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 48 14.2%

2 Mempengaruhi 200 59.3%

3 Kurang Mempengaruhi 58 17.2%

4 Tidak Mempengaruhi 31 9.2%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 59,3% atau 200

orang responden menyatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi pilihan kepala

desa. Kemudian yang menyatakan kurang mempengaruhi ada 58 orang atau 17,2%,

lalu 48 orang responden atau 14,2% menyatakan sangat mempengaruhi. Untuk

responden yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi pilihan

kepala desa ada 31 orang atau 9,2%. Disimpulkan bahwa berdasarkan jawaban

responden Jenis Kelamin antara laki-laki dan perempuan dapat mempengaruhi

responden dalam menentukan pilihannya dalam proses Pemilihan Kepala Desa.

Pertimbangan dalam menentukan pilihan dapat dilihat dari Jenis Kelamin Calon.

Sebagian besar responden sejumlah 200 orang atau 59,3% bahwa jenis kelamin itu

mempengaruhi.

74
Tabel 4.2.7

Pertimbangan Calon Kepala Desa Berjenis Kelamin Perempuan

Pertimbangan Calon Kepala Desa Berjenis Kelamin Perempuan


Jenis
Sangat Kurang Tidak
Kelamin Setuju
Setuju Setuju Setuju Total

Laki-Laki 8 78 86 12 184

(persen) (4,3 %) (42,4%) (46,7%) (6,5 %) (100%)

Perempuan 11 92 35 15 153

(persen) (7,2 %) (60,1%) (22,9%) (9,8%) (100%)

19 170 121 27 337

Total (5,6%) (50,4%) (35,9%) (8,0 %) (100%)

Sumber : Hasil olahan kuesioner responden

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Calon Kepala Desa yang berjenis

kelamin perempuan sebagian besar mampu diterima di masyarakat. Menurut jenis

kelamin pemilih dapat mengetahui dalam menentukan pilihan ketika memilih

Kepala Desa baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun jenis kelamin

perempuan. Tabel tersebut menjelaskan bahwa pemilih yang berjenis kelamin

perempuan cenderung setuju jika yang mencalonkan sebagai kepala desa berjenis

kelamin perempuan juga, yakmi sebesar 92 atau 60,1 %. Hal ini berbanding terbalik

dengan laki-laki yang kurang setuju dengan calon Kepala Desa yang berjenis

kelamin perempuan. Hal ini diduga kemungkinan laki-laki lebih setuju jika yang

calon kepala desa berjenis kelamin laki-laki juga dengan alasan bahwa laki-laki

75
dalam kehidupan bermasyarakat lebih pantas untuk menjadi pemimpin daripada

perempuan.

Temuan dalam olahan hasil kuesioner pandangan masyarakat lebih

cenderung setuju dengan adanya calon Kepala Desa yang berjenis kelamin

perempuan karena Pelaksanaan Pilkades 2016 yang diikuti oleh 2 calon kandidat

yaitu Wartiwi dan Hadi Riyanto. Terdapat beberapa temuan di masayarakat yang

kurang setuju dengan Calon Kepala Desa berjenis kelamin laki-laki yaitu Hadi

Riyanto yaitu faktor figur yang telah dimiliki Hadi kurang disegani oleh

masyarakat.

Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diolah membuktikan bahwa jenis

kelamin mempengaruhi sebagai keputusan masyarakat dalam memilih calon kepala

desa. Hal ini dibuktikan dengan alasan seorang repsonden Desa Mranak ketika

mengisi kuesioner, menyatakan bahwa :

“Sebenarnya lebih menyukai jika yang menjadi Kepala Desa itu berjenis
kelamin laki-laki, lebih mampu untuk memimpin tetapi disisi lain yang mencalon
Kepala Desa Mranak yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai figure yang
tidak disukai masyarakat dari dahulu sampai sekarang terkait dengan kepribadian
calon, maka dari itu masyarakat lebih cenderung memilih calon Kepala Desa yang
berjenis kelamin perempuan”.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak menjadi

Prioritas dalam mempengaruhi keputusan pemilih ketika menentukan pilihan

kepala Desa Mranak tahun 2016. Tetapi pada zaman dahulu jenis kelamin laki-

laki yang menjadi prioritas pilihan masyarakat di Desa Mranak. Hal ini menjadi

perpedaan dengan hak alih suara masyarakat Desa Mranaksu yang berubah ketika

dilaksanakannya Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) tahun 2016 Desa Mranak

76
malah lebih cenderung memilih perempuan. Hal ini disebabkan oleh faktor profil

calon Kepala Desa.

Tabel 4.2.8

Agama dalam mempengaruhi pilihan responden

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 22 6.5%

2 Mempengaruhi 250 74.2%

3 Kurang Mempengaruhi 43 12.8%

4 Tidak Mempengaruhi 22 6.5%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Mayoritas Responden dari kalangan Agama Islam, karena mayoritas

penduduk Desa mranak beragama islam. Sehingga yang dijadikan sampel beragama

islam. Dapat disimpulkan bahwa Agama mempengaruhi responden/ masyarakat

dalam mengambil keputusan untuk memilih calon kepala desa. Kedua Calon

Kepala Desa Mranak tahun 2016 beragama islam semua, dan mayoritas masyarakat

Desa Mranak juga Beragama islam. Maka dari itu ada 43 responden yang menjawab

kurang mempengaruhi pilihannya. Karena tidak ada yang perlu dipertimbangkan

jika dilihat dari segi agama kedua calon tersebut sudah mempunyai kesamaan

dalam agama. Jadi dari sudut pandang agama tidak terlalu dijadikan pertimbangan

dalam menentukan calon Kepala Desa, hal ini disebabkan kedua calon Kepala Desa

Mranak beraga Islam. Secara umum faktor sosiologis dari segi agama tidak ada

perbedaam tajam dari aspek ini, karena karakteristik agama antara kedua calon

77
Kepala Desa dengan pemilih yaitu sama memeluk agama islam. Agama dalam

demokrasi tingkat lokal terutama di Desa Mranak tidak terlalu dijadikan

pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memilih, karena dalam Desa

Mranak agama relatif homogen atau memiliki kesamaan agama yang dianut antar

masyarakat yaitu agama islam. Adapun agama Non Islam lingkup Desa Mranak

maupun di wilayah Kabupaten Demak itu hanya beberapa saja. Sehingga agama

tidak mempengaruhi keputusan pemilih untuk menentukan pilihannya.

Dapat disimpulkan bahwa Kedua Calon Kepala Desa dengan Pemilih

memiliki kesamaan Agama yaitu Islam, maka dari itu secara umum faktor agama

kurang dapat menampakkan sebagai faktor dalam mempengaruhi pilihan

pemilih.meskipun secara umum sebagian besar pemilih agama sebagai

pertimbangan dalam memilih

Tabel 4.2.9
Usia Calon Kepala Desa dalam Mempengaruhi Pilihan Responden

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 19 5.6%

2 Mempengaruhi 222 65.9%

3 Kurang Mempengaruhi 78 23.1%

4 Tidak Mempengaruhi 18 5.3%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

78
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Usia calon dapat

mempengaruhi pilihan pemilih untuk menentukan Kepala Desa. Adapun

masyarakat yang beranggapan usia calon dapat mempengaruhi pilihan sebesar

65,9% atau sebanyak 222 orang. Hal ini dengan alasan karena untuk menjadi

pemimpin itu tidak mudah perlu mempunyai sosok yang dewasa yang mampu

mengayomi masyarakatnya. Semakin dewasa atau semakin tua seseorang yang

memimpin maka semakin bijak dalam mengambil keputusan dan dapat dipercaya

untuk menjadi pemimpin. Kemudian alasan responden untuk yang menyatakan usia

kurang mempengaruhi dalam menetapkan piliahan calon Kepala Desa sebesar

23,1% atau 78 orang.

Pemilih secara umum mempertimbangkan karakteristik usia calon, tetapi

temuan penelitian usia dari kedua calon Kepala Desa Mranak hanya terpaut satu

tahun saja atau hampir sama usianya, sehingga pemilih dari sudut pandang usia

calon tidak menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan. Karena karakteristik

usia yang kedua calon sama, maka dari itu usia kedua calon tersebut tidak dapat

dipilah dalam generasi tua ataupun muda, maka dari itu dari segi usia calon Kepala

Desa sulit untuk dibedakan, hal tersebut tidak menjadi pertimbangan pemilih dalam

menentukan pemilihan Kepala Desa mranak tahun 2016.

79
Tabel 4.2.10

Daerah Asal Calon Kepala Desa

Daerah Asal Calon dilihat dalam lingkup RW


Alamat Kurang Tidak
Sangat Mempengaruhi Total
Mempengaruhi Mempengaruhi
Mempengaruhi
7 48 9 4 68
RW 1 (10,3%) (70,6%) (13,2%) (5,9%) (100%)
4 50 7 7 68
RW2
(5,9%) (73,5%) (10,3%) (10,3%) (100%)
10 54 6 1 71
RW 3
(14,1%) (76,1%) (8,5%) (1,4%) (100%)
6 61 0 0 67
RW 4
(9,0 %) 91,0 % (0%) (0%) (100%)
9 46 7 1 63
RW 5
(14,3%) (73,0%) (11,1%) (1,6%) (100%)
36 259 29 13 337
Total
(10,7%) (76,9%) (8,6%) (3,9%) (100%)
Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner jawaban responden

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kesamaan Daerah asal calon

Kepala Desa dengan pemilih dapat mempengaruhi pilihan dalam menentukan

Kepala Desa. Daerah/ Rumah Kepala Desa Hadi Riyanto terletak di RW 3

sedangkan Wartiwi terletak di RW 4. Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa

pemilih yang bertempat tinggal di RW 3 dan RW 4 cenderung mempertimbangkan

daerah asal calon Kepala Desa dalam menentukan pilihan. Hal ini dapat dibuktikan

bahwa daerah asal calon dapat mempengaruhi pilihan sebesar 91,0 % menurut

pemilih yang bertempat tinggal di RW 4 dan 76,1% menurut pemilih yang

bertempat tinggal di RW 3. Sedangkan di RW 1, RW 2 dan RW 3 secara umum

pemilih juga mempertimbangkan daerah asal calon mempengaruhi pilihan tetapi

presentase yang paling tinggi berada di RW 3 dan RW 4.

