Anda di halaman 1dari 13

Curiga, Paranoia, Gangguan Kepribadian Paranoid,

dan Waham Paranoid

Alice Pratiwi
11-2014-130

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 1 AGUSTUS 2016 s/d 3 SEPTEMBER 2016
JAKARTA
Curiga, Paranoia, Gangguan Kepribadian Paranoid, dan Waham Paranoid

Abstrak
Curiga merupakan sifat individu yang normal ada pada setiap orang dan tidak menimbulkan
hendaya. Tetapi apabila curiga itu menjadi berlebihan, menimbulkan masalah pada hubungan individu
dan orang lain, maka akan menjadi paranoia. Paranoia merupakan satu gejala non-spesifik yang dapat
muncul pada gangguan kepribadian, skizofrenia, maupun gangguan lain. Pada gangguan kepribadian
paranoid, seseorang memiliki rasa ketidakpercayaan jangka panjang, namun tidak ada latar belakang
psikotik. Prevalensi gangguan ini lebih banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat
keluarga skizofrenia. Pada gangguan ini, individu menjadi takut dan cemas akan dikhianati, atau
diancam,dan lain-lain, sehingga sulit berinteraksi secara sosial. Berbeda dengan waham paranoid,
waham berlatarbelakang psikotik. Sehingga, pada orang dengan waham paranoid terjadi distorsi
realita. Pada pasien dengan gangguan kepribadian paranoid ataupun waham paranoid dapat dilakukan
psikoterapi secara individu dan klinisi harus seprofesional mungkin agar tidak menambah kecurigaan
pasien. Selain itu pasien juga dapat diberikan antiansietas ataupun antipsikotik.

Kata kunci : Curiga, Paranoid

Abstract
Suspicious is a trait that every individual has and doesn’t cause disfunction. Nevertheless, an
excessive suspicious that cause social disfunction, it became paranoia. Paranoia is non-specific
symptoms that appear in personality disorder, schizophrenia, and other disorder. In Paranoid
personality disorder, individual has a longterm mistrust, without psychotic background. The prevalens
of this disorder often appear in individual that has family history of schizophrenia. In paranoid
personality disorder, individual becomes fearful and anxiety of threat or betrayed that cause problem
in interanction with others. On the other hand, paranoid delusion has psychotic background. Hence,
they have reality distortion. In paranoid personality disorder or paranoid delusions psychotherapy
individually and professionally can be done. Other than that, anti anxiety or anti-psychotic can be
given.

Keyword: Suspicious, Paranoid

2
Bab I
Pendahuluan

Setiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih “normal”
jika masih dapat diterima oleh lingkungan sosial individu serta ia sendiri dan lingkungannya
masih tidak merasa terganggu. Ada yang sifat curiganya di perbatasan, masih rasional. Akan
tetapi ada individu yang sifat curiganya begitu besar, sudah diluar proporsi dari situasi dan
lingkungan ( bukan tidak realistik) sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat.
Dalam hal ini pasien menunjukkan gejala paranoid.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas emosional dan perilaku yang
menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari. Kepribadian merupakan kata yang
menunjukan pola perilaku yang menetap pada diri seseorang dan juga cara orang tersebut
dalam merasakan sesuatu. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter
seseorang yang tidak seperti umumnya yang ditemukan pada sebagian besar orang. Gangguan
kepribadian yang merupakan pola kronis dari perasaan dan tingkah laku secara mencolok
menyimpang dari kebiasaan dan harapan yang berlaku dalam kehidupan, baik norma secara
kelompok atau pribadi. Mereka yang mengalami gangguan kepribadian cenderung akan
berperilaku kaku, tidak fleksibel, dan maladaptif, sehingga menyebabkan penderita pada
hilangnya fungsi mental seperti terjadinya perasaan sedih yang bersifat merusak dalam diri
penderita.
Waham merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaannya mes-
kipun sudah dibuktikan hal itu mustahil.

3
Bab II
Isi

I. Curiga
Kecurigaan adalah hal yang biasa, tentu untuk berjaga-jaga agar kita tidak tertipu atau
berinteraksi dengan orang yang salah. Tetapi ketika kecurigaan itu mulai berlebihan dan
kita tidak mampu untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain, itu yang
berbahaya. Kecurigaan berlebihan dapat berlanjut menjadi paranoia.

II. Paranoia
Paranoia merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu pola
pikir atau perilaku, dari kecurigaan yang normal hingga waham kejar yang sistematik.
Paranoia merupakan satu gejala non-spesifik yang dapat ditemukan pada gangguan
kepribadian, gangguan waham dan gangguan psikotik lain. Pasien paranoid secara
potensial berbahaya, karena mereka dapat bertindak keras terhadap seseorang yang
dianggapnya sebagai ancaman.
Gejala yang muncul yaitu rasa tidak percaya atau curiga yang intens dan irasional,
yang menimbulkan perasaan takut, marah, dan rasa dikhianati. Tingah laku dan
kepercayaan yang khas muncul pada pasien paranoid yaitu rasa tidak percaya,
hypervigilance ( waspada yang berlebih), kesulitan untuk memaafkan, rasa takut
dimanfaatkan, tidak bisa relax, atau argumentatif.1

III. Gangguan Kepribadian Paranoid


Definisi
Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana
seseorang memiliki pola jangka panjang ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap orang
lain, tetapi tidak memiliki latar belakang psikotik gangguan seperti skizofrenia. Mereka
menolak bertanggung jawab terhadap perasaan mereka sendiri dan menyerahkan tanggung
jawab pada orang lain. Mereka sering bersikap bermusuhan, iritabel, dan marah. Orang
yang fanatic, pengumpul yang tidak adil, pasangan yang cemburu patologis, dan orang
aneh yang menuntut sering memiliki gangguan kepribadian paranoid.2
Gangguan kepribadian paranoid, yang mana berbentuk kesalahan dalam mengartikan
perilaku orang lain sebagai suatu hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan
dirinya. Gangguan biasa muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan

4
manifestasi dari rasa tidak percaya dan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain
sehingga menghasilkan kesalahpahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang
akan merugikan dirinya.3,4
Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan
untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu
mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata
lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara
berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain,
walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah.
Dimana dan bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati
dan dimanfaatkan oleh orang lain.3

Etiologi
Penyebab dari gangguan kepribadian paranoid masih belum diketahui. Tetapi ada
peningkatan prevalensi pada keluarga dengan riwayat skizofrenia dan gangguan waham
tipe paranoid.5

Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid yaitu 0.5%-2.5% dari populasi. Mereka
umumnya tidak mencari pertolongan sendiri. Ketika orang lain membantu mereka untuk
terapi, mereka umumnya menarik diri dan tampak seperti biasa. Gangguan ini lebih
banyak pada laki-laki daripada perempuan Gangguan ini juga lebih banyak terjadi pada
kaum minoritas, seperi homoseksual, imigran, dan orang tuli.2

Gejala Klinis
Pribadi dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya sulit untuk bergaul dan
sering mempunyai masalah dengan hubungan yang dekat. Mereka mempunyai kecurigaan
yang besar dan sikap permusuhan di ekspresikan berlebihan dalam argumentasi, pada
keluhan yang berulang, atau dengan diam, sikap acuh tak acuh yang bermusuhan. Karena
mereka terlalu waspada pada bahaya yang potensial, mereka bisa menjadi hati-hati,
rahasia, atau berkelakuan tidak terang-terangan dan terlihat dingin dan kurang mempunyai
sifat yang lembut. Walaupun mereka terlihat objektif, rasional, dan tidak mempunyai
emosi, mereka sering lebih sering menampilkan afek yang labil, dengan sikap
bermusuhan, keras kepala, dan sikap sarkastik yang mendominasi. Sikap permusuhan dan

5
curiga mereka bisa memancing permusuhan dari orang lain, pada akhirnya akan menjadi
suatu kondisi pembenaran dari kecurigaan awal mereka.2,6
Karena pribadi dengan gangguan kepribadian paranoid kurang mempercayai orang
lain, mereka mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam memenuhi sendiri
kebutuhannya dan mempunyai rasa yang kuat dalam kemandirian. Mereka juga
membutuhkan tingkat kontrol yang tinggi pada hal-hal disekitarnya. Mereka sering kaku,
kritis pada orang lain, dan tidak dapat bekerjasama, biarpun mereka sangat kesulitan
dalam menerima kritik. Mereka menyalahkan orang lain untuk kelalaiannya sendiri.
Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang
secara umum, yaitu suka melemparkan kesalahan dan tanggung jawab kepada orang lain,
menolak apriori sifat-sifat orang lain yang tidak memenui ukuran yang telah dibuatnya
sendiri. Untuk mempertahankan rasa harga diri, dibuatnya keterangan yang tidak masuk
akal tentang kesalahan-kesalahannya tetapi yang hanya memuaskan emosinya sendiri.
Sering diduganya bahwa orang lain yang tidak adil, bermusuhan dan agresif.2
Pada keadaan tertentu, gangguan kepribadian paranoid bisa menjadi faktor premorbid
dari gangguan delusi atau schizophrenia. Pribadi dengan gangguan ini bisa
mengembangkan depresi berat dan beresiko tinggi untuk agoraphobia (rasa takut terhadap
ruang terbuka) dan gangguan obsesi kompulsif. Alkohol dan zat-zat adiktif lainnya yang
disalahgunakan sering digunakan. Kondisi yang paling umum menyertai gangguan
kepribadian adalah schizotypal, schizoid, narcissistic, tindakan menghindar, dan
perbatasan.2
Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum orang lain.
Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan tampil sebagai
penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan gangguan tersebut. Namun
secara umum, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tetap berhubungan dengan
realitas; mereka tidak memiliki salah satu dari halusinasi atau delusi terlihat pada pasien
dengan psikosis. Namun demikian, kecurigaan mereka bahwa orang lain bermaksud
menyakiti atau mengeksploitasi mereka begitu meresap dan intens bahwa orang-orang
dengan gangguan kepribadian paranoid sering menjadi sangat terpencil. Mereka
menghindari interaksi sosial yang normal. Dan karena mereka merasa tidak aman dalam
apa yang merupakan dunia yang sangat mengancam bagi mereka, pasien dengan gangguan
kepribadian paranoid mampu menjadi kekerasan. Komentar berbahaya, lelucon tidak
berbahaya dan komunikasi sehari-hari lain sering dianggap sebagai penghinaan. Ciri-ciri
lainnya seperti mempertanyakan motif tersembunyi di dalam orang lain, perasaan
6
kepastian,tanpa pembenaran atau bukti, bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau
mengeksploitasi mereka isolasi social, agresivitas dan permusuhan, sedikit atautidak ada
rasa humor.2

Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian paranoid sesuai DSM IV :2
a. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai
pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditujukkan oleh empat( atau lebih) berikut :
 Curiga tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan, atau menghianati dirinya
 Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja
 Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak
perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya
 Membaca arti merendahkan atau ada ancaman yang tersembunyi dari ucapan
atau kejadian yang biasa
 Secara persisten menaruh dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera,
atau kelalaian
 Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak
bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang
 Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksual
b. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood
dengan ciri psikotik atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari kondisi medis umum.

Catatan : jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan " premorbid"
misalnya, " gangguan kepribadian paranoid (pramorbid)".

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III


Gangguan kepribadian paranoid merupakan gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :2
a. Kepekaan berlebihan untuk tetap menyimpang terhadap kegagalan dan penolakan

7
b. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
d. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi
yang ada (actual situation)
e. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar ( justification) tentang kesetiaan seksual
dari pasangannya
f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri ( self referential
attitude)
g. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substansif
dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada
umumnya
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.

Terapi
Bila diminta bantuan untuk orang gangguan kepribadian paranoid,maka dalam
bimbingan dititik beratkan pada pengalaman subjektifnya dalam interaksi dengan
dokter dan jangan sering membantah kecurigaannya. 2,6

a. Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan yang terpilih. Ahli terapi harus langsung dalam
menghadapi pasien. Jika ahli terapi dituduh tidak konsisten atau gagal, seperti
terlambat untuk suatu perjanjian, kejujuran dan permintaan maaf adalah lebih
baik daripada penjelasan yang membela diri. Ahli terapi harus mengingat bahwa
kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien dengan
gangguan. Dengan demikian psikoterapi individual memerlukan
gaya professional dan tidak terlalu hangat dari pihak ahli terapi. Pasien paranoid
tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, mereka juga tidak mungkin
mentoleransi intrusivitas terapi perilaku. Klinisi yang terlalu
banyak menggunakan interpretasi khususnya interpretasi mengenai perasaan

