Disusun oleh :
Agum setiawan 11171003
Aningtya Resti Utami 11171009
Ayu Rismawati 11171052
Fahrul Suko Nusantara 11171059
Karmila wulansari 11171023
Muhammad Murdhani Nasution 11171071
Nurindah Dwi Lestari 11171075
Rika Andriani 11171034
Rizka Fauziyah 11171079
Sammy Febri Yani 11171036
Widya Kartika Utami 11171085
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas, rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah keperawatan kritis tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II 2
ASKEP BEDAH JANTUNG 2
A. Bedah Jantung 2
B. Macam-Macam Bedah Jantung 3
C. Kriteria Seleksi 6
D. Prosedur 7
E. Eksisi Tumor 8
F. Perbaikan Pada Trauma 8
G. Alat Bantu Mekanis Dan Jantung Buatan Total 8
H. Patofisiologi Bedah Jantung 10
Aterosklerosis ,Spasme aa. Coronaria 10
Hipoksia 10
Jaringan iskemic 10
Perubahan metabolisme 10
Fungsi Ventrike menurun 10
Gangguan gerakan jantung 10
Kontraksi Miokardium menurun 10
Perubahan hemodinamik 10
Curah jantung menurun 10
Tekanan darah meningkat, denyut jantung menurun 10
BAB III 11
ASUHAN KEPERAWATAN 11
A. Pengkajian 11
ii
B. Pengkajian Komplikasi 12
C. Diagnosa Keperawatan 14
D. Masalah Kolaboratif / Komplikasi Potensial 14
E. Perencanaan dan Implementasi 15
F. Intervensi Keperawatan 15
G. Evaluasi 19
BAB IV 20
PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya
dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan
sepuluh tahun sham. Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan
diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat
dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti.
Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan
dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat. Mungkin tak ada
intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
A. Bedah Jantung
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya
dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan
sepuluh tahun sham. Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan
diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat
dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti. Penanganan dengan teknologi
dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan
yang semakin meningkat. Mungkin tak ada intervensi terapi yang begitu berarti
seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan
penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan,
telah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi. Di Amerika Serikat
pembedahan serupa yang sukses, jugs penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902.
Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di
tahun 1937 dan 1938, dan reseksi koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur
pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954.
3
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan
pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis
serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan
penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya pintasan jantung-
paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk
sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat “memintas” jantung
dan paru. Mesin jantung-panu memungkinkan dicapainya medan openasi yang
bebas darah Sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ
lain di tubuh.
4
Selama dilakukannya prosedur ini, tubuh dijaga agar selalu dalam keadaan
hipotermia, biasanya 28°C sampai 32°C(82,4°F sampai 89,6°F). Darah didinginkan
selama pintasan jantung paru dan dikembalikan ke tubuh. Darah yang didinginkan
tersebut akan menurunkan kecepatan metabolisme basal, sehingga kebutuhan akan
oksigen juga berkurang. Darah yang dingin biasanya mempunyai kekentalan yang
tinggi, namun larutan kristaloid yang digunakan untuk mengisi tabung akan
mengencerkan darah tadi Ketika prosedur pembedahan telah selesai, darah
dihangatkan kembali di dalam sirkuit pintasan jantung-paru.
Haluaran urin, tekanan darah, gas darah arteri, elektrolit, uji pembekuan darah, dan
elektrokardiograrn (EKG) semuanya dipakai untuk memantau status pasien selama
pintasan jantung-paru.
Masih banyak hal yang harus dipelajari mengenai pintasan jantung paru. Ada
berbagai sirkuit pintasan dan mekanisme pensompaan yang digunakan pada masa
kini. Sampai saat ini masih terus diusahakan agan pasien bisa lebih lama berada
dalam mesin pintasan jantung-paru dengan lebih aman. Penelitian terus dilakukan
untuk memperbaiki mesin pintasan jantung paru untuk mencegah atau
meminimalkan masalah-masalah berikut: hemolisis, peningkatan permeabilitas
memhran kapiler dan kehilangan elektrolit, hipoksia dan anoksia jaringan,
pembentukan trombus atau emboli. diseksi jantung dan pembuluh danah,
meningkatnya ketekolamin dan hormon antidiuretik (ADH), dan respons inflamasi
sistemik yang merupakan komplikasi prosedur itu.
2. Jantung buatan
Pemasangan jantung buatan telah menarik perhatian dunia sejak akhir tahun 1950-
an. Semenjak itu banyak terjadi kemajuan sehingga jantung buatan secara klinis
dapat dipakai manusia. Cooley menggunakan jantung buatan di Texas pada tahun
1969 untuk menunjang sirkulasi sebelum transpiantasi. Implantasi permanen
jantung buatan total dilakukan pertama kali pada tahun 1982 untuk drg. Barney
Clark di University of Utah.. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut untuk
memperbaiki daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung, Paru,
dan Darah Nasional (National Heart, Lung, and Blood Institute, NHLBI) dan
5
Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health, NIH) telah menyediakan
pendanaan untuk jantungbuatan elektromekanik permanen tanpa kabel. Institut
jantung Texas dan 3-M dan Penn Statet Abiomed turut berpartisipasi dalam
eksperimen fase II. Tujuan keseluruhan pemasangan mi adalah untuk memberi
kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur
perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan sistem transmisi energi listrik
transkutaneus (transcutaneous electrical energy transmission systems, TEETS)
dengan baterai portabel.
3. Transplantasi jantung
6
memiliki harapan hidup kurang dan satu tahun. Dua penyebab tersering
memburuknya miokardium adalah kardiomiopati kongestif dan penyakit koroner
lanjut. Penyakit-penyakit ini merupakan 80%-90% alasan dilakukarmya
transplàntasi jantung. Kardiomiopati adalah penyakit otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya. Kunci yang membedakan kardiomiopati dan kelainan
jantung lain adalah adanya penyakit mendasari yang hanya menyerang miokardium
ventrikel namun tidak menyerang struktur miokardium lain seperti katup atau
arteria koronaria.
7
dapat mengakibatkan gagal jantung, kardiomiopati kongestif merupakan penyebab
tersering dilakukannya transpiantasi jantung.
C. Kriteria Seleksi
8
D. Prosedur
9
biopsi. Antitimosit globulin (ATG), antilimfosit globulin (ALG), atau antibodi-
antibodi monoklonal OKT3 dapat ditambahkan untuk menangani reaksi penolakan.
Selain reaksi penolakan, juga merupakan masalah serius akibat terapi imunosupresif.
Infeksi merupakan penyebab utama kematian dalam tahun pertama setelah
transplantasi. Untuk itu dilakukan pencegahan dan tindakan terapeutik yang tepat.
Perjalanan Pascaoperasi. Pasien transplantasi jantung harus tetap dijaga dalam
keseimbangan antara risiko penolakan dan risiko infeksi. Mereka harus mcmaluhi
aturan kompleks tentang diit, obat-obatan, aktivitas, pemeriksaan laboratorium. biopsi
(untuk mendiagnosa penolakan) dan kunjungan ke klinik. Pasien sering diberi
siklosporin dan kortikosteroid untuk meminirnalkan penolakan. Selain penolakan dan
infeksi, komplikasi dapat mencakup percepatan terjadinya arteriosklerosis arteri
koroner; hipertensi dan hipotensi; gangguan sistern saraf pusat, pernapasan, dan
gastrointestinal (UI); gagal ginjal; dan respons terhadap stres psikososial akibat
transplantasi organ.Pasien transplantasi jantung dengan angka bertahan hidup 1 tahun
sekitar 80% sampai 90% dan angka bertahan hidup 5 tahun sekitar 60% sarnpai70%.
E. Eksisi Tumor
Tumor jantung cukup jarang. Tumor primer terjadi kurang dan 1% pada populasi;
tumor metastatik dilaporkan terjadi 1,5% sampai 35% pada pasien onkologi. Tumor
bisa menjadi tempat pembentukan trombus sehingga menciptakan risiko emboli.
Disritmia dapat terjadi bila mengenai miokardium atau sistem hantaran. Kebanyakan
tumor jantung adalah jinak.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau katup.
Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor epikardial, yang dapat dieksisi
tanpa memasuki jantung dan tanpa menghentikan denyutan jantung. Akibat lokasinya,
eksisi tumor mungkin perlu diikuti penggantian katup. penambalan jantung, atau
implantasi pacu jantung. Asuhan keperawatan sama dengan yang diberikan pada
pembedahan jantung lain.
10
penyebabnya luka tembus. Dilakukan debridemen luka dan ditutup secara bedah bila
mungkin, namun perbaikan katup dan penggantlan atau tambalan tandur pada septum
dan dinding atrium aau ventrikel mungkin diperlukan. Pembedahan di sini biasanya
merupakan prosedur darurat, sehingga risiko komplikasi akibat cedera ataupun
pembedahan sangat tinggi.
Alat dengan kinerja yang menyerupai sebagian atau scmua fungsi pemompaan untuk
jantung juga sedang dikembangkan. Alat bantu ventrikel yang lebih canggih ini dapat
mensirkulasi darah tiap menit seperti yang dilakukan jantung. Tiap alat bantu
ventrikel digunakan untuk masing-mnasilig ventrikel. Saat ini yang paling sering
digunakan adalah pompa sentrifugal. Banyak alat dorong pneumatis yang digunakan,
dan basil klinisnya cukup menianjikan. Beberapa alat bantu ventrikel dapat
dikombinasikan dengan oxvgenalor-ex!racorporeal membrane oxygenation (ECMO).
Alat bantu kombinasi ventrikuler-oksigenator digunakan pada pasien yang jantungnya
tak dapat memompa darah secara adekuat ke paru atau tubuhnya.
Jantung buatan total dirancang untuk mengganti kedua ventrikel. Jantung pasien harus
diangkat untuk nmemasang jantung buatan total tadi. Semua alat-alat tadi masih
dalam taraf ekspenimental. Janvik-7 telah mengalami keberhasilan jangka pendek,
tetapi hasil jangka panjangnya cukup mengecewakan. Kebanyakan peneliti jantung
buatan total berharap dapat mengembangkan alat yang dapat dipasang secara
permanen dan yang akan dapat menggantikan kebutuhan transplantasi jantung donor
manusia untuk penanganan penyakit jantung stadium akhir.
Alat bantu ventrikel dari jantung buatan total sekarang sedang digunakan sebagai
penanganan temporer. sementara pasien menunggu jantungnya sendiri sembuh atau
11
sampai tersedia jantung donor yang sesuai untuk ditransplantasi. Kelainan pembekuan
darah, perdarahan, trombus, emboli, hemolisis, infeksi, dan kegagalan mekanis adalah
beberapa komplikasi jantung buatan total dan alat bantu ventrikel. Asuhan
keperawatan untuk pasien ini ditujukan tidak hanya pada pengkajian dan
meminimalkan komplikasi tersebut. tetapi juga melibatkan dukungan emosi dan
penyuluhan mengenai alat bantu mekanis itu sendiri.
Hipoksia
Jaringan Perubahan
iskemic metabolisme
Fungsi Ventrike
Gangguan gerakan menurun Kontraksi
jantung Miokardium
menurun
Perubahan
hemodinamik
Curah jantung
menurun
Tekanan darah
meningkat,
denyut jantung
menurun
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
b. Status Jantung—frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP
= pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk
gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan
pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO,) bila ada,
drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
d. Status pembuluh darah perifer—denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku,
mukosa. bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa
invasif.
f. Status cairan dan elektrolit—asupan; haluaran dan semua pipa drainase. serta
parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseinibangan elektrolit berikut:
13
Hipokalemia: intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang
T yang datar atau terbalik)
g. Nyeri—sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan
nyeri angina): aprehensi, respons terhadap analgetika.
h. Catatan: Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria
interns akan mengalaini parestesis nervus ulnanis pada sisi yang sama dengan
graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang
menjalani CABG dengan arieni gasiroepiploika juga akan mengalami ileus
selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada
tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan
apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir tidal,
monitor Sa02, kateter arteri paru, monitor SO2, pipa arteri dan vena, slat infus
intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase
urin.
Begitu pasien sadar dan mengalami kemajuan selama periode pascaoperatif,
perawat harus mengembangkan pengkajian dengan memasukkan parameter yang
menunjukkan status psikologis dan emosional. Pasien dapat irternperlihatkan
iingkah laku yang mencerminkan penolakan dan depresi atau dapat pula
mengalami psikosis pasca kardiotomi. Tanda khas psikosis meliputi (1) ilusi
persepsi sementara, (2) halusinasi dengar dan penglihatan (3) disorientasi dan
waham paranoid.
14
B. Pengkajian Komplikasi
a. Gangguan preload—terlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang kembali
ke jantung akibat hipovolemia. perdarahan yang berlanjut. tamponade jantung, atau
cairan yang berlebihan.
b. Gangguan afterload—arteri dan kapiler yang terlalu konstriksi atau terlalu dilatasi
karena perubahan suhu tubuh atau hipertensi.
15
f. Gangguan pertukaran gas.
Gangguan pertukaran gas adalah komplikasi lain yang mungkin terjadi pasca bedah
jantung. Semua jaringan tubuh memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang
adekuat untuk bertahan hidup. Untuk mencapai hal tersebut pada pasca
pembedahan, maka perlu dipasang pipa endotrakeal dengan bantuan ventilator
selama 4 sampai 48 jam atau lebih. Bantuan ventilasi dilanjutkan sampai nilai gas
darah pasien normal dan pasien menunjukkan kemampuan bernapas sendiri. Pasien
yang stabil setelah pembedahan dapat diekstubasi segera setelah 4 jam pasca
pembedahan, sehingga mengurangi kecemasannya sehubungan dengan
keterbatasan kemampuan berkomunikasi.
g. Pasien dikaji terus menerus untuk adanya indikasi gangguan pertukaran gas;
gelisah, cemas, sianosis pada selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia dan
berusaha melepas ventilator. Suara napas dikaji sesering mungkin untuk
mendeteksi adanya cairan dalam paru dan untuk memantau pengembangan paru
Gas darah arteri selalu dipantau.
16
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang dilakukan. diagnosis
utama keperawatan mencakup yang berikut:
e. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi akibat selang dada
17
a. Komplikasi jantung: gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti jantung.
disritmia.
b. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura, pneumo atau
hematotoraks, gagal napas. sindrom distres napas dewasa
c. Perdarahan
e. Nyeri
g. Ketidakseimbangan elektrolit
h. Gagal hati
i. Koagulopati
j. Infeksi, sepsis
F. Intervensi Keperawatan
18
juga harus diukur untuk mengetahui kemampuan ginjal mengkonsentrasilcan urin
dalam tubulus renalis. Diuretik kerja cepat atau obat inotropika (digitalis,
isopnoterenol) dapat diberikan untuk meningkatkan cunah jantung dan aliran darah
ginjal. Perawat harus memperhatikan nitrogen urea darah (BUN) dan kadar kreatinin
serum serta kadar elektrolit serum. Bila ditemukan ketidaknormalan segera laporkan
kepada dokter karena mungkin diperlukan pembatasan cairan dan pembatasan
pemakaian ohat-obat yang biasanya diekskresi melalui ginjal.
19
selama peniode pascaoperasi adalah bradikardi, takikardi dan denyutan ektopik.
Observasi terus-menerus pantauan jantung untuk adanya berbagai disritmia
merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan dan perawatan pasien.Setiap
petunjuk adanya penurunan curah jantung harus segera dilaporkan ke dokter.
Data dan hasil pengkajian uji tersebut kemudian akan digunakan dokter untuk
menentukan penyebab masalahnya. Begitu diagnosa telah ditegakkan, dokter
bersama perawat bekerja secara kolaboratif untuk menjaga curah jantung dan
mencegah komplikasi lebih lanjut. Bila perlu, dokter dapat membenikan
komponen darah, cairan, digitalis, diuretik, vasodilator, atau vasopresor. Bila
perlu dilakukan pembedahan lagi, maka pasien dan keluanganya harus dibenitahu
mengenai prosedur tersebut.
20
drainase dada. Parameter hemodinamika (tekanan darah, tekanan baji pulmonal
dan atrium kiri, dan CVP) harus sesuai dengan asupan, haluaran dan berat badan
untuk menentukan kecukupan hidrasi dan curah jantung. Elektrolit serum harus
dipantau dan pasien harus diobservasi mengenai adanya tanda ketidakseimbangan
kalium, natrium dan kalsium (hipokalemia, hiperkalemia, hiponatremia dan
hipokalsemia).
f. Pengurangan Nyeri.
Nyeri dalam kemungkinan tidak dapat dirasakan tepat di atas daerah cedera tetapi
ke tempat yang lebih luas dan merata. Pasien yang baru saja menjalani
pembedahan jantung akan mengalami nyeri akibat terpotongnya syaraf interkostal
sepanjang irisan dan iritasi pleura oleh kateter dada. (Begitu pula, pasien dengan
CABG arteria mamaria interna dapat mengalami parestesia saraf ulna pada sisi
yang sama dengan sisi grafnya). Observasi dan mendengarkan adanya Tanda
21
nyeri yang diucapkan ataupun tidak diucapkan oleh pasien perlu diperhatikan.
