1
KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : An. Kh
Jenis Kelamin : Perempuan
Lahir Pada tanggal : 28 Agustus 2009, di RSU.Anutapura
Secara SC atas indikasi panggul sempit
BBL = 3100 gr, PBL = 49 cm
Usia : 8 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Suku Bangsa : Kaili
Nama Ayah : Tn. L usia : 40 tahun, tahun perkawinan : 2008
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. M usia : 36 tahun, tahun perkawinan : 2008
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Kimaja Lorong Bakso
Tanggal masuk ruangan /jam : 16-03-2017
Tanggal keluar ruangan /jam : 20-03-2017
Jumlah hari perawatan : 4 hari
Diagnosis : Tersangka demam berdarah (TDBD)
Anamnesis diberikan oleh : Pasien dan ibu pasien
Anak ke 1 dari 2 bersaudara, status anak Kandung
Riwayat kehamilan ibu : G1P1A0
2
Family Tree :
ANAMNESIS :
3
Riwayat Antenatal Care :
Riwayat kehamilan ibu yakni G1P1A0 dengan riwayat Ante Natal Care
(ANC) yang rutin di bidan. Riwayat sakit saat hamil tidak ada. Pasien
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Lahir secara sectio cesarea di RSU
Anutapura atas indikasi panggul sempit, bayi lahir langsung menangis. Berat
badan lahir 3100 gram dengan panjang badan lahir 49 cm.
Anamnesis Makanan :
Usia lahir – 12 bulan : ASI
Usia 5 bulan – 12 bulan : ASI + susu formula + bubur sun
Usia 12 bulan sampai sekarang : Makanan keluarga
4
Riwayat Imunisasi :
Anamnesis Keluarga
Ikhtisar keturunan :
Pasien merupakan anak kandung pasangan Tn. L usia 40 tahun dengan
Ny. M usia : 36 tahun. Pasien merupakan anak pertama dari 2 orang
bersaudara.
5
sering bermain bersama teman-teman sekolah maupun di lingkungan
rumahnya. Sebelum pasien mengalami keluhan yang dirasakan sekarang,
ada teman sekolah pasien yang mengalami keluhan yang sama.
6
imunisasi polio dan DTP. Usia 6 bulan pasien mendapat imunisasi hepatitis
kedua, DTP ke tiga, dan polio ke dua. Imunisasi campak di dapat pada usia 9
bulan.
Untuk riwayat keturunan pasien merupakan anak kandung dan
merupakan pertama dari 2 orang bersaudara. Riwayat penyakit dalam keluarga
tidak ada keluarga dirumah yang sakit serupa. Tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat alergi, asma atau diabetes maupun hipertensi.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan diketahui pasien diketahui merupakan
anak yang aktif, sering bermain bersama teman-teman dilingkugan rumahnya.
Sebelum sakit, pasien sering bermain dengan teman sekolahnya yang
menderita keluhan yang sama.
7
PEMERIKSAAN FISIS PERTAMA
Keadaan Umum :
Status gizi : Gizi kurang (CDC = 82% )
Sianosis : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan mental : Baik
Kejang : Tidak ada
Suhu : 36,5 0 C (Bebas panas hari 1)
Respirasi : 30 kali/menit
Nadi : 110 kali/menit
8
Normoheight
Gizi kurang
Underweight
9
Kulit
Warna : Kecoklatan
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Normal
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Tidak ada
Turgor : Baik (< 2 detik)
Tonus : Normal
Edema : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normosefal, ubun-ubun tertutup
Rambut : Warna hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata
- Exopthalmus : Tidak ada
- Enopthalmus : Tidak ada
- Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Conjunctiva : Anemis -/-
- Sclera : Ikterik -/-
- Corneal Reflex : +/+
- Pupil : Bulat, isokor, diameter 2 cm, refleks cahaya
langsung+/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
- Lensa : Jernih
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Telinga
- Sekret : Tidak ada
10
Hidung
- Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
- Epistaksis : Tidak ada
- Sekret : Tidak ada
Mulut
- Bibir : Mukosa bibir normal, tidak sianosis
- Lidah
Tremor : Tidak ada
Lidah kotor : Tidak ada
- Selaput mulut : Normal
- Gusi : Normal
- Bau pernafasan : Normal
Tenggorokan
- Tonsil : T1/T1
- Pharynx : Tidak ada hiperemis
Leher
- Trachea : Ditengah (normal)
- Kelenjar : Tiroid ikut gerakan menelan,
Pembesaran kelenjar parotis sinistra (+)
Pembesaran KGB (-)
- Kaku kuduk : Negatif
Thorax
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, jejas tidak ada, retraksi tidak ada
Palpasi : Vokal fremitus sama kiri & kanan, massa tidak ada, nyeri
tekan tidak ada
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronchi (+/+), Wheezing (-/-)
11
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi di SIC V linea midclavikularis
sinistra
Perkusi : Batas jantung
Batas kiri atas di SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah di SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan atas di SIC II linea parasternalis dextra
Batas kanan bawah di SIC III-IV linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung apex reguler, murmur dan gallop tidak ada
Bunyi jantung aorta reguler, murmur dan gallop tidak ada
Bunyi jantung pulmoreguler, murmur dan gallop tidak ada
Bising : Negatif
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas tidak ada
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani ke empat kuadran
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, organomegaly (-)
Genitalia : Normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
ADP kuat angkat
12
Tulang Belulang : Normal
Refleks-refleks
- Fisiologis :
++ ++
++ ++
- Patologis :
- -
- -
Laboratorium :
13
Resume :
Seorang anak perempuan usia 8 tahun mengeluh demam terus menerus
sejak 2 hari. Nyeri dan bengkak pada rahang dekat leher sebelah kiri terutama saat
membuka mulut dan mengunyah, batuk (+) disertai lendir (+) > 1 minggu, muntah
(+) 2 kali berisi makanan. Riwayat konsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) 6 bulan
dan tuntas sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat kontak dengan penderita yang
memiliki keluhan yang sama (+).
Keadaan umum anak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, BB 19 kg dan
TB 121 cm dengan status gizi kurang (CDC = 82%). Tanda vital suhu 36,50 C
respirasi 30 kali/menit nadi 110 kali/menit. Bentuk kepala normocephal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), lidah kotor (-/-). Paru-paru
pernapasan vesikuler (+/+), ronchi (+/+). Jantung BJ I/II Reguler. Abdomen
tampak datar, dan organomegaly (-). Akral hangat.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap dalam batas normal.
14
FOLLOW UP
O:
- Keadaan umum : sakit sedang
- Tanda vital : S = 36,6 0C, N = 100 x/m, P = 30 x/m
- Status gizi : BB = 19 kg, TB = 121 cm (CDC = 82% Gizi kurang)
- Kulit : Warna kecoklatan, efloresensi (-), ruam (-)
- Kepala-Leher :
Bentuk : normocephal dengan ubun-ubun tertutup
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-), bengkak
pada rahang kiri sudah menurun.
15
- Thorax :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama (+), massa (-), nyeri (-)
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung :
Iktus kordis tidak tampak (+)
Iktus kordis teraba pulsasi di SIC V linea midclavikularis sinistra (+)
Batas jantung dalam batas normal
Bunyi jantung BJ I/II reguler (+), bising (-)
- Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
- Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
Bawah : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, ADP
kuat angkat
A : 1. Bronchitis
2. Parotitis epidemika
3. Gizi kurang
P:
- Diet nasi lauk 1400 kkal
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
- Paracetamol sirup 3x1 cth (k/p)
- Salbutamol 1,5 mg
3x1
Histapan 20 mg
- Ambroxol sirup 3x3/4 cth
16
Follow up (2) Tanggal 20 Maret 2017 (Perawatan hari ke-4)
DIIZINKAN PULANG
S : - Demam (-), bebas demam hari ke 3
- Menggigil (-)
- Pusing (-), sakit kepala (-)
- Kejang (-)
- Batuk (+) berkurang
- Beringus (-)
- Sesak napas (-)
- Mual (-), muntah (-)
- BAK lancar
- BAB (+) biasa, encer (-)
O:
- Keadaan umum : sakit sedang
- Tanda vital : S = 36,5 0C, N = 110 x/m, P = 24 x/m
- Status gizi : BB = 19 kg, TB = 121 cm (CDC = 82% Gizi kurang)
- Kulit : Warna kecoklatan, efloresensi (-), ruam (-)
- Kepala-Leher :
Bentuk : normocephal dengan ubun-ubun tertutup
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-), bengkak
pada rahang kiri (-)
17
- Thorax :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama (+), massa (-), nyeri (-)
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-),wheezing (-/-)
- Jantung :
Iktus kordis tidak tampak (+)
Iktus kordis teraba pulsasi di SIC V linea midclavikularis sinistra (+)
Batas jantung dalam batas normal
Bunyi jantung BJ I/II reguler (+), bising (-)
- Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
- Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
Bawah : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, ADP
kuat angkat
A : 1. Bronchitis
2. Parotitis epidemika
3. Gizi kurang
P:
- Paracetamol sirup 3x1 cth (k/p)
- Salbutamol 1,5 mg
3x1
Histapan 20 mg
- Ambroxol sirup 3x3/4 cth
18
DISKUSI
19
termasuk dalam famili Paramyxoviridae. Masa inkubasi virus penyebab parotitis
2
adalah 14-24 hari.
Sebelum era vaksinasi, parotitis epidemika menyerang anak usia antara 5
sampai 10 tahun, dengan prevalensi sekitar 85% pada anak kurang dari 15 tahun.
Di era vaksinasi, insiden parotitis epidemika bergeser ke usia dewasa muda
sehingga parotitis tidak hanya menyerang anak-anak tetapi juga dewasa muda. 2,3
Parotitis epidemika merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendiri
(self limiting disease), sehingga penatalaksaan parotitis bersifat simtomatik. Dapat
diberikan parasetamol untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri karena
pembengkakan kelenjar. Dosis parasetamol untuk anak yakni 10-15 mg/kgBB/x
pemberian, tersedia dalam tablet 500 mg, sirup 120 mg/5 ml. Pada pasien,
diberikan parasetamol sirup 3 kali 1 sendok makan. Tidak ada antivirus yang
dapat digunakan untuk parotitis epidemika. 2,3
Patomekanisme parotitis epidemika dimulai dari masuknya virus secara
droplet ke dalam saluran respirasi. Virus kemudian bereplikasi di dalam sel epitel
saluran pernapasan dan nodus limfatikus servikalis. Setelah bereplikasi, virus
kemudian menuju ke parotis melalui aliran darah. Masuknya virus ke dalam
kelenjar parotis akan merangsang respon imun dan menimbulkan proses inlamasi
dengan menghasilakn pirogen endogen sitokin IL-1 yang selanjutnya akan
diteruskan menuju hipotalamus sebagai pusat regulasi suhu tubuh yang kemudian
merangsang pengeluaran prostaglandin dan menimbulkan demam. Selain itu,
mediator inlamasi lainnya yakni bradikinin akan merangsang saraf sensorik
sebagai respon nyeri dan histamin yang mengakibatkan peningkatatan
permeabilitas vaskuler sehingga timbul edema. Penyebaran virus secara viremia
dapat menuju ke seleuruh organ sehingga dapat menimbulkan berbagai
komplikasi seperti orchitis, ensefalitis, pankreatitis, perikarditis. 2,4
Dari anamnesis juga diperoleh informasi bahwa anak menderita batuk
disertai lendir sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk tidak disertai
sesak napas dan demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronchi pada lapangan
paru, sehingga anak didiagnosis dengan bronchitis akut.
20
Bronchitis akut merupakan suatu inflamasi yang mengenai trakea, dan
bronkus yang bermanifestasi sebagai batuk, yang akan membaik tanpa terapi
dalam 2 minggu. 1
Bronchiti akut dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Bronchitis akut yang
disebabkan oleh virus antara lain Rhinovirus, RSV, virus influenza dan virus
parainfluenza. Batuk pada mulanya keras dan kering kemudian menjadi produktif.
Pada anak-anak dengan batuk berlendir biasanya tidak membuang lendir tapi
menelannya sehingga dapat timbul muntah pada waktu batuk keras. Pada
bronchitis, pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal.
Seiring dengan perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar berbagai
macam ronchi, suara napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara
kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal atau didapatkan
peningkatan corakan bronkial. Umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14
hari. 1
Bronchitis akut bakteri jauh lebih sedikit dari pada bronchitis akut viral.
Bakteri penyebab bronchitis akut bakteri adalah Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, dan Haemophylus influenzae. 1
Diberikan ceftriaxone 500 mg tiap 12 jam secara intravena, puyer batuk
salbutamol 1,5 mg dan histapan 20 mg dalam serbuk 3 kali sehari diberikan per
oral, serta ambroxol sirup 3 kali ¾ sendok teh per oral untuk meredakan proses
inflamasi, melebarkan saluran napas dan mengencerkan lendir serta meredakan
batuk pada bronchitis yang dialami pasien.
Pada pemeriksaan antropometri pasien ini, didapatkan hasil pengukuran
berat badan menurut umur 73% dengan interpretasi berat badan kurang, tinggi
badan menurut umur 95% dengan interpretasi tinggi badan sesuai dan berat badan
menurut tinggi badan 82% dengan interpretasi gizi kurang.
Penatalaksaan status gizi pada pasien ini dilakukan pengaturan diet nasi dan
lauk untuk memenuhi kebutuhan kalori sebesar 1400 kkal/hari dan mengatasi
undernutrition pada pasien. Pada pasien juga diberikan IVFD RL 20 tpm untuk
memenuhi kebutuhan cairan dalam sehari. Pemberian nutrisi yang cukup
diperlukan untuk membantu penyembuhan.
21
Pada kasus ini, pasien memiliki prognosis yang baik oleh karena tidak
terdapatkan komplikasi. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
secara umum prognosis parotitis epidemika tanpa komplikasi adalah sangat baik,
kecuali pada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya sterilisasi oleh karena
atrofi testis dan sekuele oleh karena meningoensefalitis. 2,3,4
22
DAFTAR PUSTAKA
23