Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENGERTIAN DAN JENIS AKAD-AKAD LAINNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu: M. Djazari, M.Pd

Disusun Oleh:

Dwi Cahya Nuranda (10403244041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan semua
pertolongan serta kemudahanNya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah “Pengertian dan Jenis
Akad-akad lainnya” ini.

Selama proses penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:

Bapak M. Djazari, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah

Ibu, Bapak, dan segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.

Teman-teman sekalian, hanya ucapan terima kasih yang dapat kami berikan untuk semua bantuannya.

Segenap pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusun.
Apabila kiranya dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, kami mengharap kritik dan saran yang
dapat membangun sehingga menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr Wb

Yogyakarta, September 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………… iii

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….. 1

Latar Belakang………………………………………………………………………………. 1

Rumusan Masalah………………………………………………………………………….. 1

Tujuan………………………………………………………………………………………….. 1

BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….. 2

Pengertian Akad…………………………………………………………………………….. 2

Jenis – Jenis Akad………………………………………………………………………….. 2

BAB III : PENUTUP 18

Kesimpulan……………………………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………. 19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ilmu islam sudah sangat lama berkembang, namun karena runtuhnya kekuasaan islam pada masa
lampau, telah juga menghilangkan praktik – praktik tentang ekonomi islam yang baik dan benar di dalam
masyarakat. Sehingga yang berkembang yakni paham – paham yang berasal dari bangsa Barat yang
bersifat liberalis dan materialistis.

Ilmu ekonomi islam muncul kembali pada abad ke-20 dengan munculnya bank bagi hasil. Praktik
ekonomi islam resmi disahkan pada Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berlangsung di Jedah 1976.

Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para ahli berupaya mencari alternatif
pemecahan masalah menggunakan ilmu ekonomi islam. Ilmu islam pada dasarnya bersifat adil dan tidak
memihak sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang ataupun lembaga – lembaga yang
memakai ilmu ekonomi islam tidak merasa dirugikan. Untuk itu sebaiknya dalam menjalankan suatu
lembaga keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu ekonomi islam.

Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu keuangan syariah, dan juga
apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.
Rumusan Masalah

Apa pengertian dari akad ?

Apa saja jenis – jenis akad ?

Tujuan

Untuk mengetahui definisi dari akad.

Untuk mengetahui apa saja jenis dari akad.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Akad

Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat. Menurut terminologi
hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan
oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
Jenis – Jenis Akad

Berikut merupakan jenis-jenis akad :

Akad Wadiah.

Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan pemiliknya, untuk
tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak
yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib
menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang menjadi penjamin pengembali barang
titipan. Sumber hukum dari akad wadiah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 4:58) yang artinya “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amat kepada yang berhak menerimanya dan As-Sunnah yang
berbunyi “Tunaikan amanat itu kepada orang yang member amanat kepadamu dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud dan Al Tirmidzi).

Terdapat dua jenis akad wadiah yang diantaranya:

Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak
boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat perbelanjaan.

Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkanbarang titipan
tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh
setiap saat, saat pemilik menghendakinya. Contohnya: Tabungan

Selain itu terdapat rukun dan ketentuan Syariah:

Rukun wadiah ada tiga diantaranya pelaku terdiri dari: pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi’)
dan pihak yang menyimpang (mustawda’), objek wadiah berupa barang yang dititipkan (wadian), dan
ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah yaitu: pelaku harus cakap hukum, balig serta
mampu memelihara barang titipan; objek wadiah, benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui
spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan; ijab kabul/serah terima, adalah pernyataan dan ekspresi
saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut:
Ø Bagi pihak pemilik barang

Pada saat menyerahkan barang dan membayar biaya penitipan, jurnal:

Beban Wadiah xxx

Kas xxx

Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:

Beban Wadiah xxx

Utang xxx

Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan, jurnal:

Utang xxx

Kas xxx

Ø Bagi pihak penyimpan barang

Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan penitipan, jurnal:

Kas xxx

Pendapatan Wadiah xxx


Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:

Piutang xxx

Pendapatan Wadiah xxx

Pada saat menyerahakan barang dan menerima pembayaran kekuranag pendapatan penitipan, jurnal:

Kas xxx

Piutang xxx

Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)

Al Wakalah atau Al Wikalah atau Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian, pemberian mandate
(Sabiq, 2008). Akad Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sumber hukum dari akad Al wakalah terdapat pada Al-Qur’an (Qs
18:19) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan Syariah dalam akad ini adalah sebagai berikut:

Rukun wakalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil dan pihak yang
diberi kuasa/wakil, objek akad berupa barang atau jasa, ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan
syariah, yaitu:

Pelaku

1) Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan adalah pemilik sah yang dapat bertindak
terhadap sesuatu yang diwakilkan; orang mukalaf atau anak mumayyi dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan
sebagainya.

2) Pihak penerima kuasa: harus cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
Objek yang dikuasakan/diwakilkan

1) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakilkan

2) Tidak bertentangan dengan syariah islam

3) Dapat diwakilkan menurut syriah islam

4) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai

5) Kontrak dapat dilaksanakan

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Sementara itu akad wakalah dapat berakhir dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal,

Pekerjaanyang diwakilkan sudah selesai

Pemnutusan oleh orang yang mewakilkan

Wakil mengundurkan diri

Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan

Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut:

Ø Bagi pihak yang mewakilkan/wakil

Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:


Kas xxx

Pendapatan wakalah xxx

Pada saat membayar beban, jurnal:

Beban wakalah xxx

Kas xxx

Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka, jurnal:

Kas xxx

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

Pada saat mengakui pendapatan wakalah diterima di muka, jurnal:

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

Pendapatan wakalah xxx

Ø Bagi pihak yang meminta diwakilkan

Pada saat membayar ujr/komisi, jurnal:

Beban wakalah xxx

Kas xxx
Akad Al-Kafalah (Jaminan)

Akad kafalah adalah suatu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il)
kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung
(makful anhul/ashil). Sumber hukum akad Al-Kafalah terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Rukun dan
ketentuan syariah dalam alkad Al-Kafalah yaitu:

Rukun kafalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri atas pihak peminjam, pihak yang beruntung, dan pihak
yang berutang; objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa maupun
pekerjaan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah, yaitu:

Pelaku

1) Pihak penjamin (kafiil): baligh dan berakal sehat, berhak penuhuntuk melakukan tindakan hukum
dalam urusan hartanya dan rela dengan tanggungan kafalah tersebut.

2) Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Makful’anhu): sanggup menyerahkan tanggungannya (utang)
kepada peminjaman, dikenal oleh penjamin.

3) Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu): diketahui identitasnya, dapat hadir pada waktu akad
atau memberikan kuasa, berakal sehat.

Objek penjaminan (mahful bihi)

1) Merupakan pihak atau orang yang berutang, baik berupa uang, benda maupun pekerjaan.

2) Bisa dilaksanakna oleh penjamin.


3) Harus merupakan utang mengikat , yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan

4) Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya

5) Tidak bertentangan dengan syariah

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Sementara itu berakhirnya akad kafah karena benerapa hal berikut:

Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika kreditor
menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.

Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Mka penjamin juga
bebas untuk tidak menjamin utnag tersebut. Namun jika kreditor melepaskan jaminan dari penjamin,
bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.

Ketika utang tersebut telah dialihkan (hawalah)

Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui arbitrase dengan kreditor

Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.

Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut:

Bagi pihak penjamin

Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:

Kas xxx

Pendapatan kafalah xxx


Pada saat membayar beban, jurnal:

Beban kafalah xxx

Kas xxx

Bagi pihak yang meminta jaminan

Pada saat membayar beban, jurnal:

Beban kafalah xxx

Kas xxx

Qardhul Hasan

Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenai biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya).
Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan
finansial, untuk tujuan social atau kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:280)
dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan sebagai berikut. Rukun qardhul hasan
ada tiga diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman; objek akad, berupa uang
yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu:

Pelaku harus cakap hokum dan balig

Objek akad

1) Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya


2) Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati.

3) Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman dapat diperpanjang
atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya.

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana qardhul
hasan tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan dana akun kebajikan
dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima
atau yang dikeluarkan. Jadi pencatatannya sebagai berikut:

Ø Bagi pemberi pinjaman

Saat menerima pinjaman dari pihak eksternal, jurnal:

Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-infak/sedekah xxx

Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:

Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-denda/pendapatan nonhalal xxx

Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:

Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx

Dana kebijakan-kas xxx


Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman qardhul hasan, jurnal:

Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx

Ø Bagi pihak yang meminjam

Saat menerima uang pinjaman, jurnal:

Kas xxx

Utang xxx

Saat pelunasan, jurnal:

Utang xxx

Kas xxx

Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)

Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu
diatas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Pada dasarnya adalah akad
tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong untuk mengharap ridho Allah. Terdapat beberapa jenis
akad hiwalah diantaranya dapat ditinjau dari:

Segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua:


Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan itu disebut hiwalah al
haqq (pemindahan hak)/anjak piutang.

Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut hiwalah
ad-dain (pemindahan utang).

Sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi dua:

Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat)hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang
sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.

Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang, tetapi
tidak berpiutang kepada muhal’alaih.

Dasar hokum hiwalah adalah hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah seorang kamu
dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka turutlah (menerima pengalihan
tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah ada tiga, yaitu: (1)
Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil, pihak yang berpiutang atau
berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal’alaih. (2) Objek akad adalah
adanya utang dan piutang. Selain itu yang (3) ijab Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah,
yaitu:

Pelaku; sudah balig dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam urusan
hartanya dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut, dan di ketahui identitasnya.

Objek penjamin (makful bihi); bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang,
harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan.harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan dengan syariat islam.

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

Pelakuan akuntansi hiwalah (ED PSK 110) adalah sebagai berikut:


Akuntansi pihak yang mengalihkan utang/muhil

Ketika pengambilalihan utang di man muhal’alaih membayar utang muhil pada muhal, jurnal:

Utang-A (muhal) xxx

Utang-B (muhal’alaih) xxx

Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang dibayarkan diakui
pada saat terjadinya, jurnal:

Beban hawalah xxx

Kas xxx

Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee) yang dibayar diakui
sebagai beban tangguhan, jurnal:

Beban tangguhan hawalah xxx

Kas xxx

Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:

Beban hawalah xxx

Beban tangguhan hawalah xxx

Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada saat
terjadinya, jurnal:

Beban hawalah xxx


Kas xxx

Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’alaih, jurnal:

Utang-B (muhal’alaih) xxx

Kas xxx

Akuntansi pihak yang menerima pengalihan utang/muhal’alaih

Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih, jurnal:

Piutang-C (muhil) xxx

Kas xxx

Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:

Kas xxx

Pendapatan hawalah xxx

Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih menerima feel ujrah
sekaligus, jurnal:

Kas xxx

Pendapatan diterima dimuka xxx


Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara proporsional denagn jumlah
piutang yang tertagih, jurnal:

Pendapatan diterima dimuka xxx

Pendapatan hawalah xxx

Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:

Kas xxx

Piutang-C xxx

Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)

Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang disebut dengan
barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminanatas
utang. Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang. Sumber
hokum akad rah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:283) dan As-Sunah. Rukun al-rahn ada empat diantaranya
sebagai berikut; (1) pelaku terdiria atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima
gadai (murtahin), (2) objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih), (3)
ijab Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah, yaitu:

Pelaku, haruscakap hokum dan baliq

Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari (a) barang gadai; dapat dijual dan nialinya seimbang, harus
bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik, tidak terkait dengan
orang lain (dalam hal kepemilikan). (b) utang, nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh
temponya.

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Perlakuan akuntansi rahn adlah sebagai berikut:

Bagi pihak yang menerima gadai

Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas barang

Pada saat menyerahakn uang pinjaman, jurnal:

Piutang xxx

Kas xxx

Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:

Kas xxx

Pendapatan xxx

Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:

Beban xxx

Kas xxx

Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah terima
barang, jurnal:

Kas xxx

Piutang xxx
Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak yang
menggadaikan, jurnal:

Kas xxx

Piutang xxx

Bagi pihak yang menggadaikan

Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan asset serta
membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan.

Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:

Kas xxx

Utang xxx

Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:

Beban xxx

Kas xxx

Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:

Utang xxx

Kas xxx

Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat penjualan
barang gadai, jurnal:
Kas xxx

Akumulasi penyusutan (bila asset tetap) xxx

Kerugian xxx

Keuntungan xxx

Asset xxx

Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:

Utang xxx

Kas xxx

Akad Jualah (Hadiah)

Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan, meletakkan, membuat,
menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan
hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan
jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai dengan yang diharapkan. Sumber hukum akad ini
adalah Al-Qur’an (Qs 12:71) dan As-Sunah. Rukun yang terdapat pada akad ini ada empat, yaitu: pihak
yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il); objek akad berupa pekerjaan yang harus
dilakukan (al maj’ul), hadiah yang akan diberikan (al’jil); ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab).
Sementara itu ketentuan syariah, yaitu: (a) pihak yang membuat sayembara; cakap hukum dan balig, (b)
objek yang harus dikerjakan; harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan sesuai
syariah, (c)hadiah yang dinerikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlah harus jelas. (d) sah
denagn ijab saja tanpa ada Kabul.
Pelakuan akuntansi untuk akad ju’alah adalah sebagai berikut:

Bagi pihak yang membuat sayembara/membuat janji

Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas sayembara tersebut.
Saat sayembara terpenuhi, jurnal:

Beban ju’alah xxx

Kas/asset nonkas lain xxx

Bagi pihak yang menerima janji

Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas sayembara
tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:

Kas/asset nonkas lain xxx

Pendapatan ju’alah xxx

8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)

Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan syariah, sedangkan yang
digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah dijelaskan sebelumnya. Charge Card adalah
fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar
atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang
member tanlangan pada waktu aynga telah ditetapkan. (fatwa DSN MUI No. 42/DSN MUI/V/2004)
Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hokum (berdasarkan sistem yang
sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis kartu tersebut merupakan pola
pembiayaan seperti halnya kartu kredit dan kartu debit di bank konvensional. Hanya saja charge dan
syariah card tidak mengenakan bunga, tetapi mengenakan fee atas kenaggotaan dan transaksi yang
dilakukan.

Sumber Hukum

1) Al-Qur’an

“Dan janganlah kamu menhambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-


pemboros itu adalah saudara saudara syaitan dan syaitanitu sangatlah ingar kepada Tuhannya,” (QS. Al-
Isra’ (17) ; 26-27)

2) Hadist

Rukun dan Ketentuan Syariah

Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentun syariahnya akan
merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad khafalah, ijarah, dan qard.

Perlakuan Akuntansi

Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan syariahnya akan
merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah, ijarah dan qard hasan.

Akad Sharf

Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukarn, pengindraan, atau transaksi jual-beli. Sharf
adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uangan
dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Sumber hukum akas Sharf

“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna
(tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbanngan dan tangan
ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbanngan dan
tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma harus sama takaran,
timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan gram harus sama
takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba,” (HR. Muslim)

“Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma
dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis secara tunai. Jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan dengan tunai.” (HR. Muslim)

“Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).” (HR. Muslim)

Jenis pertukaran transaksi valuta asing

1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas dan penyerahannya pada saat itu
atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2 hari, transaksi dibolehkan secara syariah karena
dianggap tunai.

2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.

3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang sama dengan harga
foward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.

4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau
hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan
jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
Rukun dan ketentuan syariah

1) Rukun transaksi Shaf terdiri dari :

a) Pelaku terdiri atas pembeli dan penjual

b) Objek akad berupa mata uang

c) Ijab qobul (serah terima)

2) Ketentuan syariah, yaitu :

a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh

b) Objek akad :

Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedu belah pihak.

Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum keduanya
berpisah.

Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata uang
itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang yang berbeda.

Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.

Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling
dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai atau
dalam kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan
saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli
valuta itu berpisah.

3) Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelakuan akuntansi akad Sharf

1) Jurnal saat membeli valuta asing :

Kas (Dolar) xxx

Kas (Rp) xxx

2) Jurnal saat dijual :

Kas (Rp) xxx

Kerugian* xxx

Keuntungan** xxx

Kas (Dolar) xxx

Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual

** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual

Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam suatu
valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia
pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :

Kerugian xxx

Piutang (valas) xxx

Utang (valas) xxx

Keuntungan xxx

Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :

Piutang (valas) xxx

Keuntungan xxx

Kerugian xxx

Utang (valas) xxx

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan
(qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
jenis-jenis akad :

Akad Wadiah.

Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)

Akad Al-Kafalah (Jaminan)

Qardhul Hasan

Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)

Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)

Akad Jualah (Hadiah)

8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)

Akad Sharf

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai