175060600111017
KELAS B
DAMPAK PERUBHAN IKLIM
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK), yaitu CO2, CH4, N2O, SF6, HFC, dan
PFC terjadi akibat aktivitas manusia seperti pemanfaatan bahan bakar fosil, pengembangan
industri, limbah, usaha pertanian dan peternakan, dan konversi lahan yang tidak terkendali.
Aktivitas tersebut mengakibatkan terperangkapnya radiasi di atmosfer sehingga meningkatkan
suhu permukaan bumi secara global. Dampak umum dari perubahan iklim ialah sebagai
berikut.
Berdasarkan pada citra satelit maupun dari data insitu di Kabupaten Manokwari
Provinsi Papua Barat dengan menggunakan dataanaomali TPL sejak tahun 1993-2009,
menunjukkan kenaikan TPL 7.6mm/tahun, hal ini membuktikan bahwa kenaikan muka laut
pada kurun waktutersebut cenderung naik. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah-wilayah
di KabupatenManokwari yang diduga akan mengalami genangan akibat naiknya muka
lautyaitu Teluk Andai, Teluk Sowi, Teluk Sawaibu dan Teluk Pasir Putih, mengingat keempat
Teluk tersebut berada di wilayah pesisir yang berhadapan langsung dengan perairan dan juga
banyaknya aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di wilayah tersebut
yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya genangan. Jika hal ini terjadi terus-
menerus, tentunya akan semakin membuat wilayah atau darat yang terkena pengaruh akan
semakin besar. Hal ini diprediksi akan semakin menambah tambak, pemukiman, jalan serta
sarana prasarana yang ada disekitarnya akan rusak akibat kikisan genangan air.
Perubahan garis pantai diduga juga dapat menyebabkan semakin bertambahnya genangan
air laut sampai ke darat. Perubahan garis pantai dapat terjadi oleh berbagai sebab, diantaranya
akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan arus, angin, gelombang, maupun pasang surut.
Meningkatnya eksploitasi sumber daya pesisir serta pesatnya laju pencemaran, secara gradual
dipengaruhi oleh masukan limbah baik domestik atau dari penduduk setempat serta industri,
yang berakibat penurunan kualitas fisik lingkungan perairan dan produktivitas ekosistem dapat
turun ke titik terendah. Dampak yang mungkin muncul adalah merosotnya kondisi sosial-
ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam di sekitar
perairan pesisir.
Faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim global, yang berdampak terhadap sektor
pertanian adalah:
a. Perubahan pola hujan
Perubahan pola hujan ini terjadi seperti di beberapa wilayah di indonesia dalam beberapa
dekade terakhir yang contohnya dapat dilihat seperti awal musim hujan yang mundur di
beberapa lokasi yang berbeda dari tahun – tahun sebelumnya yang relatif konstan. Perubahan
– perubahan seperti ini akan mempersulit para petani dalam memperkirakan datangnya musim
kemarau ataupun musim hujan. Kemudiaan, perubahan pola ini akan menurunkan ketersediaan
air waduk yang bisa menimbulkan kekeringan. Dampak pada ke pertaniaannya sendiri tentunya
bisa menyebabkan penurunan produktivitas pertaniaan ataupun gagal panen, jika tidak ada
perubahan dari pola tanam petani sendiri karena iklim yang tidak menentu.
b. Meningkatnya kejadian iklim ekstrim (banjir dan kekeringan)
Hasil analisis global terhadap indeks perubahan iklim, yaitu suatu indeks yang mengukur
penyimpangan iklim di masa datang dibandingkan yang terjadi saat ini, yang dilakukan oleh
Baettig et al. (2007) mengindikasikan bahwa nilai penyimpangan iklim di Indonesia akan
meningkat pada masa mendatang sebesar 7 dan 8. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
akan mengalami peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim seperti banjir, kekeringan, dan
tanah longsor. Dampak ke pertaniaan sendiri berupa berkurangnya luas panen atau turunnya
produktivitas
c. Peningkatan suhu udara dan permukaan air laut
Peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan transpirasi yang selanjutnya
menurunkan produktivitas tanaman pangan, meningkatkan konsumsi air, mempercepat
pematangan buah/biji, menurunkan mutu hasil, dan mendorong berkembangnya hama
penyakit tanaman. setiap kenaikan suhu minimal 1 °C akan menurunkan hasil tanaman padi
sebesar 10%. Kenaikan permukaan air laut juga berdampak serius pada sektor pertanian.
Dampak paling nyata adalah penciutan lahan pertanian di pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatera
Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan), kerusakan infrastruktur pertanian,
dan peningkatan salinitas yang merusak tanaman.
Sumber : http://www.spi.or.id/perubahan-iklim-ekstrim-petani-spi-gagal-panen/
Contoh Kasus
Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160622_indonesia_bencana_sitaro
_sangihe
Transportasi lumpuh, bantuan ke pulau-pulau di Sulawesi Utara terhambat
Hujan deras yang disertai ombak tinggi masih berlangsung di Provinsi Sulawesi Utara
sehingga transportasi udara dan laut dihentikan. Akibatnya, bantuan ke pulau-pulau yang
terdampak bencana gagal dikirimkan. Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
(Sitaro), yang berjarak sekitar 90 mil laut dari Kota Manado, ombak setinggi empat meter di
perairan Kabupaten Sitaro praktis menghambat akses warga untuk ke luar pulau dan demikian
sebaliknya. Tidak hanya itu, Kabupaten berpenduduk 45.000 jiwa ini juga dilanda banjir dan
tanah longsor sehingga akses warga dari ibu kota kabupaten ke Pelabuhan Ulu-Ulu terputus
lantaran Jembatan Batuawang di Kecamatan Siau Timur tertimbun material lahar dingin dari
material erupsi Gunung Karangetang. Terhambatnya transportasi darat dan laut di pulau –
pulau di Sulawesi Utara ini tidak lain disebabkan juga oleh perubahan iklim dimana terjadi
cuaca ekstrem yang berakibat terjadinya tanah longsor, banjir, dan tingginya ombak di
permuaan laut, sehingga aktifitas transportasi menuju wilayah – wilayah tersebut menjadi
terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Susandi, A., Herlianti, I., Tamamadin, M., & Nurlela, I. (2008). Dampak perubahan iklim
terhadap ketinggian muka laut di wilayah Banjarmasin. Jurnal ekonomi lingkungan, 12(2).
Surmaini, E., lahan Pertanian, B. B. L. S., Runtunuwu, E., & Las, I. (2015). Upaya sektor
pertanian dalam menghadapi perubahan iklim.
Surmaini, E., & Faqih, A. (2016). Kejadian Iklim Ekstrem dan Dampaknya Terhadap Pertanian
Tanaman Pangan di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan, 10(2).
Hairiah, K., Rahayu, S., Suprayogo, D., & Prayogo, C. (2016). Perubahan iklim: sebab dan
dampaknya terhadap kehidupan. Bogor (ID): ICRAF. Terdapat pada: https://www.
worldagroforestry. org/region/sea/publications/download.