A. Definisi Postnatal
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009).
Periode postnatal mengacu pada waktu setelah melahirkan, dimana berdaptasi fisiologi
bayi dan risiko terhadap ibu perdarahan postpartum dan morbiditas yang signifikan
lainnya yang tertinggi. Periode postnatal meliputi 24 jam pertama sejak lahir. Biasanya,
pada akhhir periode ini dikaitkan dengan pelaksanaan intervensi seperti promosi
kontrasepsi dari imunisasi bayi, meskipun bayi, meskipun beberapa metode
kontrasepsi, seperti metode menorealaktasi, IUD, vasektomi dan sterilisasi perempuan,
harus didiskusikan bahkan sebelum melahirkan, dan beberapa imunisasi, seperti
terhadap hepatits B dan tuberculosis (BCG), dapat diberikan saat lahir (WHO, 2010).
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu (Mitayani,
2009):
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum
Setelah Lembek
Sepusat 1000 gr 12,5 cm
plasenta lahir
Dapat dimasuki
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
1 jari
Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr
2. PERUBAHAN PSIKOLOGI
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan
yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan
pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana
terjadi pada hari ke 3-5 post partum
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan episiotomi, laserasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan episiotomi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum
anak.
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine berhubungan dengan edema
pemeal, trauma perineal.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah, penurunan intake oral.
8. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu,
kondisi bayi/ibu.
9. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran berhubungan dengan konflik tentang bayinya.
G. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan episiotomi, laserasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal: Suhu 36-37 °C, N 60-100 x/menit, R 16-24
x/menit, TD 120/80 mmHg.
Intervensi
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam,
mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.
2 Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Episiotomi, Laserasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas jaringan
meningkat.
Kriteria Hasil :
- Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai proses (tahap-tahap
penyembuhan luka)
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-)
- Nyeri dapat ditoleransi.
Intervensi
- Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar, hematoma, keutuhan
(sambungan dan pendarahan).
- Berikan kompres es, untuk menurunkan edema.
- Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah 24 jam untuk
meningkatkan vaskularisasi.
- Lakukan perawatan episiotomi setiap hari.
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama daerah genetalia.
3 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
- Luka bebas dari infeksi
- Tidak timbul tanda-tanda infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat prenatal dan intranatal
- Kaji tanda-tanda vital lokasi dan kontraktilitas uterus
- Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea
- Inspeksi sisi perbaikan episiotomi
- Monitor input dan output cairan
- Monitor tanda-tanda vital
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice. Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba