Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN TN.

F DENGAN HEMATOKEZIA
SUSPEK TUMOR RECTI

A. DEFENISI

Hematochezia adalah pengeluaran feses yang keluar bersamaan dengan darah segar dari saluran
cerna bagian bawah. BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya
darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan ataupun cair dan telah
bercampur dengan tinja.

Sedangkan Ca. Recti sendiri adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.

B. ANATOMI FISIOLOGI REKTUM DAN ANUS


1. Rektum

Anatomi Rektrum

Rektum adalah bagian ujung dari sistem pencernaan di mana kotoran menumpuk tepat
sebelum dibuang. Rektum menyambung dengan kolon sigmoid dan memanjang 13 sampai 15 cm
(5 sampai 6 inci) ke anus. Selembar otot yang disebut diafragma panggul berjalan tegak lurus ke
persimpangan rektum dan anus dan mempertahankan penyempitan antara dua segmen dari usus
besar.

Rongga internal rektum dibagi menjadi tiga atau empat kamar; setiap ruang sebagian
tersegmentasi dari lainnya dengan lipatan melintang permanen (katup dari Houston) yang
membantu untuk mendukung isi rektum. Sebuah selubung otot memanjang mengelilingi dinding
luar rektum, sehingga memungkinkan bagi rektum untuk memperpendek dan memanjang.
Sampah makanan tetap dalam kolon sigmoid sampai mereka siap untuk dikeluarkan dari tubuh.
Saat feces memasuki rektum, dinding menggembung untuk mengakomodasi materi. Ketika
tekanan yang cukup menumpuk dalam rongga dubur membesar, dorongan untuk menghilangkan
limbah terjadi. Ketika reseptor sistem saraf dalam dinding rektum dirangsang oleh peregangan
,mereka mengirimkan impuls ke lubang anus, dada dan otot perut-dinding, dan medulla
oblongata otak, yang membuat orang tersebut sadar akan kebutuhan untuk buang air besar.
Banyak orang yang malu untuk berbicara tentang masalah dubur. Tapi menemui dokter Anda
tentang masalah di daerah ini penting. Hal ini terutama berlaku jika Anda memiliki rasa sakit
atau perdarahan.

Fisiologi Rektum

Fungsi utama rektum adalah penyimpanan sementara tinja/limbah pencernaan. Sehingga


kita mungkin memiliki beberapa waktu untuk mencapai tempat di mana kita bisa buang air besar.
Ketika limbah dan bahan makanan yang dicerna masuk ke dalamnya, kanal menjadi melebar,
sehingga otot-otot yang melapisi daerah dubur meregang/melebar. Reseptor peregangan yang
terletak di dinding rektum yang merasakan pelebaran usus dan mengirim sinyal ke sistem saraf
(otak) di mana ini diproses dan respon yang dihasilkan menginduksi kebutuhan untuk membuang
limbah melewati lubang anus dan keluar melalui ambang anal. Namun, jika kita tidak pergi
untuk buang air besar untuk durasi yang lama, tinja akan kembali ke dalam usus untuk
penyerapan lebih lanjut dari cairan yang juga dapat mengakibatkan pengerasan tinja dan
sembelit.

Bagian-bagian Rektum

Berdasarkan struktur dan fungsi ujung distal dari usus besar, kita bisa membagi bagian rektum ke
berikut komponen yang dapat dibedakan menjadi:
a. Rektosigmoid Junction.
Menandai pembagian antara kolon sigmoid dan kanal dubur yang hampir sejajar dengan
ascending dan descending kolon.
b. Ampula Dubur.
Pada titik dimulainya, perkiraan diameter dari rektum adalah hampir sama dengan yang dari
kolon sigmoid, tapi semakin jauh, diameternya melebarkan. Titik di mana kanal dubur mencapai
dilatasi maksimum menandai awal dari struktur khusus ini yang berfungsi sebagai reservoir
jangka pendek untuk kotoran sebelum buang air besar.
c. Cincin Anorektal.
Pada titik terminasi dari rektum intestinum, ada struktur berbentuk cincin seperti otot yang kuat
yang memisahkannya dari lubang anus. Seiring dengan otot puborectalis, bagian atas sfingter
eksternal dan internal juga berkontribusi terhadap fungsi struktur, pencegahan yaitu dan
pengendalian tinja sampai sengaja dihapus.

2. Anus

Anatomi Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphincter. feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Anus atau
dubur adalah penghubung antara rektum dengan lingkungan luar tubuh. Di anus terdapat otot
sphinter yang berfungsi untuk membuka dan menutup anus. Fungsi utama anus adalah
sebagai alat pembuangan feses melalui proses defekasi (buang air besar).

Struktur Anus
1. Kanalis anal.
Adalah saluran dengan panjang sekitar 4 cm yang dikelilingi oleh sfingter anus. Bagian
atasnya dilapisi oleh mukosa glandular rektal. Fungsi kanalis anal adalah sebagai
penghubung antara rektum dan bagian luar tubuh sehingga feses bisa dikeluarkan.
2. Rektum.
Adalah sebuah ruangan dengan panjang sekitar 12 sampai 15 cm yang berada di antara
ujung usus besar (setelah kolon sigmoid/turun) dan berakhir di anus. Fungsi rektum adalah
menyimpan feses untuk sementara waktu, memberitahu otak untuk segera buang air besar,
dan membantu mendorong feses sewaktu buang air besar. Ketika rektum penuh dengan feses,
maka rektum akan mengembang dan system saraf akan mengirim impuls (rangsangan) otak
sehingga timbul keinginan untuk buang air besar.

3. Sfingter anal internal.


Adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan keliling 2,5 - 4
cm. Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter anal eksternal meskipun letaknya
cukup terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm. Fungsi sfingter anal internal adalah untuk mengatur
pengeluaran feses saat buang air besar.
4. Sfingter anal ekternal.
Adalah serat otot lurik berbentuk elips dan melekat pada bagian dinding anus.
Panjangnya sekitar 8-10 cm. Fungsi sfingter anal eksternal adalah untuk membuka dan
menutup kanalis anal.
5. Pectinate line.
Adalah garis yang membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan bagian sepertiga
(bawah) anus. Fungsi garis ini sangatlah penting karena bagian atas dan bawah pectinate line
memiliki banyak perbedaan. Misalnya, jika wasir terjadi di atas garis pectinate, maka jenis
wasir tersebut disebut wasir internal yang tidak menyakitkan. Sedangkan jika di bawah,
disebut wasir eksternal dan menyakitkan. Asal embriologinya juga berbeda, bagian atas dari
endoderm, sedangkan bagian bawah dari ektoderm.
6. Kolom anal.
Adalah sejumlah lipatan vertikal yang diproduksi oleh selaput lendir dan jaringan otot di
bagian atas anus. Fungsi kolom anal adalah sebagai pembatas dinding anus.

C. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama
penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus,
disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit
autoimun (inflammatory bowel disease)
1. Wasir (Vena bengkak dan meradang di rektum dan anus yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan perdarahan )
2. Anal fissures
3. Diverticular perdarahan
4. Vascular malforasi
5. Radang usus
6. Tumor
7. Kolon polip atau kanker usus besar
8. Usus iskemia (kurangnya aliran darah ke usus)

D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala dari penyakit ini adalah :
a. Nyeri pada saat BAB
b. Pengeluaran feses yang disertai dengan darah
c. Rasa tidak nyaman pada perut
d. Diare dan konstipasi
e. Penurunan berat badan
f. Gejala anemia akibat kehilangan darah, seperti lemas, detak jantung tak beraturan.
g. Perubahan kebiasaan buang air besar
h. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya

E. PATOFISIOLOGI

Factor pencetus :
⁻ Kurang berolahraga
⁻ Kebiasaan BAB yang salah
⁻ Konstipasi dan mengejan Kongesti vena peningkatan tekanan
yang terlalu lama periver - pelebaran vena
⁻ Duduk terlalu lama
⁻ Sering angkat beban berat
Hemoroid dan atau
tumor
Inflamasi/
Dx : Nyeri
Peradangan

Membesar di area Prolapse vena


Rupture vena Vena menegang hemoroidalis
rectum

Perdarahan Dx : kekurangan volume cairan

Hematokezia suspek tumor recti bisa terjadi karena berbagai factor seperti karena,kurangnya
berolahraga, asupan nutrisi yang salah, duduk yang terlalu lama, sering angkat beban berat,
konstipasi , mengejan dalam jangka yang lama, dll. Ketika feses sudah berada di rektum hal
ini menyebabkan distensi dinding rektum dan merangsnag reflek defekasi, namun pada
kegagalan pengosongan rektum akan mengakibatkan konstipasi. Terjadi karena defekasi
yang tidak sempurna, mengakibatkan rektum relaksasi dan hasrat untuk defekasi hilang,
sedangkan air tetap diabsorbsi dari massa feses yang menyebabkan fese menjadi keras.
Akibat tekanan feses yang berlebihan menyebabkan kongesti vena dimana terjadi
pembendungan aliran darah vena mengakibatkan berlimpahnya darah di pembuluh darah
pada rectum dan menyebabkan peningkatan tekanan periver serta terjadinya pelebaran vena
anus , bils proses ini berlangsung terus menerus maka dinding vena akan melemah dan
memicu timbulnya benjolan pada rectum atau anus, dan mengakibatkan hemoroid yang lama-
kelamaan akan menyebabkan peradangan pada pleksus hemoroidalis dan mengakibatkan
prolapse vena yang bisa membesar di spinchter di rectum maupun luar rectum akibatnya
vena menegang dan terjadinya rupture vena dan terjadilah perdarahan.

F. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama pengobatan hematochezia adalah menghentikan perdarahan, yaitu dengan


mengatasi penyakit atau kondisi yang menjadi penyebabnya. Jika penyebabnya diobati,
hematochezia dapat berhenti dengan sendirinya.
Metode pengobatan hematochezia terdiri dari:

 Endoskopi: Melalui alat endoskopi (misalnya kolonoskopi), dokter gastroenterologi akan


menghentikan perdarahan di dalam saluran pencernaan dengan cara dipanaskan, ditutup
dengan lem khusus, atau dengan menyuntikkan obat di lokasi perdarahan.
 Angiographic embolization. : Pengobatan ini dilakukan dengan menyuntikkan partikel
khusus di pembuluh darah yang rusak, untuk menutup alirannya.
 Band ligation: Pengobatan ini dilakukan dengan cara memasang karet khusus di area
pembuluh darah yang pecah agar perdarahan berhenti.
 Digital rektal exam
 Barium enema dan Biopsi

Pasien hematochezia dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, seperti
diclofenac, untuk mempercepat penyembuhan. Pada hematochezia dengan perdarahan yang
cepat dan banyak perlu segera ditangani untuk menghindari komplikasi.

Sedangkan untuk tumor recti sendiri penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
b. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
c. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
d. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi akibat hematochezia suspek tumor recti anatara lain dapat berupa
1. Anemia, syok bahkan kematian akibat dari adanya perdarahan yang berlebihan jika
tidak ditangani secara benar.
2. Obstruksi usus dengan penyempitan lumen akibat lesi
3. Perforasi dari dinding usus akibat tumor, diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal
oleh isi usus
4. Perluasan langsung tumor ke organ-organ yang berdekatan

Anda mungkin juga menyukai