Anda di halaman 1dari 9

Name : Ahmad Zainal Abidin

Kelas : X IPS 4

SASIRANGAN
Motif Sasirangan – Sasirangan merupakan kain khas adat suku Banjar yang mayoritas menetap di
Kalimantan Selatan. Kain yang dibuat melalui proses pewarnaan rintang ini menggunakan bahan seperti
tali, benang, ataupun sejenisnya dengan corak-corak tertentu.

Sejarah Kain Sasirangan

Sasirangan merupakan kain adat yang biasanya dipakai untuk acara adat khas suku Banjar. Kata
sasirangan sendiri berasal dari kata “manyirang” yang memiliki arti menjelujur.

Mengapa diberi nama manyirang atau menjelujur? Karena proses pengerjaan kain ini dilakukan dengan
cara menjelujur yang kemudian diikat dengan tali lalu dicelup ke dalam pewarna. Hingga sekarang, kain
sasirangan masih dikerjakan secara manual dan tradisional.

Tercatat dalam sejarah, kain sasirangan merupakan kain sakral yang diwariskan sejak abad ke-12 ketika
Raja Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Pada mulanya, sasirangan masih masih dikenal
untuk kain “batatamba” atau proses penyembuhan orang yang mengidap suatu penyakit sehingga saat
itu kain sasirangan masih harus dipesan terlebih dahulu (pamintaan) sesuai dengan kehendak
pemesannya.

Oleh sebab itulah, orang-orang suku Banjar sering menyebut kain sasirangan sebagai kain pamintaan
atau permintaan. Selain untuk penyembuhan orang sakit, kain sasirangan juga merupakan kain yang
dianggap sakral dan biasa dipakai dalam upacara adat Banjar.
Arti Warna Kain Sasirangan

Arti Warna dan Motif Kain Sasirangan

Dahulu kala, pewarnaan kain sasirangan sesuai dengan maksud atau tujuan pembuatannya. Salah
satunya yaitu sebagai pelengkap terapi penyembuhan penyakit tertentu yang diderita seseorang.
Berikut adalah arti dari warna sasirangan:

1. Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda yang menyimbolkan bahwa penggunannya sedang
dalam proses penyembuhan untuk mengobati penyakit kuning (dalam bahasa Banjar: kana wisa)

2. Kain sasirangan warna hijau menyimbolkan bahwa penggunanya sedang dalam proses penyembuhan
penyakit lumpuh/stroke
3. Kain sasirangan warna ungu ialah simbol bahwa penggunanya sedang menjalani proses penyembuhan
penyakit sakit perut (disentri, kolera, atau diare)

4. Kain sasirangan warna merah merupakan simbol yang menandakan bahwa pemakainya sedang
menjalani proses penyembuhan penyakit sakit kepala dan insomnia/sulit tidur

5. Kain sasirangan warna hitam merupakan simbol bahwa penggunanya dalam proses mengobati
penyakit kulit gatal-gatal dan demam.

6. Kain sasirangan warna coklat merupakan simbol yang menandakan pemakainya sedang menjalani
proses pengobatan penyakit tekanan jiwa atau stres.

Pewarnaan kain sasirangan pada zaman dahulu dilakukan dengan memberikan zat pewarna yang
terbuat dari bahan-bahan dari alami seperti dari daun, buah, biji, umbi tanaman atau kulit. Bahan-bahan
tersebut ada yang tumbuh liar di dalam hutan atau ada juga yang sengaja ditanam di sekitar pekarangan
rumah para pembuat kain khas Banjar itu sendiri.

Warna utama pada sasirangan tersebut di atas dibuat dari zat pewarna alami, yaitu:

1. Kuning: dari temulawak atau kunyit

2. Hijau: dari jahe atau daun pudak

3. Ungu: dari biji buah ramania (gandaria)

4. Merah: dari buah mengkudu, lombok merah, gambir, atau kesumba (sonokeling).

5. Hitam: dari uar atau kabuau

6. Coklat: dari kulit buah rambutan atau uar.

Setelah dilakukan pewarnaan, supaya warna kain sasirangan tampak lebih tua atau lebih muda serta
tahan lama (tak mudah pudar) maka biasanya bahan tersebut di atas dicampur dengan rempah-rempah
seperti: lada, jintan, garam, jeruk nipis, cengkeh, cuka, tawas, kapur atau terusi.

Corak khas pada kain sasirangan diperoleh dari teknik-teknik khusus yang dipengaruhi oleh beberapa hal
yakni, teknik jahitan serta ikatan, komposisi warna, dan jenis bahan pengikat/jenis benang. Dari hal-hal
tersebutlah corak serta motif khas sasirangan terbentuk. Berikut adalah beberapa motif sasirangan yang
umum digunakan oleh masyarakat Banjar.
Motif Sasirangan Beserta Gambarnya

motif sasirangan

Motif pada kain sasirangan pada umumnya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yakni:

Motif lajur, yakni bentuk motif yang dirangkai secara memanjang. Contoh: hiris pudak, kulat karikit,
gigi haruan, kangkung kaumbakan.

Motif ceplok, yaitu bentuk motif yang tampil secara sendiri tanpa ada motif lain yang mendampingi.
Contoh: tampuk manggis, hiris gagatas, atau tampuk manggis.

Motif variasi, yaitu motif penghias sebagai tambahan dalam motif dalam lain yang sudah ada. Contoh:
motif hiris gagatas yang diberi pinggiran agar terlihat lebih menarik.
Motif Sasirangan dan Maknanya

Motif-motif yang ada pada kain sasirangan tentu memiliki makna dan filosofinya tersendiri. Masing-
masing dari motif tersebut diambil dari sebuah tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Banjar, dari
hewan serta tumbuhan atau bahkan objek di alam semesta. Berikut adalah penjelasan mengenai motif
sasiragan beserta maknanya.

1. Bayam Raja

Motif sasirangan Bayam Raja merupakan atribut untuk seseorang yang bermartabat dan dihormati di
masyarakat. Bentuknya yakni berupa garis-garis yang melengkung patah-patah. Motif ini biasanya
tersusun secara vertikal sebagai garis pembatas antara motif satu dan motif lainnya sehingga
menjadikannya sebagai motif yang banyak digunakan dalam kain sasirangan.

2. Kambang Kacang

Motif sasirangan Kambang Kacang merupakan simbol sebuah keakraban. Hal tersebut dikarenakan
kambang kacang merupakan sejenis tanaman yang buahnya selalu jadi kegemaran oleh hampir semua
orang Banjar. Buah tersebut sering dicampur dalam pembuatan sayur seperti kacang hijau atau labu
dalam masakan khas masyarakat Banjar.

3. Daun Jaruju

Motif sasirangan Daun Jaruju mengandung makna sebagai penolak bala. Tanaman daun jaruju ini
termasuk tanaman yang berduri yang sering dimanfaatkan sebagai pengusir tikus. Dahulu, daun jaruju
ini diletakkan di sudut-sudut rumah agar tikus tidak bisa menerobos masuk ke rumah.

4. Tampuk Manggis

Motif sasirangan Tampuk Manggis diambil dari filosofi buang manggis yang memiliki makna kejujuran,
dimana jumlah tampuk manggis pasti selalu sama dengan jumlah isi buah manggis tersebut. Jadi, jika
tampuk yang terletak di luar buah manggis berjumlah lima maka jumlah isi buang manggis pun pasti
berjumlah lima. Motif ini menyiratkan makna bahwa apa yang sudah kita ucapkan haruslah sama
dengan apa yang terlintas di dalam hati.

motif sasirangan
Motif hiris pudak dan hiris gagatas | batiksasiranganonline.blogspot.com

5. Mayang Maurai

Mayang Maurai berarti mayang yang terurai. Mayang itu sendiri dijadikan sebagai alat untuk acara
bamandi-mandi (mandi-mandi) dalam tradisi adat Banjar yang biasanya dilakukan satu hari sebelum
kedua pengantin bersanding. Selain itu, mayang juga dipakai dalam acara mandi seorang wanita yang
hamil 7 bulan.

6. Naga Balimbur

Kalau motif Naga Balimbur diambil dari dongeng orang Banjar yang dapat digolongkan ke dalam
folklore/cerita rakyat, yakni tentang seekor naga yang sedang mandi di tengah sungai di pagi hari. Naga
tersebut dengan riangnya berjemur di bawah terik sinar matahari yang hangat. Keadaan tersebut
menggambarkan suasana yang gembira dan menyenangkan.

7. Ramak Sahang

Motif sasirangan Ramak Sahang terdiri dari kata “ramak” yang berarti hancur dan “sahang” yang berarti
merica, sehingga ramak sahang berarti merica hancur. Bentuk motif ini hampir mirip dengan motif hiris
pundak ganda akan tetapi gambarnya tidak senyawa alias terputus-putus.

motif sasirangan

Motif gigi haruan dan ular lidi | www.eenendah.web.id

8. Daun Katu

Motif sasirangan Daun Katu diambil dari sejenis tanaman yang sering dijadikan sebagai sayur, yakni daun
katu. Orang banjar sering menanam tanaman daun katu di pekarangan rumahnya karena sangat
bermanfaat untuk ibu-ibu yang sedang menyusui. Daun katu dipercaya dan memang sudah terbukti
secara ilmiah mampu melancarkan air susu ibu (ASI).

9. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh/Gugusan Bintang/Bintang Bahambur


Motif sasirangan berbentuk bintang atau Bintang Bahambur yang berarti bintang yang berserakan (di
langit) menyatakan bahwa bintang merupakan ciptaan-Nya dan sebagai tanda kebesaran Yang Maha
Kuasa. Makna dari bahambur (berserakan) ialah kita sebagai manusia yang kecil ini tidak akan mampu
menghitung jumlah bintang sesungguhnya di seluruh alam semesta ini.

10. Hiris Gagatas

Motif sasirangan Hiris Gagatas disebut juga rincung gagatas yang berarti bungas (cantik) serta tak akan
pernah bosan apabila terus dipandang. Umumnya, kue-kue tradisional khas Banjar dipotong menjadi
beberapa bagian dengan bentuk gagatas ini.

11. Kambang Sakaki

Motif sasirangan Kambang Sakaki melambangkan keindahan yang disimbolkan dengan sekuntum bunga.
Motif ini sering dipakai pada ornamen khas Banjar seperti pada ukiran arsitektur rumah adat Banjar.

motif sasirangan

Motif bintang enam, hiris gagatas, dan kulat karikit | sasirangankalimantan.blogspot.com

12. Kulat Karikit

Motif sasirangan Kulat Karikit diambil dari tumbuhan sejenis cendawan atau jamur yang hidup
menempel pada sebuah batang atau dahan pohon yang disebut kulat. Walaupun hidupnya dengan
menumpang di tumbuhan lain, akan tetapi kulat ini tidak sedikit pun merugikan tumbuhan yang
ditumpanginya layaknya parasit seperti benalu.

Kulat karikit hidup secara mandiri dengan mencari makan sendiri. Maka diambil sebuah makna filosofi
dari cara hidup kulat tersebut bahwa hidup haruslah mandiri, tahan menderita, dan jangan pernah
merugikan orang lain walau sedikit pun.

13. Gigi Haruan

Motif sasirangan Gigi Haruan diambil dari ikan yang merupakan makanan kegemaran orang Banjar yaitu
Haruan atau Gabus. Ikan haruan berwarna hitam dengan gigi-gigi runcing dan tajam. Dari gigi haruan
tersebutlah diambil filosofi kehidupan yang bermakna ketajaman berpikir.
14. Hiris Pudak

Motif sasirangan Hiris Pudak merupakan sebutan orang Banjar untuk tanaman pandan yang sering
ditanam di pekarang rumah layaknya tanaman daun katu. Pandan sering digunakan sebagai pengharum
ketika memasak nasi.

Selain itu, orang Banjar sering juga menggunakan air pandan sebagai pewarna kue tradisional. Pandan
juga digunakan sebagai campuran bunga rampai (bunga khas Banjar) yang akrab dipakai dalam acara
perkawinan adat Banjar.

15. Ular Lidi

Motif sasirangan Ular Lidi diambil dari dongeng orang Banjar dan dianggap sebagai simbol kecerdikan.
Hal ini dikarenakan karena ular lidi yang kecil dan gagah tersebut cerdik tapi juga berbisa. Bentuk motif
ini mirip hiris pudak, berganda dan tidak patah-patah, akan tetapi melengkung vertikal serta bervariasi.

motif sasirangan

muhammadrizky.student.umm.ac.id

16. Kangkung Kaumbakan

Motif sasirangan Kangkung Kaumbakan berarti kangkung yang terkena ombak. Motif ini memiliki filosofi
bahwa kangkung yang merupakan salah satu tanaman air yang menjalar apabila ia terkena gelombang
ombak air, batangnya tidak akan putus. Makna filosofinya yakni tahan terhadap cobaan serta ujian
dalam kehidupan.

17. Ombak Sinampur Karang

Motif sasirangan Ombak Sinampur Karang berarti ombak yang menerjang karang. Ombak disini
dikiaskan sebagai gelombang perjuangan hidup manusia.

18. Dara Manginang


Motif sasirangan atau dalam istilah orang Banjar disebut juga Galuh Manginang yang berarti seorang
gadis Banjar dahulu yang baru manginang, yaitu memakan sirih sehingga air liurnya memerah karena
gambir hingga menetes dari bibir.

Namun, tradisi ini sudah jarang ditemui di masyarakat Banjar saat ini. Karena sebab itulah kemudian
tradisi tersebut diabadikan menjadi salah satu motif sasirangan, sehingga dapat dijadikan pengingat
bahwa orang-orang Banjar dahulu memiliki tradisi menginang. Biasanya motif ini dominan berwarna
merah menyala.

Anda mungkin juga menyukai