Anda di halaman 1dari 50

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS AKUT

Disusun oleh :

Liliyanti Dewi 11171025


Mega Aulia 11171026
Mei Zahra 11171027
Nadia Venika 11171028
Nurindah Dwi Lestari 11171075
Putri Yuliani 11171076
Rina Rahmawati 11171077
Widya Kartika Utami 11171085

S1 KEPERAWATAN REGULER X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA

Jl. Bintaro Raya No. 10 Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, Tahun Ajaran
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dansyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat pada waktunya
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Apendisitis Akut”. Banyak kesulitan yang
kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan
serta arahan, semangat dari kerja kelompok kami sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik.

Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada: ibu
Ns.Diana Rhismawati,M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen Pembimbing yang selalu
memberikan waktu bimbingan dan arahan selama penyusunan makalah dan yang telah
memberikan izin dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya,
kami menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.

Jakarta, 11 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................3
A. Definsi....................................................................................................................3
B. Klasifikasi...............................................................................................................3
C. Etiologi...................................................................................................................4
D. Patofisiologi...........................................................................................................5
E. Pathway.................................................................................................................7
F. Manifiestasi klinis..................................................................................................8
G. Pemeriksaan penunjang........................................................................................8
H. Komplikasi..............................................................................................................8
I. Penatalaksnaan.....................................................................................................9
J. Asuhan Keperawatan Teori.................................................................................11
BAB III ANALISA KASUS............................................................................................21
A. Pengkajian...........................................................................................................21
B. Riwayat Kesehatan..............................................................................................21
C. Pemeriksaan Fisik Head To Toe...........................................................................22
D. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................24
E. Analisa Data.........................................................................................................24
F. Diagnosa Keperawatan........................................................................................26
G. Intervensi Keperawatan......................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................38

ii
BAB V PENUTUP.......................................................................................................40
A. Kesimpulan..........................................................................................................40
B. Saran....................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Dermawan &Rahayuningsih ,2010). Istilah usus
buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang
buntu sebenarnya adalah sekum.Apendiks diperkirakan ikut serta dalm system imun
sektorik di saluran pencernaan.Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks
vermiformis dan merupakan kasus pembedahan darurat nyeri perut akut terbanyak
sekitar 10%, terjadi pada semua golongan usia terutama usia 20-30 tahun dengan
angka insiden paling banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan 1,4 : 1 (Froggatt dan Harmston, 2011).

Amerika Serikat angka insiden apendisitis akut adalah 1 per 1000 orang.Risiko
seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya adalah sekitar 6- 9%.Data di
Di Inggris menyatakan jumlah penderita apendisitis akut di Rumah Sakit
didapatkan sebanyak 40.000 setiap tahunnya. Mortalitasnya cukup tinggi terutama
jika mengenai orang usia tua yaitu antara 28-60% (Humes dan Simpson, 2011).

Di Indonesia angka insiden apendisitis cukup tinggi, dan terjadi peningkatan jumlah
pasien dari tahun ke tahun.Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2009, kasus apendisitis di Indonesia berjumlah sekitar
27% dari jumlah penduduk Indonesia.Menurut Dinkes Provinsi Bali pada tahun
2009, apendisitis menduduki peringkat 5 penyakit rawat inap RSUD se-Bali,
tercatat 2162 kasus (Anonim, 2009).Berdasarkan data peningkatan angka insiden
tersebut, kasus apendisitis akut memerlukan penanganan yang tepat serta
penegakan diagnosa yang cepat.Keterlambatan diagnosis akan berdampak pada
penanganannya dengan segala komplikasi yang akan terjadi. Komplikasi yang akan
terjadi yaitu apendisitis komplikata seperti gangrenosa, perforasi bahkan dapat
terjadi peritonitis generalisata. Morbiditas dan mortalitas akan meningkat sesuai
dengan peningkatan komplikasi yang ditemukan (Simpson dan Scholefield , 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menggambarkan asuhan keperawatan apendisitis akut
1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar Apendisitis akut meliputi; definisi, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
komplikasi, penatalaksanaan.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dasar Apendisitis Akut meliputi;
pengkajian, diagnosa, dan intervensi.

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari apendisitis?
2. Apa klasifikasi dari apendisitis?
3. Apa etiologi dari apendisitis?
4. Bagaimana patofiologi apendisitis?
5. Apa manifestasi klinis apendisitis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang apendisitis?
7. Apa saja komplikasi apendisitis?
8. Apa saja penatalaksanaan apendisitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada apendisitis?

2
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definsi
Apendisitis merupakan peradangan apendik vermivormis, dan merupakan penyebab
masalah abdomen yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih,
2010).Apendiksitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang terjadi. Insidensi pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih
banyak daripada wanita (Santacroce dalam Muttaqin, 2013). Apendisitis ditemukan
pada semua kalangan dalam rentang usia 21-30 tahun (Ajidah & Haskas, 2014).
Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen. Penyakit
ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan pada usia 20-30
tahun, walaupun jarang ditemui diatas 65 tahun tetapi sering berakibat pada
apendisitis perforasi. Resiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya
sekitar 6-9% (Andersson, 2012), dimana di negara barat 7% dari penduduknya
menderita apendisitis akut dan memerlukan intervensi bedah (Craiq, 2005; Soybel,
2010). Apendisitis akut lebih banyak ditemukan pada mereka yang lebih banyak
mengkonsumsi daging dibandingkan dengan masyarakat yang mengkonsumsi
tinggi serat (Bachoo, et all., 2001; Jhon Maa, 2007).

D. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendicitis akutdan apendicitis
kronik(Sjamsuhidayat, 2005).
1. Apendicitis akut.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun
tidak disertai rangsang peritonieum lokal.Gajala apendisitis akut talah nyeri
samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium
disekitar umbilikus.Keluhan ini sering disertai mual dan kadang
muntah.Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.Apendisitis akut dibagi
menjadi:
a. Apendisitis Akut Sederhana

3
b. Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
c. Apendisitis Akut Gangrenosa
d. Apendisitis Infiltrat
e. Apendisitis abses
f. Apendisitis Perforasi(Rukmono, 2011)
2. Apendicitis kronik.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik
adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total
lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya
sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.

E. Etiologi
Apendisitis Akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat.
Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini.namun ada
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya: 

1. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub-mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan
sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang
disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut
diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,
65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
apendisitis akut dengan ruptur.
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis.
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
4
Bacteriodes fragililis dan E. coli, lalu Splanchicus, lactobacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis.Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi
dari negara yang pola makannya banyak serat.Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik.Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat.Justru negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih
tinggi.

F. Patofisiologi
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan.Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
piningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di darah kanan bawah.Keadaan
ini disebut appendicitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan
terjadi infark dinding appendiks yang dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks

5
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi.Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, Arif, 2000).Diikuti
dengan gangren.Stadium ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi appendicitis perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang.Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek.

6
G. Pathway

A. Anato
mi ujung appendiks
dekat dengan ureter

B. Int
oleransi

7
H. Manifiestasi klinis
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.Nyeri tekan lokal pada titik Mc.
Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat
nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung
pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.Bila appendiks melingkar di belakang
sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal; bila ujungnya ada pada
pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal.Nyeri pada
defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau
ureter.Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadiTanda
Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan.Apabila
appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar; distensi abdomen terjadi
akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.

I. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi untuk massa apendiks
2. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainanovarium
sebelum dilakukan apendiktomi pada wanita muda
3. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sek darah putih (hamperselalu
leukositosis)
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih
mungkin

J. Komplikasi
Komplikasi appendicitis akut adalah keadaan yang terjadi akibat perforasi, seperti
peritonitis generalisata, abses dan pembentukan fistula, dan konsekuensi
penyebaran melalui pembuluh darah, pieloflebitis supuratif (radang dan trombosis
vena porta), abses hepar dan septikemia.Radang dapat menjadi kronis, atau
obstruksi pada leher apendiks yang menyebabkan retensi mucus dan kemudian
menimbulkan mukokel.Ini sering tidak menimbulkan masalah klinis tetapi
walaupun jarang, dapat terjadi ruptura dan sel epitel yang mensekresi mukus dapat
menyebar ke kavum peritoneum.

8
K. Penatalaksnaan
Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis meliputi terapi medis dan terapi
bedah.Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai akses ke
pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan antibiotik.Namun sebuah penelitian
prospektif menemukan bahwa dapat terjadi apendisitis rekuren dalam beberapa
bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi medis saja.Selain itu terapi medis
juga berguna pada pasien apendisitis yang mempunyai resiko operasi yang
tinggi.Pengobatan definitif dari apendisitis akut adalah apendektomi, yang
merupakan satu-satunya tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah/
mengurangi angka morbiditas.Selain tindakan apendektomi yang biasa dilakukan,
dapat pula dilakukan apendektomi laparoskopi.
Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah
pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat apendisitis
dengan perforasi.
1. Cairan intravena
Cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di ganti segera dengan
cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau
kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena central. Balance
cairan harus diperhatikan. Cairan atau berupa ringer laktat (RL) harus di infus
secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan tekanan
darah serta pengeluaran urin pada level yang baik. Darah di berikan bila
mengalami anemia dan atau dengan perdarahan secara bersamaan.
2. Antibiotik
Pemberian antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri patogen,
antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3 cephalosporins, ampicillin–
sulbaktam, dan lain-lain dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman
anaerob. Pemberian antibiotik postops harus di ubeah berdasarkan kultur dan
sensitivitas. Antibiotik tetap diberikan sampai pasien tidak demam dengan
normal leukosit.Setelah memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik
serta pemasangan pipa nasogastrik perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi
definitif dari apendisitis perforasi.

9
Perlu dilakukan insisi yang panjang supaya mudah dilakukan pencucian rongga
peritonium untuk mengangkat material seperti darah, fibrin serta dilusi dari
bakteria. Pencucian cukup dengan larutan kristaloid isotonis yang hangat,
penambahan antiseptik dan antibiotik untuk irigasi cenderung tidak berguna
bahkan malah berbahaya karena menimbulkan adhesive (misal tetrasiklin atau
provine iodine), anti biotik yang diberikan secara parenteral dapat mencapai
rongga peritonium dalam kadar bakterisid.
Tapi ada juga ahli yang berpendapat bahwa dengan penambahan tetrasiklin 1
mg dalam 1 ml larutan garam dapat mengendalikan sepsis dan bisul residual,
pada kadar ini antibiotik bersifat bakterisid terhadap kebanyakan organisme.
Walaupun sedikit membuat kerusakan pada permungkaan peritonial tapi tidak
ada bukti bahwa menimbulkan resiko perlengketan. Tapi zat lain seperti iodine
tidak populer. Setelah pencucian seluruh cairan di rongga peritonium seluruh
cairan harus diaspirasi.
3. Pembedahan
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.(Smeltzer Suzanne, C.,
2001).Terapi bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik
apendiktomi.Apendiktomi terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan
apendiks. Mencakup Mc Burney, Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi.
Dilakukan diseksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal
untuk membuat suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke
peritoneum apendiks dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan
dipotong. Mukosa yang terkena dicauter untuk mengurangi perdarahan,
beberapa orang melakukan inversi pada ujungnya, kemudian sekum
dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup.Mengenai pemilihan metode
tergantung pada ahli bedahnya.Apendiks kemudian diangkat dari abdomen
menggunakan sebuah endobag. Laparoskopik apendiktomi mempunyai
beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya lebih bagus dari segi
kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah. Beberapa penelitian juga
menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga mempersingkat masa
rawatan di rumah sakit. Kerugian laparoskopik apendiktomi antara lain mahal

10
dari segi biaya dan juga pengerjaannya yang lebih lama, sekitar 20 menit lebih
lama dari apendiktomi terbuka. Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat
dengan peningkatan pengalaman.Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi
adalah pada pasien dengan perlengketan intra-abdomen yang signifikan.

L. Asuhan Keperawatan Teori


1) Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan
nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Timbul keluhan nyeri perut, nyeri dirasakan seperti
tertusuk tusuk, nyeri dirasakan pada luka bekas operasi dengan
skala (0-10) dan nyeri timbul memberat ketika bergerak.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan
dengan masalah.kesehatan klien sekarang.

11
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum


Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
3) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit (Demam),
tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada,
takipnea, pernafasan dangkal
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat mual, muntah, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
8) Sistem musculoskeletal

12
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Tanda – tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran
perselubungan mungkin terlihat “ileal atau cacal ileus” (gamabran
garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum)
2) Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis
infiltrate
3) Urin rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal
4) Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinophil
5) Pada enema barium apendiks tidak terisi
6) Ultrasound, fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses
apendiks.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Hipertermia
c. Resiko Defisit Nutrisi
d. Hipovalemia
e. Resiko Infeksi

13
3) Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO. TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Selama dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Manajemen Nyeri
(D.0077) jam rasa nyeri pada luka pasien berkurang, Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Keluhan menuntaskan aktivitas cukup kualitas, intensitas nyeri
maningkat (Skala 4) 2. Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri cukup menurun (Skala 3. Identifikasi respons non verbal
4) 4. Identifikasi factor yang mempengaruhi dan
 Meringis cukup mneurun (Skala 4) memperingan nyeri
 Sikap proktektif cukup menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
(Skala 4) nyeri
 Gelisah cukup menurun (Skala 4) 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

L.08066 Teraupertik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis : TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbimng,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis : suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi mereedakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebeb, priode dan pemicu nyeri

14
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(1.08238)

2. Hipertermia Selama dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Manajemen Temperatur


(D.0130) jam, diharapkan suhu tubuh pasien menurun, Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia
 Suhu tubuh cukup membaik (Skala 4) 2. Monitor suhu tubuh
 Suhu kulit cukup membaik (Skala 4) 3. Monitor haluan urine
 Pengisian kapiler cukup membaik 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
( Skala 4) Teraupetik
 Ventilasi cukup membaik (Skala 4) 1. Sediakan lingkungan yang dingin
 Tekanan darah cukup membaik (Skala 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
4) 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(L.14134) 4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebihan)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi

15
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
(1.15506)
3. Resiko Defisi Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Manajemen Nutrisi
(D. 0032) 24 jam diharapkan status nutrisi pasien Observasi
membaik, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
 Porsi makanan yang dihabiskan cukup 2. Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
meningkat (Skala 4) 3. Identifikasi makanan disukai
 Perasaan cepat kenyang cukup 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
menurun (Skala 4) 5. Monitor asupan makanan
 Nyeri abdomen cukup menurun 6. Monitor berat badan
(Skala 4) Teraupertik
 Frekuensi makan cukup membaik 1. Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
(Skala 4) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Nafsu makan cukup membaik (Skala 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
4) sesuai
(L.03030) 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis : pereda nyeri, antlemek)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jumlah nutrient yang

16
dibutuhkan, jika perlu
(1.03119)
4. Hipovalemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipovalemia
(D.0023) selama 3 x 24 jam, diharapkan status cairan Observasi
pada pasien membaik, dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala hipovalemia (mis :
 Kekuatan nadi cukup mneingkat frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
(Skala 4) tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
 Turgor kulit cukup meningkat (Skala turgor kulit menurun)
4) 2. Monitor intake dan output cairan
 Output urin cukup meningkat (Skala Terapeutik
4) 1. Hitung kebutuhan cairan
 Frekuensi nadi cukup membaik (Skala 2. Berikan posisi modified trendelenburg
4) 3. Berikan asupan cairan oral
 Suhu tubuh cukup membaik (Skala 4) Edukasi
 Keluhan haus cukup menurun (Skala 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4) 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
 Perasaan lemah cukup menurun
Kolaborasi
L.03028
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis :
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis :
glukosa 2,5 %, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian koloid (mis : albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
1.03116

5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi


(D.0142) selama 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi
menurun, dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
17
 Demam cukup menurun (Skala 4) sistemik
 Kemerahan cukup menurun (Skala 4) Terapeutik
 Nyeri cukup menurun (Skala 4) 1. Batasi jumlah pengunjung
 Bengkak cukup menurun (Skala 4) 2. Berikan perawatn kulit pada area edema
 Nafsu makan cukup meningkat (Skala 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
4) pasien dan lingkungan pasien
 Kadar sel darah putih cukup membaik 4. Pertahankan teknik aspetik pada pasien beresiko
(Skala 4) tinggi
L.14137 Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
1.14539

18
BAB III
ANALISA KASUS

Klien masuk IGD Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu pada tanggal 25 April
2017 jam 22.30 wib dengan keluhan nyeri perut bawah sejak tiga hari, mengeluh
mual, dan muntah ± 10 kali berisi makanan, demam sejak tiga hari, skala nyeri
didapatkan 7, keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis. Sebelum datang ke
IGD RSUD Pasar Minggu klien melakukan pemeriksaan USG Abdomen di RS
Pasar Rebo Jakarta hasil dari USG Abdomen : Apendisitis Akut.

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 25 April 2017
Ruang/Kelas : Ruang Dahlia Kamar 905D/Kelas III
Nomor Register : 069067
Diagnosa Medis : Apendisitis Akut

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn.E
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 22 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : islam
Suku bangsa : jawa
Pendidikan : SLTA
Bahasa Yang Digunakan: Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl.Kebagusan Kecil RT 03 RW 08 no.41 Jakarta Selatan
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : BPJS
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : klien Tn.E

2. RIWAYAT KEPERAWATAN :
a. Riwayat kesehatan sekarang.

19
Keluhan utama : nyeri pada daerah perut, karena pola makan
yang tidak terarur dan sembarangan, dengan keluhan nyeri perut
bawah sejak tiga hari, mengeluh mual, dan muntah ± 10 kali berisi
makanan, demam sejak tiga hari, skala nyeri didapatkan 7, timbulnya
keluhan secara bertahap, lamanya kurang lebih satu minggu.
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
1. Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
Memiliki alergi obat antibiotik tapi klien lupa nama obatnya
2. Riwayat Kecelakaan : tidak ada
3. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (Kapan, alasan dan berapa lama) : tidak
ada
4. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari
klien)
Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor
risiko

= Laki-laki
= Perempuan

= Dalam 1 Rumah

= Meninggal
= Keturunan/anak
= Pernikahan
↑ = Klien

20
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual.
1. Adakah orang terdekat dengan klien : Ayah Klien
2. Interaksi dalam keluarga : * Pola Komunikasi : Terbuka
* Pembuatan Keputusan : Ayah dan ibu
klien

* Kegiatan Kemasyarakatan : tidak ada

3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga :


Keluarga menjadi cemas dengan keadaan klien

4. Masalah yang mempengaruhi klien :


Penyakit yang diderita klien saat ini

5. Mekanisme Koping terhadap stress


( ) Pemecahan masalah ( ) Minum obat

( ) Makan ( ) Cari pertolongan

( ) Tidur ( ) Lain-lain (Misal : marah, diam)

6. Persepsi klien terhadap penyakitnya


* Hal yang sangat dipikirkan saat ini :

Penyakit klien saat ini

*Harapan setelah menjalani perawatan :

Klien berharap cepat sembuh setelah menjalani perawatan agar bisa


beraktivitas seperti biasanya

* Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : Klien tidak bisa


menjalani kuliah/tidak bisa beraktivitas seperti biasanya

7. Sistem nilai kepercayaan :


* Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada

* Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan :

Shalat, dzikir dan berdoa

e. Kondisi Lingkungan Rumah


(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) :

Rumah klien bersih dan jauh dari tempat sampah/sungai

21
f. Pola kebiasaan

POLA KEBIASAAN

HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit Di Rumah sakit

(sebelum
1. Pola Nutrisi dirumah sakit)
 Frekuensi makan :…… X / hari Tidak tentu 3 x / hari
 Nafsu makan : baik/tidak Tidak Nafsu makan membaik
Alasan : ………….. Mual dan muntah Mual dan Muntah
(mual, muntah, sariawan) ¾ porsi 1 porsi
 Porsi makanan yang dihabiskan Tidak ada Tidak ada
 Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada

 Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada


Tidak ada Tidak ada
 Makanan pantangan
Tidak ada Tidak ada
 Makanan diet
Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan obat-obatan sebelum makan
Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll)

2. Pola Eliminasi
a.B.a.k :
 Frekuensi: ………. X / hari 6-7 x/hari
Kuning jernih 3 x/hari
 Warna : …………………..
Tidak ada Kuning
 Keluhan : …………………..
Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (kateter, dll)
b. B.a.b :
2 x/hari
 Frekuensi :…………. X / hari
Tidak tentu Tidak tentu
 Waktu :
Kuning Tidak tentu
(Pagi / Siang / Malam / Tidak tentu
½ padat Kuning
 Warna : …………………..
Tidak ada ½ padat
 Kosistensi : ………………….. Tidak ada
Tidak ada
 Keluhan : ………………….. Tidak ada
 Penggunaan Laxatif : ..…………..

22
3. Pola Personal Hygiene 2 x/hari
1) Mandi Pagi dan sore 1 x/hari
 Frekuensi :…………. X / hari Tidak tentu
 Waktu : Pagi/Sore/Malam 2x/hari
2) Oral Hygiene Pagi dan sore 2 x/hari
 Frekuensi :…………. X / hari Pagi dan sore
 Waktu : Pagi /Siang/ Setelah makan 2x/minggu

3) Cuci rambut 1 x/minggu

 Frekuensi :…………. X / minggu


±2 jam/hari
4. Pola Istirahat dan Tidur ±7jam/hari ±3 jam/hari
 Lama tidur siang : …. Jam / hari Tidak ada ±8jam/hari
 Lama tidur malam : …. Jam / hari Tidak ada
 Kebiasaan sebelum tidur : ………

Tidak ada
5. Pola Aktivitas dan Latihan. Tidak ada
 Waktu bekerja : Pagi/Siang/Malam 1
 Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak pors
 Jenis olah raga : …………… i

 Frekuensi olahraga : … X / minggu 2


tida
 Keluhan dalam beraktivitas
(Pergerakan tubuh / mandi /
Mengenakan pakaian / Sesak
setelah beraktifitas dll)

6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan


Merokok : Ya / Tidak
 Frekuensi : tidak tentu
 Jumlah : ½ bungkus perhari
 Lama Pemakaian : 6 bulan yang
lalu

Minuman keras / NABZA: Ya / Tidak


23
 Frekuensi : …………………..
 Jumlah : …………………..
 Lama Pemakaian : …………..

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum :


1. Berat badan : 57 Kg (Sebelum Sakit : tidak terkaji)
2. Tinggi Badan : 173 cm
3. Tekanan Darah :120/80 mmHg
4. Nadi : 80 X / menit
5. Frekuensi Nafas : 20 X / menit
6. Suhu tubuh : 38.0 C
7. Keadaan umum : ( ) Ringan () Sedang ( ) Berat
8. Pembesaran kelenjar getah bening : () Tidak
( ) Ya, Lokasi………..

b. Sistem Penglihatan :
1. Posisi mata : () Simetri ( ) Asimetris

2. Kelopak mata : () Normal ( ) Ptosis


3. Pergerakan bola mata : () Normal ( ) Abnormal
4. Konjungtiva : () Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat
Merah
5. Kornea : () Normal ( ) Keruh/berkabut ( )
Terdapat Perdarahan
6. Sklera : ( ) Ikterik ()
Anikterik
7. Pupil : () Isokor ( )
Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis

8. Otot-otot mata : () Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar


( ) Juling ke dalam ( ) Berada di atas

9. Fungsi penglihatan : () Baik ( ) Kabur


( ) Dua bentuk / diplopia

10. Tanda-tanda radang : tidak ada


11. Pemakaian kaca mata : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis….……..
12. Pemakaian lensa kontak : tidak ada
13. Reaksi terhadap cahaya : normal

24
c. Sistem Pendengaran :
1. Daun telinga : () Normal ( ) Tidak, Kanan/kiri……….
………
2. Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : kuning, konsistensi dan
bau khas serumen
3. Kondisi telinga tengah: () Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi

4. Cairan dari telinga : () Tidak ( ) Ada,……(Darah,


nanah, dll)
5. Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya () Tidak
6. Tinitus :( ) Ya () Tidak
7. Fungsi pendengaran : () Normal ( ) Kurang
( ) Tuli, kanan/kiri …..….

8. Gangguan keseimbangan : ( ) Tidak ( ) Ya,…………….

9. Pemakaian alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak

d. Sistem Wicara : () Normal ( ) Tidak :………..


( ) Aphasia

( ) Aphonia

( ) Dysartria

( ) Dysphasia

( ) Anarthia

e. Sistem Pernafasan :
1. Jalan nafas : () Bersih
( ) Ada sumbatan; ……….

2. Pernafasan : () Tidak Sesak ( ) Sesak :…………..

3. Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya () Tidak


4. Frekuensi : 20 x / menit
5. Irama : () Teratur ( ) Tidak teratur

6. Jenis pernafasan : spontan ( Spontan, Kausmaull, Cheynestoke, Biot, dll)


7. Kedalaman : () Dalam ( ) Dangkal
8. Batuk : ( ) Tidak ( )Ya :…….(Produktif/Tidak
produktif)

25
9. Sputum : () Tidak ( )Ya…………..
(Putih/Kuning/Hijau)
10. Konsistensi : ( ) Kental ( ) Encer
11. Terdapat darah: ( ) Ya () Tidak
12. Palpasi dada : simetris kanan & kiri
13. Perkusi dada : resonance
14. Suara nafas : ( ) Vesikuler ( ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales

15. Nyeri saat bernafas : ( ) Ya () Tidak


16. Penggunaan alat bantu nafas : () Tidak ( ) Ya
………………………..

f. Sistem Kardiovaskuler :
1. Sirkulasi Peripher
- Nadi 80 x/menit ; Irama : () Teratur ( ) Tidak teratur

Denyut : ( ) Lemah () Kuat

- Tekanan darah : 120/80 mm/Hg

- Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya () Tidak

Kiri : ( ) Ya () Tidak

- Temperatur kulit : () Hangat ( ) Dingin

- Warna kulit : () Pucat ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan

- Pengisian kapiler : < 2 detik

- Edema : ( ) Ya,………. () Tidak

( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah

( ) Periorbital ( ) Muka

( ) Skrotalis ( ) Anasarka

2. Sirkulasi jantung

- Kecepatan denyut apical : 80 x/menit

- Irama : () Teratur ( ) Tidak teratur

- Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop

26
- Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak

* Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas

* Karakteristik : ( ) Seperti ditusuk-tusuk

( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda


berat

* Skala nyeri : ………………

g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :

- Pucat : () Tidak ( ) Ya


- Perdarahan : () Tidak ( ) Ya, …..:
( ) Ptechie ( ) Purpura ( ) Mimisan

( ) Perdarahan gusi ( ) Echimosis

h. Sistem Saraf Pusat :


- Keluhan sakit kepala : tidak ada (vertigo/migrain, dll)
- Tingkat kesadaran : ( ) Compos mentis ( ) Apatis
( ) Somnolent ( ) Soporokoma

- Glasgow coma scale(GCS) E :4, M :6, V :5


- Tanda-tanda peningkatan TIK : () Tidak ( ) Ya,………..:
( ) Muntah proyektil

( ) Nyeri Kepala hebat

( ) Papil Edema

- Gangguan Sistem persyarafan : ( ) Kejang ( ) Pelo


( ) Mulut mencong ( ) Disorientasi
( ) Polineuritis/kesemutan ( )
Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri
/ atas / bawah)

- Pemeriksaan Reflek :
a. Reflek fisiologis : () Normal ( ) Tidak …………….

b. Reflek Patologis : ( ) Tidak ( ) Ya ………………..

i. Sistem Pencernaan

27
1. Keadaan mulut : 1). Gigi : ( ) Caries () Tidak
2). Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya () Tidak

3). Stomatitis : ( ) Ya () Tidak

4). Lidah kotor : ( ) Ya () Tidak

5). Salifa : () Normal ( ) Abnormal

2. Muntah : ( ) Tidak ( ) Ya,……..….


- Isi : () Makanan ( ) Cairan ( ) Darah
- Warna: () Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Cokelat ( ) Kuning ( ) Hitam
- Frekuensi : ± 10 kali
- Jumlah : tidak terkaji
3. Nyeri daerah perut : ( ) Ya,………………. ( ) Tidak
4. Skala Nyeri :7
5. Lokasi & Karakter nyeri :
() Seperti ditusuk-tusuk ( ) Melilit-lilit ( ) Cramp

( ) Panas/seperti terbakar ( ) Setempat ( ) Menyebar

() Berpindah-pindah ( ) Kanan atas ( ) Kanan bawah


( ) Kiri atas ( ) Kiri bawah

6. Bising usus : 8 x / menit.


7. Diare : () Tidak ( ) Ya,………….
Lamanya : …………….. Frekuensi : ……………..x /
hari.

8. Warna faeces : ( ) Kuning ( ) Putih seperti air cucian beras ( )


Cokelat ( ) Hitam ( ) Dempul
9. Kosistensi faeces : () Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah ( )
Terdapat lendir ( ) Tidak ada kelainan
10. Konstipasi : () Tidak ( ) Ya,………….
lamanya : ………….. hari

11. Hepar : ( ) Teraba () Tak teraba


12. Abdomen : ( ) Lembek ( ) Kembung ( ) Acites ( ) Distensi
j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : ( ) Tidak ( ) Ya,

( ) Exoptalmus

( ) Tremor

( ) Diaporesis

28
Nafas berbau keton: ( ) Ya () Tidak

( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi

Luka Ganggren : ( ) Tidak ( ) Ya, Lokasi…………

Kondisi Luka………………

k. Sistem Urogenital
Balance Cairan : Intake 1200 ml/24 jam; Output 950 ml/24 jam

Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria

( ) Tidak lampias ( ) Nocturia

( ) Inkontinensia ( ) Anuria

B.a.k :

Warna : () Kuning jernih ( ) Kuning kental/coklat

( ) Merah ( ) Putih

Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya () Tidak

Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya ( ) Tidak

Skala nyeri :………….

l. Sistem Integumen
Turgor kulit : () Baik ( ) Buruk

Temperatur kulit : hangat

Warna kulit : () Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan

Keadaan kulit : () Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus

( ) Luka, Lokasi…………..

( ) Insisi operasi, Lokasi…………………………………...


Kondisi……………………….…………
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam ( ) Kelainan Pigmen
( ) Luka bakar, Grade……….. Porsentase…………………

( ) Dekubitus, Lokasi………….

Kelainan Kulit : () Tidak ( ) Ya, Jenis…………………….

29
Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : baik

Keadaan rambut : - Tekstur : () Baik ( ) Tidak ( )Alopesia

- Kebersihan : () Ya ( ) Tidak, …….

Tandai lokasi luka bakar pada diagram di bawah ini : tidak ada

m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan :( ) Ya ( ) Tidak

Sakit pada tulang, sendi, kulit :( ) Ya () Tidak

Fraktur :( ) Ya ( ) Tidak

Lokasi : …………………………………….

Kondisi:…………………………………….

Kelainan bentuk tulang sendi :( ) Kontraktur ( ) Bengkak

( ) Lain-lain, sebutkan : …………

Kelaianan struktur tulang belakang:( ) Skoliasis

( ) Lordosis ( ) Kiposis

Keadaan Tonus otot : ( ) Baik ( ) Hipotoni


( ) Hipertoni ( ) Atoni

55555 55555
Kekuatan Otot :
55555 55555

Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit):

30
keluarga tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita klien

4. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab,


Radiologi, Endoskopi dll )
Hasil leboratorium :Hemoglobin: 14.5 g/dL (13.2-17.3), hematokrit: 43% (40-
50), leukosit: 11000 10^3/uL (3800-10600), trombosit: 273 10^3/uL (150-440),
eritrosit: 505 10^3 (4.40-5.90), RDW: 12.3%, MCV: 86 (80-100), MCH: 28 Pg
(26-23), MCHC: 34 g/dl, basofil: 0.4 % (0.0-1.0), eosinofil: 2.0 % (2.0-4.0),
neutrofil batang: 4.0% (3.0-5.0), segmen: 58.0% (50.0-70.0), limfosit: 30,0%
(25.0-40.0), monosit: 6.0 % (2.0-8.0), LED: 20 mm/jam(0-10), PT: 13.00 detik
(10.80-14.40), INR: 1.17, APTT: 28.70 detik (25.00-35.00), SGOT: 14 U/L
(<50), SGPT: 6 U/L(<50), glukosa darah sewaktu: 90 mg/dL (70-180), ureum:14
mg/dl, kreatinin: 1.00 mg/dL (0.70-1.30), natrium: 134 mEq/L (135-17), kalium:
3.60 mEq/L(3.50-5.00), chlorida: 144 mEq/L (95-105).

31
Penatalaksanaan (Therapi/pengobatan termasuk diet )

Klien diberikan terapi :

a. Terapi oral
Paractamol 3 x 500mg
b. Terapi injeksi
Ceftriaxone 1 x 2gr IV, ranitidine 2 x 1 ampul IV, ondansentron 3 x 1
ampul IV
c. Terapi infus
Asering 500cc 20tpm
d. Protofen sup 3 x 1

5. Analisa Data
Data Fokus :
- Klien mengatakanKlien mengatakanKlien mengatakannyeri perut bawah
sejak tiga hari
- Klien mengatakanmengeluh mual, dan muntah ± 10 kali berisi makanan
- Klien mengatakan demam sejak tiga hari
- P : pola makan yang tidak teratur
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : diperut
S:7
T : bertahap
- Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit makan tidak menentu
- Klien mengatakan porsi makan yang dihabiskan setengah porsi
- Keluarga tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita klien
- Nafsu makan klien kurang baik karena mual dan muntah
- Klien tampak meringis
- Warna kulit klien tampak pucat

Hasil pemeriksaan laboratorium :leukosit: 11000 10^3/uL (3800-10600),


trombosit: 273 10^3/uL (150-440), eritrosit: 505 10^3 (4.40-5.90), RDW:

32
12.3%, MCV: 86 (80-100), MCH: 28 Pg (26-23), MCHC: 34 g/dl, basofil: 0.4
% (0.0-1.0), LED: 20 mm/jam(0-10), INR: 1.17, SGOT: 14 U/L (<50), SGPT: 6
U/L(<50), glukosa darah sewaktu: 90 mg/dL (70-180), ureum:14 mg/dl,
kreatinin: 1.00 mg/dL (0.70-1.30), chlorida: 144 mEq/L (95-105).

Analisa Data

No Data Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif : Nyeri Akut b.d Agen
- Klien mengatakannyeri perut Pencedera Fisiologis
bawah sejak tiga hari (D.0077)
- Skala nyeri
P : pola makan yang tidak teratur
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : diperut
S:7
T : bertahap
Data Ojektif :
- Klien tampak meringis
- Hasil TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
RR 20x/menit
suhu 38’C

2 Data subjektif : Hipertermia b.d


- Klien mengatakan demam sejak Proses Penyakit
tiga hari (D.0130)
Data Objektif :
- Hasil TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
RR 20x/menit
suhu 38’C
- Hasil Lab Leukosit : 11.000 uL
- Warna kulit klien tampak pucat
3 Data Subjektif : Resiko Defisit Nutrisi
- Klien mengatakanmengeluh mual, b.d Ketidakmampuan
dan muntah ± 10 kali berisi Mengabsorpsi
makanan Nutrien (D.0032)
- Klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit makan tidak menentu

33
Data Objektif :
- Nafsu makan klien kurang baik
karena mual dan muntah
- Porsi makan yang dihabiskan
setengah porsi

M. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)
2. Hipertermia b.d Proses Penyakit (D.0130)
3. Resiko Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan Mengabsorpsi Nutrien (D.0032)

34
N. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
NO. KEPERAWATA INTERVENSI RASIONAL PARAF
HASIL
N
1. Nyeri Akut b.d Agen Selama dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Pencedera Fisiologis keperawatan 3x24 jam rasa Observasi Observasi
(D.0077) nyeri pada pasien berkurang 1. Identifikasi lokasi, 1. untuk mengetahui
atau dapat terkontrol, dengan karakteristik, durasi, sejauh mana tingkat nyeri
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,dan merupakan indicator
 Keluhan menuntaskan intensitas nyeri secara dini untuk dapat
aktivitas cukup melakukan tindakan
maningkat (Skala 4) selanjutnya
 Keluhan nyeri cukup 2. untuk mengetahui
2. Identifikasi skala nyeri tingkat kesakitan yang
menurun (Skala 4)
 Meringis cukup dirasakan klien
mneurun (Skala 4) 3. keluhan nyeri juga
 Sikap proktektif cukup 3. Identifikasi respons non dapat diamati melalui
menurun (Skala 4) verbal tanda-tada vital serta
 Gelisah cukup menurun 4. Identifikasi factor yang reaksi non verbal
(Skala 4) mempengaruhi dan 4. untuk mengurangi
memperingan nyeri factor yang dapat
(L.08066) menyebabkan nyeri
timbul
5. Identifikasi pengetahuan 5. informasi yang ept
dan keyakinan tentang dapat menurunkan
nyeri tingkat kecemasan pasien
dan menambah
pengetahuan pasien
tentang nyeri

35
6. Identifikasi pengaruh nyeri 6. untuk mengetahui
pada kualitas hidup pengalaman nyeri pasien
dan pengaruhnya
terhadap kualitas hidup

Teraupetik
1. menurunkan tegangan
otot, meningkatkan
relaksasi, dan
Teraupertik meningkatkan rasa
1. Berikan teknik non control dan kemampuan
farmakologis untuk koping
mengurangi rasa nyeri
(mis : TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik 2. rangsangan yang
imajinasi terbimbimng, berlebihan dari
kompres hangat/dingin, lingkungan akan
terapi bermain) memperberat rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang 3. mengurangi nyeri yang
memperberat rasa nyeri diperbuat oleh gerakan
(mis : suhu ruangan, 4. adanya hubungan
pencahayaan, kebisingan) saling percaya dpat
3. Fasilitasi istirahat dan membuat pasien lebih
tidur terbuka saat
menyampaikan rasa nyeri
4. Pertimbangkan jenis dan yang dialami
sumber nyeri dalam 5. untuk mengalihkan
pemilihan perhatian pasien dari rasa

36
nyeri

5. strategi mereedakan nyeri Edukasi


1. pemahaman pasien
tenyang penyebab nyeri
yang terjadi akan
mengurangi ketegangan
Edukasi pasien dan memudahkan
1. Jelaskan penyebeb, priode pasien untuk diajak
dan pemicu nyeri bekerja sama untuk
tindakan
2. teknik distraksi dan
relaksasi dapt
mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien
3. pasien dapat
2. Jelaskan strategi melakukan tindakan
meredakan nyeri mandiri dengan benar
4. sebagai profilaksis
untuk dapat
3. Anjurkan memonitor nyeri menghilangkan rasa
secara mandiri nyeri
5. tindakan ini
4. Anjurkan menggunakan memungkinkan klien
analgetik secara tepat untuk mendapatkan rasa
5. Ajarkan teknik non kontrol terhadap nyeri
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
1. menghilangkan atau

37
mengurangi keluhan
nyeri klien

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
(1.08238)
2. Hipertermia b.d Selama dilakukan tindakan Manajemen Temperatur
Proses Penyakit keperawatan 3x24 jam, Observasi 1. untuk mengetahui
(D.0130) diharapkan suhu tubuh pasien 1. Identifikasi penyebab pasti penyebab dari
menurun, dengan kriteria hasil: hipertermia hipertemia
 Suhu tubuh cukup 2. Monitor suhu tubuh 2. mengetahui perubahan
membaik (Skala 4) tanda-tanda vital pasien
 Suhu kulit cukup 3. Monitor haluan urine 3. menurunnya output
membaik (Skala 4) dan konsentrasi urine
 Pengisian kapiler cukup akan meningkatkan
membaik ( Skala 4) kepekaan/endapan
 Ventilasi cukup sebagai salah satu kesan
membaik (Skala 4) adanya dehidrasi dan
 Tekanan darah cukup membutuhkan
membaik (Skala 4) peningkatan cairan
(L.14134) 4. Monitor komplikasi akibat 4.menghindari
hipertermia komplikasi yang
kemungkinan akan
terjadi

Teraupetik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang 1. suhu ruangan harus
dingin diubah untuk

38
mempertahakan suhu
2. Longgarkan atau lepaskan mendeteksi normal
pakaian 2.membantu
mempermudah
3. Basahi dan kipasi penguapan panas
permukaan tubuh 3. mempercepat dalam
penurunan produksi
4. Berikan cairan oral panas
4. membantu dalam
penurunan panas
5. Ganti linen setiap hari atau 5. klien merasa nyaman
lebih sering jika dengan tenun yang bersih
mengalami hiperhidrosis serta mencegah
(keringat berlebihan) terjadinya infeksi
6. Lakukan pendinginan 6. dapat membantu
eksternal (mis. selimut mengurangi demam
hipotermia atau kompres 7.Pemberian oksigen
dingin pada dahi, leher, dilakukan untuk
dada, abdomen, aksila) memenuhi kebutuhan
7. Berikan oksigen, jika perlu oksigen pada sat pasien
mengalami nyeri

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. untuk menghilangkan
stress pada otot
Kolaborasi
Kolaborasi 1. digunakan untuk
1. Kolaborasi pemberian mengurangi demam
cairan dan elektrolit deengan aksi sentral nya
intravena, jika perlu pada hipotalamus.

39
(1.15506)
3 Resiko Defisi Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
b.d ketidakmampuan keperawatan 3 x 24 jam Observasi Observasi
mengabsorpsi nutrisi diharapkan status nutrisi pasien 1. Identifikasi status nutrisi 1. untuk mengetahui
(D. 0032) membaik, dengan kriteria hasil: status nutrisi klien
 Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi dan 2. untuk mengetahui
dihabiskan cukup intoteransi makanan apakah klien memiliki
meningkat (Skala 4) alergi terhadap makanan
 Perasaan cepat kenyang 3. Identifikasi makanan 3.Merangsang nafsu
cukup menurun (Skala disukai makan
4) 4. Identifikasi kebutuhan 4. untuk mengetahui
 Nyeri abdomen cukup kalori dan jenis nutrient berapa kebutuhan kalori
menurun (Skala 4) dana pada jenis nutrient
 Frekuensi makan cukup yang dibutuhkan
membaik (Skala 4) 5. Monitor asupan makanan 5. untuk mengetahui
 Nafsu makan cukup asupan nutrisi yang
membaik (Skala 4) masuk
(L.03030) 6. Monitor berat badan 6.untuk memantau berat
badan klien.

Teraupertik Teraupeutik
1. Lakukan oral hygene 1. mulut yang bersih
sebelum makan, jika perlu meningkatkan nafsu
makan
2. Fasilitasi menentukan 2. memperhitungkan
pedoman diet keinginan individu dapat
memperbaiki intake
nutrisi

3. meningkatkan

40
keinginan pasien untuk
3. Sajikan makanan secara makan
menarik dan suhu yang 4.untuk mencegah
sesuai terjadinya koontipasi
4. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah 5. untuk menambah
konstipasi energi
5. Berikan makanan tinggi 6.untuk memaksimalkan
kalori dan tinggi protein asupan
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu Edukasi
1. untuk klien lebih
mudah menelan karena
Edukasi gaya gravitasi
1. Anjurkan posisi duduk, 2. agar klien dapat
jika mampu mengetahui makanan apa
saja yang boleh
2. Ajarkan diet yang dikonsumsi.
diprogramkan
Kolaborasi
1. untuk menghindari
muntah

Kolaborasi 2. untuk menentukan


1. Kolaborasi pemberian jumlah dan jenis
medikasi sebelum makan makanan yang sesuai
(mis : pereda nyeri, dengan kebutuhan klien
antlemek)
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jumlah
41
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
(1.03119)

42
BAB IVPEMBAHASAN
Setelah kami menyelesaikan asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan
apendisitis akut menggunakan proses keperawatan dan setelah melihat kembali
mengenai tinjauan teori baik maupun asuhan keperawatan, maka didapatkan beberapa
kesenjangan dan kesamaan antara teori dan kasus tersebut, yaitu :

1. Pengkajian
Pada tahap ini telah ditemukan adanya kesamaan yaitu dalam tinjauan teori
manifestasi klinis dari apendisitis akut ialah nyeri terasa pada abdomen kuadran
bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya
nafsu makan, pada kasus ditemukan juga adanya nyeri pada abomen, mual,
muntah dan demam dari pengkajian data subjetik dan data objektif pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teori yang kami dapatkan diagnose keperawatan pada
apendisitis akut berupa nyeri akut, hipertermia, resiko deficit nutrisi,
hipovalemia dan resiko infeksi, sedangkan pada analisa kasus diagnose
keperawatan yang kami prioritaskan meliputi nyeri akut, hipertermia dan resiko
infeksi.
 Dx Nyeri Akut
Pada kasus ini kami mengangkat diagnosa keperawatan ini dikarenakan
pada kasus tersebut Tn.E mengalami masalah yang nyata atau aktual, hal
tersebut dapat dilihat dari keluhan utama yang mengatakan nyeri perut
bawah sejak tiga hari, dengan skala nyeri yaitu 7.Pada teori nyeri akut
tersebut berhubungan dengan adanya pencendera fisiologis berupa
peradangan pada usus buntu Tn.E.
 Dx Hipertermia
Diagnose kedua yang kami angkat dari kasus tersebut yaitu hipertermia
atau peningkatan suhu tubuh, masalah ini merupakan masalah actual, hal
tersebut dapat dilihat dari keluhan utama yang mengatakan demam sejak
tiga hari yang lalu dan ukuran suhu 38 0C. Pada diagnose keperawatan
hipertermia menurut tinjauan teori berhubungan dengan proses penyakit
yang diderita pasien.
 Dx Resiko Defisit Nutrisi

43
Dari kasus tersebut diagnose yang kami angkat ialah resiko deficit
nutrisi, dimana diagnosa tersebut termasuk kedalam resiko dengan
penilaian klinis individu lebih rentan mengalami masalah tersebut,
diagnosa keperawatan tersebut diangkat karna dilihat dari keluhan utama
yang mengeluh mual, muntah + 10x berisi makanan, klien pun
mengatakan sebelum masuk RS makan tidak mennentu, dan nafsu makan
tidak baik karena mual dan muntah. Pada diagnosa keperawatan tersebut
menurut tinjauan teori berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorsi nutrient.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada analisa kasus tidak jauh berebeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun diagnosa keperawatan prioritas,
menentukan tujuan, kriteria hasil, membuat rencana tindakan serta rasional dari
setiap rencana tindakan.yang akan dilakukan pada semua diagnosa yang muncul.
Adapun yang menjadi prioritas pada masalah Tn.E adalah Nyeri akut
berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis.
Hal ini menjadi prioritas karna data-data yang didapatkan dari hasil
pengkajian pada Tn.E.prioritas yang ada pada teori sudah sesuai dengan kasus
Tn.E pada masalah ini perawta merencanakan tindakan untuk mengurang rasa
nyeri dengan mengidentifikasi terlebih dahulu mengenai nyeri pasien dan
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri serta
berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik.
Dan pada diagnosa kedua hipertermia, kami akan memberikan rencana
tuindakan keperawat dengan mengidentifikasi terlebih dahulu penyebab dari
hipertermia, serta rencana keperawatan untuk menurunkan suhu pada Tn.E
sesuai rencana yang di jabarkan.
Diagnosa ketiga adalah resiko deficit nutrisi, pada diagnosa keperawatan
ini rencana yang dilakukan oleh kami ialah mengidentifikasi status nutrisi pada
Tn.E dan dilanjutkan dengan memeberikan makanan tinggi serat untuk
mengurangi terjadinya konstipasi, rencana yang dilakukan pada kasus tersebut
dilakukan sesuai intervensi yang tertera dan keadaan Tn.E.

44
BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan
Apendisitis merupakan peradangan apendik vermivormis, dan merupakan
penyebab masalah abdomen yang paling sering Apendiksitis dapat ditemukan pada
semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang terjadi. Insidensi pada
pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak daripada wanita. Apendisitis ditemukan
pada semua kalangan dalam rentang usia 21-30 tahun (Ajidah & Haskas,
2014).Apendisitis di klasifikasikan menjadi 2 yaitu apendisitis akut dan
kronik.Apendisitis Akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses
radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya
hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang
menyumbat.Manifestasi klinis dari apendisitis akut berupa nyeri pada area
abdomen.Komplikasi appendicitis akut adalah keadaan yang terjadi akibat
perforasi, seperti peritonitis generalisata, abses dan pembentukan fistula, dan
konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah, pielofl. Penatalaksanaan berupa
cairan intravena, antibiotic dan juga pembedahan yaitu apendektomi.

O. Saran
Melakukan kebiasaan hidup sehat, minum air mineral, makan makanan berserat,
dan tidak menunda buang air besar juga akan membantu kelancaran pergerakan
saluran cerna.

45
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2016. Nursing Interventions Classifications


(NIC). Ed. 6. Singapore: Elsevier

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002.Buku Ajar Medikal Bedah Edisi
8Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.

Hasil Riskesdas 2013 Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia.

Hasil Riskesdas 2018 Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia.

Mark A. Graber, dkk. . Buku Saku Dokter Keluarga University Of Iowa. Ed. 3. Jakarta:
EGC.

Moorhead, Johnson, Maas, Swanson. 2016. Nursing Outcomes Classifications (NOC).


Ed. 5, Singapore: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai