Anda di halaman 1dari 45

REFLEKSI KASUS

P2A0 POST SCTP + EKLAMPSIA + HELLP SYNDROM


+ SOLUTIO PLASENTA

Rivka Anggreani A
13 17 777 14 209

Pembimbing :
dr. Djemi, Sp.OG.MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI


& GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2019
PENDAHULUAN

• Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai


proteinuria terjadi setelah kehamilan minggu ke-20 sampai
minggu ke-6 setelah persalinan

• Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah


sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi protein dalam urin
dengan kadar 300 mg/dl dalam urin tampung 24 jam atau
dengan pemeriksaan kualiatif ≥ 1+ pada pengambilan sampel
urin secara acak
• Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang
pada kehamilan ≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan
tingkat kesadaran bukan karena epilepsi maupun gangguan
neurologi lainnya.Kejang eklampsia hampir selalu didahului
oleh preeklampsia

• Sindroma HELLP adalah singakatan dari Hemolysis, Elevated


Liver Enzyme, Low Platelets Count yang artinya adalah
hemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia.
Ini merupakan komplikasi dari Pre-eklamsia dan eklamsia
• Solution plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan
lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas setelah bayi
lahir
PEMBAHASAN
DEFINISI

Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang


tonik klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai
kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut eklampsia.
EPIDEMIOLOGI
• Insiden eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh
persalinan dan lebih banyak ditemukan di negara berkembang
(0,3%-0,7%) dibandingkan negara maju (0,05%-0,1%).
Eklampsia termasuk dari tiga besar penyebab kematian ibu di
Indonesia.
FAKTOR RESIKO

• Usia
• Nulipara
• Jarak antar kehamilan
• Riwayat preeklampsi
dan eklamsi
sebelumnya
• Kehamilan multifetus
• Hipertensi kronik
patofisiologi
Tidak terjadi invasi sel trofoblas ke A. spiralis

Tidak terjadi vasodilatasi dan menyebabkan lumen arteri


menjadi kecil

Gangguan aliran darah intervili

Penurunan perfusi darah ke plasenta

Iskemik dan hipoksia plasenta


Komplikasi
• Sistem hematologi: plasma darah menurun, Sindrom HELLP
• Mata kabur
• Solutio plasenta
• Filtrasi glomerulus menurun
• Gangguan sel hepar
Syndrom HELLP
Sindroma HELLP adalah singakatan dari Hemolysis,
Elevated Liver Enzyme, Low Platelets Count yang artinya
adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan
trombositopenia. Terdiri dari
• Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
• Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya
kerusakan hati)
• Penurunan jumlah trombosit
1. Manifestasi klinik
• nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas
• mengeluh mual dan muntah
• Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan
peningkatan berat badan yang bermakna dengan
edema menyeluruh
Solutio Plasenta
• Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya
• Plasenta secara normal terlepas setelah bayi lahir
• Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja
(ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas
(solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan
maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
1. klasifikasi
• Solusio plasenta ringan :Luas plasenta yang terlepas tidak
sampai 25% atau ada yang menyebutkan kurang dari 1/6
bagian
• Solusio plasenta sedang: Luas plasenta yang terlepas
telah melebihi 25%, namun belum mencapai separuhnya
(50%).
• Solusio plasenta berat: Luas plasenta yang terlepas
sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar
melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan
umum disertai syok, dan hampir semua janinnya telah
meninggal.
2. Gejala klinik:
Solusio plasenta sedang
• rasa nyeri pada perut yang terus-menerus
• denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin
• perdarahan yang keluar tampak lebih banyak
• takikardia, hipotensi, kulit dingin, oliguria
Solusio plasenta berat
• perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
(defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam
• Fundus uteri lebih tinggi daripada yang seharusnya karena
telah terjadi penumpukan darah di dalam uterus
LAPORAN KASUS
• Identitas
Nama : Ny. W
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Ds. Kamue, Kec. Bulukumba
Tanggal Masuk RS : 14 Maret 2019
• KELUHAN UTAMA
Sakit Kepala
• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien wanita umur 28 tahun G2P1A0 masuk rumah sakit
anutapura palu dengan keluhan sakit kepala sejak di rumah,
disertai dengan mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+),
penglihatan kabur (+), pelepasan darah(-), lender (-), air (-), BAK
(+) biasa dan BAB (+) biasa.
• RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat hipertensi (+) saat kehamilan pertama
• RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan DM dalam keluarga
• RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
• RIWAYAT ANTENATALCARE
Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) sebanyak 4 kali dilakukan
dipuskemas.
• RIWAYAT MENSTRUASI
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama
6-7 hari, ganti pembalut 3 kali, tidak nyeri. Menstruasi terakhir tanggal
7-07-2018 .
• RIWAYAT OPERASI
Tidak ada
• RIWAYAT KB
Tidak ada
Pemeriksaan fisik
• KEADAAN UMUM : Jelek
• KESADARAN : somnolen
• TANDA VITAL :
Tekanan Darah : 220/ 160 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 35,60C Axilla
• Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (-/-
)
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sclera : Ikterik (-/-)
Thorax

Jantung :
Paru paru :
• Inspeksi : ictus cordis tidak
tampak Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
• Palpasi : ictus cordis teraba Palpasi : Vocal fremitus kanan
pada SIC V linea midclavivula = kiri
sinistra
• Perkusi : batas jantung
Perkusi : Sonor pada seluruh
normal lapang paru
• Auskultasi : bunyi jantung 1 & Auskultasi : vesikuler
2 murni regular, gallop (-), murmur (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
(-)
Status obstetri

Palpasi :
• Leopold I :
TFU 24 cm
• Leopold II :
Teraba punggung
di sebelah kanan Pemeriksaan
Inspeksi : • Leopold III : Tapsiran berat
BJF: 132 dalam vagina :
Tampak perut Teraba bagian janin : 2015
terbawah janin x/menit tidak ada
membuncit gram
kepala pembukaan
• Leopold IV :
Bagian terbawah
janin belum
masuk PAP.
Hasil laboratrium
14 maret 2019 pukul 03:10
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 14.2 12-14 G%

Hematokrit 43.4 37-47 %

Leukosit 16500 4000-11000 mm3

Eritrosit 4.51 4 jt-6 jt mm3

Trombosit 95.000 150 rb- 400 rb mm3

GDS 81 80-199 Mg/dl

Ureum 53 10.0-50.0 Mg/dl

Creatinin Lk: 0.70-1.20;


1.37 Mg/dl
Pr: 0.50-0.90

SGOT 14 6-30 U/l

SGPT 45 7-32 U/l


Pemeriksaan urine
14 maret 2019 pukul 03:10

HASIL NILAI RUJUKAN

Protein +2 Negatif

Blood +1 Negatif

Epitel sel + Negatif


• Diagnosis:
G2P1A0 gr aterm + PEB + Syndrom Hellp
PENTALAKSANAAN
1. MgSO4 40%:
• 4 gr dalam 100 cc NaCl ),9% (habis dalam 30 menit)
• 6 gr dalam 500 cc RL (28 tpm)
2. Nifedipin 3 x 10 mg
3. Terminasi kehamilan (SC CITO)
Perawatan hari pertama
Object Assesment Planing
• Drips oksitosin 2 ampul
• P2A0 post SC +
eklamsia + dalam 500 cc RL 28 tpm
• KU : Sakit Berat • MgSO4 40% 6 gr dlam 500
syndrome Hellp +
• Kesadaran : Coma solution plasenta cc RL 28 tpm sampai 24
GCS: E1M1V1 jam post sc
• TD :143/99 mmHg • Inj. Ranitidine 1 amp/8
Nadi:58x/menit jam IV
• RR:Ventilator • Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
• Suhu : 340C IV
• Kontraki uterus (+) • Inj. As. Traneksmat 1
• perdarahan :± 50 cc amp/8 jam IV
• Pupil : midriasis +/+ • Inj. Cefixime 1 gr/12 jam
• Urine: 200 cc warna IV
kuning • Inj. Dexmetasone 1 amp/8
• TFU: 3 Jari BPST jam IV
• Inj. Furosemid 1 amp/24
jam IV
• Konsul neuro
Lapor dr Nurfaisa, Sp.S via telfon:
Citicolin 250 mg/12 jam
Piracetam 3 gr/8 jam
Manitol 100 cc/8 jam
Furosemide tunda
Follow up jam 13:00

Object Assesment Planing


• P2A0 post SC + • Drips oksitosin 2 ampul
• KU : Sakit Berat eklamsia + dalam 500 cc RL 28 tpm
syndrome Hellp + • MgSO4 40 % tunda
• Kesadaran : Coma solution plasenta
GCS: E1M1V1 • Lanjutkan injeksi
• TD :110/70 mmHg • Furosemide tunda
Nadi:56x/menit
• RR:Ventilator
• Suhu : 360C
• Kontraki uterus (+)
• perdarahan :± 50 cc
• Pupil : midriasis +/+
• Urine: 500 cc warna
kuning
• TFUF: 3 jari BPST
Hasil Lab tanggal 14 maret 2019 pukul 12:52

HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


Hemoglobin 11.7 12-14 G%
Hematokrit 34.9 37-47 %
Leukosit 25200 4000-11000 mm3
Eritrosit 3.59 4 jt-6 jt mm3
Trombosit 49.000 150 rb- 400 rb mm3
Ureum 81 10.0-50.0 Mg/dl

Lk: 0.70-1.20;
Creatinin 1.74 Mg/dl
Pr: 0.50-0.90

Albumin 1.4 3.5-5.2 gr/dl


SGOT 52 6-30 U/I
SGPT 30 7-32 U/I
Perawatan hari kedua
Planing
Object Assesment
• Ivfd RL 24 tpm
• P2A0 post SC H1 +
eklamsia + • Inj. Ranitidin 1 amp/8 jam
• KU : Jelek IV
syndrome Hellp +
• Kesadaran : Coma solusio plasenta + • Inj. As. Traneksamat 500
GCS: E1M1V1 susp. HS + mg/8 jam
• TD :111/76 mmHg hipoalbumin • Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
Nadi:46x/menit • Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
• RR:Ventilator jam
• Suhu : 360C • Drips metronidazole 0,5
• Kontraki uterus (+) gr/8 jam
• perdarahan : (-) • Inj. Dexamethasone 1
• Pupil : midriasis +/+ amp/8 jam
• Urine: 500 cc warna • Terapi lain mengikuti
kuning
• TFUF: 3 jari BPST
Hasil LAB 15 maret 2019
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 9.5 12-14 G%

Hematokrit 28.7 37-47 %

Leukosit 17600 4000-11000 mm3

Eritrosit 2.91 4 jt-6 jt mm3

Trombosit 63.000 150 rb- 400 rb mm3

Ureum 81 10.0-50.0 Mg/dl

Lk: 0.70-1.20;
Creatinin 1.74 Mg/dl
Pr: 0.50-0.90
Perawatan hari ketiga
Planing
Object Assesment
• Ivfd RL 24 tpm : dextrose 5
• P2A0 post H2 SC
% = 1:1
• KU : Jelek eklamsia + solusio
plasenta + • Inj. Ranitidin 1 amp/8 jam
• Kesadaran : Coma syndrome Hellp + IV
GCS: E1M1V1 susp. HS + • Inj. As. Traneksamat 500
• TD :110/70 mmHg hipoalbumin mg/8 jam
Nadi:41x/menit • Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
• RR:Ventilator • Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
• Suhu : 360C jam
• Kontraki uterus (+) • Inj. Dexamethasone 1
• perdarahan : (-) amp/8 jam
• Pupil : midriasis +/+ • Terapi lain mengikuti
• TFUF: 3 jari BPST • Lapor gizi
Perawatan hari keempat
Planing
Object Assesment
• Ivfd RL 24 tpm : dextrose 5
• P2A0 post H3 SC + % = 1:1
• KU : Jelek eklamsia + solusio
plasenta + • Inj. Omeprazole 1 amp/12
• Kesadaran : Coma syndrome Hellp + jam IV
GCS: E1M1V1 susp. HS + • Inj. As. Traneksamat 500
• TD :103/54 mmHg hipoalbumin mg/8 jam
Nadi:52x/menit • Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
• RR:Ventilator • Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
• Suhu : 360C jam
• Kontraki uterus (+) • Inj. Dexamethasone 1
• perdarahan : (-) amp/8 jam
• Pupil : midriasis +/+ • Terapi lain mengikuti
• TFUF: 3 jari BPST • Cek darah rutin dan
albumin
Hasil LAB tanggal 17 maret 2019

HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 11.1 12-14 G%

Hematokrit 33.1 37-47 %

Leukosit 21600 4000-11000 mm3

Eritrosit 4 4 jt-6 jt mm3

Trombosit 60.000 150 rb- 400 rb mm3

Albumin 2.1 3.5-5.2 gr/dl


Pembahasan
Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh sakit kepala, nyeri
ulu hati, mual dan muntah serta penglihatan kabur. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD: 220/160 mmhg, N: 80x/m, R:
20x/menit, S:35,6. Pada pemeriksaan obstetric didapatkan
leopold 1: 24 cm, leopold 2: teraba punggung di sebelah
kanan, leopold 3: teraba bagian terbawah janin adalah kepala,
leopold 4: bagian terbawah janin belum masuk PAP. Tafsiran
berat janin 3255 gram, BJF: 132x/menit dan pemeriksaan
dalam vagina tidak didapatkan pembukaan. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan trombosit 95.000, ureum 53 mg/dl,
creatinin 1,37 mg/dl, SGOT 14 U/I, SGPT 45 U/I dan didapatkan
protein +2 pada urin.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang diagnosis pada pasien ini adalah G1P1A0 UK. 28
minggu + PEB + Syndrom Hellp.
Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi
kejang tonik klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa
disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut
eklampsia. Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
merupakan faktor risiko utama. Menurut Duckitt risiko
meningkat hingga tujuh kali lipat. Kehamilan pada wanita
dengan riwayat preeklampsia dan eklampsia sebelumnya
berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat.
Diagnosis preeklamsia berat dimana didapatkan
tekanan darah > 140/90 mmHg disertai proteinuria
+1. Komplikasi dari preeklamsia salah satunya
adalah Syndrom Hellp. Dimana syndrome help
adalah singkatan dari hemolysis, elevated liver
enzim, low platelet count, terdiri dari hemolysis
(penghancuran sel darah merah), peningkatan
enzim hati, dan penurunan trombosit
Pada kasus ini didapatkan tekanan darah 220/160 dengan
proteinuria +2, dan adanya gangguan enzim hati yang
menunjukan kerusakan hati serta di dapatkannya
trombositopenia, dimana trombositnya 95.000.
Terapi untuk preeklamsia berat adalah pemberian MgSO4
dengan Initial dose : Loading dose 4 gr MgSO4 40% dalam 10cc
IV (15 menit). Maintenance dose: diberikan infus 6 gram dalam
larutan RL 28 tpm; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. dan
diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin apabila
usia kehamilam < 34 minggu. Apabila ada perburukan dengan
adanya tanda-tanda impending yaitu nyeri ulu hati, pusing,
mual, muntah, penglihatan kabur serta adanya peningkatan dari
enzim hati segera lakukan terminasi persalinan
Pada kasus ini diberikan MgSO4: 4 gr dalam 100 cc
Nacl 0.9% yang harus habis dalam 30 menit dan 6
gr dalam 500 cc RL 28 tpm untuk maintenancenya
serta pemberian injeksi dexamethasone 2 ap IV.
Begitu hasil lab menunjukan peningkatan enzim
hati pasien segera dilakukan terminasi kehamilan
dengan Sectio cesarean.
Saat diruang operasi pesien tiba-tiba koma dan dengan
segera dilakukan section cesarean dan didapatkan solution
plasenta.
Salah satu komplikasi dari preeklamsia berat yaitu
solution plasenta, dimana solution plasenta merupakan
terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai