Anda di halaman 1dari 51

1

Topik : MASALAH DAN KEBIJAKAN MAKROEKONOMI


Semester : II
Minggu ke- : 1&2
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 4 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan masalah-masalah pokok dalam perekonomian.
2. Menjelaskan pengertian kurva kemungkinan produksi.
3. Menjelaskan perbedaan pendapatan nasional potensial dan sebenarnya.
4. Menjelaskan pengertian konjungtur.
5. Menjelaskan sebab dan akibat buruk pengangguran.
6. Menghitung jumlah dan tingkat pengangguran.
7. Menjelaskan jenis, sebab, dan akibat buruk inflasi.
8. Menghitung indeks harga konsumen.
9. Menghitung tingkat inflasi.
10.Menghitung pendapatan nasional riil.
11.Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi.
12.Menjelaskan macam-macam kebijakan ekonomi.

II. TEORI

A. Pertumbuhan Ekonomi

Masalah-masalah makroekonomi utama yang selalu dihadapi suatu negara adalah:


1. Pertumbuhan ekonomi.
2. Kestabilan kegiatan ekonomi.
3. Pengangguran dan inflasi.
4. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Perkembangan kemampuan memproduksi
2

barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya
tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi produksi sering kali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya. Gambar 1 menunjukkan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP), yaitu
kurva yang menggambarkan batas maksimum produksi yang dapat diciptakan suatu
negara. Gambar 2 menunjukkan perbedaan antara pertumbuhan ekonomi potensial
yang dapat dicapai dan pertumbuhan ekonomi sebenarnya.

Barang pertanian (unit)


R

M
D C

Po B

P1 A

0 I1 Io N S Barang industri (unit)

Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi Suatu Negara yang Diasumsikan hanya


Menghasilkan Dua Jenis Barang Industri dan Pertanian

Ketika KKP sama dengan MN, batas produksi maksimum yang memaksimumkan
kemakmuran rakyat adalah Io barang industri dan Po barang pertaniam, yaitu pada titik
B. Pada kenyataan, misalnya, negara tersebut hanya memproduksi pada titik A yaitu I1
barang industri dan P1 barang pertanian. Ini menunjukkan bahwa tingkat kegiatan
ekonomi berada di bawah potensi. Hal ini berarti terdapat sebagian faktor produksi,
termasuk tenaga kerja, yang menganggur. Pertambahan faktor-faktor produksi dan
perkembangan teknologi memungkinkan negara itu mengalami pertumbuhan ekonomi
yang ditunjukkan oleh KKP yang sama dengan RS. Tetapi, sekali lagi, pada tahap
inipun terjadi perbedaan antara potensi produksi, yaitu C dan produksi yang
sebenarnya, yaitu D.
3

Gambar 2 menunjukkan perbedaan pertumbuhan ekonomi potensial dan sebenarnya.


Grafik (a) menggambarkan Pendapatan nasional potensial, yaitu pendapatan nasional
yang dicapai apabila terjadi pemanfaatan sumberdaya penuh (full employment). Grafik
(b) adalah pendapatan nasional yang sebenarnya terwujud dari tahun ke tahun.
Perbedaan antara pendapatan nasional potensial dengan pendapatan nasional
sebenarnya disebut jurang GNP (Gross National Product).

Hal lain yang sering menjadi masalah dalam kegiatan ekonomi adalah ketidakstabilan
perkembangan kgiatan ekonomi. Adakalanya kegiatan perekonomian berkembang
sangat pesat (ekspansi) sehingga menimbulkan kenaikkan harga-harga. Pada periode
lain, perekonomian mengalami perlambatan (kontraksi) dalam perkembangannya,
bahkan merosot sampai ke tingkat yang lebih rendah dari sebelumnya (resesi).
Perkembangan naik turunnya kegiatan perusahaan-perusahaan dalam jangka panjang
disebut konjungtur atau siklus kegiatan perusahaan (business cycle). Gambar 3
memperlihatkan pola siklus kegiatan perusahaan.

Pendapatan Nasional Riil (Rp triliun)

(a)
(b)
160
140
120
100
80 jurang GNP
60
40
20

0 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 tahun

Gambar 2. Perbedaan Pendapatan Nasional Potensial (kurva a) dan Pendapatan


Nasional Sebenarnya (kurva b)

Dalam praktik, pertumbuhan ekonomi diukusr dengan pendapatan nasional atau


produk nasional. Pendapatan nasional menggambarkan nilai barang-barang dan jasa-
4

jasa yang diproduksi suatu negara dalam satu tahun. Produk atau pendapatan nasional
dibedakan menjadi Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)
dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product. Pengukuran
pertumbuhan ekonomi menggunakan data pendapatan nasional riil, yaitu GNP atau
GDP yang dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dasar atau GNP atau
GDP berdasarkan harga tetap. Rumus untuk menghitung pertumbuhan ekonomi atau
economic growth (g) adalah:

GNP riil i - GNP riil i-1


gi = ----------------------------- x 100 % .............. (1)
GNP riil i-1
atau

GDP riil i - GDP riil i-1


gi = ----------------------------- x 100 % .............. (2)
GDP riil i-1
dimana:
gi = Pertumbuhan ekonomi pada tahun i
GNP riil i = GNP riil pada tahun i
GDP riil i = GDP riil pada tahun i
GNP riil i-1 = GNP riil pada tahun i-1
GDP riil i-1 = GDP riil pada tahun i-1

Selain untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional juga dapat


digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara. Pengukuran tingkat
kemakmuran terlebih dulu menghitung pendapatan per kapita, yaitu:

Pendapatan nasional i
Tingkat pendapatan per kapita = ---------------------------- .......................................... (3)
Jumlah penduduk i
5

Pendapatan nasional

konjungtur
boom
GNP potensial
A C

kontraksi

ekspansi

B
resesi

0 1985 1990 Periode

Gambar 3. Suatu Siklus dalam Konjungtur

Pendapatan/kapita i - Pendapatan/ kapita i-1


Pertumbuhan pendapatan/kapita = ------------------------------------------------------- x 100 % ...(4)
Pendapatan/kapita i-1

Dengan ketentuan:
i = tahun ke i
i-1= tahun i-1

B. Pengangguran

Pengangguran (unemployment) adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong


angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan, tetapi belum dapat memperolehnya.
Namun demikian, seseorang yang termasuk usia kerja, tetapi tidak ingin bekerja bukan
dinamakan pengangguran, contohnya ibu rumah tangga, pelajar, atau mahasiswa.
Mereka ini disebut pengangguran sukarela (volountary unemployment). Faktor utama
yang menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat (agregate
expenditure = AE) atau permintaan agregat (agregate demand = AD). Penyebab
lainnya adalah (a) menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik
(frictional unemployment), (b) pengusaha menggunakan peralatan produksi modern
yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, dan (c) ketidaksesuaian antara
keterampilan pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan industri.
6

Akibat buruk pertama pengangguran adalah penurunan pendapatan nasional.


Turunnya pendapatan nasional berarti penurunan tingkat kemakmuran. Bagi individu
yang menganggur, ini berarti ia harus mengurangi konsumsi. Hal ini selanjutnya akan
mengganggu kesehatan fisik. Jika pengangguran berlangsung lama maka dapat
menimbulkan dampak psikologis bagi penganggur dan keluarganya. Terakhir, jika
suatu negara mengalami pengangguran besar-besaran maka akan terjadi kekacauan
keamanan, sosial dan politik.