Perawat harus mencatat secara akurat sifat, jenis, lokasi, dan durasi nyeri. (Nyeri
irisan harus dibedakan dengan nyeri angina.) Pasien harus dianjurkan minum obat
sesuai resep untuk mengurangi nyeri. Kemudian pasien harus dapat berpartisipasi
dalam benlatih menarik napas dalam dan batuk. dan secara progresif
memngkatkan perawatan diri. Nyeri menyebabkan ketegangan. yang akan
menstimulasi sistem saraf pusat untuk mengeluarkan adrenalin, yang
mengakibatkan konstriksi arteri. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan
afrerload dan penurunan curah jantung. Morfin sulfat dapat mcngurangi nyeri dan
kecemasan serta merangsang tidur, yang pada gilirannya menurunkan kecepatan
metabolik dan keburuhan oksigen. Setelah pemberian opioid (narkotika), setiap
tanda-tanda adanya penurunan aprehensi dan nyeri harus dicatat dalam status
pasien. Pasien juga harus dipantau akan adanya tanda efek depresi pernapasan
akibat analgetika. Bila terjadi depresi pernapasan. harus diberikan antagonis
opioid (mis., naloxone [Narcan]) untuk melawan efek rersebut.
g. Meningkatkan Istirahat.
Upaya dasar untuk memberikan rasa nyaman pada pasien bersama dengan
pembehan analgetika akan memperkuat efek analgesia dan meningkatkan
istirahat. Pasien harus dibantu merubah posisi setiap 1 sampai 2 jam dan
diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat menghindari ketegangan pada daerah
luka operasi dan selang dada. Penekanan pada daerah irisan selama batuk dan
nenarik napas clalam dapat mengurangi nyeri. Aktivita keperawatan dijadwalkan
sebanyak mungkin uniuk mengurangi gangguan saat istirahat. Bila kondisi sudah
mulai stabil dan prosedur terapi serta pemantauan sudah mulai berkurang, maka
pasien dapat beristirahat lebih lama lagi.
22
sebelurnnya pada ekstremitas tersebut. Bila ada denyut yang baru saja
menghilang harus segera dilaporkan kepada dokter. Setelah pembedahan harus
diupayakan mencegah stasis vena yang dapat mengakibatkan pembentukan
trombus dan selanjutnya emboli: (1) memakai stoking elastik atau halutan elastik,
(2 menghindari menyilang kaki. (3) menghindari pengunaan peninggi lutut pada
tempat tidur, (4) mengambil semua bantal pada rongga popliteal. dan (5)
memberikan latihan pasif diikuti dengan latihan aktif umuk meningkaikan
sirkulasi dan mencegah hilangnya tonus otot. Gejala embolisasi, yang berbeda
menurut tempatnya, bisa ditandai dengan (1) nyeri abdomen atau punggung
tengah (2) nyeri, hilangnya denyutan, pucat, rasa baal, atau dingin pada
ekstremitas (3) nyeri dada atau distres pernapasan pada emboli paru dan infark
miokardium: dan (4) kelemahan satu sisi dan perubahan pupil, seperti yang terjadi
pada cedera pembuluh darah otak. Semua gejala yang timbul harus segera
dilaporkan.
G. Evaluasi
23
d. Hilangnya gejala penginderaan yang berlebihan, kembali terorientasi terhadap
orang. tempat dan waktu
e. Hilangnya nyeri
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya
dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan
sepuluh tahun silam.
B. Saran
Pada operasi bedah jantung diatas diharapkan mahasiswa atau pembaca dapat
mengerti dan memahami bedah jantung agar dapat menerapkan nantinya ketika
merawat pasien dirumah sakit.
25
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, (1996). Perawatan Medikal Bedah, Edisi II, Yayasan ikatan alumni
pendidikan keperawatan padjajaran Bandung: Bandung.
Carpenito Lynda Juall (1999). Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan
(Ed. 2), Jakarta : Penerbit buku kedokteran. EGC.
Doenges E Marlynn (1999) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Edisi 3) Penerbit buku kedokteran. EGC
Engram (1999). Rencanan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Terjemahan dari
Medical Surgical Nursing Planning, (1993), Alih bahasa Suharyati, EGC: Jakarta.
Smeltzer S.C dan Bare Brenda G (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth(Ed. 8 Vol 2), EGC, Jakarta.
Sylvia A. Price et. Al (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
26