Anda di halaman 1dari 2

1.

Proses pembuatan laung

diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah
bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut jumputan.
Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang
dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam
warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang
bercorak aneka warnac dengan garis-garis atau motif.

2. Alat dan bahan

- Kain mori
- Polyester
- Benang
- Jarum

3. Sejarah laung

Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan


Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, merupakan
cikal bakal dari kain pamintan. Kain pamintan ini merupakan sebuah
sarana yang digunakan untuk pengobatan orang sakit. Tata cara
pemakaiannya ada yang diikatkan di kepala sebagai ikat kepala (laung),
juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang,
kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita.
Kain Sasirangan ini dapat dipakai sebagai pakaian adat dipakai pada
upacara-upacara adat, bahkan digunakan sebagai pakaian sehari-hari.
Kain ini bagi masyarakat di Kalimantan Selatan, khususnya masyarakat
Banjar sudah dikenal sejak dahulu dengan kain calapan atau celupan
yang dihiasi dengan motif tradisional khas Kalimantan Selatan, baik dari
segi warna maupun motifnya. Secara u mum kain Sasirangan adalah
sejenis kain yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur, kemudian diikat
dengan benang atau tali plastik dan selanjutnya dicelup. Kata
“Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti
diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam
istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut
jumputan. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori,
polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan
bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu
bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif.
Corak yang banyak diminati para pemesan adalah corak Sarigading.
Corak sarigading itu sendiri masih dibagi lagi menjadi corak sarigading
laki (yaitu khusus dipakai untuk pengobatan laki-laki dewasa), sarigading
bini (dipakai untuk pengobatan pasien perempuan) dan sarigading anak
(untuk pengobatan pasien khusus anak-anak).
Selain corak sarigading (sarigading laki, sarigading bini dan sarigading
anak), corak-corak kain tenun yang difungsikan sebagai kain Pamintan
yang masih populer sampai saat ini antara lain, corak wadi waringin,
pungling dan katutut. Sedangkan corak yang sudah tidak/kurang populer
lagi antara lain karacuk, a’amasan, kalapa kuning, ramak sahang putih,
jarum-jarum, tauman, batik santan, kalapa, kamumu, kastari masak,
parang simpak dan paring anum.
jenis-jenis kain Pamintan yang masih diproduksi sampai saat ini adalah
jenis kain sarung, kain baju, kain tapih, kain salawar (celana), kakamban
(selendang), kain untuk babat (bebat/stagen) dan kain untuk laung (ikat
kepala).

4. Makna simbolik

Anda mungkin juga menyukai