Untuk menghitung jumlah dan tingkat pengangguran di suatu negara harus diketahui
data jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, bukan angkatan kerja, dan angkatan
kerja yang mendapat pekerjaan. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia
lebih dari 10 tahun. Penduduk usia kerja yang tidak ingin bekerja disebut bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang ingin bekerja.
Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan, dengan
demikian dapat dirumuskan:

PUKi = penduduk usia lebih dari 10 tahun ke atas pada tahun i


Bukan AKi = PUKi yang tidak ingin bekerja (pelajar, mahasiswa, ibu Rt dan
penganggur sukarela lain) pada tahun i
AKi = PUKi - Bukan AKi ....................................................................(5)
AKi bekerja = AKi yang mendapat pekerjaan pada tahun i
Pengangguran i = AKi - AKi bekerja .....................................................................(6)

Pengangguran i
Tingkat pengangguran = ---------------------------- x 100% ...................................... (7)
AKi
dimana i adalah tahun i

C. Inflasi

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang terjadi dalam suatu
perekonomian (negara). Tingkat inflasi rendah apabila berada pada kisaran 4--6
persen. Tingkat inflasi 5--10% dikatakan inflasi moderat. Tingkat inflasi yang tinggi
dapat mencapai angka ratusan bahkan ribuan persen dalam setahun.
7

Di negara-negara industri, inflasi disebabkan oleh dua sumber. Pertama, tingkat AE =


AD yang apabila melebihi kemampuan perusahaan menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa.. Inflasi ini disebut demand pull inflation. Kedua, pekerja-pekerja di
berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Akibatnya terjadi kenaikkan
biaya produksi yang pada gilirannya akan menaikkan harga barang dan jasa yang
diproduksi. Inflasi ini disebut cost push inflation. Di samping dua penyebab tersebut,
inflasi dapat juga terjadi karena (1) kenaikkan harga barang impor, (2) penambahan
penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan
penawaran barang, dan (3) kekacauan politik dan ekonomi akibat pemerintahan yang
tidak bertanggung jawab.

Akibat buruk inflasi yang pertama adalah penurunan daya beli pendapatan masyarakat.
Pendapatan riil masyarakat menurun akibat inflasi. Selanjutnya penurunan daya beli
yang berarti penurunan tingkat kemakmuran masyarakat. Inflasi yang bertambah
serius akan mengurangi investasi dan ekspor serta menaikkan impor. Akhirnya, inflasi
berakibat pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

Perhitungan tingkat inflasi membutuhkan data indeks harga atau Indeks Harga
Konsumen (IHK), yaitu indeks harga barang-barang yang digunakan konsumen.
Langkah-langkah dalam membentuk IHK adalah (1) menetapkan tahun dasar
perhitungan IHK, yaitu yang dijadikan titik tolak dalam membandingkan perubahan
harga, (2) menentukkan jenis-jenis barang yang diamati perubahannya serta
menentukkan bobot (weights) tiap barang. Weights suatu jenis barang dapat
ditentukan dengan cara menghitung persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk
barang tersebut, dan (3) menghitung indeks harga konsumen. Rumus perhitungan IHK
tahun i adalah:

Harga x weights tahun i


IHKi = -------------------------------------- x 100% .......................... (8)
Harga x weihts tahun dasar
8

Tingkat inflasi pada tahun i dapat dihitung dengan rumus

IHKi - IHKi-1
Pi = -------------------------- x 100% .............................................. (9)
IHKi-1
Dimana:
IHKi = Indeks Harga Konsumen pada tahun i
IHKi-1= Indeks Harga Konsumen pada tahun i-1
Pi = Tingkat inflasi
Dengan diketahuinya IHKi maka data GNP dan GDP menurut harga berlaku atau
GNP dan GDP nominal dapat dikonversi menjadi GNP dan GDP riil, dengan rumus:

IHK tahun dasar


GNP riil tahun i = ------------------------ x GNP nominal tahun i..............….. (10)
IHK tahun i
IHK tahun dasar
GDP riil tahun i = ------------------------ x GDP nominal tahun i...................... (11)
IHK tahun i

D. Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

Pada saat kegiatan ekonomi melintasi batas negara (ekonomi terbuka) maka akan
timbul masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Neraca perdagangan
mencatat transaksi perdagangan, yaitu ekspor dan impor. Selain transaksi ekspor dan
impor, neraca pemabayaran mencatat modal masuk (capital inflow) dan arus modal
keluar (capital outflow). Defisit neraca pembayaran berarti, pembayaran ke luar negeri
melebihi penerimaan dari luar negeri. Hal ini dapat terjadi jika impor melebihi ekspor
atau capital inflow melebihi capital outflow.

Pada saat defisit terjadi karena impor yang berlebihan maka kegiatan ekonomi dalam
negeri akan mengalami penurunan, karena konsumen menggantikan barang dalam
negeri dengan barang impor. Nilai tukar valuta asing akan naik dan menyebabkan
harga barang impor bertambah mahal. Penurunan kegiatan ekonomi dalam negeri
mengurangi kegiatan pengusaha dalam menanam modal dan membangun usaha baru.
Akibatnya, masalahpengangguran bertambah serius. Akibat lebih jauh adalah
kehilangan kepercayaan orang terhadap prospek ekonominegara tersebut dalam jangka
9

panjang. Dengan demikian modal dalam negeri akan mengalir ke luar negeri dan
modal dari luar negeri tidak akan ditanam di dalam negera tersebut. Keadaan ini
selanjutnya dapat memperlampat pertumbuhan ekonomi pada masa depan.

E. Tujuan dan Kebijakan Makroekonomi

Sama halnya dengan masalah pengangguran dan inflasi, defisit neraca pembayaran
dapat menyebabkan pengaruh buruk terhadap prestasi kegaiatan ekonomi dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu setiap negara berusaha
menghindari masalah-masalah tersebut melalui serangkaian kebijakan makroekonomi.
Secara umum kebijakan makroekonomi dapat dibedakan menjadi empat aspek:
a. Menstabilkan kegiatan ekonomi.
b. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) tanpa inflasi.
c. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mantap.
d. Menghindari masalah inflasi.
Pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan melalui tiga bentuk kebijakan: (1) kebijakan
fiskal, (2) kebijakan moneter, dan (3) kebijakan segi penawaran. Kebijakan fiskal
merupakan langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang
perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan tujuan untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat (AE) dalam perekonomian. Menurut Keynes, pada masa terjadi
pengangguran kebijakan fiskal yang penting adalah ekspansi pengeluaran pemerintah
dan pengurangan pajak. Sebaliknya, pada masa inflasi, pengeluaran pemerintah harus
dikurangi dan pajak harus dinaikkan.

Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah melalui otoritas moneter


(Bank sentral), untuk mengubah penawaran uang dalam perekonomian atau tingkat
bunga dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Salah satu komponen
pengeluaran agregat, adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga.
Penambahan pengeluaran agregat pada masa pengangguran dapat dilakukan melalui
upaya menggalakkan penanaman modal. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya
penurunan tingkat suku bunga atau penambahan penawaran uang. Pada saat inflasi,
langkah sebaliknya, penurunan penawaran uang dilakukan untuk menaikkan tingkat
10

bunga. Hal ini diharapkan dapat menurunkan tungkat investasi, sehingga pengeluaran
agregat menurun dan tekanan inflasi berkurang.

Kebijakan fiskal dan moneter adlah kebijakan yang mempengaruhi pengeluaran


agregat atau sisi permintaan, Kegiatan perekonomian negara dapat pula dipengaruhi
melalui sisi penawaran. Kebijakan segi penawaran ini bertujuan untuk mempertinggi
efesiensi kegiatan perusahaan sehingga dapat menawarkan barang dengan harga yang
lebih murah atau mutu yang lebih baik. Contoh kebijakan ini adalah kebijakan
pendapatan untuk mengendalikan tuntutan kenaikkan pendapatan pekerja agar tidak
melebihi produktivitasnya.

III. TUGAS DAN PERTANYAAN


A. Pertanyaan tentang pertumbuhan ekonomi
1. Jelaskan pengertian-pengertian di bawah ini:
a. Kurva Kemungkinan Produksi
b. Pendapatan nasional potensial
c. Pendapatan nasional sebenarnya
d. Konjungtur

2. Perhatikan tabel berikut:


Pendapatan nasional dan IHK 1990-1993
Tahun Pendapatan Nasional menurut harga berlaku IHK
(Rp triliun)
1990 150.457 148,1
1991 170.794 160,2
1992 185.471 170,4
1994 200.345 180,9
Hitunglah:
a. Pendapatan nasional riil tahun 1991-1994 jika tahun 1990 dijadikan tahun dasar
b. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam tahun 1991-1994

B. Pertanyaan tentang pengangguran

1. Jelaskan pengertian di bawah ini:


a. Unemployment
b. Voluntary unemployment
11

c. Frictional unemployment
2. Sebutkan dan jelaskan sebab-sebab terjadinya pengangguran!
3. Sebutkan dan jelaskan akibat-akibat buruk pengangguran!
4. Diketahui data ketenagakerjaan suatu negara tahun 1990-1993

Tahun Penduduk usia Penganggur Jumlah Tenaga kerja Pengangguran


kerja sukarela Angkatan Kerja yang bekerja
1990 52.121.456 521.452 ........ 49.251.122 .......
1991 53.163.885 541.441 ........ 50.101.201 .......
1992 54.280.326 561.032 ........ 50.248.118 .......
1993 55.365.932 581.940 ........ 51.987.442 .......

Hitunglah:
a. Jumlah angkatan kerja tahun 1990-1993!
b. Jumlah pengangguran tahun 1990-1993!
c. Tingkat pengangguran tahun 1991-1993!
d. Persentase permbahan angkatan kerja 1991-1993!

C. Pertanyaan tentang Inflasi

1. Jelaskan pengertian di bawah ini:


a. Inflasi!
b. Cost push inflation!
c. Demand pull inflation!
2. Sebutkan dan jelaskan sebab-sebab inflasi!
3. Sebutkan dan jelaskan akibat-akibat buruk inflasi!
5. Perhatikan tabel berikut ini:

Kelompok Weights Tahun Dasar (1980) Tahun 1993


barang
Harga (Rp) Hargax Weights Harga (Rp) Hargax Weights
A 45 1000 ........... 2000 ...........
B 25 5000 ........... 11000 ...........
C 10 5000 .......... 16000 ..........
D 20 3000 ........... 8000 ...........

Hitunglah:
a. Salin dan lengkapi tabel tersebut di atas!
b. Hitunglah IHK 1980 dan 1993!
c. Jelaskan arti kedua IHK pada butir b!
12

6. Salin kembali tabel pertanyaan a nomor 2, kemudian hitung tingkat inflasi tahun
1991- 1994!

D. Pertanyaan Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan

1. Jelaskan pengertian-pengertian:
a. Ekspor dan nilai ekspor
b. Impor dan nilai impor
c. Capital inflow
d. Capital outflow
2. Apa yang dimaksud defisit nera perdagangan? Sebutkan dan jelaskan faktor yang
menyebabkannya! Sebutkan dan jelaskan akibat buruknya!
3. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan dalam neraca pembayaran? Berikan
penjelasannya!
4. Apa yang dimaksud surplus neraca pembayaran? jelaskan akibat-akibatnya!

E. Pertanyaan tentang Kebijakan Makroekkonomi

1. Jelaskan perbedaan pendapat antara mahzab klasik dan mahzab Keynes tentang
kebijakan pemerintah! Mengapa perbedaan itu terjadi?
2. Apa yang dimaksud kebijakan fiskal? Berikan contoh! Bagaimana penerapan
kebijakan tersebut pada masa (a) pengangguran, (b) inflasi
3. Apa yang dimaksud kebijakan moneter? Berikan contohnya! Bagaimana
penerapannya pada masa (a) pengangguran dan (b) inflasi
4. Apa yang dimaksud kebijakan segi penawaran? Berikan contohnya!

BUKU SUMBER

Sukirno, Sadono. 1999 Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta.
13

Topik : PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL


Semester : II
Minggu ke- : 3, 4, dan 5
Pertemuan : 1&2
Tempat : Laboratorium Manajemen
Alokasi Waktu : 3 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan pengertian GNP, GDP, NI, pendapatan pribadi, dan pendapatan
disposibel.
2. Membedakan pendapatan nasional menurut harga berlaku dan harga tetap
3. Menjelaskan pendapatan nasional menurut harga pasar dan harga faktor.
4. Menghitung pendapatan nasional dengan cara pengeluaran.
5. Menghitung pendapatan nasional dengan cara produksi.
6. Menghitung pendapatan nasional dengan cara pendapatan.
7. Menghitung National Income.
8. Menghitung pendapatan pribadi.
9. Menghitung pendapatan disposibel.

II. TEORI

A. Istilah-Istilah Dalam Perhitungan Pendapatan Nasional

Dalam perhitungan pendapatan nasional, pertama kali harus dibedakan pengertian


GNP dan GDP. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)
adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh warga negara yang sedang menghitung GNP-nya. Gross Domestic Product
(GDP) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-
faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing. Hubungan
antara GNP dan GDP adalah:
14

GDP = GNP - PFN dari LN .......................................................................... (11)

dimana PFN dari LN adalah Pendapatan Faktor Netto dari Luar Negeri

Pendapatan nasional atau National Income (NI) adalah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu negara. Pendapatan nasional ini mewakili GNP dan GDP.
Penegartian lain pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Ini
disebut juga pendapatan nasional neto atau Nett National Product (NNP) menurut
harga faktor. Terdapat empat faktor yang digunakan sebagai dasar dalam menghitung
pendapatan nasional:
1. Pendapatan nasional menurut harga berlaku, yaitu nilai barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dinilai menurut harga-harga yang berlaku
pada tahun tersebut. Ini disebut juga pendapatan nasional nominal.
2. Pendapatan nasional menurut harga tetap, yaitu nilai barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu tahun tertentu dihitung berdasarkan harga yang tetap.
Harga yang tetap adalah harga yang berlaku pada tahun tertentu (disebut tahun
dasar). Pendapatan nasional ini disebut pendapatan nasional riil.
3. Pendapatan nasional menurut harga pasar, yaitu nilai barang dan jasa yang
diproduksi dalam satu tahun dihitung berdasarkan harga yang dibayar pembeli
(konsumen).
4. Pendapatan nasional menurut harga faktor, yaitu pendapatan nasional yang dihitung
berdasarkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa dalam satu tahun. Hubungan harga faktor dengan
harga pasar adalah:

Harga Pasar = Harga Faktor + Pajak tak langsung - Subsidi ........ (12)

Konsep pendapatan nasional berikutnya adalah Produk Nasional Neto atau Nett
National Product. Untuk pendapatan nasional NNP digunakan rumus:

GNP = NNP + Depresiasi ................................................... (13)


NNP = GNP - Depresiasi
15

Selanjutnya terdapat konsep Pendapatan Naional atau National Income (NI). Rumus
untuk mendapatkan NI adalah:

NI = GNP - Depresiasi - Pajak tak langsung - Bayaran pindahan perusahaan -


Kesalahan Statistik + Subsidi kepada perusahaan pemerintah .............(14)

Dalam perhitungan pendapatan nasional biasanya dihitung pendapatan pribadi.


Pendapatan pribadi adalah semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan suatu kegiatan apapun, yang diterima penduduk suatu
negara. Termasuk ke dalam pendapatan pribadi adalah pemabayaran pindahan.
Pembayaran pindahan merupakan pemberian pemerintah kepada golongan masyarakat
yang penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas jasa atau imbalan lainnya.
Contoh pembayaran pindahan adalah tunjangan bagi para penganggur, dana pensiunan,
dan subsidi atau bantuan. Setelah dikurang pajak pendapatan, pendapatan pribadi ini
berubah menjadi pendapatan disposibel atau pendapatan yang siap digunakan untuk
konsumsi atau menabung. Perhitungan pendapatan pribadi dan pendapatan disposibel
adalah:

Pendapatan Pribadi = Pendapatan nasional - Pembayaran untuk jaminan sosial -


Keuntungan perusahaan yang tidak dibagi + bunga pinjaman
Konsumen dan Pemerintah ................................................ (15)

Pendapatan Disposibel = Pendapatan pribadi - Pajak pendapatan ......................... (16)

B. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Cara Pengeluaran

Dengan cara pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai


pengeluaran masyarakat pada barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi dalam
perekonomian. Komponen-komponen pengeluaran dalam perekonomian, meliputi:

a. Penegluaran konsumsi rumah tangga (C),


b. Penegluaran pemerintah (G = Government expenditure),
c. Pembentukan modal sektor swasta atau investasi (I = Investment), dan
d. Ekspor Netto (X – M).

Agregate Expenditure = AE = C + I + G + (X – M)
16

Perhitungan pendapatan nasional dengan cara ini menghadapi masalah perhitungan


dua kali. Ini terjadi karena barang-barang yang diproduksi dalam perekonomian
meliputi barang setengah jadi dan barang jadi. Jika hal ini tidak dapat dibedakan,
maka suatu barang akan dihitung dua kali. Dengan demikian jumlah nilai barang dan
jasa dalam perhitungan lebih besar dari yang sesungguhnya. Padahal perhitungan
pendapatan nasional dengan cara pengeluaran dilakukan dengnan menjumlahkan nilai
barang-barang jaadi yang dihasilkan dalam perekonomian.

Terdapat empat komponen pengeluaran terhadap barang dan jasa; (a) pengeluaran
konsumsi rumah tangga, (b) pengeluaran pemerintah, (c) Investasi sektor swasta, dan
(d) ekspor neto. Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja rumah
tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhan selama satu tahun. Namun tidak
semua transaksi yang dilakukan rumah tangga termasuk konsumsi. Pengeluaran rumah
tangga untuk membeli dan membangun rumah tinggal digolongkan ke dalam investasi.

Pengeluaran pemerintah dimaksudkan sebagai belanja pemerintah untuk kepentingan


masyarakat. Pengeluaran pemerintah meliputi pengeluaran untuk menyediakan
fasilitas kesehatan dan pendidikan, anggaran belanja tentara dan polisi, juga pegawai
pemerintah, dan pengembangan infrastruktur bagi kepentingan masyarakaat.
Pengeluaran ini digolongkan menjadi: (a) konsumsi pemerintah, dan (b) investasi
pemerintah. Konsumsi pemerintah meliputi pembelian barang dan jasa konsumsi,
seperti gaji pegawai, alat kantor, BBM untuk kendaraan pemerintah, dll. Investasi
pemerintah meliputi pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah,
jembatan, rumah sakit, dan infrastruktur irigasi.

Pemebentukan modal sektor swasta atau investasi adalah pengeluaran untuk membeli
barang modal yang dapat meningkatkan produksi dan jasa pada masa yang akan
datang. Pengeluaran investasi meliputi: (1) pengeluaran untuk membeli barang
modal dan peralatan produksi, (2) perubahan-perubahan dalam nilai inventori pada
akhir tahun, dan (3) pengeluaran untuk mendirikan rumah tinggal.

Ekspor neto merupakan nilai ekspor suatu negara dalam satu tahun dikurangi nilai
impor pada tahun tersebut. Ekspor suatu negara terdiri atas barang dan jasa yang
17

diproduksi di dalam negeri negara tersebut, oleh karena itu nilainya harus dihitung ke
dalam pendapatan nasional. Barang impor merupakan produksi negara lain; oleh
sebab itu nilainya tidak perlu dihitung dalam pendapatan nasional.

C. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Cara Produksi

Perhitungan pendapatan nasional dengan cara produksi atau produk neto dilakukan
dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap
sektor dalam perekonomian. Perhitungan ini dapat juga dilakukan dengan
menjumlahkan nilai taambah barang dan jasa yang diproduksi berbagaisektor dalam
perekonomian. Contoh perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah Tepung Tapioka, contoh hipotesis

Jenis Produksi Nilai produksi Nilai tambah (Rp


(Rp 000/ton) 000/ton)
1. Produksi singkong di tingkat petani 150,- 150,-
2. Produksi singkong di tingkat pedagang
pengumpul 250,- 100,-
3. Singkong di tingkat pedagang besar 300,- 50,-
4. Tapioka di pabrik 450,- 150,-
Jumlah nilai tambah 450,-

Tujuan perhitungan produksi atau produk neto dalam menghitung pendapatan nasional
adalah:
1. Mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi dalam mewujudkan
pendapatan nasional, dan
2. Sebagai salah satu cara menghindari perhitungan dua kali.

Dalam praktik, perhitungan PDB Indonesia meliputi 11 sektor. Kesebelas sektor


tersebut adalah: (1) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, (2)
Pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) Listrik, gas, dan air minum,
(5) Bangunan, (6) Perdagangan, hotel, dan restauran, (7) pengankutan dan komunikasi,
(8) Bank dan lembaga keuangan lain, (9) Sewa rumah, (10) Pemerintah dan
pertahanan, (11) Jasa-jasa lain.
18

D. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Cara Pendapatan

Perhitungan pendapatan dengan cara ini dilakukan dengan cara menjumlahkan


pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi dibedakan
menjadi (1) tanah, (2) tenaga kerja, dan (3) modal, serta (4) keahlian wirausaha. Oleh
karena itu perhitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan dilakukan dengan
cara menghitung pendapatan faktor-faktor produksi:
1. Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.
2. Pendapatan usaha perorangan (perusahaan perorangan).
3. Pendapatan sewa (tanah dan harta tetap lainnya).
4. Bunga bersih, yaitu nilai seluruh pembayaran bunga dikurangi bunga pinjaman
konsumsi dan bunga pinjaman pemerintah.
5. Keuntungan perusahaan.

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tabel berikut mencatumkan komponen-komponen pendapatan nasional


(dalam Rp triliun) pada tahun 1993

No. Komponen Pendapatan Nasional Jumlah


1. Konsumsi Rumah tangga 45,5
2. Depresiasi 7,4
3. Sewa 5,6
4. Pembentukan modal tetap swasta 15,1
5. Ekspor 18,7
6. Pengeluaran Pemerintah 17,7
7. Impor 16,1
8. Pendapatan faktor neto dari luar negeri -0,5
9. Gaji dan upah 25,2
10. Bunga bersih 6,2
11. Subsidi 2,2
12. Pendapatan perusahaan perseorangan 10,4
13. Keuntungan perusahaan 12,8
14. Pajak tak langsung 12,0
19

Hitunglah:
a. GNP!
b. GDP!
c. NNP!
d. NNP menurut harga faktor
e. Jelaskan perbedaan GDP menurut harga pasar dan menurut harga faktor

2. Produk Domestik Bruto Indonesia (dalam Rp milyar) menurut lapangan usaha


pada tahun 1991 dapat dilihat pada tabel berikut:

Harga Harga tetap


No Lapangan Usaha
Berlaku 1983
1. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 44.214,4 22.657,2
2. Pertambangan dan penggalian 30.901,4 19.108,2
3. Industri pengolahan 48.335,9 24.461,2
4. Listrik, gas, dan air minum 1.575,0 842,8
5. Bangunan 12.855,8 7.403,3
6. Pengangkutan dan komunikasi 13.467,3 6.816,2
7. Perdagangan, hotel, dan restoran 37.726,2 19.557,3
8. Bank dan lembaga keuangan lain 10.083,9 5.517,2
9. Sewa rumah 5.924,7 3.119,7
10. Pemerintah dan pertahanan 14.621,6 9.030,1
11. Jasa-jasa lain 7.452,6 4.191,8

Hitunglah:
a. PDB Indonesia tahun 1991 menurut harga berlaku!
b. PDB Indonesia tahun 1991 menurut harga tetap 1983
c. Berapa persen kenaikkan harga tahun 1991 dibanding tahun 1983?
d. Hitunglah kontribusi tiap lapangan usaha terhadap PDB!
e. Tuliskan lima sektor/lapangan usaha penyumbang PDB terbesar!
20

3. Tabel berikut menyajikan data pendapatan nasional (dalam Rp triliun) pada tahun
1993

No Komponen pendapatan nasional Jumlah


1. Pendapatan perusahaan perseorangan 18,7
2. Pajak pendapatan perorangan 13,2
3. Tabungan masyarakat 18,9
4. Sewa 7,8
5. Bunga pinjaman pemerintah 1,3
6. Keuntungan tak dibagi 4,1
7. Pembayaran pindahan 4,9
8. Bunga pinjaman konsumen 1,2
9. Pajak keuntungan perusahaan 7,3
10. Bunga bersih 11,3
11. Dana pensiun yang dipegang pemerintah 6,1
12. Keuntungan perusahaan 20,1
13. Subsidi kepada perusahaan 2,2
14. Gaji dan upah 40,6
15. Pajak tak langsung 12,2
16. Pendapatan faktor neto dari luar negeri 1,2

Hitunglah:
a. GNP!
b. GDP!
c. NNP!
d. Pendapatan pribadi!
e. Pendapatan disposibel!
f. Konsumsi rumah tangga!

BUKU SUMBER

Sukirno, Sadono. 1999 Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta.
21

Topik : PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN


Semester : III
Minggu ke- : 6
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 2 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan dua jenis pajak yang dikenakan di Indonesia.
2. Menjelaskan subyek Pph.
3. Menjelaskan obyek Pph.
4. Menghitung PTKP.
5. Menghitung besarnya PPh.

II. TEORI

Terdapat dua jenis pajak yang dikenakan pemerintah Indonesia: (a) pajak negara dan
(b) pajak daerah. Pajak negara meliputi: Pph, PPN, Ppn BM, dan Bea materai. Pajak
daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah otonom, baik tingkat I
maupun tingkat II, contoh, pajak kendaraan bermotor, pajak pembangunan I, dan pajak
bangsa asing.

Pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima
dalam tahun tahun pajak. Subyek pajak Pph meliputi:
a. Orang pribadi dan warisan yang belum dibagi
b. Badan, yaitu PT, CV, Persereon lain, BUMN, BUMD, persekutuan, perkumpulan,
kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun, dan
bentuk badan usaha lain.
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
22

Pengecualian subyek pajak Pph meliputi:


a. Badan perwakilan negara asing
b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat dan pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan, bekerja pada, dan bertempat tinggal
bersama, mereka, dengan syarat: (a) bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima
penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia dan (b) negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
c. Organisasi internasional menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
611/KMK.04/1994, dengan syarat tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
d. Pejabat perwakilan organisasi internasional menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 611/KMK.04/1994, dengan syarat bukan WNI dan tidak
mempuinyai penghasilan lain di Indonesia.

Obyek PPh adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis, yang
diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak yang dipakai untuk konsumsi dan
untuk menambah kekayaan. Penghasilan ini dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan pekerjaan (hubungan kerja)
b. Penghasilan kegiatan usaha.
c. Penghasilan modal dan penggunaan harta.
d. Penghasilan lain-lain yang meliputi keuntungan karena pembebasan hutang,
keuntungan karena selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian
kembali aktiva, premi asuransi, dan hadiah undian.
Pengecualian atas obyek pajak Pph meliputi:
a. Bantuan/sumbangan/hibah
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima badan sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal
d. Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan
e. Pembayaran klaim dari perusahaan asuransi
f. Deviden atau SHU
g. Iuran dana pensiun
23

h. Bunga obligasi perusahaan reksa dana


I. Bagian laba yang diterima perusahaan modal ventura
j. Penghasilan yang berupa honorarium atau imbalan lain yang dibebankan kepada
keuangan negara atau daerah yang bersifat tidak tetap dan tidak terkait dengan gaji
yang diterima PNS golongan II/d ke bawah dan anggota ABRI berpangkat
pembantu Letnan Satu ke bawah

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 361/KMK.04/1998 yang


diberlakukan tahun 1999, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib pajak
orang pribadi adalah:
a. Rp 2.880.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi.
b. Rp 1.440.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
c. Rp 2.880.000 tambahan bagi wajib pajak yang istrinya menerima atau
memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilannya.
d. Rp 1.440.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan
seluruhnya paling banyak 3 orang.

Tarif pajak Pph teridiri dari tiga macam. Penghasilan sampai dengan Rp 25 juta
dikenakan tarif 10%. Penghasilan diatas Rp 25 juta - Rp 50 juta dikenakan tarif 15%.
Penghasilan di atas Rp 50 juta dikenakan tarif 30%.

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tn. Ali berstatus kawin dan mempunyai 2 orang anak kandung dan satu anak
angkat. Hitunglah PTKP Tn. Ali!
2. Budi mempunyai istri yang bekerja dan mempunyai satu anak. Hitung PTKP Budi!
3. Tn. Amin mempunyai penghasilan kena pajak Rp 35 juta/th. Hitunglanh Pph yang
harus dibayar Tn. Amin!
4. Joni mempunyai penghasilan kena pajak Rp 56 juta/th Hitunglah Pph yang harus
dibayar Joni!
24

5. Penghasilan Bruto PT Berdikari Rp 100 juta per tahun. Biaya untuk menghasilkan
pendapatan tersebut Rp 65 juta. Hitunglah (a) penghasilan kena pajak dan (b) besar
PPh yang harus dibayar PT Berdikasi!

BUKU SUMBER

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah


diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2000.
25

Topik : PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Semester : III
Minggu ke- : 7
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 2 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan pengertian daera Pabean, impor, dan ekspor.
2. Menjelaskan pengertian menghasilkan (berproduksi)
3. Menjelaskan pengertian pajak masukan dan pajak keluaran
4. Menyebutkan BKP, JKP, dan PKP
5. Menghitung besarnya PPN dan Ppn BM

II. TEORI

Dasar hukum penetapan PPN dan Ppn BM adalah UU Nomor 8 tahun 1983 yang telah
diubah menjadi UU Nomor 11 tahun 1994. Beberapa pengertian dasar yang harus
dipahami adalah:
1 Daerah pabean adalah wilayah RI yang di dalamnya berlaku peraturan perundang-
undangan Pabean.
2 Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah Pabean ke
dalam daerah Pabean.
3 Ekspor adalah setiap kegiatan mengekuarkan barang dari dalam daerah pabean ke
luar daerah Pabean
4 Menghasilkan atau berproduksi adalah Kegiatan mengolah melalui proses
mengubah bentuk aslinya menjadi barang baru atau barang yang mempunyai daya
guna baru, atau kegiatan mengolah sumberdaya alam termasuk menyusurh orang
pribadi atau badan melakukan kegiatan tersebut.
5 Pajak masukan adalah PPN yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena
perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau
pemanfaatan BKP natau JKP dari luar daerah Pabean
26

6 Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut oleh PKP karena penyeraahan BKP atau
JKP
7 Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan bulan takwim, kecuali
ditentukan lain oleh Menteri Keuangan.

BKP adalah barang berwujud atau tidak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak yang dikenakan PPN. Terdapat
pengecualian terhadap BKP, yaitu:
1. Barang hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang dipetik langsung, diambil
langsung, disadap langsung dari sumbernya.
2. Barang hasil peternakan, perburuan, penangkapan, atau penangkaran yang diambil
langsung dari sumbernya.
3. Barang hasil penangkaran atau budidaya perikanan yang diambil langsung dari
sumbernya.
4. Barang hasil penambangan atau pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.
5. Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat banyak.
6. Beberapa jenis barang, karena untuk menghindari pajak berganda dengan yang
dipungut oleh Pemda, misalnya Pajak Pembangunan I dan Pajak Tontonan.

JKP adalah setiap pelayananberdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan
bahan dan petunjuk dari pemesan . Pengecualian JKP meliputi di bidang medis,
pelayanan sosial, asuransi, sewa guna usaha, keagamaan, pendidikan, kesenian,
penyiaran, angkutan umum, ketenagakerjaan, perhotelan, serta telepon umum dan
telegram.

PKP adalah orang pribadi atau badan yang dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
perdagangan, memanfaatankan barang tak berwujud dari luar daerah Pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah Pabean. Pengusaha
Kena Pajak meliputi: (a) pabrikan atau produsen, (b) Importir), (c) pengusaha yang
27

mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importir, (d) agen atau penyalur
utama pabrikan dan importir, (e) pemegang hak paten atau merek dagang BKP, (f)
pedagang besar, (g) pengusaha jasa yang melakukan penyerahan JKP, dan (h)
pedagang eceran. Pengecualian PKP adalah:pengusaha yang dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kecil. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku
menyerahkan (a) BKP BKP yang jumlah peredaran brutonya tidak lebih dari Rp 240
juta dan (b) BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120 juta.

Pajak penjualan atas barang mewah (Ppn BM) dikenakan terhadap: (a) penyerahan
BKP yang tergolong mewah (BKPTM) yang dilakukan pengusaha yang menghasilkan
BKPTM di dalam Daerah Pabean dan (b) impor BKPTM. Tarif PPN sekarang
adalah: 10% dan tarif PPnBM yang berlaku sekarang adalah 10%, 20%, dan 35%.
Perhitungan PPN menggunakan dua metode, yaitu:
a. Metode langsung (direct substruction method) = Tarif x Pertambahan nilai
b. Metode tak langsung (Indirect substruction method) = Pajak keluaran - Pajak
masukan

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Selama satu bulan takwim, sebuah perusahaan mencatat pembelian bahan baku dan
lain-lain per unit output sebagai berikut
a. Pembelian :
- bahan baku Rp 2.000,-
- bahan pembantu 1.000,-
- spare parts dll 1.000,-
b. Pengeluaran biaya:
- penyusutan 250,-
- bunga modal 750,-
- gaji/upah 1.000,-
- manajemen 750,-
c. keuntungan usaha 750,-
28

Tentukanlah:
a. Harga jual output per satuan !
b. Nilai output per satuan !
c. Nilai input untuk menghasilkan satu satuan output!
d. Pertambahan nilai per satuan poutput!
e. PPN per satuan output!
f. Jika jumlah output yang dihasilkan 100 ribu unit, besarnya PPN yang harus dibayar?

2. Sebuah pabrikan tekstiul melakukan pencatatan tiap unit tekstil yang dihasilkan
sebagai berikut:

Tahap Produksi Harga Jual Pajak Output Pajak Input PPN


Output (Rp)
Petani Kapas 1.000,-
Pemintalan 1.500,-
Penenunan 2.000,-
Pencelupan 2.300,-
Tekstil 3.000,-
Jumlah PPN
yang harus
dibayar

Pertanyaan:
a. Lengkapi tabel dan tulis cara perhitungannya!
b. Hitung PPN per unit output yang harus dibayar!
c. Jika jumlah tekstil yang harus dihasilkan 150 ribu unit, hitung total PPN yang
dibayar?

BUKU SUMBER

Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang


Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Tanggal 02 Agustus 2000.
29

Topik : PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Semester : III
Minggu ke- : 8
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 2 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan pengertian bumi.
2. Menjelaskan pengertian bangunan.
3. Menjelaskan pengertian objek PBB.
4. Menghitung besarnya PBB.

II. TEORI

Dasar hukum penetapan Pajak Bumi dan Bangunan adalah UU Nomor 12 tahun 1985
yang telah diubah menjadi UU Nomor 12 tahun 1994. Bumi dalam PBB adalah
permukaan dan tubuh bumi yang ada di dalamnya. Bangunan adalah konstruksi teknik
yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan untuk tempat
tinggal, tempat usaha, dan tempat yang diusahakan. Termasuk ke dalam pengertian
bangunan adalah (a) jalan lingkungan dalam satu kesatuan komplek bangunan, (b)
jalan tol, (c) kolam renang, (d) pagar mewah, (e) tempat olah raga, (f) galangan kapal,
dermaga, (g) taman mewah, (h) tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, serta
pipa minyak, dan (I) fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Baik bumi maupun bangunan mempunyai nilai jual yang disebut Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). NJOP adalah harga rata-rata yang diperoelh dari transaksi jual beli
objek paja. NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang
sejenis atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.

Objek pajak PBB adalah bumi dan bangunan. Bumi dan bangunan diklasifikasikan
menurut nilai jualnya. Objek pajak yang dikecualikan dari pengenaan PBB adalah:
30

1. Objek pajak yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan
tidak untuk mencari keuntungan, contoh: masjid, gereja, wihara, rumah sakit,
pesantren, madrasah, panti asuhan, museum dan candi.
2. Objek pajak yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis.
3. Objek pajak yang merupakan hutan lindungm hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak.
4. Objek pajak yang digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik.
5. Objek pajak yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional.

Subjek pajak PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Subyek pajak yang
dikenakan kewajiban membayar pajak tersebut dinamakan wajib pajak PBB. Wajib
pajak PBB harus melaporkan data objek pajak ke dalam Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP). Berdasarkan SPOP, Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Besarnya tarif penggunaan PBB adalah 0,5%
dari NJOP. Berdasarkan NJOP ditetapkan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang
besarnya 20 % - 100% dari NJOP. NJOP tidak kena pajak adalah Rp 8 juta untuk
setiap wajib pajak. Besarnya pajak terutang dapat ditentukan dengan rumus:

NJKP = AV x (NJOP - NJOPTKP) ............. (1)

Besar pajak = 0,5% x AV (NJOP - NJOPTKP) ...... (2)

dimana:
NJKP = Nilai Jual Kena Pajak
AV = Assessment Value, yaitu 20%-100%
NJOP = Nilai Jual Obbjek Pajak
NJOPTKP= Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak yaitu Rp 8 juta

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Seorang wajib pajak mempunyai dua objek pajak berupa bumi dan bangunan pada
satu desa. Nilai bumi dan bangunan masing-masing objek adalah:
31

a. Objek I
- NJOP bumi Rp 4.000.000,-
- NJOP bangunan 5.000.000,-
b. Objek II
- NJOP bumi 4.000.000,-
- NJOP bangunan 7.000.000,-
Tentukanlah:
a. Apakah objek pajak I dan II dikenakan PBB? mengapa?
b. Tentukan besarnya NJKP jika AV = 60%

2. Seorang wajib pajak mempunyai dua objek pajak berupa bumi dan bangunan yang
terletak di desa A dan B. Nilai masing-masing objek pajak adalah:
a. Desa A
- NJOP bumi Rp 8.000.000,-
- NJOP bangunan 5.000.000,-
b. Desa B
- NJOP bumi 5.000.000,-
- NJOP bangunan 3.000.000,-
Pertanyaan:
a. Tentukan NJKP di kedua desa tersebut!
b. Hitung besarnya PBB jika AV = 25%!
c. Hitung besarnya PBB jika AV = 35%!
d. Hitung besarnya PBB jika AV = 45%!
e. Hitung besarnya PBB jika AV = 100%!

BUKU SUMBER

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1985 tentang Persentase Nilai Jual Kena Pajak
Pada Pajak Bumi dan Bangunan.

Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994 tentang Undang-Undang Nomor 12 Tahun


1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
32

Topik : PEREKONOMIAN DUA SEKTOR: PENGELUARAN


KONSUMSI RUMAH TANGGA
Semester : III
Minggu ke- : 10
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 2 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan sirkulasi aliran pendapatan dalam perekonomian dua sektor.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi rumah
tangga.
3. Menjelaskan hubungan antara konsumsi dan pendapatan.
4. Menjelaskan arti MPC dan APC
5. Merumuskan persamaan fungsi konsumsi
6. Menjelaskan arti MPS dan APS
7. Menggambarkan grafik fungsi konsumsi
8. Menggambarkan grafik fungsi tabungan.

II. TEORI

Sebelum menjelaskan perihal pengeluaran konsumsi, terlebih dulu disampaikan


penjelasan tentang sirkulasi aliran pendapatan dalam perekonomian dua sektor.
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri atas sektor rumah tangga
dan perusahaan. Sirkulasi aliran pendapatan dalam perekonomian dua sektor dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran atau belanja rumah tangga
terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Faktor yang paling menentukan besarnya
pengeluaran konsumsi ini adalah pendapatan disposibel yang dalam perekonomian dua
sektor sama besarnya dengan pendapatan faktor produksi. Selain untuk konsumsi,
pendapatan ini juga digunakan rumah tangga untuk menabung (saving = S). Faktor-
faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi dan tabungan adalah (1) kekayaan
33

yang terkumpul, (2) tingkat bunga, (3) sikap berhemat, (4) keadaan perekonomian, (5)
distribusi pendapatan, dan (60 tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi. Tabel
1 menjelaskan hubungan antara konsumsi dan pendapatan serta tabungan dan
pendapatan.

Pendapatan faktor produksi (Y)

Perusahaan Rumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi
(C)

Investasi (I) Tabungan


(S)

Investor Pinjaman Lembaga Keuangan

(Bank)

Gambar 1. Sirkulasi Aliran Pendapatan Dalam Perekonomian Dua Sektor

Tabel 1. Daftar Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga Menurut Pendapatan

Pendapatan Disposibel (Y) Konsumsi (C) Tabungan (S)


0 125 -125
100 200 -100
200 275 -75
300 350 -50
400 425 -25
500 500 0
600 575 25
700 650 50
800 725 75
900 800 100
Catatan: angka dalam ribuan rupiah
34

Berdasarkan Tabel 1 dapat diamati bahwa konsumsi dan tabungan berhubungan positif
dengan pendapatan. Hal ini berarti jika pendapatan naik, maka baik konsumsi maupun
tabungan akan baik, demikian pula sebaliknya. Berkaitan dengan hubungan ini
terdapat beberapa konsep kecenderungan konsumsi dan menabung:

• Marginal Propensity to Consume = MPC = ΔC


Δ Yd
• Average Propensity to Consume = APC = C
Yd
• Marginal Propensity to Save = MPS= Δ S
Δ Yd
• Average Propensity to Save = APC = S
Yd

Rumus umum fungsi konsumsi adalah C = a + bYd, dengan ketentuan a adalah


besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan disposibel = nol dan b adalah
MPC. Berdasarkan Tabel 1 persamaan fungsi konsumsinya adalah C = 125 + 0,75 Yd.
Rumus umum fungsi tabungan adalah S = -a + (1-b) Yd dengan ketentuan -a adalah
besarnya tabungan pada saat pendapatan = nol dan 1-b = 1 - MPC sama dengan MPS.
Dengan demikian fungsi tabungan dalam Tabel 1 adalah S = -125 + 0,25 Yd.
Berdasarkan persamaan fungsinya dapat digambarkan grafik kedua fungsi tersebut
sebagaimana gambar berikut ini.

Konsumsi (Rp)

C = Yd
C = 125 + 0,75 Yd

500

125

450
0 500 Yd (Rp)
35

Tabungan

S = -125 + 0,25 Yd

0 500 Yd

-125

Gambar 2. Grafik Konsumsi dan Tabungan

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Selain pendapatan, sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi


konsumsi dan tabungan rumah tangga!
2. Diketahui data:

Pendapatan Konsumsi Tabungan


0 225 ............
200 375 .............
400 525 .............
600 675 ..............
800 825 ..............
1000 975 .............

Tentukanlah
a. Salin dan lengkapi tabel !
b. MPC dan APC !
c. MPS dan APS !
d. Persamaan fungsi konsumsi !
e. Grafik fungsi konsumsi !
f Persamaan fungsi tabungan !
g. Grafik fungsi tabungan !
36

BUKU SUMBER

Sukirno, Sadono. 1999 Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta.
37

Topik : PEREKONOMIAN DUA SEKTOR: PENGELUARAN


PRODUSEN (INVESTASI) DAN KESEIMBANGAN
PENDAPATAN NASIONAL
Semester : III
Minggu ke- : 11
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 2 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan arti investasi dan menyusun fungsi investasi
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran investasi perusahaan
3. Menjelaskan dan menghitung keuntungan investasi.
4. Menjelaskan arti keseimbangan pendapatan nasional
5. Merumuskan keseimbangan pendapatan nasional

II. TEORI

Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau


perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
yang tersedia dalam perekonomian.

Hal-hal yang termasuk investasi adalah (a) pembelian berbagai jenis barang modal:
mesin dan peralatan produksi, (b) pembelanjaan untuk membangun rumah tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lain, dan (c) pertambahan
nilai stok barang yang belum terjadi, barang mentah dan barang yang masih dalam
proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. Ketiga hal
tersebut dinamakan investasi bruto; setelah dikurangi depresiasi disebut investasi
neto.

Fungsi investasi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi
dan tingkat pendapatan nasional. Investasi otonomous adalah investasi yang tidak
38

dipengaruhi oleh pendapatan nasional, seperti tampak pada Gambar 3.1. Sedangkan
Investasi terpengaruh adalah investasi yang dipengaruhi oleh pendapatan nasional,
seperti dapat dilihat pada Gambar 3.2.

I
I2
r
Io
r
I1
0 Y

Gambar 3.1 . Investasi Autonomus

0 Y

Gambar 3.2 . Investasi Terpengaruh

Faktor penentu investasi adalah:


1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan
2. Tingkat bunga
3. Ramalan keadaan ekonomi masa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

Keuntungan investasi yang diramalkan dan tingkat pengembalian modal

Investasi untung jika NPV pendapatan (NS) masa depan lebih besar dari NS produk
yang diinvestasikan
Y1 Y2 Y3 Yn
NS = ----- + ------ + ----- ........ + -----
39

(1+r)1 (1+r)2 (1+r)3 (1+r)n

NS - M
Tingkat pengembalian modal = --------- x 100%
M
dimana:
Yi = pendapatan investasi pada tahun ke-i (keuntungan)
r = tingkat bunga
NS > M = go !

Tingkat pengembalian modal, tingkat keuntungan per tahun dari modal (R)

Y1 Y2 Y3 Yn
M = ----- + ------ + ----- ........ + -----
(1+R)1 (1+R)2 (1+R)3 (1+R)n

R > r = go!

Efisiensi modal marginal (marginal effeciency of capital = MEC) adalah kurva yang
menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian modal dengan jumlah modal
yang diinvestasikan.

Ro *

R1 *

R2 *

MEC

0 I

Gambar 3.3 . Marginal Efficiency Of Capital

Hubungan Tingkat Bunga dengan Tingkat Investasi

Hubungan tingkat bunga dan tingkat investasi dapat dilihat pada Gambar . Investasi
akan berlangsung jika marginal efficiency of capital Rlebih besar dari tingkat bunga r.
40

ro *

r1 *

r2 *

0 I

Gambar 3.4 . Hubungan Tingkat Bunga dengan Tingkat Investasi

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

A. Investasi
Terdapat dua macam investasi A 5 tahun dan investasi B 10 tahun dengan nilai
masing-masing $5000,- Tiap tahun A menghasilkan pendapatan sebesar $3500,0 dan
B $2000. Kedua investasi tersebut tidak terdapat nilai sisa. Hitunglah:
a. NPV pendapatan investasi A dan B!
b. Tingkat pengembalian modal A dan B!
c. Investasi mana yang lebih baik?

B. Keseimbangan Pendapatan Nasional

Pendapatan Konsumsi Tabungan (S) Investasi Pengeluaran


Nasional (Y) (C) (I) Agregat (AE)
0 90 120
120 180 120
240 270 120
360 360 120
480 450 120
600 540 120
720 630 120
840 720 120
960 810 120
1080 900 120
1200 990 120
41

Pengeluaran Agregat = AE = C + I; (AE = Agregate Expenditure)


Keseimbangan Pendapatan Nasional: Y = AE atau Y = C + I
EKSPANSI: AE > Y
KONTRAKSI: AE < Y
Pertanyaan:
a. Lengkapi tabel
b. Gambarkan grafik konsumsi (C), Investasi (I), dan pengeluaran agregat (AE)
c. Tunjukkan keseimbangan pendapatan nasional
d. Gambarkan grafik I dan tabungan (S)

BUKU SUMBER

Sukirno, Sadono. 1999 Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta.
42

Topik : PEREKONOMIAN DUA SEKTOR: PERUBAHAN DALAM


KESEIMBANGAN DAN MULTIPLIER
Semester : III
Minggu ke- : 12
Pertemuan : 1&2
Alokasi Waktu : 2 x 2 jam

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari praktikum dengan topik tersebut di atas, mahasiswa diharapkan


dapat:
1. Menjelaskan sebab terjadinya perubahan keseimbangan pendapatan nasional
2. Menjelaskan mekanisme perubahan keseimbangan pendapatan nasional (proses
bekerjanya efek multipliplier.
3. Menghitung besarnya multiplier investasi.
4. Menghitung besarnya perubahan pendapatan nasional akibat perubahan investasi

II. TEORI

Keseimbangan pendapatan nasional akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu


lainnya. Dalam perekonomian dua sektor, perubahan tersebut disebabkan oleh
perubahan investasi. Ketika terjadi perubahan investasi, misalnya investasi naik, maka
pengeluaran agregat (C + I) akan naik. Akibatnya keseimbangan pendapatan nasional
akan terjadi pada pendapatan nasional yang lebih tinggi. Dampak kenaikkan investasi
ini tidak berhenti sampai disini. Kenaikkan pendapatan nasional, misalnya sebesar
ΔY, akan menaikkan konsumsi sebesar ΔC = MPC.ΔY. Kenaikkan konsumsi pada
gilirannya akan menaikkan pengeluaran agregat, sehingga keseimbangan pendapatn
nasional berubah lagi dan terjadi pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Mekanisme ini akan terus berlanjut sampai perubahan pendapatan nasional sama
dengan nol. Jumlah keseluruhan perubahan pendapatan nasional akibat perubahan
investasi disebut multiplier
43

Secara grafik mekanisme bekerjanya multiplier akibat perubahan investasi dapat


dilihat pada Gambar 1. Misalkan terjadi kenaikkan investasi ΔI.

AE Y = AE

C + I1
AE1 E1
AE2 ΔE1 C+I
AE3
Eo
ΔI

0 45o
Yo Y1 Y2 Y3 Y ( pendapatan nasional)

Gambar 1. Mekanisme Multiplier Akibat Kenaikkan Investasi

Pengeluarabn agregat mula-mula adalah C + I dan keseimbangan pendapatan terjadi


pada tingkat pendapatan Yo. Kanaikkan investasi sebesar ΔI akan menaikkan
pengeluaran agregat menjadi AE1 dan pendapatan nasional menjadi Y1. Kenaikkan
pendapatan nasional menaikkan konsumsi, sehingga pengeluaran agregat naik lagi
menjadi AE2 dan pendapatan nasional menjdai Y2. Proses ini terus berlanjut sampai
terjadi keseimbangan baru pada AE3 dan pendapatan nasional Y3, yaitu pada titik E1.
Secara matematis besarnya multiplier investasi dalam perekonomian dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Y = a+Ix( 1 )
1-b
( 1 ) atau ( 1 ) atau ( 1 ) adalah besarnya multiplier dalam perekonomian
1-b 1-MPC MPS dua sektor

Jika terjadi perubahan sebsar AI maka perubahan pendapatan nasional adalah:


1
ΔY = ---------- x ΔI
1 -b
44

Besarnya pendapatan nasional setelah perubahan investasi adalah:

Y2 = Y1 + ΔY

1
Y2 = Y1 + ------ x ΔI
1 -b
Dimana:
Y1 adalah pendapatan nasional sebelum terjadi perubahan investasi
Y2 adalah pendapatan nasional setelah terjadi perubahan investasi

III. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Misalkan MPC = 0,75 dan terjadi kenaikkan investasi sebesar Rp 20 triliun


lengkapi tabel berikut sampai ∆Y = 0

Tahap Proses ∆Y ∆C ∆S
Multiplier
1 ΔI = ΔY1 = 20 15 5
2 15 11,25 3,75
3 11,25 8,4375 2.8125
4 8,4375 6,3281 2.1094
.
.
.
.
dst
Jumlah ................... .................... .....................

2. Dalam perekonomian dua sektor, fungsi konsumsi adalah C = 10 + 0,8Y.


Misalkan
terdapat investasi otonomous sebesar Rp 30 trilyun. tentukanlah:
a) Fungsi tabungan
b) Besarnya keseimbangan pendapatan nasional menurut pendekatan Y = AE
c) Besarnya keseimbangan pendapatan nasional menurut pendekatan suntikan =
bocoran
d) Besarnya multiplier investasi
45

e) Besarnya perubahan pendapatan nasional jika investasi naik sebesar 15% dari
investasi semula
f) Besarnya pendapatan nasional setelah terjadi kenaikkan investasi
g) Grafik keseimbangan pendapatan nasional dengan pendekatan Y = AE
h) Grafik keseimbangan pendapatan nasional dengan pendekatan suntikan = bocoran

BUKU SUMBER

Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta.
46

MODUL MATA KULIAH


PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Digunakan Khusus untuk Kalangan Sendiri

Oleh: Agus, S.P., M. Si.

JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI FAJAR
KOTA DEPOK
2015
47

Judul Modul : PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Nama Penulis : Agus, S.P., M. Si.

NIP : 132085059

Jurusan : Manajemen

Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Fajar

DISETUJUI UNTUK DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN MATA


KULIAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO DI STIE FAJAR,

Tanggal 22 Agustus 2009

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Fajar Depok

Drs. Iskandar, M.M.


48

KATA PENGANTAR

Salah satu kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Tinggi Ilmu


Ekonomi (STIE) Fajar Depok adalah belum adanya buku penuntun belajar bagi
mahasiswa dalam mempelajari materi kuliah. Kendala ini juga dirasakan pada
pembelajaran mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Muatan materi mata kuliah ini
bersumber dari berbagai buku sumber. Oleh karena itu, mahasiswa mengalami
kesulitan dalam mengadakan sendiri seluruh buku-buku yang diperlukan dalam
mempelajari Pengantar Ekonomi Makro.
Berlatar belakang dari kondisi tersebut maka Buku Modul Pengantar Ekonomi
Makro disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran mata
kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Modul ini disajikan dalam bentuk padat dan
sederhana, dengan harapan mahasiswa dapat dengan mudah untuk mempelajarinya.
Rasa dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya tidak lupa penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak H. Kastubi, B.A., selaku Ketua Yayasan Nurussyamsi Depok atas
dorongannya kepada penulis untuk menyusun modul sebagai salah satu sumber
belajar mahasiswa.
2. Bapak Drs. Iskandar, M.M., selaku Ketua STIE Fajar atas saran-saran dalam
penyusunan modul ini.
3. Rekan-rekan dosen STIE Fajar atas dukungan dan sumbang saran pada saat penulis
menyusun modul ini.
Modul ini disadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima
saran dan kritik bagi penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Depok, 15 Agustus 2009


49

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

MASALAH DAN KEBIJAKAN MAKROEKONOMI …………………. 1

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 1


II. TEORI ………….……………………………………………………….. 1
A. Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………… 1
B. Pengangguran ………………………………………………………. 5
C. Inflasi ………………………………………………………………. 6
D. Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran …………………….. 8
E. Tujuan dan Kebijakan Makro Ekonomi …………………………… 9
III. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 10
BUKU SUMBER …………………………………………………………… 12

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL ………………………… 13

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 13


II. TEORI ………….……………………………………………………….. 13
A. Istilah-Istilah dalam Perhitungan Pendapatan Nasional …………… 13
B. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Cara Pengeluaran …….. 15
C. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Cara Produksi ………… 18
III. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 18
BUKU SUMBER …………………………………………………………… 20

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN …………………………….. 21

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 21


II. TEORI ………….……………………………………………………….. 21
III. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 23
BUKU SUMBER …………………………………………………………… 24
50

PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI …………………… 25

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 25


II. TEORI ………….……………………………………………………….. 19
III. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 27
BUKU SUMBER …………………………………………………………… 28

PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN …………………… 29


I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 29
II. TEORI ………….……………………………………………………….. 29
III. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 30
BUKU SUMBER …………………………………………………………… 31

PEREKONOMIAN DUA SEKTOR: PENGELUARAN KONSUMSI


RUMAH TANGGA ………………………………………………………… 32
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 32
II. TEORI ………….……………………………………………………….. 32
III. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 35
BUKU SUMBER ……………………………………………………….. 36

PEREKONOMIAN DUA SEKTOR: PENGELUARAN PRODUSEN


(INVESTASI) DAN KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL … 37
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 37
II. TEORI ………….……………………………………………………….. 37
IV. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 40
BUKU SUMBER ……………………………………………………………. 41

PEREKONOMIAN DUA SEKTOR: PERUBAHAN DALAM


KESEIMBANGAN DAN MULTIPLIER ………………………………… 42
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ………………………………. 42
II. TEORI ………….……………………………………………………….. 42
V. TUGAS DAN PERTANYAAN ………………………………………… 44
BUKU SUMBER ……………………………………………………………. 45
51

Anda mungkin juga menyukai