Disusun Oleh:
Refina Helda K S
NRP. 02311745000046
Dosen Pembimbing:
Gunawan Nugroho S.T. M.T. P.hD
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Laboratorium
Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan
III. Pembimbing
1. Gunawan Nugroho S.T. M.T. P.hD
V. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang diangkat pada tugas akhir ini
adalah:
1. Bagaimana pengaruh sudut dan jarak terhadap peningkatan efektifitas perpindahan
panas pada compact heat exchanger?
2. Bagaimana pengaruh geometri louver fin terhadap koefisien perpindahan pada
compact heat exchanger?
VI. Tujuan
Untuk menyelesaikan permasalahan diatas maka dilakukan tugas akhir dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Menganalisa pengaruh sudut dan jarak terhadap peningkatan efektifitas perpindahan
panas pada compact heat exchanger .
2. Menganalisa pengaruh geometri louver fin terhadap koefisien perpindahan pada
compact heat exchanger.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah:
1. Heat exchanger yang digunakan adalah compact heat exchanger.
2. Fin bentuk multilouver dan susunan inline pada heat exchanger.
3. Asumsi hanya terjadi perpindahan panas konveksi.
4. Pemodelan geometri heat exchanger dilakukan dalam domain 3 dimensi.
5. Aliran pada heat exchanger adalah steady flow, incompressible flow dan uniform pada
sisi inlet.
6. Kondisi batas pada sisi inlet berupa velocity inlet dan pada sisi outlet berupa outflow.
.
9.1.1 Klasifikasi Compact Heat Exchanger
Compact heat exchanger dibedakan menjadi 2 jenis yaitu jenis pelat sirip (plate fin)
dan pipa sirip (finned tube).
1. Plate Fin Heat Exchanger
Salah satu bentuk compact heat exchanger yang terdiri dari blok lapisan sirip
bergelombang dan pelat pemisah. Pada alat penukar kalor jenis plat sirip, sirip diapit
oleh pelat secara paralel dan terkadang sirip digabungkan dengan pipa yang bentuknya
telah disesuaikan. Pada umumnya jenis ini memiliki kerapatan sirip antara 120-700
sirip/m namun pada aplikasinya memungkinkan hingga 2100 sirip/m. Ketebalan sirip
pada umumnya antara 0,05 sampai 0,25 mm. Ketinggian puncak sirip antara 2-20
mm.pada plate fin heat exchnager dengan luas permukaan perpindahan panas
1300m2/m3 mampu ditempati sirip dengan kerapatan 600 sirip/m.
Plate fin heat exchanger menerima dua atau lebih aliran yang mungkin
mengalir dalam arah paralel atau tegak lurus satu sama lain. Ketika arah arus sejajar,
fluida dapat mengalir pada aliran yang sama atau berlawanan. Plate fin heat exchanger
ini digunakan pada 3 konfigurasi yaitu: cross flow, counter flow, dan cross-counter
flow. Untuk aliran cross flow biasanya hanya memiliki dua aliran sehingga
menghilangkan faktor distribusi.
hi
L
1
𝑈=
1 𝐿 1
+ +
ℎ𝑖 𝑘 ℎ𝑜
k ho
1
𝑈𝑖 = 1 𝑟𝑖 𝑟𝑜 𝑟𝑖 1 berdasarkan luas permukaan dalam pipa
+ ln +
ℎ𝑖 𝑘 𝑟𝑖 𝑟𝑜 ℎ𝑜
Perpindahan panas konveksi pada aliran internal merupakan salah satu proses
perpindahan panas yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Koefisien perpindahan
panas konveksi dipengaruhi oleh diameter, luas permukaan, bentuk objek, arah
aliran terhadap objek, massa jenis fluida, viskosistas fluida dll. Faktor faktor
tersebut dapat dicari dalam bilangan Nusselt, Reynolds, Prandtl dengan rumus
sebagai berikut:
Bilangan Reynolds
𝜌𝑉𝐷
𝑅𝑒 𝐷 = untuk aliran tertutup pada saluran berpenampang bulat dan
𝜇
untuk aliran melintang silinder.
Bilangan Nusselt
ℎ𝐷
𝑁𝑢 𝐷 = 𝑘 untuk aliran tertutup pada saluran berpenampang bulat dan
untuk aliran melintang silinder.
Bilangan Prandtl
𝑘
𝑃𝑟 = 𝜌𝐶
𝑝
Profil kecepatan pada aliran internal dan profil temperature dapat dilihat pada
gambar dibawah :
Fluida masuk dengan kondisi 𝑇𝑟,0 < 𝑇𝑠 , maka terjadi perpindahan panas
konveksi dan mulai terjadi pertumbuhan layer termal.
Untuk aliran laminer thermal entry length:
𝑥𝑓𝑑,𝑡
( 𝐷 ) ≈ 0.05 𝑅𝑒𝐷 𝑃𝑟 (termal)
𝑙𝑎𝑚
Untuk harga Pr > 1 pertumbuhan hydrodinamik boundary layer lebih cepat daripada
pertumbuhan thermal boundary layer.
Untuk aliran turbulen pengaruh Pr tidak berarti sehingga rumusnya:
𝑥𝑓𝑑,𝑡
( ) = 10
𝐷
9.5 Computational Fluid Dynamics
Computational Fluid Dynamics (CFD) merupakan metode yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang melibatkan aliran fluid, perpindahan panas dan proses
fisik lain secara numerik. Aliran fluida pada daerah yang terbatas akan dimodelkan
dengan persamaan-persamaan tertentu sesuai dengan kondisi batas pada daerah tersebut.
Terdapat 3 tahapan dalam penggunaan CFD yaitu:
a. Pre-Processing
Tahap pre-processing merupakan tahap awal penyelesaian dari permasalahan
dengan melakukan beberapa kegiatan seperti berikut.
Pendefinisian geometri dan domain komputasi.
Grid generation yaitu membagi domain komputasi menjadi lebih kecil
(cell).
Pendefinisian karakteristik fluida.
Pendefinisian kondisi batas pada cell yang berbatasan dengan batas
domain.
b. Solver
Solusi numerik bisa didapatkan melalui beberapa metode seperti finite difference,
finite element dan spectral method. Metode numerik yang menjadi dasar dari
solver dalam menyelesaikan masalah adalah sebagai beriku:
Pendekatan terhadap variabel aliran yang tidak diketahui, dengan
menggunakan fungsi sederhana.
Subtitusi dari pendekatan yang telah dilakukan ke dalam persamaan aliran.
Menyelesaikan persamaan dengan metode iterasi.
c. Post Processing
Post processing merupakan tahap akhir dalam CFD. Hasil pengerjaan dapat
ditampilkan dalam bentuk grafik, kontur maupun animasi. Beberapa hasil yang
dapat ditampilkan diantaranya adalah display grid, plot vector, plot kontur,
particle tracking dan lain sebagainya.
IX. Metodologi Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam pengerjaan tugas akhir ini ditampilkan pada gambar
berikut.
Diameter tube yang digunakan adalah 3,2 mm dengan jarak fin 3mm, transverse tube
pitch 9,6 mm, longitudinal tube pitch 28 mm, louver angle 26°, louver pitch 1,2 mm
Untuk jenis fin yang digunakan louver dengan flat tube compact heat exchanger.
Gambar 10. 2 Design louver fin.
Selain menggunakan sudut serang 26°, variasi sudut serang lain yang digunakan adalah
30° dan 45°.
2. Simulasi Desain
Setelah geometri ditentukan, proses simulasi menggunakan Computational Fluid
Dynamics dapat dimulai. Pada tahap pre-processing dilakukan pembuatan geometri,
mesh dan penentuan kondisi batas serta karakteristik fluida. Pembuatan geometri
dilakukan sesuai dengan referensi. Setelah geometri dibuat, gambar geometri di-
import ke software untuk dilakukan proses meshing. Meshing adalah pembagian
geometri yang sudah dibuat menjadi elemen-elemen kecil. Setelah meshing selesai,
maka hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah penetuan kondisi batas. Adapun
kondisi batas pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut.
Tabel 10. 1 Kondisi Batas Simulasi
Kondisi Batas Keterangan
Tipe Velocity Inlet
Inlet Kecepatan Udara 1.8 m/s
Temperatur 300 K
Tipe Stationary Wall
Dinding Tube
Temperatur 330 K
Outlet Tipe Outflow
Model viskositas yang digunakan pada tugas akhir ini adalah K-espilon karena akurat
dalam perhitungan aliran fluida yang melibatkan swirl flow, lapisan batas yang
memiliki gradient tekanan besar, separasi, dan resirkulasi [10].
Persamaan model standard k-epsilon adalah sebagai berikut [11]
Turbulence Kinetic Energy
𝜕𝑘 𝜕𝑘 𝜕𝑈 𝜕 𝜇 𝜕𝑘
𝜌 𝜕𝑡 + 𝜌𝑈𝑗 𝜕𝑥 = 𝜏𝑖𝑗 𝜕𝑥 𝑖 − 𝜌𝜖 + 𝜕𝑥 [(𝜇 + 𝜎𝑇 ) 𝜕𝑥 ] (10.1)
𝑗 𝑗 𝑗 𝑘 𝑗
Dissipation Rate
𝜕𝜖 𝜕𝜖 𝜖 𝜕𝑈 𝜖2 𝜕 𝜇 𝜕𝜖
𝜌 𝜕𝑡 + 𝜌𝑈𝑗 𝜕𝑥 = 𝐶𝜖1 𝑘 𝜏𝑖𝑗 𝜕𝑥 𝑖 − 𝐶𝜖2 𝜌 + 𝜕𝑥 [(𝜇 + 𝜎𝑇 ) 𝜕𝑥 ] (10.2)
𝑗 𝑗 𝑘 𝑗 𝜖 𝑗
Viscosity
𝜇 𝑇 = 𝜌𝐶𝜇 𝑘 2 /𝜖 (10.3)
Dengan konstanta sebagai berikut
𝐶𝜖1 = 1.44
𝐶𝜖2 = 1.92
𝐶𝜇 = 0.09
𝜎𝑘 = 1
𝜎𝜖 = 1.3
3. Pengambilan Data
Setelah simulasi selesai, data-data hasil simulasi seperti profil aliran, profil temperatur,
profil tekanan pada heat exchanger, temperatur masukan dan keluaran udara akan
diverifikasi sebelum diolah dan dianalisa lebih lanjut.
4. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah semua data hasil simulasi sudah selesai diverifikasi.
Teori yang sudah dipelajari pada tahap studi literatur akan digunakan pada tahap ini.
Tahap ini akan membahas karakteristik aliran pada heat exchanger, hubungan
koefisien perpindahan panas dengan bilangan Reynolds dan resistansi termal, serta
hubungan pressure drop dengan kecepatan fluida.
5. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan sesuai dengan hasil analisa data yang telah dilakukan.
6. Penyusunan Laporan Akhir
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan tugas akhir. Laporan ini memuat
hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
X. Jadwal Kegiatan
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan tugas akhir yang akan dijalankan:
Tabel 10.1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir
I II III IV
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Penentuan Geometri
3 Pembuatan Geometri
4 Proses meshing
5 Post-prosessing
6 Analisis dan Hasil
7 Kesimpulan
8 Penyusunan Laporan Tugas Akhir
9 Pembimbingan
XI. Daftar Pustaka
[1] Bergles, A.E. (1999).Enhanced heat transfer:Endles frontier, or mature and routine?
J.Enhnced Heat Transfer.
[3] F. P. Incropera, D. P. Dewitt, T. L. Bergman and A. S. Lavine, Fundamentals of Heat and Mass
Transfer Seventh Edition, Canada: John Wiley and Sons, 2011.
[4] F. Tuakia, Dasar-Dasar CFD Menggunakan Fluent, Bandung: Informatika Bandung, 2008.
[5] Incropera, F.P, Dewitt, D.P, Bergman, T.L, Lavine A.S. “Fundamental of Heat Mass
Transfer, 6th Edition”, John Wiley & Sons, 2007
[6] J.-Y. Jang, M.-C. Wu and W.-J. Chang, "Numerical and experimental studies of three
dimensional plate-fin and tube heat exchangers," International Journal Heat Mass Transfer, vol.
39, pp. 3057-3066, 1996.
J. Leu, M. Liu, J. Liaw, C. Wang, A numerical investigation of Louvered fin and tube
[7] heat exchanger having circular and oval tube configurations, Int. J. Heat Mass Transf. 44
(2001) 4235– 4243.
[8] Kays, W. M., and A.L. London: Heat Transfer and Flow Friction Characteristicof some
compact heat exchanger Surfaces-part I. ASME, vol.72,pp.1075-1085,1950.
[9] http://ethesis.nitrkl.ac.in/297/1/DESIGN_OF_COMPACT_PLATE_FIN_HEAT_EXCH
ANGER2.pdf
[10] T. Välikangas, S. Singh, K. Sørensen and T. Condra, "Fin-and-tube heat exchanger enhancement
with a combined," International Journal of Heat and Mass Transfer, vol. 118, pp. 602-616, 2017.
X. Zhang, D.K. Tafti, Flow efficiency in multi-louvered fins, Int. J. Heat Mass Transf. 46
[11] (2003) 1737–1750