Pedoman Pelayanan IGD
Pedoman Pelayanan IGD
RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI
ii
6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien ........................................................ 32
BAB VII. Keselamatan Kerja ...................................................................... 34
7.1. Pengertian ............................................................................................. 34
7.2. Tujuan ................................................................................................... 34
7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan .................................................. 34
BAB VIII. Pengendalian Mutu .................................................................... 36
BAB IX. Penutup ......................................................................................... 37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG.
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS Baptis Batu. Diharapkan dengan
tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra
rumah sakit maupun di dalam rumah sakit sesuai dengan standar yang ditentukan.
1.2.TUJUAN PEDOMAN.
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat RS Baptis Batu ini adalah untuk menata Instalasi Gawat Darurat
RS Baptis Batu agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan,
perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan harapan
masyarakat.
1
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan
2
1.5. LANDASAN HUKUM.
Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
g. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia Nomor
047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Baptis Batu.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
2.3. PENGATURAN JAGA.
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Wakil Direktur Pelayanan setiap
bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi
oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang
ditetapkan harus memberitahukan terlebih dahulu
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Wakil Direktur Pelayanan dan diperbanyak untuk
didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter
jaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, dan instalasi/ bagian lain yang terkait
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat/Pekarya
a. Pengaturan jadwal jaga perawat/pekarya IGD terbagi dalam 3 shift,
yaitu sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD disusun setiap bulan oleh Kepala
Perawat IGD dengan sepengetahuan Wakil Direktur Pelayanan
5
c. Bila perawat/pekarya IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang
sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD terpasang di papan informasi IGD
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
SATPAM SATPAM
P P
(AMBULANCE)
KANTOR
P INFORMASI
INSTALASI
P GAWAT
DARURAT
7
R. R. Dokter Toilet Toilet
Ganti jaga Pasien Pasien
Ruang
Bedah
Minor
3.2. DENAH RUANG.
R.Obat
R O2 Life Saving Ruang
Tunggu
R.Ka
Gudang Pasien
IGD
Toilet Dokter
8
Pendafta
Triase
ran
Toilet
pasien
Perawat
R. Spool Perawat
Hock Pekarya Ruang
Resusitasi
Ruang
Ruang Ruang Ruang
Ruang Pertemuan
Observasi Tindakan Tindakan Ruang Ruang
Tindakan IGD
Non Non Tindakan Tindakan
3.3. STANDAR FASILITAS.
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan
pertolongan tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan
ekstra, misalnya :
Kasus henti nafas
Kasus henti jantung
Pasien yang dicurigai sakit jantung
Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
Kasus kejang demam
Kasus cedera kepala berat
Kasus tenggelam
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :
Tempat tidur
Tensimeter
Oksigen sentral + selang O2
Monitor set
Oksimeter
Defibrilator
Suction set
EKG
Syringe pump set
Nebulizer
Lampu senter
Stetoskop
Papan keras
Neck collar
Catheter set (dengan berbagai ukuran)
Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
Tempat sampah
Emergency trolley
9
Ventilation bag dewasa
Ventilation bag anak
Ventilation bag bayi
Laryngoscope + blade
Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
Stilet
Spuit (dengan berbagai ukuran)
Jelly
Sarung tangan
Plester
Gunting plester
Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
2. Infus Trolley
Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
Tourniquet
Alcohol swab
Plester
Gunting plester
3. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan
a. Cairan infus
RL
NaCl 0,9%
D10% (500 cc)
Asering
Manitol
b. Obat
Adrenalin injeksi
Atropine sulfate injeksi
Morphine injeksi
Pethidine injeksi
10
Diazepam injeksi
Diazepam suppository
Dexamethasone injeksi
Aminophylline injeksi
Dextrose 40%
NaCL 0,9% 25 ml
Aquadest 25 ml
Natrium bicarbonate
Lidocaine injeksi
ISDN
Asam asetilsalisilat
MgSO4 20%
Dopamin injeksi
Furosemide injeksi
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD RS Baptis
Batu berikut dengan penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :
11
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
insektisida Diulang tiap 10 – 15
menit sampai
atropinisasi
5. Diazepam Kejang Anak 0,25 mg/kg, IV
(Valium ®) pelan
Ampul Dewasa 10 mg, IV
10 mg/2 ml pelan
6. Dopamin Shock 2,5 – 20 μg/kg/min IV
Ampul Yang belum drip
200 mg/10 ml teratasi dengan Dosis ginjal 1 – 5
pemberian cukup μg/kg/’ drip
cairan Dosis jantung 5 – 10
μg/kg/’ drip
Dosis syok /
Vasopresor
10 – 20 μg/kg/’ drip
7. Furosemide Edem Paru Akut 20 – 40 mg IV
(Lasix ®) (TD > 90 0,5 – 1 mg/kg IV (max
Ampul mm/Hg) 2 mg/kg)
20 mg/2 ml Hypertensi berat
8. Morphin AMI 3 – 5 mg IV
Ampul Edem Paru Akut 5 – 10 mg IM
10 mg/1 ml (TD > 90 Dapat diulang bila
mm/Hg) perlu
9. Glucose 40% Hypoglycemia 25 – 50 ml, IV pelan
Vial 10 gr/25 ml
10. Sodium Bolus 1 meq/kg, IV
Bicarbonate Metabolic pelan
(Meylon ®)
acidosis Drip 0,05
Vial 25 meq / 25
meq/kg/menit
ml
11. Isosorbide Angina Pectoris 1 tablet Sublingual
dinitrite Diulang tiap 5 menit,
(Cedocard ®) max 3 tablet
12. Dexamenthasone Asthma 0,05 – 0,2 mg/kg, IV
(Oradexon ®) Bronchiale (1 ml untuk 10 – 25 kg
Ampul 4 Anaphylactic BB)
mg/1ml reaction
13. Digoxin Flutter / fibralasi 1 tablet peroral, dapat
(Lanoxin) atrial CHF diulang 6 jam
0,25 mg/tablet kemudian.
14. Pethidin Analgetik kuat 1 mg/kg BB iv/im
Ampul (100
mg/2 ml)
15. MgSO4 20% Ventrikel 5 – 10 ml iv, pelan –
Ampul 5 gr/25 Takikardi pelan.
ml (Torsade de
12
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
pointes) 10 ml iv, pelan –
Eklampsia pelan.
16. Lidokain Cardiac I mg/kgBB bolus
(Xylocard aritmia pelan-pelan, dapat
500®) (karena MI) diulang 10 menit
Ampul Takikardi kemudian 0,5 mg/kg
(500mg/5 ml) Ventrikel lalu drip 2-4 mg.
17. Combivent Asma 1 amp untuk pasien
nebulizer Bronkhiale dewasa
18. Diazepam Kejang Dewasa : 10 mg rectal
(stesolid®) Anak-anak : 5 mg
Rectal enema 10 rectal
mg/2,5 ml dan 5
mg/2,5 ml
13
f. Lampu senter
5. Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya :
Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya
Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture (thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair,
H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
Tromol gauze + gauze steril
Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
Plester + gunting plester
ABD, berbagai tampon
Sofratulle®
Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
Pisau aesculap
Berbagai salep antibiotik
Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
Set pemasangan nasogastric tube
Set pemasangan foley catheter
Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
14
Operating lamp
Tempat sampah
Sarung tangan
Korentang dan tempatnya
Scoop strecher
Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
Sprei lobang
Baskom steril
Cath kawat
Alat buka jahit
Alat jahit wajah
Alat jahit isi 6, 7
Haemostat bengkok
Haemostat lurus
Tangkai pisau
Speculum hidung
T. Jarum biasa
T. Jarum besar
Ring forcep
Slang karet
Gunting metz
Catheter tray
Tabung enema
Baskom irigasi
Hak bergigi
Korentang klem
Alat vena sectie
Alat thoracentesis
Alat umbilikel
Alat THT
15
Slang dubur
Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
Tromol kasa
Bak instrumen
Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan
utama IGD, yaitu :
Mencegah kematian dan cacat
Menerima rujukan pasien gawat darurat
Menanggulangi korban bencana
Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :
- Tempat tidur
- Lembar status emergency
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
Dilakukan pemeriksaan fisik
Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
Menunggu masuk ke ruang rawat inap
Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
Menunggu obat
Menunggu proses penyelesaian administrasi
Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
16
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set (sentral)
d. Tensimeter dinding
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker
6. Ruang Tindakan Obstetriginekologi
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinding
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
7. Ruang Spool Hock
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang spool hock,
antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
17
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak
8. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta perangkatnya.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
penyimpanan oksigen, antara lain :
a. Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
b. Etiket O2
9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang, antara
lain :
Form PermintaanLaborat
Persetujuan tindakan medik
Form cairan keluar masuk
Surat persetujuan perawatan
Data pasien
Peraturan opname pasien
Form pemeriksaan fisik
Catatan/Pesan-pesan dokter
Plastik sampah
Rinso
Pipet
18
Envelope uk. 95 x 152 mm
Envelope uk. 110 x 230 mm
Karet gelang
Clear pembersih kaca
Pengharum ruangan
Tissue gulung
Clips
Batu baterai kecil
Batu baterai sedang
Batu baterai besar
Lem
Buku tulis biasa/quarto
Buku folio kecil panjang
Form permintaan pemeriksaan USG
Resep
Surat rujukan
Surat keterangan dokter
Memo
Pemeriksaan radiologi
Form penolakan tindakan medis/opname
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di gudang
medis, antara lain :
Inf. Cath. 14 gr x 2’
Inf. Cath. 16 gr x 2’
Inf. Cath. 18 gr x 1¼’
Inf. Cath. 20 gr x 1¼’
Inf. Cath. 22 gr x 1¼’
Inf. Cath. 24 gr x ¾’
Spuit 1 cc
Spuit 3 cc
Spuit 5 cc
Spuit 10 cc
19
Spuit 20 cc
Spuit 50 cc
Infus set pediatrik
Infus set dewasa
Infus set darah
Jarum suntik 18
Jarum suntik 20
Jarum suntik 23
Jarum suntik 25
RL 500 cc
NaCl 3% 500 cc
NaCl 500 cc
NaCl 1000 cc
D5 500 cc
Asering
Kaen 3 B
D 10% 500 cc
Folleycath No. 8
Folleycath No. 14
Folleycath No. 16
Folleycath No. 18
Folleycath No. 20
Slang lambung No. 4
Slang lambung No. 16
Slang lambung No. 18
Jelly
Sofratul
Electroda
Hansaplast
Leukopon 2.5 cm x 9.2 m
Leukocrefe 7.5 cm x 4.5 m
Leukocrefe 10 cm x 4.5 m
20
Leukocrefe 15 cm x 5 m
Verband gulung 5 cm
Verband gulung 10 cm
Kondom cath
Urine bag
Endotracheal tube no. 6
Endotracheal tube no. 7
Endotracheal tube no. 7.5
Endotracheal tube no. 8
Meylon 84 25 cc
Dextrose 40% 25 cc
Spatel tongue
Catheter tip
Spinal needle no. 23
Sarung tangan 6 ½
Sarung tangan 7
Sarung tangan 7 ½
Alkohol
Savlon
Kapus
H2O2
Bethadine cair
EKG rol
Formalin 10%
10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampat
e. Ember
f. Gayung
21
11. Ruang Istirahat Dokter Jaga
Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat dokter jaga,
antara lain :
a. Tempat tidur
b. Telepon dalam
c. Televisi
d. Kursi
12. Ruang Ganti Perawat
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang ganti perawat, antara lain :
a. Pipa penggantung baju
b. Hanger
13. Ruang Tunggu Pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda- tanda vital
Menunggu hasil (laboratorium dan X – Ray)
Menunggu penyelesaian proses administrasi
Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien, antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah
c. Rak brosur
22
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
4.2.SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat
23
daruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RS. Baptis Batu siap 24 jam menggunakan sarana komunikasi
intern dan extern.
Intern dengan ext.301
Extern dengan hotline (0341) 5044505, 594161ext 301.
4.3.PELAYANAN TRIASE.
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll.
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik,
mental, sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
24
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus
emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien
emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat,
prioritas 2 (P20 yaitu pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat
tidak gawat. Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah
kasus Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus
prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah
meninggal dunia (death on arrival)
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian
dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal masif
Gangguan jantung yang mengacam
Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
Fraktur multiple
Fraktur femur / pelvis
25
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :
Fraktur minor
Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.
4.4.TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat
darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap diperthankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas
dan membawa surat rujukan.
26
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan memakai ambulans.
27
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.
28
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas
IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi pelayanan
pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di
rumah sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.
29
BAB V
LOGISTIK
Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas / pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai untuk
disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada
tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas
pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang
ditandatangani Kepala perawat / Kepala IGD dengan jumlah yang sesuai
pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan
dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi
Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat
Darurat atau Ka. IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan
kepada Kepala Departemen Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan
30
dan disetujui serta ditandatangani oleh Kepala Bagian Gawat Darurat / Ka.
IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen
Pelayanan, selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan, untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian,
untuk membeli barang – barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.
Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin yang telah dilakukan
perjanjian kerjasama, maka pembelian dapat langsung di lakukan ke
pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang –
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang –
barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke R.S. Baptis Batu sesuai pesanan dan
barang tersebut diterima oleh bagian, Petugas Gudang memeriksa apakah
barang – barang tersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlah
pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat
Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.
31
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
6.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
32
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien
dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh
kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien :
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan cara pemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
7.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Baptis Batu.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
34
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
- HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
- Flu burung
Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :
Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat
selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
Memakai masker N95 atau minimal masker badan
Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
Menggunakan apron / gaun pelindung
Menggunakan sarung tangan
Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
- Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
35
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Analisis harus dilakukan secara berkala 3 (tiga) bulan sekali secara terus
menerus. Yang harus disimpulkan dari analisis ini adalah kecenderungan
(trend) dari Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
2. Angka Kematian (AK) di IGD
Rumus :
Jumlah kematian
AK = X 100%
Jumlah Pasien IGD
Angka kematian ini harus dikumpulkan dan dilaporkan setiap 3 bulan sekali.
Yang perlu diperhatikan adalah kecenderungan angka kematian ini dari waktu
ke waktu. Tidak dimasukkan didalam angka kematian ini Death On Arrival
(DOA).
36
BAB IX
PENUTUP
37