Anda di halaman 1dari 12

1

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT JAMA’AH IDUL FITRI


RAHIMAKUMULLAH
“Puja sanjung hanyalah Rabbi,” mulai dari bersembunyinya
sang mentari di senja kemarin hari, gema Takbir, Tahlil dan
Tahmid berkumandang mengiringi dekapan malam, ratusan
Juta lisan mengagungkan sang pemilik jagad raya dengan
penuh syukur. Yang mana kaum muslimin diseluruh pelosok
dunia, pojok kota sampai ke pelosok desa dan gunung, semua
membesarkan Asma Allah, gelegar dzikir tersebut memenuhi
di langit qalbu kita, membuat kita tergetar, terguncang dan
membawa pengaruh bathin yang begitu dahsyat yang sukar
untuk kita lukiskan, namun semua memberi kedamaian
hingga terurai air mata keharuan atas kebahagian meraih
kemenangan di hari nan fitri ini.

Ramadhan telah berlalu melewati kehidupan kita dan


lahirlah 1 Syawal 1440 H. Hari yang melahirkan orang-orang
mu’min kembali fitra dengan menyandang predikat taqwa,
hari yang mencatat sejarah kemenangan bagi umat islam
yaitu sebuah kemenangan dalam pertempuran panjang yang
melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga pun bukan

2
melawan pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun
pertempuran melawan musuh yang ada dalam diri kita, yakni
nafsu dan syahwat serta syaitan yang cenderung ingin
menjerumuskan kita. Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya
mengendalikan Jiwa “AKU TIDAK PERNAH MEMPUNYAI
URUSAN YANG LEBIH PELIK KETIMBANG URUSAN JIWA.” Hasan
Bashari berkata “BINATANG BINAL TIDAK LEBIH
MEMBUTUHKAN TALI KEKANG KETIMBANG JIWAMU.”
Demikian hadirin, kita dapat memaknai bahwa Ramadhan
adalah sarana penggembelangan yang mendidik manusia
menjadi insan nan beriman dan menyadari akan hakikat
dirinya, betapa kecil dan tidak berdayanya di hadapan
kemahakuasaan Allah SWT. “Manusia, ibarat sebutir debu
dipadang sahara dan setetes air dituju lautan benua.”
Tahun ini Ramadhan telah berlalu dan bagi yang
bertaqwa kepergiannya menyisahkan haru. “IDZA ZUQTA
HALAWAT AL WASHILAH, LA ARAFTA MURRAT AL QATHI’AH.”
Jika engkau pernah merasakan manisnya bersama, niscaya
engkau akan merasakan pahitnya berpisah. Hanya tetesan air
mata dan ucapan salam perpisahan beriring do’a yang dapat
kita panjatkan kepada Sanga Maha Kasih “Ya Allah, bulan
ramadhan telah hadir di tengah-tengah kami dengan

3
kehadiran yang terpuji, dan telah menemani kami dalam
persahabatan sejati. Ya Allah bersamaan lepasnya bulan
Ramadhan lapaskan pula kami dari kesalahan-kesalahan kami
dan dengan berakhirnya Ramadhan keluarkan pula kami dari
kekeliruan ini.

MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIKUMULLAH


Saat ini telah Nampak dihadapan kita dan sangat
terasa dibenak, berbagai permasalahan hidup umat yang
menyesakkan semakin bermunculan silih berganti.
Diantarannya, jeritan tangis karena kemiskinan dan
kemelaratan. Sulitnya mendapatkan pekerjaan hingga
mencetak pengangguran yang tidak terhitung jumlahnya,
melangitnya harga kebutuhan pokok yang tidak terjangkau
oleh kebanyakan masyarakat kecil, ambisi jabatan dan
pangkat yang cara mendapatkannya dengan menghalalkan
aturan yang tidak lagi beretika, pertikaian yang berujung
pada pertumpahan darah, pemerkosaan dan perampasan hak
milik dan yang lebih mengkhawatirkan lagi adanya
keyakinan-keyakinan terkait ajaran yang bertentangan
dengan syari’at lalu membudayakan dalam keseharian hidup,

4
inilah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh umat dana
masih banyak lainnya yang tidak terkendali, yang sangat erat
kaitannya dengan hokum alam, sebab akibat yang
mengundang murka Allah SWT tanpa kita sadari.
JAMA’AH SHOLAT IDUL FITRI YANG YANG DIMULIAKAN ALLAH
SWT.
Masih begitu segar diingatan kita, saat senja berlabuh
di teluk, Tuhan telah menulis titah dilembaran langit,
dikirimkan-Nya peringatan yang mengguncang bumi dengan
gempa yang berkekuatan 7,4 Skala Richter Magnitudo di
kedalam 11 Km pada arah 26 Km Utara Donggala. Tragedy
Jum’at 28 September 2018, tepat pukul 18.02 WITA telah
memporak-porandakan daerah kita yang tercinta, Palu
mliuntinuvu, Sigi Maroso masegena dan Donggala Kota Tua
hanya dalam hitungan detik mengubah kebisingan kota
dengan riuh suara kendaraan dalam nuansa keceriaan
menjadi lengking suara jerit kepanikan, isak tangis
ketakutan, orang-orang berlari tanpa arah tujuan, pekik
takbir melingkupi gemuruh, gemeretak geliat bumi meluluh
lantakkan daratan, gelegar ombak pasang meluruhkan
hamparan pantai, pemukiman menjadi pemakaman mayit-
mayit terkapar dan membangkai lasana daun yang

5
berguguran dari tangkainya. Saat itu bahkan sampai saat ini,
tenda-tenda pengungsian berdiri menggantikan rumah-
rumah elit dan bangunan-bangunan mewah yang diterjang
tsunami, tertelan keperut bumi, berenang dalam lautan
lumpur likuifaksi dan semburan api yang menyayat hati pun
turut membumi hanguskan benda dan orang-orang yang
berpijak diatas bumi ini. Kemanakah orang terkasih kita?
Sadarlah wahai manusia!!! Ini cara Allah mencuci bumi
atas kotor dan bejatnya perilaku kita yang berbuat
kesyirikan, kufur nikmat dan sombong dengan apa yang kita
miliki.
  
   
  
   
 
   
 
apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan
apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Q.S.
An-Nisa : 79)

6
Oleh karena itusaudara-saudaraku, marilah kita rapatkan
shaf kislaman kita. Tinggakan kesyirikan yang kita yakini,
saling mengingatkan dikala lupa dan saling mengajak dalam
kebaikan. “Ya Allah bila ini azab darimu ampunilah dosa-dosa
kami, namun bila ini ujianmu, sabarkan dan teguhkanlah
iman kami sungguh Allah Maha Pengampun.
  
  
 
  
“dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(Q.S Asy-Syuura : 30)

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT SIDANG IDUL FITRI


RAHIKUMULLAH
Selain bermuhashabah dari musibah yang menimpa,
mari kita renungkan Indahnya kebahagian bersama keluarga
tecinta, sanak saudara dan handaitolan dalam nuansa
silaturahim di hari nan fitri, kita saling berdekapan hingga

7
segala khilaf lenyap, kita melepas duka hingga bayangan lara
turut sirna, memberi dan menerima maaf akan menciptakan
kedamaian dan keselarasan hidup. Saatnya kita bersimpuh
dihadapan orang tua, memohon ampunan mereka atas segala
sifat cela kita yang menorehkan luka dihati mereka, peluk
erat tubuh mereka dengan kasih saying, sebagaimana mereka
membuai kita dalam belaian kasih saying, sebagaimana
mereka membuai kita dalam belaian kasih sayangnya di masa
kecil kita, gapai jemari mereka lalu cium dengan penuh
cinta, jari jemari yang mulai mengeriput yang darinya kita
digendong, dituntun berjalan saat masih tertatih-tatih.
Seorang ibu yang dalam rahimnya kita di kandung kurang
lebih 9 bulan 10 hari, bergelinangan darah ketika melahirkan
anaknya, menyusui, mengasuh dan membesarkan hingga kita
dapat menikmati indahnya kehidupan. Soerang ayah, yang
dari tetesan keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air
susu kita, upaya dan kerja kerasnya yang menjadikan kita
manusia yang berpendidikan.
Namun bagaimana dengan mereka yang sudah tidak
lagi bersama kita di hati raya ini? Tentunya kita tidak lagi
mereguk manisnya kebersamaan dengan mereka, tidak
terlihat lagi wajah yang berbalut senyuman menyambut anak

8
cucunya, tangan keriputnya untuk kita jabat, tubuhnya yang
tua rentah untuk kita peluk, saat ini sosok itu telah tekulai
dibawah seongkok tanah berbatu nisan, hanya do’alah yang
dapat kita kirimkan sebagai salam kerinduan kita kepada
mereka. Sejenak kita menundukan kepala menengadahkan
tangan keatas seraya mendo’akan mereka yang telah
mendahului kita, terkhusus orang tua tercinta. “Ya Allah
Dzat Maha Pengasih nan Maha Penyanyang, ampunilah segala
dosanya, kasihanilah ia, muliakanlah tempat kembalinya,
lapangkan kuburnya, bersihkanlah ia dengan air salju nan
sejuk, bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana
bersihnya pakaian putih dari noda dan kotoran, gantilah
rumahnya di dunia dengan rumah yang lebih baik di akhirat,
golongkan ia bersama dengan orang-orang yang mendapatkan
syafa’at Rasul-Mu, masukanlah ia ke dalam Syurga-Mu dan
lindungilah ia dan azab dan siksa apa neraka-Mu.

HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMUKUMULLAH


Adapun kesimpulan khutbah ini :

9
1. Ibadah Ramadhan sebagai wahana pentabiyahan Jasmani dan
Rohani yang mampu menciptakan kepribadian insan yang
beriman dan bertaqwa.
2. Segala musibah terjadi karena ulah manusia sendiri dan
murka Allah adalah peringatan agar manusia harus
menyadari hakikatnya sebagai hamba yang dhaif.
3. Memberi dan menerima maaf dapat mewujudkan
kedamaian hidup dan ketentraman hati.

Akhirnya semoga Allah SWT senantias memberkahi setiap


langkah yang kita tapaki, memberi petunjuk dalam
keseharian hidup dan mengabulkan do’a-do’a yang kita
panjatkan. “MINAL AIDIN WAL FAIDZIN, mohon maaf lahir dan
bathin.

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai