Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Bronchitis akut merupakan suatu inflamasi yang mengenai trakea, dan


bronkus yang bermanifestasi sebagai batuk, yang akan membaik tanpa terapi
dalam 2 minggu. Batuk pada mulanya keras dan kering kemudian menjadi
produktif. Pada anak-anak dengan batuk berlendir biasanya tidak membuang
lendir tapi menelannya sehingga dapat timbul muntah pada waktu batuk keras.
Bronchitis akut umumnya disebabkan oleh virus antara lain Rhinovirus, RSV,
virus influenza dan virus parainfluenza. 1
Parotitis epidemika merupakan infeksi virus yang bersifat akut dengan
predileksi pada jaringan kelenjar dan saraf. Virus yang menyebabkan parotitis
epidemika merupakan virus RNA rantai tunggal dengan ukuran 100-600 nm, dan
panjang 15.000 nukleotida yang termasuk dalam famili Paramyxoviridae. 2,3
Baik bronchitis akut maupun parotitis dapat ditemukan di seluruh dunia
dan menyerang baik laki-laki maupun perempuan. Sebelum era vaksinasi,
parotitis epidemika menyerang anak usia antara 5 sampai 10 tahun, dengan
prevalensi sekitar 85% pada anak kurang dari 15 tahun. Diera vaksinasi seperti
sekarang, insiden parotitis epidemika bergeser ke usia dewasa muda dan
menimbulkan epidemi diperguruan tinggi dan tempat kerja. 2,3
Parotitis epidemika dapat ditularkan secara langsung melalui droplet
maupun malalui makanan dan bahan yang tercemar saliva yang terinfeksi. Virus
yang ditularkan akan masuk ke dalam saluran pernapasan dan menyebabkan
viremia melalui sirkulasi menuju kelenjar limfe lokal yang kemudian dapat
menyebar ke kelenjar dan organ lainnya. 2,3
Masa inkubasi virus penyebab parotitis adalah 14-24 hari. Setelah masa
inkubasi, penderita akan menunjukkan gejala klinik yang diawali dengan gejala
prodromal berupa demam, lesu, nyeri otot leher, nafsu makan menurun yang
diikuti dengan nyeri dan bengkak pada satu atau dua kelenjar parotis yang
dipeberat dengan mengunyah. 2,3

1
KASUS

IDENTITAS PASIEN :

 Nama : An. Kh
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Lahir Pada tanggal : 28 Agustus 2009, di RSU.Anutapura
Secara SC atas indikasi panggul sempit
BBL = 3100 gr, PBL = 49 cm
 Usia : 8 tahun
 Kebangsaan : Indonesia
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Kaili
 Nama Ayah : Tn. L usia : 40 tahun, tahun perkawinan : 2008
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
 Nama Ibu : Ny. M usia : 36 tahun, tahun perkawinan : 2008
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
 Alamat : Jl. Kimaja Lorong Bakso
 Tanggal masuk ruangan /jam : 16-03-2017
 Tanggal keluar ruangan /jam : 20-03-2017
 Jumlah hari perawatan : 4 hari
 Diagnosis : Tersangka demam berdarah (TDBD)
 Anamnesis diberikan oleh : Pasien dan ibu pasien
 Anak ke 1 dari 2 bersaudara, status anak Kandung
 Riwayat kehamilan ibu : G1P1A0

2
Family Tree :

ANAMNESIS :

Keluhan utama : Demam

Riwayat penyakit sekarang :


Seorang anak perempuan usia 8 tahun diantar oleh kedua orang tuanya ke
RSU Anutapura Palu dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan setiap hari terus menerus, turun
saat pasien minum obat. Demam tidak disertai dengan menggigil, sakit kepala
maupun kejang. Pasien juga mengeluh nyeri dan bengkak pada rahang dekat
leher sebelah kiri terutama saat membuka mulut dan mengunyah. Batuk (+)
disertai lendir (+) lebih dari 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, beringus
(-), sesak napas (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri menelan (-), mual (-),
muntah (+) 2 kali sebelum masuk rumah sakit, tidak menyembur, berisi
makanan yang dimakan, tidak disertai darah, nyeri uluhati (-), BAB biasa,
BAK biasa. Riwayat konsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) 6 bulan dan tuntas
sejak 3 tahun yang lalu. Sebelumnya, pasien sering bermain dengan teman
sekelasnya yang juga mengalami keluhan yang sama.

3
Riwayat Antenatal Care :
Riwayat kehamilan ibu yakni G1P1A0 dengan riwayat Ante Natal Care
(ANC) yang rutin di bidan. Riwayat sakit saat hamil tidak ada. Pasien
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Lahir secara sectio cesarea di RSU
Anutapura atas indikasi panggul sempit, bayi lahir langsung menangis. Berat
badan lahir 3100 gram dengan panjang badan lahir 49 cm.

Riwayat Penyakit dahulu :


 Morbili : Belum pernah
 Varicella : Belum pernah
 Pertusis : Belum pernah
 Diare : Belum pernah
 Cacing : Belum pernah
 Batuk/pilek : Jarang

Riwayat Tumbuh kembang :


 Membalik : usia 3 bulan
 Tengkurap : usia 3 bulan
 Duduk : usia 6 bulan
 Merangkak : usia 7 bulan
 Berdiri : usia 10 bulan
 Berjalan : usia 12 bulan
 Tertawa : usia 3 bulan
 Berceloteh : usia 7 bulan
 Memanggil papa mama : usia 10 bulan

Anamnesis Makanan :
 Usia lahir – 12 bulan : ASI
 Usia 5 bulan – 12 bulan : ASI + susu formula + bubur sun
 Usia 12 bulan sampai sekarang : Makanan keluarga

4
Riwayat Imunisasi :

Anamnesis Keluarga
 Ikhtisar keturunan :
Pasien merupakan anak kandung pasangan Tn. L usia 40 tahun dengan
Ny. M usia : 36 tahun. Pasien merupakan anak pertama dari 2 orang
bersaudara.

 Riwayat penyakit dalam keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai gejala yang sama dengan
pasien. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat alergi, asma, diabetes
melitus, maupun hipertensi. Riwayat jantung dalam keluarga tidak
diketahui.

 Keadaan sosial, ekonomi, riwayat kebiasaan dan lingkungan :


Pasien merupakan keluarga dengan ekonomi menengah, lingkungan
rumah biasa dan tidak begitu padat. Pasien merupakan anak yang aktif,

5
sering bermain bersama teman-teman sekolah maupun di lingkungan
rumahnya. Sebelum pasien mengalami keluhan yang dirasakan sekarang,
ada teman sekolah pasien yang mengalami keluhan yang sama.

IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT :

Seorang anak perempuan usia 8 tahun mengeluh demam terus menerus


sejak 2 hari. Nyeri dan bengkak pada rahang dekat leher sebelah kiri terutama
saat membuka mulut dan mengunyah, batuk (+) disertai lendir (+) > 1 minggu,
muntah (+) 2 kali berisi makanan. Riwayat konsumsi obat anti tuberkulosis
(OAT) 6 bulan dan tuntas sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat kontak dengan
penderita yang memiliki keluhan yang sama (+).
Riwayat kehamilan ibu yakni G1P1A0, Ante Natal Care (ANC) yang rutin
di bidan. Riwayat sakit saat hamil tidak ada. Pasien merupakan Anak pertama
dari 2 bersaudara. Lahir secara sectio cesarea di RSU Anutapura atas indikasi
panggul sempit, bayi lahir langsung menangis. Berat badan lahir 3100 gram
dengan panjang badan lahir 49 cm.
Riwayat kepandaian atau kemajuan bayi pada usia lahir sampai 3 bulan
pasien sudah bisa angkat kepala, membalik badan, tengkurap dan tertawa. Pada
usia 3 sampai 6 bulan pasien sudah bisa meraih benda-benda di dalam atau luar
jangkauan. Usia 6 sampai 9 bulan pasien sudah bisa duduk tanpa dibantu dan
merangkak. Usia 9 sampai 12 bulan pasien sudah bisa berdiri tanpa dibantu,
berjalan dituntun, meniru suara, memanggil mama papa. Pada usia 12 sampai
18 bulan pasien berjalan sekeliling rumah dan bisa berbicara 5-10 kata. Pada
usia 18 sampai 24 bulan pasien bisa makan sendiri dan mulai menggambar.
Pada usia 2 sampai 3 tahun dapat loncat, panjat dan lompat dengan 1 kaki, serta
berjalan sendiri.
Usia 0 sampai 12 bulan pasien mendapat ASI, pada usia 5 sampai 12
bulan pasien mendapat ASI ditambah susu formula dan bubur sun. Pada usia
12 bulan sampai sekarang pasien mendapat makanan biasa..
Riwayat imunisasi pasien usia 2 bulan pasien mendapat imunisasai
hepatitis pertama, DTP pertama dan BCG. Usia 4 bulan pasien mendapat

6
imunisasi polio dan DTP. Usia 6 bulan pasien mendapat imunisasi hepatitis
kedua, DTP ke tiga, dan polio ke dua. Imunisasi campak di dapat pada usia 9
bulan.
Untuk riwayat keturunan pasien merupakan anak kandung dan
merupakan pertama dari 2 orang bersaudara. Riwayat penyakit dalam keluarga
tidak ada keluarga dirumah yang sakit serupa. Tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat alergi, asma atau diabetes maupun hipertensi.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan diketahui pasien diketahui merupakan
anak yang aktif, sering bermain bersama teman-teman dilingkugan rumahnya.
Sebelum sakit, pasien sering bermain dengan teman sekolahnya yang
menderita keluhan yang sama.

7
PEMERIKSAAN FISIS PERTAMA

Tanggal : 18 Maret 2017 (perawatan hari 1I)

Umur : 8 tahun BB : 19 kg TB : 121 cm

Keadaan Umum :
 Status gizi : Gizi kurang (CDC = 82% )
 Sianosis : Tidak ada
 Anemia : Tidak ada
 Ikterus : Tidak ada
 Kesadaran : Kompos mentis
 Keadaan mental : Baik
 Kejang : Tidak ada
 Suhu : 36,5 0 C (Bebas panas hari 1)
 Respirasi : 30 kali/menit
 Nadi : 110 kali/menit

8
Normoheight

Gizi kurang

Underweight

BB/U = 19/26X100% = 73% (BB kurang/ underwight)


TB/U = 121/127X100% = 95% (TB sesuai/ normoheight))
BB/TB = 19/23X100% = 82% (Gizi kurang)

9
Kulit
 Warna : Kecoklatan
 Efloresensi : Tidak ada
 Pigmentasi : Normal
 Jaringan parut : Tidak ada
 Lapisan lemak : Tidak ada
 Turgor : Baik (< 2 detik)
 Tonus : Normal
 Edema : Tidak ada

Kepala
 Bentuk : Normosefal, ubun-ubun tertutup
 Rambut : Warna hitam, lurus, tidak mudah dicabut
 Mata
- Exopthalmus : Tidak ada
- Enopthalmus : Tidak ada
- Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Conjunctiva : Anemis -/-
- Sclera : Ikterik -/-
- Corneal Reflex : +/+
- Pupil : Bulat, isokor, diameter 2 cm, refleks cahaya
langsung+/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
- Lensa : Jernih
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Telinga
- Sekret : Tidak ada

10
 Hidung
- Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
- Epistaksis : Tidak ada
- Sekret : Tidak ada
 Mulut
- Bibir : Mukosa bibir normal, tidak sianosis
- Lidah
Tremor : Tidak ada
Lidah kotor : Tidak ada
- Selaput mulut : Normal
- Gusi : Normal
- Bau pernafasan : Normal
 Tenggorokan
- Tonsil : T1/T1
- Pharynx : Tidak ada hiperemis
 Leher
- Trachea : Ditengah (normal)
- Kelenjar : Tiroid ikut gerakan menelan,
Pembesaran kelenjar parotis sinistra (+)
Pembesaran KGB (-)
- Kaku kuduk : Negatif

Thorax
 Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, jejas tidak ada, retraksi tidak ada
 Palpasi : Vokal fremitus sama kiri & kanan, massa tidak ada, nyeri
tekan tidak ada
 Perkusi : Sonor +/+
 Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronchi (+/+), Wheezing (-/-)

11
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak
 Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi di SIC V linea midclavikularis
sinistra
 Perkusi : Batas jantung
Batas kiri atas di SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah di SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan atas di SIC II linea parasternalis dextra
Batas kanan bawah di SIC III-IV linea parasternalis dextra
 Auskultasi : Bunyi jantung apex reguler, murmur dan gallop tidak ada
Bunyi jantung aorta reguler, murmur dan gallop tidak ada
Bunyi jantung pulmoreguler, murmur dan gallop tidak ada
Bising : Negatif

Abdomen
 Inspeksi : Datar, jejas tidak ada
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Perkusi : Timpani ke empat kuadran
 Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, organomegaly (-)

Genitalia : Normal

Kelenjar : Tidak ada pembesaran

Ekstremitas
 Atas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
 Bawah : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
ADP kuat angkat

12
Tulang Belulang : Normal

Otot-otot : Normal, tidak ada atrofi

Refleks-refleks
- Fisiologis :
++ ++
++ ++
- Patologis :
- -
- -

Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap

Laboratorium :

Darah Lengkap (Tanggal 17 Maret 2017)


Parameter Hasil Nilai Normal
WBC 6,3 x103/uL 4,8 – 10,8
RBC 4,5 x106 /uL 4,7 – 6,1
HGB 12,1 g/dL 14 – 18
HCT 35,6% 42 – 52
MCV 78,8 fL 80 – 99
MCH 26,8 pg 27 – 31
MCHC 34 g/dL 33 – 37
PLT 220 x103/ Ul 150 – 450

13
Resume :
Seorang anak perempuan usia 8 tahun mengeluh demam terus menerus
sejak 2 hari. Nyeri dan bengkak pada rahang dekat leher sebelah kiri terutama saat
membuka mulut dan mengunyah, batuk (+) disertai lendir (+) > 1 minggu, muntah
(+) 2 kali berisi makanan. Riwayat konsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) 6 bulan
dan tuntas sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat kontak dengan penderita yang
memiliki keluhan yang sama (+).
Keadaan umum anak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, BB 19 kg dan
TB 121 cm dengan status gizi kurang (CDC = 82%). Tanda vital suhu 36,50 C
respirasi 30 kali/menit nadi 110 kali/menit. Bentuk kepala normocephal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), lidah kotor (-/-). Paru-paru
pernapasan vesikuler (+/+), ronchi (+/+). Jantung BJ I/II Reguler. Abdomen
tampak datar, dan organomegaly (-). Akral hangat.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap dalam batas normal.

Diagnosis Kerja : - Parotitis epidemika


- Bronchitis
- Gizi kurang

Terapi :- IVFD Ringer Laktat 20 tpm


- Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
- Paracetamol sirup 3x1 cth
- Salbutamol 1,5 mg
3x1
Histapan 20 mg
- Ambroxol sirup 3x3/4 cth
Anjuran : - Pengaturan diet nasi lauk 1400 kkal/hari
- Menghindari makanan yang asam

14
FOLLOW UP

Follow up (1) Tanggal 19 Maret 2017 (Perawatan hari ke-3)


S : - Demam (-), bebas demam hari ke 2
- Menggigil (-)
- Pusing (-), sakit kepala (-)
- Kejang (-)
- Batuk (+) berlendir (+)
- Beringus (-)
- Sesak napas (-)
- Mual (-), muntah (-)
- BAK lancar
- BAB (+) biasa, encer (-)

O:
- Keadaan umum : sakit sedang
- Tanda vital : S = 36,6 0C, N = 100 x/m, P = 30 x/m
- Status gizi : BB = 19 kg, TB = 121 cm (CDC = 82% Gizi kurang)
- Kulit : Warna kecoklatan, efloresensi (-), ruam (-)
- Kepala-Leher :
 Bentuk : normocephal dengan ubun-ubun tertutup
 Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
 Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
 Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
 Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-)
 Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
 Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-), bengkak
pada rahang kiri sudah menurun.

15
- Thorax :
 Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
 Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama (+), massa (-), nyeri (-)
 Perkusi : sonor kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung :
 Iktus kordis tidak tampak (+)
 Iktus kordis teraba pulsasi di SIC V linea midclavikularis sinistra (+)
 Batas jantung dalam batas normal
 Bunyi jantung BJ I/II reguler (+), bising (-)
- Abdomen :
 Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
 Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
- Ekstremitas :
 Atas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
 Bawah : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, ADP
kuat angkat
A : 1. Bronchitis
2. Parotitis epidemika
3. Gizi kurang
P:
- Diet nasi lauk 1400 kkal
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
- Paracetamol sirup 3x1 cth (k/p)
- Salbutamol 1,5 mg
3x1
Histapan 20 mg
- Ambroxol sirup 3x3/4 cth

16
Follow up (2) Tanggal 20 Maret 2017 (Perawatan hari ke-4)
DIIZINKAN PULANG
S : - Demam (-), bebas demam hari ke 3
- Menggigil (-)
- Pusing (-), sakit kepala (-)
- Kejang (-)
- Batuk (+) berkurang
- Beringus (-)
- Sesak napas (-)
- Mual (-), muntah (-)
- BAK lancar
- BAB (+) biasa, encer (-)
O:
- Keadaan umum : sakit sedang
- Tanda vital : S = 36,5 0C, N = 110 x/m, P = 24 x/m
- Status gizi : BB = 19 kg, TB = 121 cm (CDC = 82% Gizi kurang)
- Kulit : Warna kecoklatan, efloresensi (-), ruam (-)
- Kepala-Leher :
 Bentuk : normocephal dengan ubun-ubun tertutup
 Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
 Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
 Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
 Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-)
 Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
 Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-), bengkak
pada rahang kiri (-)

17
- Thorax :
 Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
 Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama (+), massa (-), nyeri (-)
 Perkusi : sonor kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-),wheezing (-/-)
- Jantung :
 Iktus kordis tidak tampak (+)
 Iktus kordis teraba pulsasi di SIC V linea midclavikularis sinistra (+)
 Batas jantung dalam batas normal
 Bunyi jantung BJ I/II reguler (+), bising (-)
- Abdomen :
 Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
 Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
- Ekstremitas :
 Atas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
 Bawah : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, ADP
kuat angkat

A : 1. Bronchitis
2. Parotitis epidemika
3. Gizi kurang

P:
- Paracetamol sirup 3x1 cth (k/p)
- Salbutamol 1,5 mg
3x1
Histapan 20 mg
- Ambroxol sirup 3x3/4 cth

18
DISKUSI

Seorang anak perempuan usia 8 tahun mengeluh demam terus menerus


sejak 2 hari. Nyeri dan bengkak pada rahang dekat leher sebelah kiri terutama saat
membuka mulut dan mengunyah, riwayat kontak dengan penderita yang memiliki
keluhan yang sama (+). Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran kelenjar
parotis. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada pasien maka pasien
didiagnosis dengan parotitis epidemika
Parotitis epidemika merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada jaringan kelenjar dan saraf. Manifestasi atau gejala
parotitis diawali dengan timbulnnya manifestasi prodromal berupa demam, nyeri
otot (terutama pada leher), nyeri kepala, nafsu makan menurun dan anak
mengeluh lemas (malaise) yang kemudian diikuti pembengkakan pada satu atau
dua kelenjar parotis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang besar dan
berpasangan yang terletak di bawah meatus akustikus eksternus diantara
mandibula dan muskulus sternokleidomastoideus. Karena letak parotis yang
demikian, membuat peradangan pada kelenjar parotis dapat bermanifestasi berupa
pembengkakan pada daerah antara telinga dan leher, dan nyeri terutama saat
membuka mulut dan mengunyah oleh karena pergerakan mandibula. 2,3,5
Dari anamnesis diperoleh informasi yakni sebelum anak sakit, anak terlebih
dahulu kontak dengan teman sekolahnya yang mengalami keluhan yang sama
seperti pasien.
Parotitis epidemika dapat ditularkan secara langsung melalui droplet yakni
percikan air liur (saliva) saat batuk, melalui makanan yang tercemar saliva yang
terinfeksi, atau bahan dan alat-alat yang tercemar saliva penderita parotitis. Virus
yang ditularkan akan masuk ke dalam saluran pernapasan dan menyebabkan
viremia melalui sirkulasi menuju kelenjar limfe lokal yang kemudian dapat
menyebar ke kelenjar dan organ lainnya. 2,3,5
Virus yang menyebabkan parotitis epidemika merupakan virus RNA rantai
tunggal dengan ukuran 100-600 nm, dan panjang 15.000 nukleotida yang

19
termasuk dalam famili Paramyxoviridae. Masa inkubasi virus penyebab parotitis
2
adalah 14-24 hari.
Sebelum era vaksinasi, parotitis epidemika menyerang anak usia antara 5
sampai 10 tahun, dengan prevalensi sekitar 85% pada anak kurang dari 15 tahun.
Di era vaksinasi, insiden parotitis epidemika bergeser ke usia dewasa muda
sehingga parotitis tidak hanya menyerang anak-anak tetapi juga dewasa muda. 2,3
Parotitis epidemika merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendiri
(self limiting disease), sehingga penatalaksaan parotitis bersifat simtomatik. Dapat
diberikan parasetamol untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri karena
pembengkakan kelenjar. Dosis parasetamol untuk anak yakni 10-15 mg/kgBB/x
pemberian, tersedia dalam tablet 500 mg, sirup 120 mg/5 ml. Pada pasien,
diberikan parasetamol sirup 3 kali 1 sendok makan. Tidak ada antivirus yang
dapat digunakan untuk parotitis epidemika. 2,3
Patomekanisme parotitis epidemika dimulai dari masuknya virus secara
droplet ke dalam saluran respirasi. Virus kemudian bereplikasi di dalam sel epitel
saluran pernapasan dan nodus limfatikus servikalis. Setelah bereplikasi, virus
kemudian menuju ke parotis melalui aliran darah. Masuknya virus ke dalam
kelenjar parotis akan merangsang respon imun dan menimbulkan proses inlamasi
dengan menghasilakn pirogen endogen sitokin IL-1 yang selanjutnya akan
diteruskan menuju hipotalamus sebagai pusat regulasi suhu tubuh yang kemudian
merangsang pengeluaran prostaglandin dan menimbulkan demam. Selain itu,
mediator inlamasi lainnya yakni bradikinin akan merangsang saraf sensorik
sebagai respon nyeri dan histamin yang mengakibatkan peningkatatan
permeabilitas vaskuler sehingga timbul edema. Penyebaran virus secara viremia
dapat menuju ke seleuruh organ sehingga dapat menimbulkan berbagai
komplikasi seperti orchitis, ensefalitis, pankreatitis, perikarditis. 2,4
Dari anamnesis juga diperoleh informasi bahwa anak menderita batuk
disertai lendir sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk tidak disertai
sesak napas dan demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronchi pada lapangan
paru, sehingga anak didiagnosis dengan bronchitis akut.

20
Bronchitis akut merupakan suatu inflamasi yang mengenai trakea, dan
bronkus yang bermanifestasi sebagai batuk, yang akan membaik tanpa terapi
dalam 2 minggu. 1
Bronchiti akut dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Bronchitis akut yang
disebabkan oleh virus antara lain Rhinovirus, RSV, virus influenza dan virus
parainfluenza. Batuk pada mulanya keras dan kering kemudian menjadi produktif.
Pada anak-anak dengan batuk berlendir biasanya tidak membuang lendir tapi
menelannya sehingga dapat timbul muntah pada waktu batuk keras. Pada
bronchitis, pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal.
Seiring dengan perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar berbagai
macam ronchi, suara napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara
kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal atau didapatkan
peningkatan corakan bronkial. Umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14
hari. 1
Bronchitis akut bakteri jauh lebih sedikit dari pada bronchitis akut viral.
Bakteri penyebab bronchitis akut bakteri adalah Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, dan Haemophylus influenzae. 1
Diberikan ceftriaxone 500 mg tiap 12 jam secara intravena, puyer batuk
salbutamol 1,5 mg dan histapan 20 mg dalam serbuk 3 kali sehari diberikan per
oral, serta ambroxol sirup 3 kali ¾ sendok teh per oral untuk meredakan proses
inflamasi, melebarkan saluran napas dan mengencerkan lendir serta meredakan
batuk pada bronchitis yang dialami pasien.
Pada pemeriksaan antropometri pasien ini, didapatkan hasil pengukuran
berat badan menurut umur 73% dengan interpretasi berat badan kurang, tinggi
badan menurut umur 95% dengan interpretasi tinggi badan sesuai dan berat badan
menurut tinggi badan 82% dengan interpretasi gizi kurang.
Penatalaksaan status gizi pada pasien ini dilakukan pengaturan diet nasi dan
lauk untuk memenuhi kebutuhan kalori sebesar 1400 kkal/hari dan mengatasi
undernutrition pada pasien. Pada pasien juga diberikan IVFD RL 20 tpm untuk
memenuhi kebutuhan cairan dalam sehari. Pemberian nutrisi yang cukup
diperlukan untuk membantu penyembuhan.

21
Pada kasus ini, pasien memiliki prognosis yang baik oleh karena tidak
terdapatkan komplikasi. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
secara umum prognosis parotitis epidemika tanpa komplikasi adalah sangat baik,
kecuali pada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya sterilisasi oleh karena
atrofi testis dan sekuele oleh karena meningoensefalitis. 2,3,4

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Naning Roni, Ismangoen Hadianto, Setyati Amalia. Editor Rahajoe Nastiti


dkk. 5.8 Bronchitis Akut dalam Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2008. Hal 330-332.
2. Soedarmo, Sumarmo.S. dkk. Parotitis Epidemika dalam Buku Ajar Infeksi
dan Pediatrik tropis Ed.2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2008. Hal 195-203.
3. Ashkenazi, S, Cleary, TG. Parotitis Epidemika, in: Nelson (Ed), Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume II. Jakarta: EGC. 2000.
4. Pudjiadi M.T.S, Hadinegoro S.R.S. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika:
Laporan Kasus. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. RS dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2009.
5. Hasan R, dkk. Parotitis Epidemika. Buku Kuliah 2. Ilmu Kesehatan Anak.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012

23

Anda mungkin juga menyukai