OLEH :
T.A 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepnnya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadil lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah, dan swasta. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk
memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan.
Menurut Hendrik L.Blum, status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Empat faktor tersebut adalah
faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan, Beberapa faktor
tersebut, lingkungan mempunyai potensi sebagai mata rantai penularan dan penyebab
penyakit adalah sarana air bersih, tempat pembuangan tinja (jamban) saluran
pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah, karena faktor lingkungan
mempunyai peranan yang paling dominan, maka upaya untuk meningkatkan dan
menciptakan lingkungan yang bersih perlu dilakukan dan dikembangkan secara terus
menerus, termasuk pengenbangan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan
kesehatan rumah. Perumahan dan pemukiman sehat diperlukan kualitas sanitasi
seperti air bersih, jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan saluran
pembuangan air limbah, sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit
malaria.
Propinsi Papua dikenal sebagai salah satu daerah endemis malaria di
Indonesia pada tahun 2009 jumlah AMI di Papua mencapai 33,91 per 100 penduduk
atau 81.205 penderita, dan pada Tahun 2010 jumlah AMI meningkat menjadi 32,27
per 1000 penduduk atau 86.952 penderita, Jenis vektor predominan yang tersebar di
Papua yaitu An. farauti, An.koliensis, dan An.puncutulatus, tingginya insidensi dan
prevalensi malaria menunjukkan upaya pemberantasan malaria yang dilakukan belum
mengena/belum optimal.(6) Kabupaten Sarmi adalah salah satu Kabupaten di
Provinsi Papua, yang dimekarkan dari Kabupaten Jayapura pada tanggal 8 April
Tahun 2003 yang berjarak 450 kilo meter dari ibukota Provinsi Papua (Jayapura),
temperatur rata-rata berkisar antara 27-28º celcius dengan temperatur rata-rata
maksimum 30,1-32,2º celcius dan temperatur rata-rata minimum 20,1-24,6º celcius.
Ketinggian antara 0 – 100 meter di atas permukaan laut.
1
Kejadian luar biasa (KLB) campak dan masalah gizi buruk yang dialami
sebagian warga Suku Asmat, Papua, memakan korban jiwa. Selama September 2017
hingga 28 Januari 2018, sebanyak 71 anak meninggal dunia, 646 anak terjangkit
campak, dan 218 anak menderita gizi buruk. Pemerintah bertindak segera dengan
membentuk satuan tugas (satgas) kesehatan.
Dari berbagai faktor penyebab KLB campak di Asmat, setidaknya dapat
diidentifikasi tiga masalah: (1) cakupan imunisasi dasar yang kurang dengan rata-
rata hanya sekitar 20 persen, (2) tenaga kesehatan yang tidak terdistribusi dengan
baik, dan (3) gizi buruk. Dari 23 distrik di Kabupaten Asmat, ada 13 puskesmas
utama dan tiga puskesmas pembantu yang dilayani tujuh dokter. Jarak antar-
puskesmas bisa memakan waktu tempuh berjam-jam dan bahkan berpuluh-puluh
jam dengan biaya yang tidak murah. Sedangkan gizi buruk di wilayah yang terkena
dampak, sebanyak 30,3 persen mengalami masalah berat badan kurang
(underweight) dan 25,9 persen pertumbuhan terhambat (stunting).
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan perilaku kesehatan?
b. Apa saja perilaku kesehatan di papua?
c. Bagaiamana konsep sehat sakit di papus?
d. Bagaiamana peran pemerintah yang sudah dilakukan di papua?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat memhami definisi perilaku kesehatan
b. Agar mahasiswa dapat memhami perilaku kesehatan di papua
c. Agar mahasiswa dapat memhami konsep sehat sakit dipapua
d. Agar mahasiswa dapat memhami peran pemerintah yang sudah di lakukan di
papua
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan,
dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.
3
mata pencaharian, ekologi, kepercayaan/religi, organisasi sosial, dan lainnya secara
langsung memberikan pengaruh terhadap kesehatan para warganya.
4
Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu
kej adian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan
tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.
Sakit dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan pengetahuan
secara ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan secara budaya dari
masing-masing penyandang kebudayaannya.
Bagaimana orang Papua berdasarkan kebudayaannya mengkonsepkan
sehat dan sakit. Karena keaneka ragaman kebudayaan orang Papua yang
terdiri dari berbagai suku bangsa, maka konsep sehat dan sakit itu dapat
dipersepsikan berbeda-beda menurut pandangan dasar kebudayaan mereka
masing-masing.
1) Orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya bahwa sakit itu
disebabkan oleh gangguan kekuatan supranatural seperti dewa, roh jahat,
dan buatan manusia. Orang Hatam percaya bahwa bila ibu hamil sulit
melahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang dengan obat racun
(rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut “priet”
(Dumatubun, 1999).
2) Hal yang sama pula bagi orang Moi Kalabra yang berada di hulu sungai
Beraur, (Sorong). Mereka percaya bahwa penyakit itu disebabkan oleh
adanya gangguan roh jahat, buatan orang serta melanggar
pantanganpantangan secara adat. Misalnya bila seorang ibu hamil
mengalami keguguran atau perdarahan selagi hamil itu berarti ibu tersebut
terkena “hawa kurang baik” (terkena black magic/ atau roh jahat). Mereka
juga percaya kalau ibu itu tidak bisa hamil/ tidak bisa meneruskan
keturunan, berarti ibu tersebut telah dikunci karena suami belum
melunasi mas kawin. Kehamilan akan terjadi bila sang suami sudah dapat
melunasinya, maka penguncinya akan membuka black magic-nya itu
3) Orang Kaureh di kecamatan Lereh percaya bahwa seorang ibu yang
mandul adalah hasil perbuatan orang lain yaitu dengan black magic atau
juga karena kutukan oleh keluarga yang tidak menerima bagian harta mas
kawin
4) Hal yang sama pula terdapat pada orang Amungme, dimana bila terjadi
ketidak seimbangan antara lingkungan dengan manusia maka akan timbul
berbagai penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah
5
yang lebih berkaitan dengan tanah karena tanah adalah “mama” yang
memelihara, mendidik, merawat, dan memberikan makan kepada mereka
(Dumatubun, 1987). Untuk itu bila orang Amungme mau sehat, janganlah
merusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara baik
Apabila dikaji lebih lanjut tentang konsep sehat dan sakit menurut
perspektif kebudayaan orang Papua, maka paling sedikit ada dua kategori
yang sama seperti apa yang dikemukakan oleh Anderson/Foster, berdasarkan
lingkup hidup manusianya. Kategori pertama, memandang konsep sehat-sakit
bersifat “supranatural” artinya melihat sehat-sakit karena adanya gangguan
dari suatu kekuatan yang bersifat gaib, bisa berupa mahluk gaib atau mahluk
halus, atau kekuatan gaib yang berasal dari manusia. Sedangkan kategori
kedua, adalah “rasionalistik” yaitu melihat sehat-sakit karena adanya
intervensi dari alam, iklim, air, tanah, dan lainnya serta perilaku manusia itu
sendiri seperti hubungan sosial yang kurang baik, kondisi kejiwaan, dan
lainnya yang berhubungan dengan perilaku manusia.
6
kesehatan bervariasi berdasarakan pengelompokkan variasi lingkungan
kebudayaannya secara berbeda antara satu suku bangsa dengan suku bangsa
lainnya di Papua.
D. Peran pemerintah
Belum lama ini Kejadian luar biasa (KLB) campak dan masalah gizi buruk yang
dialami sebagian warga Suku Asmat, Papua, memakan korban jiwa. Selama
September 2017 hingga 28 Januari 2018, sebanyak 71 anak meninggal dunia, 646
anak terjangkit campak, dan 218 anak menderita gizi buruk. Pemerintah bertindak
segera dengan membentuk satuan tugas (satgas) kesehatan.
Jika dilihat lebih jauh, akar dari masalah ini adalah (1) akses dan ketersediaan
pangan, (2) sanitasi dan fasilitas air bersih yang tidak memadai, (3) akses transportasi
yang amat mahal atau bahkan tidak tersedia sama sekali, (4) akses dan infrastruktur
informasi yang sangat minim, serta (5) pola hidup dan pola asuh yang kurang sehat.
Kejadian Luar Biasa ini memang perlu penanganan secara cepat dan efisien.
Pemerintah telah menetapkan delapan wilayah penanganan, seperti distrik Sawa Ema,
Pulau Tiga, dan Pantai Kasuari. Untuk memperkuat tenaga medis, satgas telah
7
menghimpun tambahan tenaga medis sebanyak 70 orang dari TNI, 15 orang dari
Polri, 45 orang dari pemerintah pusat, dan 40 orang dari pemerintah daerah.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut solota sarwono perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman
dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menya menyangkut
pengetahuan & sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan
dengan kesehatan & penyakit
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan,
dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.
Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan
dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan
dengan terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis, dan sosial) berdasarkan
kebudayaan mereka masing-masing.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah
ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude.
Routledge, 2005. Hlm. 74-78
10