8
ketergantungan yang dalam, masalah seksual, dan keinginan untuk keintiman,
secara jelas meningkatkan ketidakpercayaan pasien.
Pada suatu waktu, perilaku pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
menjadi sangat mengancam sehingga ahli terapi harus mengendalikannya atau
menentukan batas dalam hal tersebut. Pasien paranoid terlanda ketakutan jika
mereka merasa bahwa orang yang akan mencoba menolong mereka adalah lemah
dan tidak berdaya; dengan demikian, ahli terapi tidak boleh mengancam
mengambil kendali kecuali mereka berdua mau dan mampu melakukannya.
Terapi perilaku telah digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
umtuk menghilangkan kecurigaan terhadap permainan pasien.

b. Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam dapat digunakan.
Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik, seperti thioridazine
(Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode
singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat
antipsikotik pimozide (Orap) telah digunakan secara berhasil menurunkan
gagasan paranoid pada beberapa pasien.2

IV. Waham Paranoid


Waham/ delusi adalah suatu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru,
berdasarkan simpulan yang keliru, tidak konsisten dengan intelegensi, dan tidak sesuai
dengan realita. Berdasarkan DSM-IV, diagnosis gangguan waham ditegakkan bila
seseorang memperlihatkan waham yang tidak bizar dengan durasi sekurang-kurangnya 1
bulan dan tidak disebabkan oleh gangguan psikiatri lain. Tidak bizar berarti bahwa waham
harus mengenai situasi yang dapat terjadi dalam kehidupan nyata, seperti merasa diikuti,
terinfeksi, dicintai dari jauh, dan lain-lain.2

Epidemiologi
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat akhir-akhir ini diperkirakan 0,025 –
0,03 persen. Insiden tahunan gangguan waham adalah 1-3 kasus baru per 100.000 orang.
Usia rerata awitan adalah sekitar 40 tahun, tetapi kisara usia awitan mulai dari 18-90
tahun. Laki-laki lebih mungkin mengalami waham paranoid daripada perempuan.2
9
Etiologi
Penyebab gangguan waham tidak diketahui. Pasien yang saat ini digolongkan
mengalami gangguan waham mungkin mengalami sekelompok keadaan heterogen dengan
waham sebagai gejala yang menonjol.2

Faktor Biologis
Keadaan neurologis yang paling sering disertai waham adalah keadaan yang
mengenai sistem limbic dan ganglia basalis. Pasien yang wahamnya disebabkan penyakit
neurologis dan yang tidak memperlihatkan gangguan intelektual cenderung mengalami
waham kompleks serupa dengan penderita gangguan waham. Sebaliknya, penderita
gangguan neurologis dengan gangguan intelektual sering mengalami waham sederhana
tidak seperti waham pada pasien dengan gangguan waham. Oleh karena itu, gangguan
waham dapat melibatkan sistem limbic atau ganglia basalis pada pasien yang mempunyai
fungsi korteks serebri intak.2

Faktor Psikodinamik
Praktisi mempunyai impresi klinis kuat terhadap banyak pasien dengan gangguan
waham yang secara social terisolasi dan mencapai tingkat pencapaian kurang dari yang
diharapkan. Teori psikodinamik spesifik mengenai penyebab dan evolusi gejala waham
melibatkan anggapan mengenai orang hipersensiti dan mekanisme ego spesifik:
pembentukan reaksi, proyeksi, dan penyangkalan.2
Norman Cameron menguraikan 7 situasi yang mempermudah gangguan waham :
peningkatan harapan mendapatkan perlakuan yang sadistic,situasi yang meningkatkan rasa
iri dan cemburu, situasi yang merendahkan harga diri, situasi yang menyebkan orang
untuk melihat kekurangan mereka dalam diri orang lan, dan situasi yang meningkatkan
potensi untuk perenungan terhadap kemungkinan arti dan motivasi. Bila frustasi akibat
setiap kombinasi keadaan tersebut melebihi batas yang dapat seseorang toleransi, ia akan
menarik diri dan cemas; mereka menyadari ada sesuatu yang salah, mencari penjelasan
masalah, dan mengkristalkan waham sebagai solusi. Entitas waham ini secara hipotesis
menyatu dengan kekuatan dan harapan yang diproyeksikan untuk membenarkan agresi
pasien dan memberikan target yang nyata terhadap perilaku bermusuhan pasien.2

Waham Paranoid
Waham paranoid terdiri atas:2

10
a. Waham kejar: keyakinan bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya
atau mendorong agar dia gagal dalam usahanya.
Contoh : pasien meyakini bahwa anaknya berusaha untuk membunuh dirinya untuk
merebut harta warisan.
b. Waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan yang biasanya bersifat psikotik bahwa
dirinya adalah orang yang sangat kuat dan berkuasa.
Contoh : pasien meyakini bahwa dirinya adalah jelmaan nabi.
c. Waham rujukan : suatu kepercayaan yang keliru yang meyakini bahwa tingkah laku
orang lain pasti akan memfitnah, membahayakan, atau menjahati dirinya.
Contoh : pasien yakin tetangga pasien sedang membicarakan atau menertawakan
pasien.
d. Waham dikendalikan :keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau
perasaannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar.

Terapi
Psikoterapi
Unsur penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu hubungan
yang menyebabkan pasien mulai mempercayai terapis. Terapi individual tampaknya lebih
efektif daripada terapi kelompok; terapi perilaku, kognitif, dan suportif yang berorientasi
pemahaman sering efektif. Awalnya, seorang terapis sebaiknya tidak menyetujui maupun
menentang waham pasien. Meskipun ahli terapi harus menanyakan waham untuk
menegakkan luasnya, pertanyaan persisten mengenai kemungkinan tersebut ada sebaiknya
dihindari.2
Dokter dapat merangsang motivasi pasien agar menerima bantuan dengan
menekankan keinginan untuk membantu pasien terhadap ansietas atau irritabilitasnya
tanpa menunjukkan bahwa waham diobati, tetapi terapis sebaiknya tidak mendukung
secara aktif gagasan bahwa waham benar-benar ada.2
Dalam psikoterapi, seorang terapis sebaiknya tepat waktu dan membuat janji seteratur
mungkin, dengan tujuan mengembangkan hubungan yang kuat dan saling percaya dengan
pasien. Kepuasan berlebih sebenarnya meningkatkan kekerasan dan kecurigaan pasien
karena akhirnya mereka harus menyadari bahwa tidak semua permintaannya dapat
terpenuhi. Terapis dapat menghindari kepuasan berlebih dengan tidak memperpanjang
waktu perjanjian yang telah dirancang, dengan tidak memberikan janji lebih kecuali jika
sangat diperlukan, dan tidak lunak terhadap biaya.2
11
Pendekatan yang berguna dalam membangun persekutuan terapeutik adalah
membentuk empati terhadap pengalaman internal pasien yang dipenuhi oleh perasaan
dikejar-kejar. Terapis dapat membantu dengan berkomentar “ Anda pasti lelah karena hal
yang telah anda lalui”. Tanpa menyetujui setiap kesalahan persepsi waham. Tujuan akhir
adalah membantu pasien meragukan persepsinya.2

Farmakoterapi
Obat yang dapat diberikan yaitu antipsikotik dosis rendah ( misalnya 2 mg
haloperidol) dan menaikkan dosis perlahan. Jika seorang pasien gagal memberikan respon
terhadap obat pada rentang dosis terapeutik setelah uji coba 6 minggu, obat antipsikotik
golongan lain harus diberikan. Pada pasien dengan cemas dan agitasi dapat diberikan obat
anti ansietas seperti diazepam. Penyebab lazim kegagalan minum obat adalah
ketidakpatuhan. Kepatuhan terhadap pemberian obat dipermudah jika pasien menerima
psikoterapi secara bersamaan.2

Kesimpulan

Rasa curiga berlebihan dapat menjadi paranoia, dimana muncul rasa tidak percaya
atau curiga yang intens dan irasional, yang menimbulkan perasaan takut, marah, dan rasa
dikhianati. Apabila tidak ditindaklanjuti maka dapat berkembang menjadi gangguan
kepribadian paranoid ataupun timbulnya waham paranoid ( termasuk di dalamnya waham
kebesaran, waham kejar, waham rujuk, dan waham dikendalikan).

Daftar Pustaka

12
1. Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika; 1998.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2010
3. Amarildo. Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid:Definisi, Gejala, Penyebab dan
Penanggulangan. 2010 .Available from :
http://www.psychologytoday.com/conditions/paranoid-personality-disorder
4. Schultz JM, Videbeck SL. Lippincott’s manual of psychiatric nursing care plans. Eight
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. P.290
5. Ferri FF. Ferri’s clinical advisor. Philadelphia: Elsevier; 2016
6. Maramis, Willy . Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke- 2. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009

13

Anda mungkin juga menyukai