80
Tabel 4.2.11

Latar Belakang Pendidikan Calon Kepala Desa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 60 17.8%

2 Mempengaruhi 230 68.2%

3 Kurang Mempengaruhi 25 7.4%

4 Tidak Mempengaruhi 22 6.5%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

Sebagian besar responden menganggap bahwa Latar Belakang pendidikan

itu mempengaruhi pilihan pemilih. Bagi responden latar belakang pendidikan itu

penting untuk dipertimbangkan ketika memilih calon pemimpin desa karena

untuk menjadi elite desa agar dapat mampu memimpin itu tidak mudah perlu di

dukung adanya pendidikan yang memadai. Dari kedua kandidat pendidikan

terakhirnya SMA, bagi masyarakat Desa Mranak sudah cukup jika yang

mencalonkan pendidikan terakhirnya SMA. Karena untuk pendidikan terakhir

sarjana itu sulit ditemukan di warga Desa Mranak. Dapat disimpulkan bahwa

mayoritas masyarakat memilih calon Kepala Desa ini dengan mempertimbangkan

Latra Belakang Pendidikan. Karena keterbatasan pendidikan tingkat tinggi yang

ditemui di lingkungan Desa Mranak, maka pemilih memiliki kriteria pendidikan

SMA sudah cukup untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Kedua calon

kepala desa yang didasari latar pendidikan yang sama, maka pemilih tidak dapat

81
memilah dalam menentukan calon kepala desa berdasarkan latar belakang

pendidikan

Tabel 4.2.12

Pertimbangan Kondisi Ekonomi Calon Kepala Desa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 47 13.9%

2 Mempengaruhi 225 66.8%

3 Kurang Mempengaruhi 37 11.0%

4 Tidak Mempengaruhi 28 8.3%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Mengenai status ekonomi yang dimiliki oleh seorang calon Kepala Desa

dapat mempengaruhi pilihan pemilih dalam memberikan suaranya untuk memilih

calon Kepala Desa, terdapat sebesar 66,8% atau 225 orang responden yang

menganggap faktor pekerjaan calon Kepala Desa mempengaruhi pilihan. Karena

dalam mencalonkan sebagai Kepala Desa itu membutuhkan biaya yang tidak

sedikit atau cukup mahal. Mulai biaya pendaftaran sampai biaya kampanye ini

.Maka dari itu masyarakat Desa Mranak menentukan pilihannya dengan

memperhatikan kondisi ekonomi sang kandidat Kepala Desa. karena yang

dikhawatirkan ada penyelewengan terhadap APDES. Pandangan masyarakat

bahwa untuk menjadi seorang pemimpin desa harus memiliki kondisi ekonomi

yang cukup atau kalangan kelas menengah keatas.

82
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa Faktor sosiologis pada Pilkades

Desa Mranak tidak menunjukkan ada karakteristik sosial yang dijadikan

pertimbangan dalam memilih. Faktor-faktor sosiologis diantaranya usia, agama,

jenis kelamin, dan daerah asal. Namun dari pendekatan sosiologis tidak ada aspek

yang menampakkan pemilih dalam memilih. Hal ini disebabkan adanya kesamaan

agama antara kedua calon dengan mayoritas pemilih. Segi usia juga dari kedua

kandidat tidak terlalu jauh terpautnya hanya satu tahun saja, masyarakat

menganggap seumuran kedua kandidat tersebut dan Kedua calon Kepala Desa

Mranak tersebut berasal dari daerah yang sama yaitu asli lahir di Desa Mranak

hanya bertempat tinggal di dukuh yang berbeda saja.

Pemilih secara umum mempertimbangkan karakteristik calon tetapi antara

calon Kepala Desa dengan Pemilih mempunyai kesamaan karakteristik, maka

tinjauan dari faktor sosiologis tidak nampak/ kelihatan. Bahkan jika ditinjau dengan

pendekatan sosiologis karakteristik sosial tidak ada perbedaan yang nampak atau

sebagai landasan dasar pertimbangan pemilih dalam menentukan pilihannya.

2. Pendekatan Psikologis dalam mempengaruhi perilaku pemilih

Menurut pendekatan Psikologis kecenderungan seseorang dalam

menentukan pilihan berdasarkan faktor psikis seseorang seperti faktor kesukaan

terhadap kualitas kepribadian seorang kandidat, figue kandidat, ikatan emosional

dengan kandidat. Pendekatan ini lebih mendasarkan diri pada faktor psikologi

dalam diri seseorang. Adapun beberapa faktor tersebut akan dibahas sesuai dengan

perilaku pemilih Desa Mranak pada Pilkades tahun 2016 sebagai berikut:

83
Tabel 4.2.13
Kedekatan Teman/Keluarga terhadap Calon Kepala Desa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 48 14.2%

2 Mempengaruhi 211 62.6%

3 Kurang Mempengaruhi 45 13.4%

4 Tidak Mempengaruhi 33 9.8%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Terdapat 211 orang atau 62,6 % dari 337 orang yang menyatakan bahwa

kedekatan teman/keluarga calon kepala desa mempengaruhi pilihan kepala desa.

hal ini dikarenakan bahwa pemilih mempertimbangkan faktor kedekatan seperti

kedekatan calon kepala desa terhadap pemilih, dengan melihat seberapa jauh

keraketan solidaritas yang dijalin anatar calon Keapala Desa dengan Pemilih.

Dalam menentukan pilihannnya ketika diaadakannya Pilkades Serentak dapat

dipengaruhi oleh Lingkungan sekitar seperti lingkungan sekolah, lingkungan

keluarga, lingkungan pertemanan dll. Seorang Kandidat pandai untuk menjalin

interaksi sosial dimasyarakat dengan sosialisasi. Hal tersebut merupakan cara untuk

memperoleh suara terbanyak ketika perhitungan pilkades. Kedekatan Calon Kepala

Desa dengan Keluarganya dan juga temannya untuk saling mempengaruhi satu

sama lain untuk dapat mendapatkan dukungan suara. Dari kedua kandidat tersebut

mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup banyak dengan masyarakat Desa

Mranak. Ikatan keluarga yang dijalin antara calon kepala desa dengan pemilih dapat

84
mempengaruhi keputusan pemilih ketika menentukan pilihan. Responden

mengungkapkan dalam alasan yang ditulis dikuesioner bahwa:

“Kalau ada saudara sendiri yang mencalonkan maka saya akan memilihnya,
karena bagi saya lebih percaya saudara sendiri atau lebih senang saudara sendiri
yang menjadi kepala desa jika dibandingkan dengan orang lain, entah
bagaimanapun keadaanya kalau masih ada ikatan darah atau persaudaraan maka
saya akan tetap mendukung dan memilih saudara saya sendiri”

Pernayataan responden yang ditulis dalam alasan kuesioner maka dapat

disimpulkan bahwa faktor kedekatan emosional masih sangat dominan dalam

mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Desa Mranak pada Pilkades tahun

2016.

Tabel 4.2.14

Keterlibatan Calon Kepala Desa dalam Suatu Organisasi

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 25 7.4%

2 Mempengaruhi 276 81.9%

3 Kurang Mempengaruhi 17 5.0%

4 Tidak Mempengaruhi 19 5.6%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden menganggap

keterlibatan calon kepala desa dalam organisasi di masyarakat mempengaruhi

pilihan kepala desa sebesar 81,9% atau sebanyak 276 orang. Kemudian sebanyak

25 orang atau 7,4% menyatakan bahwa keterlibatan calon kepala desa dalam

85
organisasi di masyarakat sangat mempengaruhi pilihan kepala desa. Mayoritas

masyarakat Desa Mranak dalam menentukan Calon Kepala Desa untuk menjadi

Kepala Desa dengan dipengaruhi oleh Keterlibatan Seorang calon dalam suatu

organisasi dimasyarakat atau perkumpulan masyarakat. Hadi Riyanto tidak begitu

terlalu dalam dalam organisasi masyarakat hanya saja Hadi ikut perkumpulan acara

tahlil lingkungan yang diadakan rutin setiap seminggu sekali pada malam jum’at,

tetapi beliau merakyat mempunyai jiwa sosial yang tinggi terhadap masyarakat

Desa Mranak. Sedangkan Wartiwi mengikuti organisasi masyarakat PKK,

organisasi Keagaamaan seperti Muslimat NU, Tahlil Lingkungan yang diadakaan

seminggu sekali, dll. Wartiwi lebih banyak terliat dalam suatu oragnisasi

masyarakat jika dibandingkan dengan Hadi Riyanto. Jadi keterlibatan calon Kepala

Desa dalam organisasi masyarakat dapat mempengaruhi pilihan pemilih yang

cukup besar.

Tabel 4.2.15

Pengalaman Calon Kepala Desa

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 85 25.2%

2 Mempengaruhi 228 67.7%

3 Kurang Mempengaruhi 11 3.3%

4 Tidak Mempengaruhi 13 3.9%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

86
Mengenai pengalaman calon Kepala Desa, kebanyakan responden

menganggap bahwa pengalaman dari calon kepala desa mempengaruhi pilihan

responden dalam menentukan pilihannya. Sebanyak 228 orang atau 67,7 % yang

menganggap pengalaman mempengaruhi sementara yang menganggap sangat

mempengaruhi sebanyak 85 orang atau 25,2 %. Pengalaman dari kepala desa

dijadikan sebagai pertimbangan dalam pilkades karena untuk menjadi sebuah

pemimpin itu tidak semudah membalikkan telapak tanga, dibutuhkan sebuah

pengalaman menjadi pemimpin meskipun pada tingkatan yang lebih rendah.

Kedua kandidat calon Kepala Desa mempunyai pengalaman yang sama.

Wartiwi dari calon (Petahana) baru mempuyai pengalaman menjadi pemimpin

kepala desa pada periode sebelumnya, selain itu Wartiwi belum pernah menjadi

pemimpin dalam kegiatan organisasi masyarakat, begitu juga Hadi Riyanto hanya

mempunyai pengalaman memimpin satu kali menjabat menjadi Kepala Desa.

Tetapi, dalam masa kepemimpinan kedua sosok tersebut Hadi lebih banyak disukai

oleh masyarakat dalam melayani serta mengayomi masyarakatnya. Jiwa sosial hadi

dalam kehidupan masyarakat lebih tinggi dan suka membantu masyarakatnya.

Sedangkan Wartiwi ketika menjadi Kepala Desa dalam malayani masyarakat itu

lamban dan juga dipersulit, selain itu juga Wartiwi dalam memimpin kurang begitu

tegas hal ini berpengaruuh terhadap kinerja pengikutnya (Perngkat Desa). Dari sisi

posistif Wartiwi dalam memimpin Kepala Desa pperiode sebelumnya sudah pernah

memenangkan lomba antar desa sekabupaten demak itu prestasi yang perlu untuk

diperjuangkan untuk meyakinkan masyarakat kembali dalam merebut suara

masyarakat. Pada akhirnya masyarakat dapat memenangkan wartiwi kembalit tetapi

87
dari kedua pemimpin tersebut mempunyai sisi negative masing – masing dalam

pengalaman memimpinnya. Mayoritas masyrakat dari 337 Responden ada 228

orang atau 67,7 % faktor pengalaman mempengaruhi masyarakat dalam

menentukan pilihannya. Bukan hanya sisi positifnya saja ketika memimpin tetapi

masyarakat juga mempertimbangkan sisi negatifnya.

Tabel 4.2.16

Kepribadian dan Penampilan dalam mempengaruhi pilihan

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mempengaruhi 91 27.0%

2 Mempengaruhi 216 64.1%

3 Kurang Mempengaruhi 10 3.0%

4 Tidak Mempengaruhi 20 5.9%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden


Dalam Pilkades 2016 di Desa Mranak, dari 337 yang dijadikan sampel ada

216 atau sebesar 64,1% yang menganggap bahwa kepribadian dan penampilan

mempengaruhi pilihan pemilih. Karena untuk menjadi pemimpin harus memiliki

kepribadian yang baik, jujur, dan berpegang teguh pada sebuah komitmen untuk

memajukan desanya. Dalam menjabat sebagai pemimpin sebuah kepribadian dari

seorang pemimpin ini sangat berpengaruh pada kinerjanya dalam mewujudkan visi

dan misinya. Kepribadian dan juga penampilan dalam sehari hari juga berpengaruh

dalam mengambil keputusan untuk menentukan pilihan calon yang akan menjadi

88
Kepala Desa. Responden mempertimbagkan kepribdian calon Kepala Desa karena

kepribadian menjadi dasar sifat atau sikap yang nantinya diwujudkan untuk sebuah

tindakan dalam memimpin nantinya, maka dari masyarakat mempertimbangkan

kepribadian dari kedua calon Kepala Desa tersebut. Tidak hanya sisi positif dari

kepribadiannya saja tetapi juga sisi negative dari kepribadiannya tersebut dan juga

negatifnya.

Pemilih cenderung memilih karena melihat profil dari seorang kandidat dan

juga memperhatikan kepribadian. Mulai dari masa kampanye sampai masa

pelaksanaan terkait dengan kampanye pemaparan visi dan misi seorang kandidat,

dan baliho yang ditempelkan disetiap jalan tidak memberikan dampak yang besar

bagi pemilih. Seperti hasil kuesioner jawaban dari responden mengatahkan bahwa

“figur seorang pemimpin itu sangat penting karena dapat mempengaruhi


kinerja dalam masa jabatan nantinya” .

Berdasarkan jawaban dari responden dapat disimpulkan bahwa figure dari

calon yang menjadi keinginannya untuk memilih. Dari kedua kandidat berdasarkan

faktor figur Wartiwi lebih unggul daripada Hadi Riyanto. Terdapat figur yang

kurang disegani oleh masyarakat yang dimiliki oleh Hadi Riyanto pada masa

kepemimpinannya beliau madon atau main perempuan. Sehingga masyarakat lebih

cenderung memilih Wartiwi. Meskipun dari segi kinerja Hadi Riyanto lebih unggul.

Pendekatan psikologis ini berperan dalam kecenderungan perilaku pemili

masyarakat Desa Mranak. Terutama faktor figur calon yang menjadi pertimbangan

ketika menentukan pilihan pemilih . selain itu juga terdapar faktor kedekatan

89
emosional atau pengaruh lingkungan untuk menjadi pertimbangan menentukan

pilihan.

3. Pendekatan Rasional Meliputi dalam perilaku pemilih

Pendekatan rasional yang mendiskripsikan perilaku pemilih seseorang yang

rasional dengan memperhitungkan cara untuk mendapatkan keuntungan yang

maksimal dengan ongkos yang minimal. Pendekatan rasional merupakan

pendekatan yang melihat bahwa pilihan pemilih adalah keputusan yang rasional

pemilih dimana yang dipertimbangkan yaitu orientasi Visi Misi yang diukur

dari pengetahuan dan pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program

yang ditawarkan oleh Calon. Dimana pemilih secara rasional dalam

menentukan visi misi dengan mempertimbangkan segala informasi yang telah

diketahui Selain itu juga dilihat dari segi kinerja calon dimasa periode

sebelumnya jika pernah menjabat. Disisi lain keuntungan jangka pendek yaitu

faktor politik uang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih dengan

pendekatan rasional sebagai berikut :

90
Tabel 4.2.17

Visi Misi dalam mempengaruhi Pilihan

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Mengetahui 27 8.0%

2 Mengetahui 257 76.3%

3 Kurang mengetahui 45 13.4%

4 Tidak Mengetahui 8 2.4%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Mayoritas responden mengetahui tentang Visi dan Misi. Dari 337 responden

terdapat 257 atau 76,3% yang mengetahui tentang Visi dan Misi dari kedua

kandidat yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Responden mengetahui Visi

Misi tersebut melalui pemaparan Visi dan Misi di dalam suatu acara Muslimat NU,

dan juga pada masa kampanye di depan rumah masing-masing yang dihadiri oleh

masyarakat. Sebagian besar pemilih mengetahui akan Visi Misi karena bagi mereka

Visi sebagai dasar program kinerja nantinya yang harus dilaksanakan jika sudah

ditetapkan menjadi kepala desa.

91
Tabel 4.2.18

Tanggapan masyarakat mengenai Visi Misi

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Percaya 12 3.6%

2 Percaya 294 87.2%

3 KurangPercaya 28 8.3%

4 TidakPercaya 3 0.9%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Dari 337 responden ada 294 orang atau 87,2 % yang percaya terhadap visi

misi yang dibuat oleh calon Kepala Desa yang artiya masyarakat mempunyai

harapan sangat tinggi terhadap visi misi tersebut dapat terlaksana dengan baik

dalam membangun desa serta mensejahterakan masyarakat. Sedangkan ada

sebagian minoritas dari masyarakat Desa Mranak yang kurang percaya terhadap

visi misi tersebut. Responden yang menjawab kurang percaya terhadap visi misi

hanya 28 orang saja, karena visi misi tersebut hanya digunakan untuk memperoleh

suara saja pada saat masa kampanye tidak benar-benar diwujudkan. Kalaupun

diwujudkan itu hanya beberapa saja untuk formalitas. Kemudian ada 3 oran yang

tidak percaya terhadap visi misi tersebut.

92
Tabel 4.2.19

Visi Misi dalam Perubahan Bidang Sosial

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Percaya 28 8.3%

2 Percaya 286 84.9%

3 KurangPercaya 21 6.2%

4 TidakPercaya 2 0.6%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Sebagian besar dari responden percaya terhadap visi misi yang mampu

membawa perubahan dalam bidang sosial ini meliputi terjalinnya silaturahmi

antar warga dipererat melaui kegiatan dalam desa seperti kumpulan karang taruna

ini dibentuk mulai dari para remaja untuk dapat mempeerat silaturahmi selain itu

juga mempunyai tujuan dalam mengembangkan desa. Adanya keeratan interaksi

sosial antar masyarakat desa maka untuk membangun desa itu akan lebih terasa

mudah dengan dilakukannya bersama masyarakat desa. Maka dari itu masyarakat

Desa Mranak mayoritas warganya percaya bahwa visi misi mamppu membawa

perubahan di bidang sosial. Adapun jumlah responden yang percaya terhadap visi

misi tersebut yaitu 286 orang atau 84,9 %.

93
Tabel 4.2.20

Visi Misi dalam Perubahan Bidang Ekonomi

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Percaya 18 5.3%

2 Percaya 282 83.7%

3 KurangPercaya 34 10.1%

4 TidakPercaya 3 0.9%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Dari 337 responden ada 282 orang atau 83,7 % percaya terhadap visi misi

tersebut dapat membawa perubahan di bidang ekonomi. Masyarakat percaya dan

menaruh harapan terhadap calon yang di pilih untuk menjadi Kepala Desa, dari visi

misi tersebut diharapkan dapat membawa perubahan dibidang ekonomi untuk

menjamin kesejahteraan masyarakat terutama untuk masyarakat yang tidak mampu.

Dan juga dapat memberikan kepedulian yang lebih terhadap masyarakat yang

pengangguran.

Salah satu Misi yang diusung Wartiwi bidang ekonomi yaitu dengan

menggerakkan seluruh potensi melalui pemberdayaan ekonomi, peningkatan

pengetahuan dan derajat kaum petani, peningkatan pendapatan kaum perempuan,

pergerakan pemuda dalam olahraga serta kegiatan yang bermanfaat, menuju Desa

Mranak yang makmur dan sejahtera. Misi Hadi Riyanto yaitu Meningkatkan

ekonomi Masyarakat melalui segala bidang dengan mempermudah akses menuju

94
produksi tanaman pangan. Kedua kandidat memiliki kesamaan Misi yaitu ingin

memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat Desa Mranak.

Tabel 4.2.21

Visi Misi dalam Perubahan di Bidang Pembangunan

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Percaya 28 8.3%

2 Percaya 287 85.2%

3 KurangPercaya 21 6.2%

4 TidakPercaya 1 0.3%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Mayoritas masyarakat Desa Mranak percaya terhadap Visi Misi yang dibuat

oleh calon Kepala Desa untuk membawa perubahan dibidang pembangunan sebesar

287 orang atau 85,2% . Hadi Riyanto menawarkan Misi bidang pembangunan yaitu

pembangunan kantor desa, pembangunan serbaguna, pembangunan jalan usaha tani

dan irigasi, dan masih banyak program pembangunan lainnya. Sedangkan Wartiwi

mempunyai Misi yaitu pemeratan pembangunan yang berkelanjutan untuk

menghapus kesenjangan dengan mengedepankan skala prioritas. Dari kedua visi

misi tersebut berisi tentang membangun desa untuk lebih maju lagi, serta

membangun masyarakatnya agar kualitas kehidupannya lebih terjamin lagi..

kesimpulan dari tabel frekuency diatas yaitu mayoritas masyarakat desa mranak

95
sudah percaya terhadap visi misi dapat membawa perubahan dalam bidang

pembangunan tersebut. Hanya ada beberapa orang saja yang kurang peraya dan

tidak percaya terhadap visi dan misi dalam membawa perubahan di bidang

pembangunan. Terlebih, alternatif yang dipilihnya untuk kepentingan diri sendiri.

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah menujukkan adanya kepentingan

dalam memilih berdasarkan visi misi yang diusung kandidat dalam menentukan

pilihannya dan sebagian besar pemilih Visi dan Misi dijadikan sebagai

pertimbangan dalam keputusan pemilih.

Tabel 4.2.22

Kepuasan Terhadap Kinerja kades 2009-2015

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Puas 8 2,4%

2 Puas 160 47,5%

3 Kurang Puas 146 43,3%

4 Tidak Puas 23 6,8%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat merasa puas terhadap

kinerja Secara Keseluruhan kinerja Wartiwi selama menjabat sebagai Kepala Desa

Mranak tahun 2009-2015 ini masyarakat yang merasa Puas 160 orang atau 47,5 %.

Sedangkan yang merasa kurang puas terhadap kinerja Wartiwi selama menjabat

menjadi Kepala Desa sejumlah 146 atau 43,3 %. Dari presensi yang dihasilkan

96
olahan kuesioner dari masyarakat diketahui bahwa perbedaan masyarakat yang

merasa puas dan kurang puas hanya terpaut sedikit saja hanya 4,3 %. Dapat

disimpulkan bahwa Kinerja Wartiwi selama menjadi Kepala Desa sudah cukup

memuaskan untuk masyarakat, tetapi lumayan banyak juga yang kurang puas

sejumlah 160 orang. Sementara yang kurang puas sejumlah 146 responden dengan

alasan kinerja kurang begitu pro kepada rakyat, dan masih kurang peduli terhadap

permasalah yang timbul dalam lingkungan masyarakat.

Tabel 4.2.23
Kinerja Kades Bidang Ekonomi, Kesehatan, pendidikan 2009-2015

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Puas 15 4,5%

2 Puas 124 36,8%

3 Kurang Puas 164 48,7%

4 Tidak Puas 34 10,1%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah diolah dari kuesioner mengenai identitas responden

Berdasarkan tabel frekuensi diatas diketahui bahwa mayoritas masyarakat

Desa Mranak merasa kurang puas terhadap kinerja Wartiwi dalam bidang ekonomi,

kesehatan, dan pendidikan. Sejumlah 164 orang atau 48,7 % cukup banyak yang

merasakan kurang puas dengan berbagai alasan yang dikemukakan dalam

kuesioner. Dalam bidang ekonomi yaitu masyarakat banyak yang menganggur

tanpa ada respon dari Kepala Desa untuk mengatasi masyarakat yang menganggur

selain itu pelayanan dalam membagi uang, beras dll untuk bantuan orang – orang

97
miskin kurang tepat. Banyak orang miskin yang tidak mendapatkan bantuan, Dalam

bidang Kesehatan banyak masyarakat miskin atau tidak mampu yang meninggal

gara- gara tidak ada biaya untuk berobat, selain itu ada beberapa masyarakat dengan

jarak jangka waktu tidak lama terkena Nyamuk Demam Berdarah (DB) dari

permasalahan yang timbul di lingkungan masyarakat belum ada tindak lanjut dari

Kepala Desa. Dalam bidang pendidikan yaitu banyak masyarakat Desa Mranak dari

kalangan orang tidak mampu yang putus sekolah hal tersebut tidak ada respon dari

Kepala Desa dan sebagian besar masyarakat Desa Mranak masih banyak yang

berpendidikan rendah.

Dari kedua Visi Misi yang diusung oleh kedua calon Kepala Desa tidak

mempunyai perbedaan yang spesifik. Maka dari itu pemilih tidak dapat menjadikan

dasar Visi Misi sebagai pertimbangan ketika memilih, tetapi mayoritas pemilih

percaya terhadap Visi Misi yang diusung mampu membawa perubahan baik dari

segi pembangunan untuk Desa Mranak maupun kesejahteraan masyarakat. Visi

Misi tersebut keduanya sama – sama mempunyai program kerja ingin

meningkatkan di sektor pertanian baik dari segi jalan, imigrasi, maupun lainnya

yang berkaitan dengan pertanian, karena sebagian besar masyarakat bermata

pencaharian sebagai petani. Selain itu kinerja dari kinerja yang sebelumnya juga

dapat mempengaruhi perilaku memilih.

Faktor yang mempengaruhi dalam jangka pendek Praktek Politik Uang.

Praktek Politik uang merupakan sebuah hal yang dianggap wajar oleh Warga

Negara Indonesia yang digunakan untuk membeli suara pemilih demi mendapatkan

98
jabatan yang di inginkan. Praktek Politik uang dapat terjadi di berbagai kalangan

baik politik lokal maupun politik tingkat atas seperti pemilihan presiden.

Tabel 4.2.22

Terdapat Poliitk Uang

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 YA 316 93.8%

2 TIDAK 21 6.2%

Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Salah satu startegi yang dilakukan dalam masa kampanye sampai menjelang

hari pemilihan itu diadakannya Politik Uang oleh Calon Kepala Desa beserta Tim

suskesnya. Strategi ini bertujuan untuk memenangkan Pilkdes Desa Mranak Tahun

2016 agar memperoleh suara terbanyak. Dan ada waktu-waktu tersendiri yang telah

direncanakan untuk membagikan uangnya.

Mayoritas masyarakat Desa Mengetahui bahwa dalam Pilkades Desa

Mranak terdapat Politik Uang yang sangat kuat. Kedua kandidat bertarung dalam

membagikan uangnya kepada warga dengan sejumlah nilai yang cukup besar untuk

masyarakat. Beberapa masyarakat yang menjawab dengan tidak adanya politik

uang itu karena takut beragumen yang jujur, karena politik uang sifatnya masih

rahasia.

Dari 337 responden terdapat 316 yang mengetahui terdapat politik uang

dalam pilkades tersebut. Maka dalam politik uang di dalam sebuah ajang pertarukan

99
dalam perebutan sebuah jabatan ini sudah tidak rahasia lagi sifatnya. Dan sudah

menjadi tradisi dari tahun ketahun praktik politik uang untuk membeli suara.

Sementara yang tidak mengetahui kalau ada politik uang sebesar 13orang saja atau

6,2 %.

Tabel 4.2.25

Mendapatkan Uang

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 YA 298 88.4%
2 TIDAK 39 11.6%
Jumlah 337 100%

Sumber : Hasil setelah dioleah dari kuesioner mengenai identitas responden

Terdapat 298 orang atau sebesar 88,4% yang selama masa kampanye

sampai hari pemungutan suara itu Calon Kepala Desa membagikan uang kepada

masyarakat untuk membeli suara dengan tujuan memenangkan pilkades tersebut.

Kedua kandidat melakukan politik uang yang cukup besar untuk masyarakat.

Wartiwi beserta Timses memberikan uang kepada masyarakat dalam masa

kampanye sudah memberikan uang kepada masyrakatnya sebesar Rp.30.000 - Rp.

50.000 ketika menjelang proses pemungutan suara memberikan lagi uang kepada

masyarakat sebesar Rp150.000 dan waktu masyarakat mau mencoblos diberikan

lagi uang Rp.50.000 dan itu disuruh berjanji untuk memilihnya, tetapi dia

memberikan hanya kepada masyarakat yang benar-benar mau memilihnya dan

tidak berpihak pada Hadi. Selain itu dalam masa kampanye Wartiwi Open

Houseuntuk masyarakat saling bersilaturahmi, ngumpul, memberikan jamuan

100
makanan dan uang untuk setiap masyarakat yang datang. Hal ini berbeda dengan

politik uang yang dilakukan oleh Hadi Riyanto. Ketika masa kampanye Hadi

Riyanto juga Open House sama seperti Wartiwi. Memberikan jamuan untuk

masyarakat yang datang dirumah tetapi Hadi tidak memberikan uang. Dia

memberikan uang hanya pada waktu mau pemungutan suara (H-1) atau serangan

fajar itu hanya sebesar Rp.70.000 tetapi dibagi rata semua orang diberikan uang.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat menerima uang yang

diberikan dari calon kepala desa maupun tim suksesnya. Praktik politik uang ini

sangat kuat, karena hampir semua masyarakat mendapatkan uang dengan tujuan

agar mau memberikan suaranya kepada yang memberikan uang.

101
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini tentang Perilaku Pemilih dalam (Pilkades) Desa

Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Tahun 2016 dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Mranak cukup tinggi, hal ini

dikarenakan mayoritas masyarakat Desa Mranak menyadari sebagai Warga

Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, selain itu juga masyarakat

menganggap Pilkades itu penting bahwa suara masyarakat dapat

menentukan Kepala Desa sesuai dengan keinginan terutama yang mampu

untuk membawa perubahan Desa Mranak dan juga kesejahteraan

masyarakat agar lebih baik lagi.

2. Peneliti ingin menunjukkan pendekatan sosiologis mempunyai pengaruh

dalam perilaku pemilih Pimilihan Kepala Desa Mranak tahun 2016, akan

tetapi antara pemilih dengan kedua calon kepala desa mempunyai

kesamaan faktor sosiologis seperti agama, daerah asal, jenis kelamin,

sehingga faktor sosiologis dalam penelitian ini tidak nampak dan kurang

mampu dalam menganalis perilaku pemilih pada Pemilihan Kepala Desa

Mranak pada tahun 2016.

102
3. Selain pendekatan sosiologis, dalam hal ini pendekatan psikologis juga

tidak dapat dikesampingkan. Adapun faktor –faktor psikologis yang

dijadikan pertimbangan dalam menentukan pilihan yaitu faktor figure

kedua calon Kepala Desa. Sebagian besar perilaku pemilih pada Pemilihan

Kepala Desa Mranak tahun 2016 dipengaurhi oleh figure calon Kepala

Desa.. Berdasarkan pandangan masyarakat figure perempuan lebih baik

dari pada figure laki-laki. Berdasarkan faktor-faktor psikologis tersebut

dapat disimpulkan bahwa perilaku pemilih masyarakat Desa Mranak

cenderung mengarah pada pemilih tradisional. Pemilih jenis ini lebih

mengutamakan faktor figur calon Kepala Desa beserta kepribadiannya.

4. Sedangkan mengenai pendekatan rasional, bagi masyarakat Desa Mranak

Visi Misi berpangaruh dalam menentukan pilihan, tetapi kedua Visi Misi

yang diusung oleh kedua calon tersebut tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan, sehingga pemilih kurang mempertimbangkan faktor Visi Misi

tetapi masyarakat meyakini bahwa Visi Misi oleh kedua calon tersebut

mampu membawa perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi untuk

kemajuan Desa Mranak.

5. Faktor Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa Mranak tahun 2016

tersebut mempunyai peranan dalam mempengaruhi perilaku memilih.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat akan menentukan pilihannya

berdasarkan penerimaan uang terbanyak dari kudua calon tersebut. Calon

yang memberi uang lebih banyak kepada pemilih, maka pemilih akan

menjatuhkan pilihannya. Hal ini dikarenakan politik uang dalam desa

103
masih sangat kuat, karena masyarakat kurang mengetahui bahaya

menerima politik uang serta masyarakat hanya berfikir untuk keuntungan

sesaat saja, bukan keuntungan jangka panjang yang didapatkan. Apalagi

dengan masyarakat desa yang mudah untuk dibeli suaranya dengan politik

uang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Pemilih dalam Pemilihan

Kepala Desa Mranak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Tahun 2016”,

maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Memberikan pendidikan politik baik pemula maupun yang sudah pernah

memilih, dapat dilakukan sebelum hari masa kampanye. Mulai dari tata cara

memilih, ada baiknya tim sukses juga dimasukkan menjadi sasaran dalam

pembelajaran pendidikan politik guna meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan akan pentingnya kejujuran dalam pelaksanaan Pilkades dalam

membangun kehidupan demokrasi lokal desa yang lebih baik lagi.

2. Terkait praktek politik uang, seharusnya pihak penyelenggara perlu

meningkatkan pengawasan disetiap lingkungan sekitar yang dijadikan

sebagai daerah pemilihan kepala desa. Langkah teresebut merupakan

sebagian kecil yang dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan fajar

dan Influence buying pihak penyelenggara harus mengantisipasi sebelum

terjadi di masyarakat terutama pada masyarakat yang belum mengetahui

104
bahwa politik uang merupakan pelanggaran dan masyarakat kalangan kelas

menengah kebawah.

3. Para calon di dorong untuk meningkatkan kampanye kepada masyarakat

mengenai program kerja para calon Kepala Desa. Bertujuan agar

masyarakat dapat menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhannya

jangka panjang mengenai program pembangunan desa dalam segala bidang

bukan hanya keuntungan sesaat saja.

4. Penelitian ini hanya menggunakan statistik kuantitatif deskriptif, dimana

data hanya dianalisis menggunakan tabel frekuensi lalu dijelaskan dengan

menggunakan kalimat penggambaran maka dari itu perlu diadakannya

peningkatan untuk menguji dengan statistik inferensial.

105

Anda mungkin juga menyukai