Di susun oleh :
Kelompok I
Wahyu Yuniati (186070300111016)
Dewi Juliana (186070300111028)
Santo Tri Wahyudi (186070300111030)
Lilis Puspa Dariyani (186070300111033)
Mita Farilya (186070300111042)
Fitri Anita (186070300111044)
Muhammad Lisajidin (186070300111046)
i
BAB I
DEFINISI
1
C. Definisi Obat Emergency
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada seseorang
sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai
gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya, tenaga medis
memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung
ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pemebrian
obat adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan memberian subtansi kepada
pasien dengan tujuan pemyembuhan dan pencegahan.
Pemberian obat emergency adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan saat kondisi darurat dengan cara pemberian obat dengan
tujuan digunakan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan
gawat darurat pada pasien.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
BAB III
TATA LAKSANA
A. PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di rumah
sakit harus sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan diorganisir
untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pelayanan kefarmasian dan penggunaan
obat merupakan bagian penting dalam pelayanan pasien sehingga
organisasinya harus efektif dan efisien, serta bukan hanya tanggung jawab
apoteker, tetapi juga profesional pemberi asuhan dan staf klinis pemberi asuhan
lainnya. Pengaturan pembagian tanggung jawab bergantung pada struktur
organisasi dan staffing. Struktur organisasi dan operasional sistem pelayanan
kefarmasian serta penggunaan obat di rumah sakit mengacu pada peraturan
perundang-undangan. Untuk memastikan keefektifannya maka rumah sakit
melakukan kajian sekurang-kurangnya sekali setahun. obat, termasuk angka
kesalahan penggunaan obat serta upaya untuk menurunkannya. Kajian tahunan
mengumpulkan semua data, informasi, dan pengalaman yang berhubungan
dengan pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat, termasuk antara lain :
- Seberapa baik sistem telah bekerja terkait dengan seleksi dan pengadaan
obat, penyimpanan, peresepan/permintaan obat, instruksi pengobatan,
penyiapan dan pemberian obat.
- Pendokumentasian dan pemantauan efek obat
- Monitor seluruh angka kesalahan penggunaan obat (medication error)
meliputi kejadian tidak diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris cedera,
kejadian tidak cedera. dan upaya mencegah dan menurunkannya
- Kebutuhan pendidikan dan pelatihan
4
1. Perecanaan
Perencanaan obat emergency di ruangan berdasarkan koordinasi
dengan ruangan terkait. Jumlah dan jenis obat emrgency ditetapkan sesuai
dengan standar. Daftar obat emergency terlampir. Tahapan perencanaan
kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan
farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan
dan pola penyakit di Rumah Sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat
yang baik yaitu meliputi:
1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis.
2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat
pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
b. Kompilkasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk
mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan
farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding
bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan
perbekalan farmasi adalah:
1) Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing
masing unit pelayanan
2) Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total
penggunaan setahum seluruh unit pelayanan
3) Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.
c. Perhitungan Kebutuhan
Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan
yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di
Rumah Sakit. Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi
dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya
berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses
5
perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu serta
melalui tahapan seperti di atas, maka diharapkan perbekalan farmasi
yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
tersedia pada saat dibutuhkan. Adapun pendekatan perencanaan
kebutuhan dapat Dilakukan melalui beberapa metode:
1) Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan
pada data real konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,
dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi
yang dibutuhkan adalah:
a) Pengumpulan dan pengolahan data
b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
d) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan
alokasi dana.
2) Metode Morbiditas/Epidemiologi
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan
farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan,
dan waktu tunggu (lead time). Langkah-langkah dalam metode ini
adalah:
a) Menentukan jumlah pasien yang dilayani
b) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi
penyakit
c) Menyediakan formularium standar pedoman perbekalan farmasi
d) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
e) Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.
d. Evaluasi Perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk
tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan, dan
idealnya diikuti dengan evaluasi.
6
1) Analisa ABC
Analisa ABC adalah analisis yang digunakan dalam beberapa
sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari
total konsumsi untuk semua jenis obat. Analisis ABC (Always, Better,
Control) merupakan pembagian konsumsi obat dan pengeluaran
untuk perencanaan.
2) Analisa VEN
Berbeda dengan istilah ABC yang menunjukkan urutan, VEN
adalah singkatan dari V = Vital, E = Esensial, N = Non-Esensial. Jadi
melakukan analisis VEN artinya menentukan prioritas kebutuhan
suatu perbekalan farmasi. Dengan kata lain, menetukan apakah
suatu jenis perbekalan farmasi termasuk vital (harus tersedia),
esensial (perlu tersedia), atau non-esensial (tidak prioritas untuk
disediakan).
3) Analisis Kombinasi ABC dan VEN
Jenis perbekalan farmasi yang termasuk kategori A dari analisis
ABC adalah benar-benar jenis perbekalan farmasi yang diperlukan
untuk penanggulangan penyakit terbanyak. Dengan kata lain,
statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis
perbekalan farmasi dengan status N harusnya masuk kategori C.
Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan obat dimana
anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui :
a. Pembelian
Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 94
tahun 2007 tentang Pengendalian dan Pengawasan atas Pengadaan dan
Penyaluran Bahan Obat, Obat Spesifik dan Alat Kesehatan yang
Berfungsi Sebagai Obat. Proses pembelian mempunyai beberapa
langkah yang baku dan merupakan siklus yang berjalan terus-menerus
7
sesuai dengan kegiatan rumah sakit. Langkah proses pengadaan dimulai
dengan mereview daftar perbekalan farmasi yang akan diadakan,
menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan
dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan,
membuat syarat kontrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima
barang, melakukan pembayaran serta menyimpan kemudian
mendistribusikan.
b. Produksi
Produksi perbekalan farmasi di Rumah Sakit merupakan kegiatan
membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi
steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit. Kriteria perbekalan farmasi yang diproduksi:
1) Sediaan farmasi dengan formula khusus
2) Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar denan harga lebih
murah
3) Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
5) Sediaan farmasi untuk penelitian
6) Sediaan nutrisi parenteral
7) Rekonstitusi sediaan perbekalan farmasi sitostatika
8) Sediaan farmasi yang harus selalu dibuat baru.
c. Sumbang/ hibah
Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari
hibah/sumbangan, mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan
farmasi reguler. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk
menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal.
3. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan perbekalan
farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab. Petugas
yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung jawab
8
dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan
farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus ada tenaga farmasi.
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan
disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian Rumah Sakit. Semua
perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera
setelah diterima, perbekalan farmasi harus segera disimpan di dalam lemari
besi atau tempat lain yang aman. Perbekalan farmasi yang diterima harus
sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
a. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan
berbahaya
b. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai Certificate of Origin
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan alfabetis dengan menerapkan prinsip (First Expired First Out)
FEFO dan (First In First Out) FIFO dan disertai sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan
sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai
dengan cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi.
a. Pengaturan tata ruang
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan
tata ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah sebagai
berikut:
1) Kemudahan bergerak, gudang perlu ditata menggunakan sistem satu
lantai, jangan menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi
pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding
9
dan pintu untuk mempermudah gerakan. Perhatikan juga arah arus
penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang gudang
dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
2) Sirkulasi udara yang baik, salah satu faktor penting dalam merancang
bangunan gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di
dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan
umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam
memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam
gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk
ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas
angin, apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui
atap.
3) Rak dan Pallet, Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet
akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok
perbekalan farmasi. Keuntungan penggunaan pallet, sirkulasi udara
dari bawah dan perlingungan terhadap banjir, peningkatan efisiensi
penanganan stok dan dapat menampung perbekalan farmasi lebih
banyak pallet lebih murah dari pada rak
4) Kondisi penyimpanan khusus, Vaksin memerlukan “Cold Chain”
khusus dan harus dilindungi daru kemungkinan terputusnya arus
listrik. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari
khusus dan selalu terkunci. Bahan-bahan mudah terbakar seperti
alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya
disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
5) Pencegahan kebakaran, Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-
bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton, dan lain-lain.
6) Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam
kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih
berfungsi atau tidak.
10
b. Penyusunan perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.
Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah
berikut:
1) Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In
First Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu perbekalan
farmasi yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang diterima
lebih awal harus digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan
farmasi yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal
dan umumnya relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya lebih awal
2) Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara
rapi dan teratur
3) Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika
4) Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur ,
udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai
5) Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,
pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi
perbekalan farmasi untuk penggunaan luar
6) Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi
7) Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan
perbekalan farmasi tetap dalam boks masing-masing
8) Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu
dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu
berada di belakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa
kadaluwarsa habis
9) Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi
walaupun dari sumber anggaran yang berbeda.
5. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
Rumah Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
11
Jenis Sistem Distribusi Ada beberapa metode yang dapat digunakan
oleh IFRS dalam mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya.
Adapun metode yang dimaksud antara lain:
a. Resep perorangan
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan
oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.
b. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang
Distribusi persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan
pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis
dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan di
ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari
wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di ruang
tersebut. Dalam sistem persediaan lengkap di ruangan, semua
perbekalan farmasi yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang
penyimpanan perbekalan farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang
jarang digunakan.
c. Sistem distribusi dosis unit (Unit Dose Dispensing = UDD)
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi
yang diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa
jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggung jawab
IFRS, hal itu tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit tanpa kerja sama
dengan staf medik, perawatan pimpinan Rumah Sakit dan staf
administratif. Jadi, dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu
ditetapkan untuk mengembangkan pendekatan penggunaan suatu sistem
distribusi dosis unit. Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya datang
dari apoteker IFRS yang menjelaskan kepada anggota lain tentang
konsep distribusi perbekalan farmasi dosis unit.
d. Sistem distribusi kombinasi
Definisi sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi
resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi persediaan
12
di ruangan yang terbatas. Perbekalan farmasi yang disediakan di
ruangan adalah perbekalan farmasi yang diperlukan oleh banyak
penderita, setiap hari diperlukan dan biasanya adalah perbekalan farmasi
yang harganya murah mencakup perbekalan farmasi berupa resep atau
perbekalan farmasi bebas.
6. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian mencakup:
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kelurangan/kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
Selain itu, beberapa pengendalian yang perlu diperhatikan dalam pelayanan
kefarmasian adalah sebagai berikut:
a. Rekaman pemberian obat Rekaman/catatan pemberian obat adalah
formulir yang digunakan perawat untuk menyiapkan obat sebelum
pemberian. Pada formulir ini perawat memeriksa obat yang diberikan
sewaktu perawat berpindah dari pasien satu ke pasien lain dengan kereta
obat. Dengan formulir ini perawat dapat langsung merekam/mencatat
waktu pemberian dan aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk.
b. Pengembalian obat yang tidak digunakan semua perbekalan farmasi
yang belum diberikan kepada pasien rawat tinggal harus tetap berada
dalam kereta dorong atau alat bantu angkut apapun. Hanya perbekalan
farmasi dalam kemasan tersegel yang dapat dikembalikan ke IFRS.
perbekalan farmasi yang dikembalikan pasien rawat jalan tidak boleh
digunakan kembali. Prosedur tentang pengembalian perbekalan farmasi
13
ini perlu dibuat oleh KFT bersama IFRS, perawat dan administrasi
rumahsakit.
c. Pengendalian obat dalam ruang bedah dan ruang pemulihan Sistem
pengendalian obat rumah sakit harus sampai ke bagian bedah, apoteker
harus memastikan bahwa semua obat yang digunakan dalam bagian ini
tepat order, disimpan, disiapkan, dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga pencatatan perlu dilakukan seperti pencatatan di IFRS.
7. Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Penanganannya sebagai berikut:
a. Catatan dari manufaktur seperti nama dan nomor batch sediaan
perbekalan farmasi harus tertera pada resep pasien rawat jalan, order/P-
3 pasien rawat tinggal, rekaman pengendalian kemasan dan pada daftar
persediaan dan etiket yang bersangkutan.
b. Dokumen tersebut no 1 (resep, order perbekalan farmasi, dan
sebagainya) dikaji untuk menetapkan penerima (pasien dan unit rawat)
no batch perbekalan farmasi yang ditarik.
c. Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara klinik, arus
disampaikan kepada penerima bahwa mereka mempunyai produk
perbekalan farmasi yang akan ditarik itu. Untuk pasien rawat jalan,
peringatan harus dilakukan sedemikian agar tidak menyebabkan hal-hal
yang tidak diinginkan. Tetapi pasien harus dijamin mendapat penggantian
perbekalan farmasi yang ditarik. Pimpinan rumah sakit, perawat, dan staf
medik harus diberi tahu setiap penarikan perbekalan farmasi. Beberapa
penjelasan juga harus diberitahukan kepada pasien yang menerima
perbekalan farmasi yang ditarik.
14
d. Memeriksa semua catatan pengeluaran, kepada pasien mana perbekalan
farmasi diberikan guna mengetahui keberadaan sediaan farmasi yang
ditarik.
e. Mengkarantina semua produk yang ditarik, diberi tanda “jangan gunakan”
sampai produk perbekalan farmasi tersebut diambil oleh atau
dikembalikan ke pabrik/produsennya.
15
Pelaksanaan monev dapat dilakukan secara periodik dan berjenjang.
Keberhasilan monev ditentukan oleh surpervisor maupun alat yang
digunakan. Tujuan monev adalah meningkatkan produktivitas para pengelola
perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum
(Kemenkes RI, 2010).
16
BAB IV
DOKUMENTASI
17
3. Perawat memperbaharui/ mengupdate daftar perbekalan farmasi emergency
jika ada penambahan atau pengurangan jenis dan jumlah perbekalan farmasi
emergency yang disimpan di dalam trolley emergency
18
menggunakan perbekalan farmasi emergency. Hal-hal yang harus
didokumentasikan adalah :
1. Perawat ruangan atau petugas supervise trolley emergency mengisi formulir/
buku perbekalan farmasi emergency rusak/ kadaluarsa milik ruangan setiap
kali menemukan perbekalan farmasi emergency yang rusak/ kadaluarsa atau
mendekati kadaluarsa (6 bulan sebelum kadaluarsa) dalam penyimpanan di
dalam trolley emergency. Informasi yang harus ditulis perawat di dalam
formulir/ buku perbekalan farmasi emergency rusak/ kadaluarsa adalah :
a. Nama obat dan dosis/ kekuatan sediaan
b. Nama alkes dan ukuran
c. Tanggal kadaluarsa dan nomor batch perbekalan farmasi emergency
d. Jumlah yang rusak/ kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa
2. Petugas farmasi mengisi formulir/ buku perbekalan farmasi emergency rusak/
kadaluarsa milik unit farmasi setiap kali melayani permintaan penggantian
perbekalan farmasi emergency yang rusak/ kadaluarsan atau mendekati
kadaluarsa (6 bulan sebelum kadaluarsa) di dalam penyimpanan trolley
emergency. Informasi yang harus dicatat oleh petugas farmasi adalah :
a. Nama obat dan dosis/ kekuatan sediaan
b. Nama alkes dan ukuran
c. Tanggal kadaluarsa dan nomor batch perbekalan farmasi emergency
d. Jumlah yang diganti
19
E. Dokumentasi Hasil Supervisi Troley Emergency
Petugas farmasi mendokumentasikan hasil supervise terhadap pengelolaan
perbekalan farmasi emergency di Formulir Supervisi Trolley Emergency. Hal-hal
yang perlu di dokumentasikan adalah :
1. Tanggal supervise
2. Lokasi yang disupervisi
3. Permasalahan yang ditemukan saat supervise
4. Penyelesaian masalah yang telah dilakukan
5. Rekomendasi untuk mencegah permasalahan
6. Nama dan paraf petugas farmasi yang melakukan supervise
20
Lampiran 1. Daftar Perbekalan Farmasi dalam Troley Emergency
Daftar perbekalan farmasi yang 1. Oxygen Supply
disimpan di luar Troley 2. Defibrilator dengan monitor
emergency 3. Stetoskop
4. Lembar informasi khusu obat emergency
5. Kartu pengendali stok
Daftar perbekalan farmasi yang
disimpan di dalam Troley
emergency
1. Rak 1 : 1. Adrenalin : 5 ampul
2. Aminofilin : 5 ampul
Obat-obatan
3. Dexamethasone : 10 ampul
4. Furosemide inj : 3 ampul
5. Ca Gluconas : 5 ampul
6. Atropin Sulfat inj : 5 ampul
7. Lidocain inj : 5 ampul
8. Asam traneksamat 500 inj : 3 ampul
9. Ketorolac inj : 3 ampul
10. Tramadol inj : 3 ampul
2. Rak 2 : 1. Orofaringeal airways
2. Nasofaringeal airways
Alat bantu pernapasan
3. ETT
4. Masker oksigen
5. Suction Catheter
6. Suction Tube
7. Nasal Cannula
3. Rak 3 : 1. Jarum
Sirkulasi : IV supplies 2. Dispo Syringe
(spesifikasi ukuran 3. Threeway catheter
terlmpir) 4. Two way catheter
5. Sterlie water vial
6. IV cannula
7. Alkohol swab
4. Rak 4 : 1. NaCL 0.9% 500 ml :5
IV Solution and Tubbing 2. NaCL 0.9% 1000 ml :5
3. D5% 500 ml :3
4. D10% 500 ml :2
5. RL 500 ml :5
6. Transfusi set :3
7. Infus set : 10
8. IV catheter : 10
5. Rak 5 : 1. ECG Elektroda
Cardiac, Chest Procedure 2. Sarung tangan steril
3. Cardiac needle
4. Chest tube
Lampiran 2. SPO Membuka Troley Emergency
(.............................................)
Pengertian Tata cara membuka troly emergency untuk mengambil obat
dan alat emergency
Tujuan Sebagai acuan dalam langkah-langkah untuk membuka
trolley emergency
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS Brawijaya Malang Nomor 003
Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Farmasi “
Penggantian obat Emergency dapat dilakukan setiap saat
setelah isi trolly/ box emergency telah terpakai
Referensi 1. Joint Commission Internasional. Accreditation Standart for
hospital 6th edition, USA, 2017
2. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1, 2017
Prosedur 1. Petugas mempersiapkan alat (gunting) yang akan
digunakan untuk membuka segel/ kunci trolley
Emergency,
2. Petugas kesehatan membawa trolley emergency ke dekat
pasien yang akan dilakukan tindakan gawat darurat
3. Petugas membuka segel dengan alat yang telah
disediakan
4. Petugas membuka dan mengambil obat dan alat yang
akan di gunakan sesuai kebutuhan
Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan/Inap/IGD
2. Bidang Pelayanan Penunjang
3. Bidang Pelayanan Medis
4. APJP dan TTK Rawat Inap
2
Lampiran 3. SPO Pemakaian Obat-obat Emergency
(.............................................)
Pengertian Tata cara penggunaan obat-obat emergency dalam trolly
emergency
Tujuan Sebagai acuan yang digunakan dalam proses penggunaan
obat-obat emergency untuk memberikan pertolongan pertama
bagi pasien gawat darurat
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS Brawijaya Malang Nomor 002
Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Farmasi “penggunaan
obat-obatan emergency”
Referensi 1. Joint Commission Internasional. Accreditation Standart for
hospital 6th edition, USA, 2017
2. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1, 2017
Prosedur 1. Petugas yang berwenang menggunakan obat-obatan
emergency adalah dokter jaga/ perawat jaga/ bidan jaga
2. Bila pihak lain yang menggunakan obat emergency harus
sepengetahuan dokter jaga atau kepala ruang.
3. Setiap penggunaan harus dicatat di buku pencatatan obat
emergency
4. Tempat obat darurat/ emergency harus selalu terisi (harus
selalu terisi oleh petugas obat)
5. Obat-obatan emergency yang persediaannya habis atau
sudah kadaluarsa harus segera lapor kepada Kepala
Ruang
6. Setiap petugas medis yang piket wajib memantau
keberadaan obat-obatan emergency
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2. Farmasi
3
Lampiran 4. Penggantian Obat Emergency (di Troley/ Box Emergency)
(.............................................)
Pengertian Merupakan proses penggantian sediaan obat emergency dan
alat kesehatan yang sebelumnya telah dipakai dari troly
emergency.
Tujuan 1. Sebagai acuan untuk melakukan penggantian obat/ alkes
di troli emergency
2. Menjamin troli emergency selalu terisi lengkap dengan
obat/ alkes sesuai daftar isi yang telah ditentukan untuk
memenuhi kebutuhan pada saat yang diperlukan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS Brawijaya Malang Nomor 003
Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Farmasi “
Penggantian obat Emergency dapat dilakukan setiap saat
setelah isi trolly/ box emergency telah terpakai
Referensi 1. Joint Commission Internasional. Accreditation Standart for
hospital 6th edition, USA, 2017
2. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1, 2017
Prosedur 1. Cek kesesuaian sediaan farmasi dengan formulir mutasi
barang dengan mengecek jumlah, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa obat emergency oleh petugas
farmacy.
2. Simpan obat emergency yang diterima pada Trolley
Emergency yang sesuai berdasarkan aspek farmakologi,
bentuk sediaan, secara alphabetis atau penyimpanan
khusus.
3. Terima resep dari dokter untuk penggantian obat trolley
emergency.
4
PENGGANTIAN OBAT EMERGENCY (di Troley/ box
Emergency)
(.............................................)
Prosedur 4. Sediakan sediaan farmasi sesuai dengan permintaan
dokter oleh petugas IFRS
5. Ganti obat emergency yang telah digunakan dengan obat
yang baru diperoleh Unit Pelayanan Farmasi oleh petugas
farmasi.
6. Petugas farmasi dan petugas ruangan mendatangi buku
atau dokumen mutasi sebagai bukti telah dilaksanakan.
Unit Terkait Unit Pelayanan Farmasi
5
Lampiran 5. SPO Pemenuhan Logistik Obat Emergency Saat Bencana
(.............................................)
Pengertian Proses yang dilakukan untuk mendukung upaya pelayanan
kesehatan dalam pemenuhan logistik obat pada situasi
darurat.
Tujuan 1. Untuk memenuhi kebutuhan logistik obat emergency
2. Mempercepat dalam pemberian pelayanan dalam
keadaaan darurat
Kebijakan Pasal 11 ayat (g) tentang petunjuk, standar dan sarana
evakuasi saat terjadi keadaan darurat. “Persyaratan Teknis
Prasarana Rumah Sakit”, yang merupakan turunan dari
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang “Rumah Sakit”.
Referensi 1. Joint Commission Internasional. Accreditation Standart for
hospital 6th edition, USA, 2017
2. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1, 2017
Prosedur 1. Menyiapkan persediaan obat dan alat habis pakai untuk
keperluan penanganan korban bencana.
2. Distribusikan jumlah, jenis obat dan bahan/ alat habis
pakai sesuai dengan permintaan unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah
dan jenis obat & bahan/ alat habis pakai tidak mencukupi
kepada Dinas Kesehatan Propinsi atau Kementrian
Kesehatan RI.
4. Bantuan obat dan bahan/ alat habis pakai kepada
lembaga donor adalah pilihan terakhir, namun apabila ada
yang berminat tanpa ada permintaan, buatkan kriteria dan
persyaratannya.
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan
memenuhi persyaratan penyimpanan obat & bahan/ alat
habis pakai.
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian.
7. Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait
apabila telah kadaluwarsa dan atau tidak diperlukan lagi