Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

MASALAH PERILAKU KESEHATAN DI PAPUA

OLEH :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA

T.A 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepnnya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadil lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih


banyak kekuranagan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, april 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Definisi perilaku kesehatan ............................................................................................. 3
B. Perilaku kesehatan di papua ............................................................................................ 3
C. Konsep sehat sakit........................................................................................................... 4
D. Peran pemerintah ............................................................................................................ 7
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah, dan swasta. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk
memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan.
Menurut Hendrik L.Blum, status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Empat faktor tersebut adalah
faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan, Beberapa faktor
tersebut, lingkungan mempunyai potensi sebagai mata rantai penularan dan penyebab
penyakit adalah sarana air bersih, tempat pembuangan tinja (jamban) saluran
pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah, karena faktor lingkungan
mempunyai peranan yang paling dominan, maka upaya untuk meningkatkan dan
menciptakan lingkungan yang bersih perlu dilakukan dan dikembangkan secara terus
menerus, termasuk pengenbangan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan
kesehatan rumah. Perumahan dan pemukiman sehat diperlukan kualitas sanitasi
seperti air bersih, jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan saluran
pembuangan air limbah, sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit
malaria.
Propinsi Papua dikenal sebagai salah satu daerah endemis malaria di
Indonesia pada tahun 2009 jumlah AMI di Papua mencapai 33,91 per 100 penduduk
atau 81.205 penderita, dan pada Tahun 2010 jumlah AMI meningkat menjadi 32,27
per 1000 penduduk atau 86.952 penderita, Jenis vektor predominan yang tersebar di
Papua yaitu An. farauti, An.koliensis, dan An.puncutulatus, tingginya insidensi dan
prevalensi malaria menunjukkan upaya pemberantasan malaria yang dilakukan belum
mengena/belum optimal.(6) Kabupaten Sarmi adalah salah satu Kabupaten di
Provinsi Papua, yang dimekarkan dari Kabupaten Jayapura pada tanggal 8 April
Tahun 2003 yang berjarak 450 kilo meter dari ibukota Provinsi Papua (Jayapura),
temperatur rata-rata berkisar antara 27-28º celcius dengan temperatur rata-rata
maksimum 30,1-32,2º celcius dan temperatur rata-rata minimum 20,1-24,6º celcius.
Ketinggian antara 0 – 100 meter di atas permukaan laut.

1
Kejadian luar biasa (KLB) campak dan masalah gizi buruk yang dialami
sebagian warga Suku Asmat, Papua, memakan korban jiwa. Selama September 2017
hingga 28 Januari 2018, sebanyak 71 anak meninggal dunia, 646 anak terjangkit
campak, dan 218 anak menderita gizi buruk. Pemerintah bertindak segera dengan
membentuk satuan tugas (satgas) kesehatan.
Dari berbagai faktor penyebab KLB campak di Asmat, setidaknya dapat
diidentifikasi tiga masalah: (1) cakupan imunisasi dasar yang kurang dengan rata-
rata hanya sekitar 20 persen, (2) tenaga kesehatan yang tidak terdistribusi dengan
baik, dan (3) gizi buruk. Dari 23 distrik di Kabupaten Asmat, ada 13 puskesmas
utama dan tiga puskesmas pembantu yang dilayani tujuh dokter. Jarak antar-
puskesmas bisa memakan waktu tempuh berjam-jam dan bahkan berpuluh-puluh
jam dengan biaya yang tidak murah. Sedangkan gizi buruk di wilayah yang terkena
dampak, sebanyak 30,3 persen mengalami masalah berat badan kurang
(underweight) dan 25,9 persen pertumbuhan terhambat (stunting).

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan perilaku kesehatan?
b. Apa saja perilaku kesehatan di papua?
c. Bagaiamana konsep sehat sakit di papus?
d. Bagaiamana peran pemerintah yang sudah dilakukan di papua?

C. Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat memhami definisi perilaku kesehatan
b. Agar mahasiswa dapat memhami perilaku kesehatan di papua
c. Agar mahasiswa dapat memhami konsep sehat sakit dipapua
d. Agar mahasiswa dapat memhami peran pemerintah yang sudah di lakukan di
papua

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi perilaku kesehatan


Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,
penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan,
makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan
adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable)
maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Menurut solota sarwono perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman


dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menya menyangkut
pengetahuan & sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan & penyakit

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan,
dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

B. Perilaku kesehatan di papua


Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan
dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan
dengan terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis, dan sosial) berdasarkan
kebudayaan mereka masing-masing.

Kalau dilihat kebudayaan sebagai pedoman dalam berperilaku setiap individu


dalam kehidupannya, tentu dalam kesehatan orang Papua mempunyai seperangkat
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan berdasarkan perspektif
masing-masing suku bangsa. Keaneka ragaman dalam kebudayaan baik dalam unsur

3
mata pencaharian, ekologi, kepercayaan/religi, organisasi sosial, dan lainnya secara
langsung memberikan pengaruh terhadap kesehatan para warganya.

Contoh perilaku kesehatan kejadian malaria Kabupaten Sarmi. Beberapa


faktor yang kemungkinan mempengaruhi tingginya kasus malaria di Kabupaten
Sarmi, antara lain lingkungan seperti adanya genagan air di sekitar rumah seperti
kontainer-kontainer penampungan air untuk keperluan sehari-hari, kolam-kolam kecil
di sekeliling rumah seperti kolam kangkung, kolam untuk tempat minum ternak, ini
bisa menjadi tempat perindukan nyamuk malaria, keberadaan semak-
semak/perkebunan, rawa-rawa dan kandang ternak sebagai tempat persembunyian
nyamuk (Resting place), selain itu konstruksi perumahan masyarakat yang tidak
memenuhi syarat biasa menjadi resiko penyebap penyakit malaria dimana rumah
yang semi permanen memiliki dinding yg terbuat dari papan,bambu,nibun, biasanya
tidak tertutup dengan rapih sehingga ada lubang lubang kecil yang bisa memberikan
peluang pada nyamuk malaria untuk masuk kedalam rumah, serta perilaku
masyarakat yang berisiko terhadap kejadian malaria seperti kebiasaan berada diluar
rumah pada malam hari, kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu dan obat anti
nyamuk dan kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sarmi untuk


menanggulangi penyebaran penyakit malaria, diantaranya dengan melakukan survey
darah untuk menemukan kasus malaria, melakukan pengobatan, pembagian kelambu
insektisida, Abatisasi, penyemprotan dan penyuluhan, namun demikian kasus malaria
masih tetap meningkat.

C. Konsep sehat sakit


a. Konsep sehat
Menurut WHO sehat adalah sesuatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik
fisik, mental, dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Konsep “Sehat” dapat diinterpretasikan orang berbeda-beda, berdasarkan
komunitas. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa orang Papua terdiri dari keaneka
ragaman kebudayaan, maka secara kongkrit akan mewujudkan perbedaan
pemahaman terhadap konsep sehat yang dilihat secara emik dan etik.
b. Konsep sakit

4
Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu
kej adian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan
tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.
Sakit dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan pengetahuan
secara ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan secara budaya dari
masing-masing penyandang kebudayaannya.
Bagaimana orang Papua berdasarkan kebudayaannya mengkonsepkan
sehat dan sakit. Karena keaneka ragaman kebudayaan orang Papua yang
terdiri dari berbagai suku bangsa, maka konsep sehat dan sakit itu dapat
dipersepsikan berbeda-beda menurut pandangan dasar kebudayaan mereka
masing-masing.
1) Orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya bahwa sakit itu
disebabkan oleh gangguan kekuatan supranatural seperti dewa, roh jahat,
dan buatan manusia. Orang Hatam percaya bahwa bila ibu hamil sulit
melahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang dengan obat racun
(rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut “priet”
(Dumatubun, 1999).
2) Hal yang sama pula bagi orang Moi Kalabra yang berada di hulu sungai
Beraur, (Sorong). Mereka percaya bahwa penyakit itu disebabkan oleh
adanya gangguan roh jahat, buatan orang serta melanggar
pantanganpantangan secara adat. Misalnya bila seorang ibu hamil
mengalami keguguran atau perdarahan selagi hamil itu berarti ibu tersebut
terkena “hawa kurang baik” (terkena black magic/ atau roh jahat). Mereka
juga percaya kalau ibu itu tidak bisa hamil/ tidak bisa meneruskan
keturunan, berarti ibu tersebut telah dikunci karena suami belum
melunasi mas kawin. Kehamilan akan terjadi bila sang suami sudah dapat
melunasinya, maka penguncinya akan membuka black magic-nya itu
3) Orang Kaureh di kecamatan Lereh percaya bahwa seorang ibu yang
mandul adalah hasil perbuatan orang lain yaitu dengan black magic atau
juga karena kutukan oleh keluarga yang tidak menerima bagian harta mas
kawin
4) Hal yang sama pula terdapat pada orang Amungme, dimana bila terjadi
ketidak seimbangan antara lingkungan dengan manusia maka akan timbul
berbagai penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah

5
yang lebih berkaitan dengan tanah karena tanah adalah “mama” yang
memelihara, mendidik, merawat, dan memberikan makan kepada mereka
(Dumatubun, 1987). Untuk itu bila orang Amungme mau sehat, janganlah
merusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara baik

Berdasarkan beberapa contoh-contoh di atas dapatlah dikatakan bahwa


orang Papua mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu sendiri
berdasarkan pandangan dasar kebudayaan mereka masing-masing. Memang
kepercayaan tersebut bila dilihat sudah mulai berkurang terutama pada orang
Papua yang berada di daerah-daerah perkotaan, sedangkan bagi mereka yang
masih berada di daerah pedesaan dan jauh dari jangkauan kesehatan moderen,
hal tersebut masih nampak jelas dalam kehidupan mereka sehari-hari

Apabila dikaji lebih lanjut tentang konsep sehat dan sakit menurut
perspektif kebudayaan orang Papua, maka paling sedikit ada dua kategori
yang sama seperti apa yang dikemukakan oleh Anderson/Foster, berdasarkan
lingkup hidup manusianya. Kategori pertama, memandang konsep sehat-sakit
bersifat “supranatural” artinya melihat sehat-sakit karena adanya gangguan
dari suatu kekuatan yang bersifat gaib, bisa berupa mahluk gaib atau mahluk
halus, atau kekuatan gaib yang berasal dari manusia. Sedangkan kategori
kedua, adalah “rasionalistik” yaitu melihat sehat-sakit karena adanya
intervensi dari alam, iklim, air, tanah, dan lainnya serta perilaku manusia itu
sendiri seperti hubungan sosial yang kurang baik, kondisi kejiwaan, dan
lainnya yang berhubungan dengan perilaku manusia.

Klasifikasi ini bila dikaitkan dengan sistem pengetahuan kesehatan pada


orang Papua nampaknya masih banyak berhubungan dengan kategori
supranatural, terutama pada orang Papua yang masih berada di daerah
pedesaan dan pedalaman . Sedangkan untuk orang Papua yang berada di
daerah perkotaan kebanyakan sudah memadukan kategori rasionalistik dalam
menanggulangi masalah kesehatan mereka, walaupun masih ada sebagian
kecil yang mamadukan kategori pertama dengan kategori kedua. Bila dikaji
secara mendalam bahwa konsep kebudayaan dalam menanggapi masalah
kesehatan secara emik, masih dilaksanakan secara baik. Ini berarti orang
Papua dengan keaneka ragaman kebudayaannya, mempunyai konsepsi

6
kesehatan bervariasi berdasarakan pengelompokkan variasi lingkungan
kebudayaannya secara berbeda antara satu suku bangsa dengan suku bangsa
lainnya di Papua.

Sebagian besar orang Papua di daerah pedesaan lebih menekankan gejala


penyakit disebabkan oleh faktor supernatural atau adanya intervensi dari
kekuatan gaib, roh jahat, suanggi, yang semuanya dapat diatasi kembali
dengan sistem pengobatan secara tradisional pula. Namun demikian bagi
orang Papua yang berada di daerah perkotaan sudah dapat mengkombinasikan
pengetahuan moderen dalam menangani masalah kesehatan mereka.

D. Peran pemerintah
Belum lama ini Kejadian luar biasa (KLB) campak dan masalah gizi buruk yang
dialami sebagian warga Suku Asmat, Papua, memakan korban jiwa. Selama
September 2017 hingga 28 Januari 2018, sebanyak 71 anak meninggal dunia, 646
anak terjangkit campak, dan 218 anak menderita gizi buruk. Pemerintah bertindak
segera dengan membentuk satuan tugas (satgas) kesehatan.

Dari berbagai faktor penyebab KLB campak di Asmat, setidaknya dapat


diidentifikasi tiga masalah: (1) cakupan imunisasi dasar yang kurang dengan rata-rata
hanya sekitar 20 persen, (2) tenaga kesehatan yang tidak terdistribusi dengan baik,
dan (3) gizi buruk. Dari 23 distrik di Kabupaten Asmat, ada 13 puskesmas utama dan
tiga puskesmas pembantu yang dilayani tujuh dokter. Jarak antar-puskesmas bisa
memakan waktu tempuh berjam-jam dan bahkan berpuluh-puluh jam dengan biaya
yang tidak murah. Sedangkan gizi buruk di wilayah yang terkena dampak, sebanyak
30,3 persen mengalami masalah berat badan kurang (underweight) dan 25,9 persen
pertumbuhan terhambat (stunting).

Jika dilihat lebih jauh, akar dari masalah ini adalah (1) akses dan ketersediaan
pangan, (2) sanitasi dan fasilitas air bersih yang tidak memadai, (3) akses transportasi
yang amat mahal atau bahkan tidak tersedia sama sekali, (4) akses dan infrastruktur
informasi yang sangat minim, serta (5) pola hidup dan pola asuh yang kurang sehat.

Kejadian Luar Biasa ini memang perlu penanganan secara cepat dan efisien.
Pemerintah telah menetapkan delapan wilayah penanganan, seperti distrik Sawa Ema,
Pulau Tiga, dan Pantai Kasuari. Untuk memperkuat tenaga medis, satgas telah

7
menghimpun tambahan tenaga medis sebanyak 70 orang dari TNI, 15 orang dari
Polri, 45 orang dari pemerintah pusat, dan 40 orang dari pemerintah daerah.

Mengingat cakupan persoalan yang relatif dalam dan kompleks, koordinasi di


pemerintahan juga melibatkan kementerian/lembaga yang lebih luas. Misalnya, selain
memaksimalkan sarana transportasi milik Pemerintah Daerah Asmat, TNI dan
Kementerian Perhubungan membantu akses transportasi darat, laut, ataupun udara.
Hambatan-hambatan birokrasi harus diterobos dan distribusi sumber daya, termasuk
keuangan, harus efektif dan efisien sesuai dengan kondisi di lapangan. Jika tidak,
operasi ini tidak akan bertahan lama.

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut solota sarwono perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman
dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menya menyangkut
pengetahuan & sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan
dengan kesehatan & penyakit
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan,
dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.
Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan
dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan
dengan terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis, dan sosial) berdasarkan
kebudayaan mereka masing-masing.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah
ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude.
Routledge, 2005. Hlm. 74-78

Anderson, (2006). Fungsional Attributes of Biodiversity in landuse System: In D.J.


Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable land Use. CAB
International. Oxon.

Capah, T. (2008). Kajian Perencanaan Manajemen Lingkungan Dalam Program


Pengendalian Malaria di Kabupaten Asmat. Tesis, Universitas Diponegoro.

Djoht, Djekky R. “Kebudayaan, Penyakit dan Kesehatan di Papua dalam Perspektif


Antropologi Kesehatan” dalam Buletin Populasi Papua, Vol. II. No.4 November
2001. Jayapura. PSK-UNCEN

Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 2005. Pengantar Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Hlm. 23

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan Akupunture
    Laporan Pendahuluan Akupunture
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Akupunture
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Dokumen12 halaman
    Bab I Fix
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Gagal Ginjal Kronik
    Satuan Acara Penyuluhan Gagal Ginjal Kronik
    Dokumen8 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Gagal Ginjal Kronik
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Konsul LP
    Konsul LP
    Dokumen17 halaman
    Konsul LP
    alfonsa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • AWAL
    AWAL
    Dokumen12 halaman
    AWAL
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • MENCOBA
    MENCOBA
    Dokumen8 halaman
    MENCOBA
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • TUGAS KELOMPOK PAK ANTOK12fixxx
    TUGAS KELOMPOK PAK ANTOK12fixxx
    Dokumen11 halaman
    TUGAS KELOMPOK PAK ANTOK12fixxx
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Askep Gemiprase
    Askep Gemiprase
    Dokumen3 halaman
    Askep Gemiprase
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Ambarawa
    Ambarawa
    Dokumen1 halaman
    Ambarawa
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Skait
    Skait
    Dokumen11 halaman
    Skait
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab IV - V Halleluyah Puji Tuhan
    Bab IV - V Halleluyah Puji Tuhan
    Dokumen15 halaman
    Bab IV - V Halleluyah Puji Tuhan
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Draf Proposal
    Draf Proposal
    Dokumen2 halaman
    Draf Proposal
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • OLEH1 Nini
    OLEH1 Nini
    Dokumen1 halaman
    OLEH1 Nini
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • HUMBLE
    HUMBLE
    Dokumen60 halaman
    HUMBLE
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Dekubitus
    Dekubitus
    Dokumen3 halaman
    Dekubitus
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • MPK 2 Pak Ahmas
    MPK 2 Pak Ahmas
    Dokumen8 halaman
    MPK 2 Pak Ahmas
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Fix
    Bab Ii Fix
    Dokumen6 halaman
    Bab Ii Fix
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Dekubitus
    Dekubitus
    Dokumen8 halaman
    Dekubitus
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen15 halaman
    JIWA
    kakaalfonsa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Akupunture
    Laporan Pendahuluan Akupunture
    Dokumen5 halaman
    Laporan Pendahuluan Akupunture
    Taufik Novan
    Belum ada peringkat
  • Etikum
    Etikum
    Dokumen2 halaman
    Etikum
    nasrija
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kepe Anak 2 Ibu Yuli - Andika Kondo
    Tugas Kepe Anak 2 Ibu Yuli - Andika Kondo
    Dokumen22 halaman
    Tugas Kepe Anak 2 Ibu Yuli - Andika Kondo
    0cha
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bu Murgi
    Tugas Bu Murgi
    Dokumen11 halaman
    Tugas Bu Murgi
    kakaalfonsa
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bu Asada
    Makalah Bu Asada
    Dokumen14 halaman
    Makalah Bu Asada
    Taufik Novan
    100% (1)