Analisis Kasus Kecurangan PT Waskita
Analisis Kasus Kecurangan PT Waskita
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan semua
pertolongan serta kemudahanNya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah “Pengertian dan Jenis
Akad-akad lainnya” ini.
Selama proses penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
Bapak M. Djazari, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah
Ibu, Bapak, dan segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.
Teman-teman sekalian, hanya ucapan terima kasih yang dapat kami berikan untuk semua bantuannya.
Segenap pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusun.
Apabila kiranya dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, kami mengharap kritik dan saran yang
dapat membangun sehingga menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….. 1
Latar Belakang………………………………………………………………………………. 1
Rumusan Masalah………………………………………………………………………….. 1
Tujuan………………………………………………………………………………………….. 1
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….. 2
Pengertian Akad…………………………………………………………………………….. 2
Kesimpulan……………………………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………. 19
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu islam sudah sangat lama berkembang, namun karena runtuhnya kekuasaan islam pada masa
lampau, telah juga menghilangkan praktik – praktik tentang ekonomi islam yang baik dan benar di dalam
masyarakat. Sehingga yang berkembang yakni paham – paham yang berasal dari bangsa Barat yang
bersifat liberalis dan materialistis.
Ilmu ekonomi islam muncul kembali pada abad ke-20 dengan munculnya bank bagi hasil. Praktik
ekonomi islam resmi disahkan pada Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berlangsung di Jedah 1976.
Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para ahli berupaya mencari alternatif
pemecahan masalah menggunakan ilmu ekonomi islam. Ilmu islam pada dasarnya bersifat adil dan tidak
memihak sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang ataupun lembaga – lembaga yang
memakai ilmu ekonomi islam tidak merasa dirugikan. Untuk itu sebaiknya dalam menjalankan suatu
lembaga keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu ekonomi islam.
Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu keuangan syariah, dan juga
apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Akad
Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat. Menurut terminologi
hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan
oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
Jenis – Jenis Akad
Akad Wadiah.
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan pemiliknya, untuk
tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak
yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib
menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang menjadi penjamin pengembali barang
titipan. Sumber hukum dari akad wadiah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 4:58) yang artinya “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amat kepada yang berhak menerimanya dan As-Sunnah yang
berbunyi “Tunaikan amanat itu kepada orang yang member amanat kepadamu dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud dan Al Tirmidzi).
Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak
boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat perbelanjaan.
Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkanbarang titipan
tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh
setiap saat, saat pemilik menghendakinya. Contohnya: Tabungan
Rukun wadiah ada tiga diantaranya pelaku terdiri dari: pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi’)
dan pihak yang menyimpang (mustawda’), objek wadiah berupa barang yang dititipkan (wadian), dan
ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah yaitu: pelaku harus cakap hukum, balig serta
mampu memelihara barang titipan; objek wadiah, benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui
spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan; ijab kabul/serah terima, adalah pernyataan dan ekspresi
saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut:
Ø Bagi pihak pemilik barang
Kas xxx
Utang xxx
Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx
Kas xxx
Piutang xxx
Pada saat menyerahakan barang dan menerima pembayaran kekuranag pendapatan penitipan, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
Al Wakalah atau Al Wikalah atau Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian, pemberian mandate
(Sabiq, 2008). Akad Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sumber hukum dari akad Al wakalah terdapat pada Al-Qur’an (Qs
18:19) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan Syariah dalam akad ini adalah sebagai berikut:
Rukun wakalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil dan pihak yang
diberi kuasa/wakil, objek akad berupa barang atau jasa, ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan
syariah, yaitu:
Pelaku
1) Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan adalah pemilik sah yang dapat bertindak
terhadap sesuatu yang diwakilkan; orang mukalaf atau anak mumayyi dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan
sebagainya.
2) Pihak penerima kuasa: harus cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
Objek yang dikuasakan/diwakilkan
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Sementara itu akad wakalah dapat berakhir dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut:
Kas xxx
Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka, jurnal:
Kas xxx
Kas xxx
Akad Al-Kafalah (Jaminan)
Akad kafalah adalah suatu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il)
kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung
(makful anhul/ashil). Sumber hukum akad Al-Kafalah terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Rukun dan
ketentuan syariah dalam alkad Al-Kafalah yaitu:
Rukun kafalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri atas pihak peminjam, pihak yang beruntung, dan pihak
yang berutang; objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa maupun
pekerjaan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah, yaitu:
Pelaku
1) Pihak penjamin (kafiil): baligh dan berakal sehat, berhak penuhuntuk melakukan tindakan hukum
dalam urusan hartanya dan rela dengan tanggungan kafalah tersebut.
2) Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Makful’anhu): sanggup menyerahkan tanggungannya (utang)
kepada peminjaman, dikenal oleh penjamin.
3) Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu): diketahui identitasnya, dapat hadir pada waktu akad
atau memberikan kuasa, berakal sehat.
1) Merupakan pihak atau orang yang berutang, baik berupa uang, benda maupun pekerjaan.
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika kreditor
menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.
Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Mka penjamin juga
bebas untuk tidak menjamin utnag tersebut. Namun jika kreditor melepaskan jaminan dari penjamin,
bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut:
Kas xxx
Kas xxx
Kas xxx
Qardhul Hasan
Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenai biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya).
Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan
finansial, untuk tujuan social atau kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:280)
dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan sebagai berikut. Rukun qardhul hasan
ada tiga diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman; objek akad, berupa uang
yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu:
Objek akad
3) Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman dapat diperpanjang
atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya.
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana qardhul
hasan tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan dana akun kebajikan
dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima
atau yang dikeluarkan. Jadi pencatatannya sebagai berikut:
Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:
Kas xxx
Utang xxx
Utang xxx
Kas xxx
Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu
diatas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Pada dasarnya adalah akad
tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong untuk mengharap ridho Allah. Terdapat beberapa jenis
akad hiwalah diantaranya dapat ditinjau dari:
Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut hiwalah
ad-dain (pemindahan utang).
Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat)hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang
sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang, tetapi
tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
Dasar hokum hiwalah adalah hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah seorang kamu
dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka turutlah (menerima pengalihan
tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)
Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah ada tiga, yaitu: (1)
Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil, pihak yang berpiutang atau
berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal’alaih. (2) Objek akad adalah
adanya utang dan piutang. Selain itu yang (3) ijab Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah,
yaitu:
Pelaku; sudah balig dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam urusan
hartanya dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut, dan di ketahui identitasnya.
Objek penjamin (makful bihi); bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang,
harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan.harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan dengan syariat islam.
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Ketika pengambilalihan utang di man muhal’alaih membayar utang muhil pada muhal, jurnal:
Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang dibayarkan diakui
pada saat terjadinya, jurnal:
Kas xxx
Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee) yang dibayar diakui
sebagai beban tangguhan, jurnal:
Kas xxx
Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:
Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada saat
terjadinya, jurnal:
Kas xxx
Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih, jurnal:
Kas xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:
Kas xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih menerima feel ujrah
sekaligus, jurnal:
Kas xxx
Kas xxx
Piutang-C xxx
Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang disebut dengan
barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminanatas
utang. Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang. Sumber
hokum akad rah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:283) dan As-Sunah. Rukun al-rahn ada empat diantaranya
sebagai berikut; (1) pelaku terdiria atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima
gadai (murtahin), (2) objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih), (3)
ijab Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah, yaitu:
Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari (a) barang gadai; dapat dijual dan nialinya seimbang, harus
bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik, tidak terkait dengan
orang lain (dalam hal kepemilikan). (b) utang, nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh
temponya.
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Perlakuan akuntansi rahn adlah sebagai berikut:
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas barang
Piutang xxx
Kas xxx
Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas xxx
Pendapatan xxx
Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx
Kas xxx
Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah terima
barang, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak yang
menggadaikan, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan asset serta
membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan.
Kas xxx
Utang xxx
Beban xxx
Kas xxx
Utang xxx
Kas xxx
Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat penjualan
barang gadai, jurnal:
Kas xxx
Kerugian xxx
Keuntungan xxx
Asset xxx
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx
Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan, meletakkan, membuat,
menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan
hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan
jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai dengan yang diharapkan. Sumber hukum akad ini
adalah Al-Qur’an (Qs 12:71) dan As-Sunah. Rukun yang terdapat pada akad ini ada empat, yaitu: pihak
yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il); objek akad berupa pekerjaan yang harus
dilakukan (al maj’ul), hadiah yang akan diberikan (al’jil); ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab).
Sementara itu ketentuan syariah, yaitu: (a) pihak yang membuat sayembara; cakap hukum dan balig, (b)
objek yang harus dikerjakan; harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan sesuai
syariah, (c)hadiah yang dinerikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlah harus jelas. (d) sah
denagn ijab saja tanpa ada Kabul.
Pelakuan akuntansi untuk akad ju’alah adalah sebagai berikut:
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas sayembara tersebut.
Saat sayembara terpenuhi, jurnal:
Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas sayembara
tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:
Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan syariah, sedangkan yang
digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah dijelaskan sebelumnya. Charge Card adalah
fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar
atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang
member tanlangan pada waktu aynga telah ditetapkan. (fatwa DSN MUI No. 42/DSN MUI/V/2004)
Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hokum (berdasarkan sistem yang
sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis kartu tersebut merupakan pola
pembiayaan seperti halnya kartu kredit dan kartu debit di bank konvensional. Hanya saja charge dan
syariah card tidak mengenakan bunga, tetapi mengenakan fee atas kenaggotaan dan transaksi yang
dilakukan.
Sumber Hukum
1) Al-Qur’an
2) Hadist
Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentun syariahnya akan
merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad khafalah, ijarah, dan qard.
Perlakuan Akuntansi
Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan syariahnya akan
merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah, ijarah dan qard hasan.
Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukarn, pengindraan, atau transaksi jual-beli. Sharf
adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uangan
dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Sumber hukum akas Sharf
“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna
(tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbanngan dan tangan
ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbanngan dan
tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma harus sama takaran,
timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan gram harus sama
takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba,” (HR. Muslim)
“Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma
dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis secara tunai. Jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan dengan tunai.” (HR. Muslim)
“Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).” (HR. Muslim)
1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas dan penyerahannya pada saat itu
atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2 hari, transaksi dibolehkan secara syariah karena
dianggap tunai.
2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.
3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang sama dengan harga
foward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau
hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan
jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
Rukun dan ketentuan syariah
b) Objek akad :
Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedu belah pihak.
Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum keduanya
berpisah.
Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata uang
itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang yang berbeda.
Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling
dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai atau
dalam kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan
saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli
valuta itu berpisah.
3) Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelakuan akuntansi akad Sharf
Kerugian* xxx
Keuntungan** xxx
Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual
Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam suatu
valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia
pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Kerugian xxx
Keuntungan xxx
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Keuntungan xxx
Kerugian xxx
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan
(qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
jenis-jenis akad :
Akad Wadiah.
Qardhul Hasan
Akad Sharf
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri, Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.