Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN

Vertigo Dengan Terapi Akupuntur

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Komplementer

Program Studi Ilmu Keperawatandan Ners

Disusun Oleh:

ADRIANA BODU LORI KP.16.01.125


Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta


2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
Vertigo Dengan Terapi Akupuntur

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Komplementer

Program Studi Ilmu Keperawatandan Ners

Laporan pendahuluan ini diperiksal dan disahkan pada:

Hari/Tanggal :

Jam :

Mahasiswa Praktikan

(Adriana Bodu Lori)

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


(…………………………………………….…..…)
(……………………………………………………………….)
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengobatan komplementer tradisional-alternatif yaitu pengobatan non

konvensional yang ditujukan guna meningkatkan derajat kesehatan yang

mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang didapat

melalui pendidikan sistematis dengan keamanan, kualitas, dan efektivitas

yang tinggi berdasarkan ilmu pengetahuan biomedik namun belum diterima

dalam ilmu kedokteran konvensional (Aryando, 2008).


Akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan

punctura yang berarti menusuk (Dr. Djuharto S.S, 1982).


Didalam bahasa Inggris menjadi topuncture, sedangkan dalam bahasa

Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan kedalam bahasa

Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Akupuntur merupakan

pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di tit ik-titik

tertentu pada tubuh pasien, telinga, kepala, sekitar telapak kaki dan tangan

untuk mempengaruhi / memperbaiki kesalahan aliran bioenergi tubuh yang

disebut dengan Qi(dibaca : Chi). Dalam pergerakannya Qimengalir searah

dalam sistem saluran yang disebut dengan meridian (Dr. Djuharto S.S,

1982).
Akupunktur telah ada dan di kenal Masyarakat Cina sejak 5 ribu tahun

silam. Kala itu, Pengobatan Akupunktur belum menggunakan jarum seperti

saat ini. Dahulu, mengobati Penyakit dengan cara menusuk-nusuk tubuh itu

dilakukan dengan alat yang sederhana, seperti Batu atau bambu yang

diruncingkan ujungnya. Seiring Perkembangan dibidang Pengobatan yang

semakin Pesat, Muncullah kemudian Pengobatan Tusuk Jarum dengan alat

yang lebih baik, Seperti Jarum dari Logam mulia atau emas, Perak, Baja

Putih atau tainless steel (Public News, edisi xx, tanggal 23 – 30 april 2007).
Akupunktur merupakan sebahagian penting dalam perobatan tradisional

Cina, pada permulaannya, akupunktur merupakan satu cara ruwatan,

kemudian berkembang menjadi satu cabang pelajaran. Ilmu akupunktur

adalah ilmu yang mengkaji teknik dan prinsip ruwatan akupunktur.

Akupunktur sudah bersejarah lama. Buku kuno banyak mencatat jarum batu

yang disebut batu Bian. Batu Bian tersebut mula dicipta pada 8000 tahun

hingga 4000 tahun yang lalu. Cina pernah menemui batu bian itu dalam kaji

purba. Pada zaman Dinasti Chunqiu (tahun 770 sebelum masehi – tahun

476 sebelum masehi), Cina mulai mempunyai dokter yang professional.

Menurut catatan “Chunqiuzuoshizhuan “, dokter pada zaman itu telah

mengetahui menggunakan akupunktur.


Pada zaman Negeri-negeri berperang dan zaman Dinasti Han Barat

(tahun 476 sebelum masehi – tahun 25 masehi), seiring dengan kemajuan

teknologi peleburan besi, mulai menggantikan batu. Akupunktur telah

berkembang lebih pesat. Pada zaman Dinasti Han Timur dan Zaman

Negara, Cina telah mempunyai dokter akupunktur yang professional. Pada

zaman Liangji dan zaman kerajaan dan utara (tahun 256 masehi – tahun 589

masehi), jumlah karya tentang akupunktur ditingkatkan besar-besaran.

Zaman itu, akupunktur telah diperkenalkan ke Korea dan Jepun. Pada

Zaman Dinasti Sui dan Dinasti Tang (tahun 581 masehi – tahun 589

masehi), akupunktur telah menjadi satu pelajaran yang khusus, badan

pendidikan perubatan pada zaman itu. Pada abad ke-16, akupunktur mula

diperkenalkan ke Eropah, tetapi pada zaman Dinasti Qi mementingkan

penggunaan obat-obatan saja dan mengabaikan penggunaan akupunktur, ini

telah menjelaskan perkembangan ilmu akupunktur.


Pada tahun 1949 ilmu akupunktur telah berkembanag pesat. Sekarang,

terdapat 2000 buah hospital corak perobatan tradisional Cina telah

menyediakan bahagian akupunktur. Pengkajian ilmu akupunktur sudah


melibatkan berbagai bagian badan dan berbagai bagian klinikal serta telah

menyediakan data-data yang penting tentang fungsi menyusun semula,

menghilangkan kesakitan dan meningkatkan daya talar tentang akupunktur .

Mulai tahun 1951 Fakultas Kedokteran Cina berhasrat menyelidiki

pengetahuan akupunktur ini secara ilmiah. Perkembangan ilmu Akupunktur

yang menyolok terjadi sesudah sekitar tahun 1970an ketika RRC

membukakan pintu bagi ilmuwan-ilmuwan Barat.


Di Indonesia, pada awalnya Akupunktur hanya merupakan pengobatan

yang sangat tertutup di kalangan pengobat-pengobat tradisional Cina

(Shinse). Masyarakat Indonesia pada umumnya hanya mendengar cerita

burung tentang adanya ilmu tusuk jarum dari negeri Cina yang sangat

ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit. Baru pada tahun 1963

pengobatan Akupunktur masuk secara resmi di Indonesia ketika Presiden RI

waktu itu (DR. Ir. Soekarno) mendatangkan ahli-ahli akupunktur dari RRC

untuk mengobati penyakitnya.


Pernyataan Presiden Soekarno secara terbuka dan jujur mengenai

kemanjuran pengobatan akupunktur yang dialaminya, serta anjurannya

kepada para dokter di Indonesia untuk mau mempelajari ilmu tersebut dapat

dikatakan sebagai titik tolak pengembangan akupunktur di Indonesia.

Menteri Kesehatan RI waktu itu (Prof. Dr. Satrio) meresmikan sebuah Tim

Riset Akupunktur dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM Jakarta. Tim

riset inilah yang selanjutnya mengembangkan diri menjadi Sub Bagian

Akupunktur dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Dan selanjutnya sampai saat

ini Sub Bagian ini telah berdiri sendiri sebagai Unit Pelayanan Akupunktur

RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kemudian dengan ditetapkannya

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor: 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang

Pemanfaatan Akupunktur di Sarana Pelayanan Kesehatan, akupunktur resmi

dapat diterapkan pada sarana pelayanan kesehatan formal sebagai


pengobatan alternatif disamping pelayanan kesehatan lain pada umumnya

baik pemerintah atau swasta di Indonesia.

(http://binakesehatankerja.com/detail_berita.php/21/09/07)
Kini Pengobatan Tusuk Jarum merupakan salah satu alternatif

Pengobatan yang sangat diminati masyarakat. Tak bisa dipungkiri, banyak

orang yang kini berkurang kepercayaannya terhadap obat-obat modern yang

ditelan atau diminum. Salah satu alasannya, mereka tidak mendapatkan

perubahan berarti setelah menelan atau meminum obat. Kalaupun sembuh,

tidak untuk waktu lama, sehingga, mereka kemudian beralih ke pengobatan

alternatif, termasuk terapi dengan Akupunktur. Dengan akupunktur hasilnya

bisa terlihat hanya dengan 2 – 3 kali terapi (akupunkturis, Bapak Puadi

syamputra).
Adapun kasus- kasus yang dapat diobati dengan cara akupunktur ini

antara lain : asthma bronciale, bell’s palsy (kelumpuhan saraf otot wajah

yang dipersarafi saraf wajah), cervical sindrom, cholera, Colitis Ulcerativa,

Diabetes Melitus, Glaucoma, Hemiplegia- hemiparese (kelumpuhan

sebagian anggota gerak), Hemorrhoid, Hipertensi, yperthyroidysme,

potensi, duksi partus (persalinan), insomnia (susah tidur), Ischialgia (nyeri

bagian pinggang), Ketergantungan Obat, Leukorrhea, Lumbago, Malaria,

Migraine, Obesitas, Rhinitis Allergica, Trigeminal Neuralgia, Tuli, Ulcus

Pepticum (Kusuma dan Kiswojo, 2010)


Selain hasil yang belum tentu baik, dari segi biaya, akupunktur juga

lebih murah dibandingkan berobat jalan. Jika untuk berobat jalan seseorang

harus mengeluarkan duit ratusan ribu rupiah, maka dengan akupunktur,

hanya dibutuhkan sekitar Rp.45 ribu sampai Rp. 100 ribu untuk sekali

terapi, termasuk jarum. Memang, jumlah terapi disesuaikan dengan berat

tidaknya penyakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan

usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan

penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,

bersifat menyempurnakan. Menurut WHO (World Health Organization),

Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang

bukan berasal dari negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang

merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan

komplementer di negara Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu

dikategorikan sebagai pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional

yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu

digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis

konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan

medis yang konvensional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan

komplementer tradisional-alternatif atau sering disebut dengan CAM

(Complementary Alternative Medicine) adalah pengobatan non

konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan,

dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik.


Artinya Pengobatan komplementer adalah pengobatan tradisional yang

sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi

konvesional/medis. Sedangkan pengobatan alternatif adalah jenis

pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya,

tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut

melalui pendidikan yang lain/non medis.

Obat-obat komplementer yang dipergunakan adalah obat bersifat

natural yaitu mengambil bahan dari alam. Bahan-bahan yang

dipergunakan dalam pengobatan komplementer sebelumnya harus dikaji

dan diteliti keefektivitasannya dan keamanannya. Terapi komplementer

bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama

sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan

dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya

mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan

kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan

nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis

konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan

medis yang konvensional. (Andriana, dana, 2013).

Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif antara lain

Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

1. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan

dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada

pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang


dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma

yang berlaku di masyarakat


2. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
3. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003

tentang pengobatan tradisional.


5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007

tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di

fasilitas pelayanan kesehatan.


6. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008

tentang standar pelayanan hiperbarik.


7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.

HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode

pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di

fasilitas pelayanan kesehatan.

a. Jenis -Jenis Terapi komplementer

Denis pelayanan pengobatan komplementer-alternatif berdasarkan

Permenkes RI nomor: 1109/Menkes/Per/2007 adalah:

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions):

Hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga

2. Sistem pelayanan pengobatan alternative: akupuntur, akupresur,

naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda

3. cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina,

shiatsu osteopati, pijat urut

4. Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, gurah

5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan E diet makro

nutrient, mikro nutrient

6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperbarik,

EECP.

b. Tujuan Terapi Komplenter


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari

sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh

agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit,

karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk

menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan

memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap serta

perawatan yang tepat. (Ekstra Saputra, 2013).

B. Terapi akupuntur
1. Definisi Terapi Akupuntur
Suatu pengobatan dengan memanfaatkan rangsangan pada titik–titik

tertentu sehingga mempengaruhi peredaran bioenergi di dalam tubuh.

Secara tradisional sistem tersebut berdasarkan konsep keseimbangan

antara permukaan tubuh dengan organ melalui bentuk meridian yang

tegas. Titik akupunktur sebagai pintu masuk rangsangan berdasarkan

kualitas energi yang masuk dan diubah menjadi sinyal biologi (kombinasi

elektrik dan fibrasi fisik) dilanjutkan oleh deretan yang koherensinya

sama dengan titik meredian menuju organ yang dikehendaki (Wasito,

2010).
Akupunktur merupakan sebahagian penting dalam perobatan

tradisional Cina, pada permulaannya, akupunktur merupakan satu cara

ruwatan, kemudian berkembang menjadi satu cabang pelajaran. Ilmu

akupunktur adalah ilmu yang mengkaji teknik dan prinsip ruwatan

akupunktur.

C. Anatomi Fisiologi
1. Meridian Tay Yin Tangan Paru
2. Meridian Yang Ming Tangan Usus Besar
3. Meridian Yang Ming Kaki Lambung
4. Meridian Tai Yin Kaki Limpa
5. Meridian Shao Yin Tangan Jantung
6. Meridian Tai Yang Tangan Usus Kecil
7. Meridian Tai Yang Kaki Kandung Kemih
8. Meridian Shao Yin Kaki Ginjal
9. Meridian Jue Yin Tangan Pericard
10. Meridian Shao Yang Tangan San Jiao
11. Meridian Shao Yang Kaki Kandung Empedu.
12. Meridian Jue Yin Kaki Hati
Keterangan titik-titik akupuntur

1. Meridian Tay Yin Tangan ParuMeridian Tay Yin Tangan Paru

LU 9 Taiyuan Jurang Dalam (Great Abyss)


Pada lekuk ujung radial lipat melintang kulit volar pergelangan tangan dan tepi radial
dari arteri radialis. Tegak lurus 0,2-0,3 cun.
Batuk, asma, hemoptysis, palpitasi, nyeri dada, nyeri pergelangan tangan.
12. titik Shu meredian Paru.
13. Titik Yuan meredian Paru.
14. Titik dominan pembuluh darah.

2. Meredian Yang Ming tangan Usus Besar

LI 4 Hegu Kumpulan lembah (Adjoining valleys)


Diantara Os Metakarpalis I dan II, pertengahan tepi radial Os metakarpalis II. Tegak lurus
0,5-1 cun.
Gangguan daerah wajah,mulut dan tenggorokan; sakit kepala, mata merah, epstaksis, sakit
gigi. Gangguan abdomen; sakit perut dan konstipasi. Gangguan gynaecological ;
amenorea, partus lama.
15. titik Yuan meredian Usus Besar
16. kontraindikasi pada wanita hamil
LI 11 Quchi Kolam berliku (Curved Pond)
Siku fleksi, pada lekuk diujung radial lipat melintang kulit siku.
Tegak lurus 1-1,5 cun.
Penyakit panas, hypertensi, sakit kepala, hemiplegi, pembengkakan pada lengan, pruritus,
urtikaria, menstruasi tidak teratur, nyeri abdominal, muntah, sakit tenggorokan.
- titik He meredian Usus besar.
3. Meredian Yang Ming Kaki Lambung

ST 35 Dubi Hidung anak sapi (The calf’s nose)


Pada lekuk setinggi tepi kaudal os patella, lateral dari lig. Patella (lebih jelas bila sikap lutut
fleksi). Miring ke medial 0,5 – 1 cun.
Nyeri sendi lutut, hipestesi pada ekstremitas inferior, gangguan motorik sendi lutut pada
fleksi dan ekstensi

ST 36 Zusanli Tiga mil di tungkai (The three miles in the leg)


3 cun dibawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi dan Jiexi (ST 41) 1 jari fibular
dari Krista tibialis. Tegak lurus 0,5 – 1,5 cun.
Gangguan system pencernaan nyeri lambung, distensi abdominal, mual, muntah, diare,
konstipasi, desentri. Gangguan sepanjang meridian : paralisa ekstremitas inferior.
Hipertensi, insomnia, pusing, ikterus dan pengeluaran ASI. Titik He
meridian lambung
ST 44 Neiting Halaman dalam (Inner courtyard)
0,5 cun proksimal dari web antara jari kaki ke-2 dan ke-3. Tegak lurus 0,3 – 0,5 cun.
Tonsilitis, sakit gigi bagian atas, nyeri lambung, dismenorea, insomnia, sakit
tenggorokan, konstipasi.
Titik Ying meridian lambung

4. Meridian Tai Yin Kaki Limpa


SP 3 Taibai Maha putih ( extreme white )
Posterior dan proximal dari persendian metafarso-falangealis, pada batas warna kulit terang
dan gelap.
Tegak lurus 0,3-0,5 cun
Nyeri lambung, distensi abdominal, konstipasi, muntah.
- titik Shu meridian Limpa - titik Yuan meridian Limpa.
SP 6 Sanyinjiao Titik pertemuan tiga Yin (The meeting place of three Yin)
3 cun (4 jari) proximal prominens maleolus medialis, tepat di tepi posterior os tibia.
Tegak lurus 0,5-1 cun
Distensi abdominal, diarea, menstruasi tidak teratur, lekorea, prolapse utery, persalinan yang
sukar, impotensi, atropi otot, gangguan motorik, paralasia extremitas inferior, vertigo.
- titik pertemuan meridian Limpa, Hati dan Ginjal.

5. Meridian Shao Yin Tangan Jantung


HT 4 Lingdao Jalan spiritual (Spiritual path)
Sikap tangan supinasi, pada tepi radial tendon muskulus fleksor karpi ulnaris, 1,5 cun
proximal dari lipat melintang pergelangan tangan.
Tegak lurus 0,2-0,5 cun
Nyeri kardiak, nyeri spasmodic dari siku dan lengan, kehilangan suara mendadak.
- titik Jing meridian Jantung
HT 5 Tongli Menembus ke dalam (penetrating inside)
Pada sisi radial dari tendon M. fleksor karpi ulnaris, 1 cun proximal lipat melintang
pergelangan tangan.
Tegak lurus 0,3-0,5 cun
Palpitasi, sakit tenggorokan, nyeri pada pergelangan tangan dan siku.
- titik Luo meridian Jantung
HT 6 Yinxi Penimbunan Yin (Yin accumulation)
Antara tendon M fleksor karpi ulnaris dan tendon M fleksor digitorium sublimes. 0,5 cun
proximal lipat melintang pergelangan tangan.
Tegak lurus 0,2-0,5 cun
Nyeri kardiak, hysteria, keringat malam, hemoptysis, epitaxis, kehilangan suara mendadak.
- titik Xi meridian Lambung
HT 7 Shenmen Pintu jiwa (Spirit’s door)
Pada lekuk siku ulnar lipat pergelangan tangan, pada tepi radial dari tendon M karpi ulnaris.
Tegak lurus 0,3-0,5 cun
Nyeri kardiak, palpitasi, hysteria, amnesia, insomnia, mania, epilepsy, dementia, nyeri di
daerah hipokondrium, rasa panas pada telapak tangan.
- titik Shu meridian Jantung
- titik Yuan meridian Jantung

6. Meridian Tai Yang Tangan Usus Kecil


7. Meridian Tai Yang Kaki Kandung Kemih

BL40 Weizhong Perintah menengah (commanding center)


Pada pertengahan lipat melintang kulit poplietus, ditengah-tengah tendon M Biceps
femoris dan tendon semimbranosus
Tegak lurus 0,5-1 cun
Nyeri pinggang bawah, sciatica, nyeri abdominal, gangguan motorik sendi panggul,
kontraktur dari tendo di fossa poplitea, atropi otot, nyeri hipoesthesia dan gangguan
notorik dari extremitas inferior, hemiplegi.
- titik He dari kandung kemih

BL57 Chengshan Penyokong gunung (supporting the mountain)


Pada tengah-tengah batas distal M gastroknemeus, pada garis penghubung pertengahan
lipat popliteus Weizhong (BL40) dan tendon achiles.
Tegak lurus 0,5-1,5 cun
Nyeri pinggang bawah, spasme M gastroeknemius, hemorhoid, paralisa extremitas
inferior, prolapsus rectum
8. Meridian Shao Yin Kaki Ginjal
Ki 3 Taixi Aliran yang besar (the greta stream)
Diantara tendon akhiles dan Maleolus internus, setinggi bagian promunens dari maleolus
unternus.
Tegak lurus 0,3-1 cun
Sakit tenggorokan, sakit gigi, tuli, tinnitus, pusing, asma. Menstruasi tidak teratur,
insomnia, emisi nocturnal, impotensia.
- titik Shu meridian Ginjal
- titik Yuan

Ki 7 Fuliu Arus yang berbalik (the returning current)


2 cun proximal (Ki3), pada tepi ventral dari tendon akhiles. Tegak
lurus 0,3-1 cun
Distensi abdominal, edema, borborygmus, impotensia, emissi seminal, panas, anhidrosis,
keringat malam.
- titik Jing dari meridian Ginjal.

9. Meridian Jue Yin Tangan Pericardium


PC 6 Neiguan Gerbang dalam (inner gate)
2 cun proximal lipat pergelangan tangan, antara tendon M palmaris longus dan tendon M
fleksor karpi-radialis.
Tegak lurus ke Waiguan (TH5) 0,5-1 cun.
Nyeri kardiak, palpitasi, sesak dada, nyeri di daerah hipokondrium, sakit lambung, mual,
muntah, cegukan, gangguan mental, epilepsy, insomnia, penyakit panas, nyeri dan
kontraktur pada siku dan lengan.
- titik Luo meridian Pericardium
- titik istimewa dari meridian Yin Wei
PC 7 Daling Kuburan besar (the big tomb)
Di tengah-tengah lipat pergelangan tangan, antara tendon M palamaris longus dan tendon
M fleksor karpi-radialis.
Tegak lurus 0,3-0,8 cun
Nyeri kardiak, palpitasi, nyeri lambung, muntah, gangguan mental, epilepsy, sesak dada,
nyeri di daerah hipokondrium, kejjang, insomnia.
- titik Shu meridian pericardium

10. Meridian Shao Yang Tangan San Jiao

TE 4 Yangchi Kolam Yang (Yang pond)


Pada lipat pergelangan tangan bagian dorsal, dalam sebuah lekukan ulnar dari tendon M
ekstensor digitorum komunis.
Tegak lurus 0,3-0,5 cun
Nyeri lengan, bahu,dan pergelangan tangan. Ketulian dan haus karena diabetes militus.
- titik Yuan
TE 5 Waiguan Gerbang luar (outer gate)
2 cun proximal Yangchi (TE 4) antara Os radius dan Os ulna, pada sisi radial tendon M
ekstensor digitorum komunis.
Tegak lurus 0,5-1 cun
Penyakit panas, nyeri kepala satu sisi, ketulian, tinnitus, nyeri hipokondrium, gangguan
motorik dan nyeri sendi pada extremitas superior.
- titik Luo
- titik istimewa meridian Yang Wei

11. Meridian Shao Yang Kaki Kandung Empedu

GB34 Yanglingquan Mata air di bukit Yang (The spring in the Yang mound)
Dalam sebuah lekukan ventrodistal dari caput fibula. Tegak lurus 0,8-1,5 cun. Hemiplegi,
kelemahan, hipoestesi dan nyeri ekstremitas hipochondrium,
pembengkakan dan nyeri lutut, nyeri hipocchondrium, rasa pahit di mulut, muntah,
ikterus, kejang pada anak, nyeri lambung
GB39 Xuaanzhong Lonceng gantung (Suspended bell)
Tendon peroneus longus dan brevis, 3 cun proksimal maleolus eksternus, antara margo
ventralis os fibula. Tegak lurus o,5-1 cun. Apoplexi, hemiplegi, nyeri leher, distensi
abdominal, nyeri didaerah hipochondrium, atropi otot
ekstremitas inferior, nyeri spastik dari kaki. Titik Dominan sumsum tulang

12. Meridian Jue Yin Kaki Hati

LR3 Taichong Serangan besar (big rush). Pada lekuk distal dari pertemuan basis Os metatarsal I dan II.
Tegak lurus 0, 5 cun. Sakit kepala, pening, vertigo, hipertensi , insomnia, nyeri di daerah
hipokondrium, kolik, biller, perdarahan uterus, retensio urine, kejang, schizoprenia. Titik
Shu meridian hati dan titik
Yuan meriadian hati.

MERIDIAN DU
GV 20 Baihui Ratusan Pertemuan (Hundred Meeting)
Pertemuan antara garis sagitalis medialis dengan garis yang menghubungkan kedua
ujung kranial daun telinga
Miring ke belakang 0,3 – 0,5 cun
Sakit kepala, vertigo, tinitus, obstruksi hidung, koma, gangguan jiwa
GV 26 Renchong Selokan air / Pusat manusia (Water Ditch/central part of man)
Pada garis sagitalis medialis, pada sulkus nasolabialis medialis, pada 1/3 kranial
jarak hidung dengan tepi bibir atas
Miring ke atas 0,2 – 0,3 cun
Shock, kolaps, sengatan matahari, koma, kejang pada anak

MERIDIAN REN

CV 12 Zhongwan Perut bagian tengah (Middle stomach)


Pada garis sagitalis medialis, 4 cun kranial umbilicus Tegak lurus
0,8 – 1,2 cun
Nyeri lambung, nyeri abdomen, muntah, diare, defisiensi limpa dan lambung Titik Mu
depan lambung, titik dominan organ Fu, titik pertemuan meridian usus kecil, sanjiao
dan lambung
CV 13 Shangwan Perut bagian atas (Upper stomach)
Pada garis sagitalis medialis, 5 cun kranial umbilikus Tegak lurus
0,8 – 1,2 cun
Nyeri lambung, distensi abdominal, mual, muntah
TITIK EKSTRA
EX HN 1 Sishenchong Empat titik yang terletak di verteks, 1 cun anterior, posterior dan lateral dari titik GV
20 (Baihui)
0,5 – 1 cun
Terapi utama : penenang
Indikasi : gangguan kepala, mental, insomnia, epilepsi, daya ingat, vertigo
FROZEN SHOULDER :
Titik yang bisa dipilih :
GB 21 LI 15 LI 14
LI 11 SJ 14 SI 9
LI 4 ST 38 ST 36
GB 34

LOW BACK PAIN


Titik yang bisa dipilih
BL 23 KI 3 BL 54
BL 58 BL 65 Du 26

TENSION HEADACHE
Titik yang bisa dipilih
GB 20 GB 21 LR 3
LI 4 YintangTaiyang Bahui (bila nyeri di vertex)

MIGRAIN
Titik yang bisa dipilih Taiyang
GB 20 (Fengchi)
LI 4 (Hegu)

TENNIS ELBOW
Titik yang bisa dipilih
LI 11 (Quchi)

LI 12
(Zhouliou)
GB 34 (yanglingquan) Ashi Point

NYERI PERGELANGAN TANGAN


Titik yang bisa dipilih
LI 10 (shousanli)
PC 5 (neiguan) Baxie

OA GENU
Titik yang bisa dipilih
ST 35 SP 9
LI 4 LR 3
TORTICOLIS
Titik yang bisa dipilih
SI 3 (houxi) SI 7 (zhizheng) SJ 5 (waiguan)
GB 20 (Fengchi) BL 10 (Tianshu) Du 14 (Dazhui)
Lu 7 (Lieque)

D. Prinsip Dasar
Mogene M. King (1995) dalam Alligood (2016) memandang

individu adalah unik dan holistik mampu berfikir rasional dan

pengambilan keputusan. Betty Neuman (dalam Alligood, 2016)

mengubah istilah holistik menjadi wholistik yang makna dan

pengertiannya sama, yaitu memandang klien sebagai suatu keseluruhan

yang bagian-bagianya saling mempengaruhi dan berinteraksi secara

dinamis yang meliputi fisiologis, psikologis, sosiokulturan dan spritual.

Sister Callista Roya juga memandang individu secara holistik dalam

penerapan teori adaptasi yang dikembangkannya.


Kozier (1995) dalam Salbia (2006) menyatakan bahwa dalam

holistik, memandag semua kehidupan organisme sebagai interaksi.

Gangguan pada satu bagian akan mengganggu sistem secara

keseluruhan. Holistik berkaitan dengan kesejahteraan (wallness) yang

diyakini mempunyai dampak terhadap status kesehatan manusia.


Roy mengemukakan pandangan tentang manusia sebagai penerima

asuhan keperawatan dlaam kaitannya dengan teori adaptasi, bahwa

manusia mahluk bio-psiko-sosial secara utuh (holistik).


Keperawatan komplementer dan alternatif sebagai pengembangan

terapi tradisional diintegrasikan kedalam terapi moderen yang

berpengaruh pada individu secara keseluruhan yakni dari aspek

biologis, psikologis, sosiologis, kulutral, dan spritual. Sehinga terapi


komplementer dan alternatif dapat diterapakan dalam pelayanan

keperawatan yang memandang individu adalah holistik (bio-psiko-

sosio-kultural-spritual). Dalam catatan keperawatan Florence

Nightingale menyebutkan pentingnya mengembangkan lingkungan

untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses

penyembuhan (Widyatuti, 2008).


Dalam teori adaptasi yang kembangkan oleh Roy mengungkapkan

efektor atau model adaptasi yang terdiri dari empat faktor yaitu:
1. Fisiologi; teridiri dari: oksigenasi, eliminasi, nutrisi,

aktivitas dan istirahat, sensori, cairan dan elektrolit, fungsi syaraf,

fungsi endokrin dan reproduksi.


2. Konsep diri; menunjukan pada nilai, kepercayaan, emosi,

cita-cita serta perhatian yang diberikan untuk menyatakan keadaan

fisik.
3. Fungsi peran; menggambarkan hubungan interaksi

seseorang dengan orang lain yang tercermin pada peran primer,

sekunder, dan tersier.


4. Saling ketergantungan (interdependen); mengidentifikasi

nilai manusia, cinta dan keseriusan. proses ini terjadi dalam

hubungan manusia dengan individu dan kelompok.


Intervensi komplementer berkembang di tingkat pencegahan primer,

sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun

kelompok. National Cener for Complementary/Alternative Medicine

(NCCAM) membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem

pelyanan dalam lima kategori, yakni;


1. mind-body therapy: intervensi dengan teknik untuk

memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik


dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh

(imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,

humor, tai chi, dan hypnoterapy).


2. Alternatif sistem pelyanan yaitu sistem pelayanan

kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis

(cundarismo, homeopathy, nautraphaty)


3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-

hasilya misalnya herbal, dan makanan.


4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh

manupulasi dan pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-

macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.


5. Terapi energi: terapi yang berfokus pada energi tubuh

(biofields) atau mendapatkan enegeri dari luat tubuh (terapetik

sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet)

terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.


E. Manfaat
Akupuntur bertujuan untuk memanipulasi sistem syaraf agar

apabila ada organ yang sakit bisa disembuhkan dengan cara

memanipulasi sistem syaraf. Manfaat terapi komplementer akupuntur

sendiri diantaranya :
1. Mengurangi skala rasa nyeri
2. Meningkatkan tingkat kesuburan.
3. Untuk menghaluskan kulit
4. Melangsingkan tubuh
5. Untuk meningkatkan efektifitas obat-obatan
6. Meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang

mengalami kerusakan
7. Menurunkan tekanan darah pada hipertensi
8. Menurunkan kolesterol darah jika tinggi
9. Meurunkan gula darah pada kencing manis
10. Menekan radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih

lanjut dapat dihambat


11. Merangsang pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh
12. Mengatasi stress, depresi dan nyeri.
13. Masalah kandung kemih, kesulitan buang air kecil, infeksi

saluran kemih, dan cystitis.


14. Gangguan pencernaan, yang meliputi mual, mulas, dan

diare.

F. Teknik Pelaksanaa/Cara Kerja


Meskipun Kata Akupunktur Yang Berarti Tusuk Jarum, Tetapi Karena

Terbukti Bahwa Titik – Titik Akupunktur Yang Merupakan Reseptor Di

Permukaan Tubuh Daapt Dirangsang Dengan Berbagai Macam Cara,

Asal Berupa Energi, Maka Dapat Berkembang Juga Teknik Rangsangan

Pada Titik Akupunktur Ini. Berbagai Macam Cara Itu Adalah :


1. Elektroakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur

Menggunakan Listrik
2. Laserakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur

Menggunakan Laser.
3. Sonoakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur

Menggunakan Suara.
4. Aquaakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur

Dengan Injeksi.
5. Dry Needling Akupunktur : Penerapan Akupunktur

Dengan Jarum Suntik.


6. Akupresur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan

Jari

Indikasi/Kontraindikasi
Indikasi Akupunktur Antara Lain:
1. Berbagai Keadaan Nyeri, Seperti: Nyeri Kepala, Migrain,

Nyeri Bahu, Nyeri Punggung, Nyeri Pinggang, Nyeri Lutut,

Nyeri Lambung, Nyeri Haid, Nyeri Sendi Dan Lain-Lain.


2. Gangguan Fungsional, Seperti: Asma, Alergi, Insomnia,

Mual Pada Kehamilan, Darah Tinggi (Hipertensi), Sembelit

(Konstipasi), Irritable Bowel Syndrome, Telinga Berdenging

(Tinnitus), Vertigo, Infertilitas, Gangguan Haid, Gangguan

Metabolik (Diabetes Melitus, Hiperkolesterolemia).


3. Gangguan Saraf: Hemiparesis, Kesemutan, Kelumpuhan

Saraf Pada Wajah (Bell’s Palsy), Saraf Terjepit (Carpal Tunnel

Syndrome, Radikulitis).
4. Keadaan Lain, Seperti: Adiksi Rokok, Kegemukan

(Obesitas), Estetika, Meningkatkan Stamina, Efek Analgesi Pada

Operasi.

Akupunktur Tidak Mempunyai Efek Samping. Bahaya Infeksi

Dapat Dihindari Dengan Pemakaian Jarum Akupunktur Sekali

Pakai. Akupunktur Juga Tidak Membuat Ketagihan. Rasa Nyaman

Yang Dirasakan Tubuh Adalah Sehubungan Dengan Pengeluaran

Zat Endorphin Oleh Tubuh Saat Penusukan Titik-Titik Akupunktur.

Kontra Indikasi Tindakan Akupunktur Adalah Keadaan Kedaruratan

Medis Yang Membutuhkan Penanganan Segera, Kasus

Pembedahan, Tumor Ganas, Gangguan Pembekuan Darah Atau

Sedang Dalam Pengobatan Anti Koagulansia. Pengobatan

Akupunktur Memerlukan Kesinambungan Untuk Mencapai Hasil


Yang Maksimal, Dan Harus Dilakukan Oleh Tenaga Medis Yang

Terlatih.

Syarat
Persiapan Dimulai Tiga Minggu Sebelum Waktu Yang

Diperkirakan. Kira-Kira Diperlukan Tiga Kali Pengobatan Untuk

Mengharmoniskan Keadaan Energitas Kedua Belas Meridian Untuk

Menghadapi Waktu Bersalin. Pada Primipara, Yang Kerap Kali

Dipengaruhi Oleh Rasa Takut Dan Khawatir, Haruslah Dijarum

Titik-Titik Bl:15: Hsinshu, Du:12: Shenzu. Akupunktur Aman Bagi

Ibu Hamil Dan Dapat Diberikan Pada Ibu Hamil Selama Dilakukan

Oleh Ahlinya. Manfaatnya Antara Lain:


1. Membuat Seluruh Otot Tubuh Relaks, Sehingga Ibu Hamil

Bisa Menjalani Kehamilannya Dengan Tenang.


2. Mengurangi Rasa Mual Dan Muntah.
3. Mengurangi Rasa Panas Di Ulu Hati.
4. Menstabilkan Tekanan Darah, Sehingga Ibu Hamil

Terhindar Dari Tekanan Darah Tinggi.


5. Menghindari Terjadinya Varises.
6. Mengurangi Rasa Pegal Di Punggung, Pinggang Bagian

Belakang Serta Panggul, Yang Sering Muncul Seiring Besarnya

Rahim.
7. Membantu Janin Berada Di Posisi Seharusnya, Sesuai

Dengan Usia Kehamilan.


8. Membantu Melancarkan Proses Persalinan, Meringankan

Rasa Nyeri, Serta Meningkatkan Energi Yang Dibutuhkan Ibu

Yang Akan Melahirkan.


Teknik Penjaruman
1. Penjaruman
Penjaruman adalah cara terapi yang dipergunakan dalam ilmu

akupunktur. Jarum ditusukkan pada titik akupunktur terpilih dalam

pemilihan titik, sehingga menimbulkan ‘Te Ci’ atau ‘Needle Feeling’.

Te Ci adalah istilah yang diberikan pada saat dimana penjaruman,

sipasien merasakan timbulnya rasa tebal, kemang, ngilu atau bagaikan

terkena aliran listrik, dan bagi sipenusuk dirasakan jarum bagaikan

terpagut, seolah- olah umpan kail termakan oleh ikan pada saat

memancing. Dengan penjaruman dapat dicapai pula tujuan

pencegahan penyakit, baik dalam pencegahan sebelum sakit atau

pencegahan dalam sakit.


2. Jenis jarum
Jarum yang dipergunakan dalam penjaruman akupunktur-

moksibasi terdapat berbagai jenis:


a. Jarum halus
Jenis jarum akupunktur yang paling popular. Bahan jarum

adalah baja tahan karat. Ukuran jarum dinilai dari panjang dan

kehalusan. Panjang jarum dari ½ Cun samapai 6 Cun. Kehalusan

jarum ditentukan dengan nomor, dari nomor kecil kenomor besar,

makin besar nomor jarum makin halus. No. 34 adalah yang

terhalus. Jarum halus yang umum dipakai adalah ukuran: No. 28,

30 dan 32. panjang : ½ - 1 ½ Cun.


b. Jarum emas – jarum perak
Jenis jarum ini banyak digunakan dinegeri barat. Terutama

diperancis. Bahan jarum dibedakan dari emas dan perak. Emas

bersifat tonifikasi dan perak bersifat sedatifikasi. Ukuran jarum

seluruhnya sama, panjang ½ Cun dan garis tengan tebal jarum 2


mm. Jenis jarum ini ditusukkan tidak dalam, hanya superficial atau

intrakutan, paling dalam subkutan


c. Jarum kulit
Jenis jarum ini dibagi dalam 2 jenis Mei Hua Jen dan ci Sing

cen. Mei Hua cen atau jarum Mei Hua terdiri dari lima jarum,

sedangkan ci sing cen atau jarum bintang tujuh terdiri dari tujuh

jarum. Jarum- jarum itu ditanam mengumpul pada ‘muka’ jarum

kulit dan batang jarum kulit merupakan tangkai yang panjang.


d. Jarum prisma
Jenis harum yang mempunyai badan berbentuk prisma, hanya

bagian ujungnya yang digunakan pada penusukan.


e. Jarum dalam kulit
Terdapat dua macam jenis jarum ini yaitu yang berbentuk paku

payung dan yang berbentuk jarum halus dalam ukuran kecil dan

halus, jenis jarum yang membentuk paku payung banyak

digunakan dalam akupunktur telinga, karena itu disebut juga

sebagai jarum telinga. Dan karena penggunaannya dengan cara

penekanan maka disebut juga sebagai pressneedle atau jarum tekan.


Teknik penjaruman dibagi dalam dua jenis yaitu teknik

penguatan (tonifikasi, pu) yang menghasilkan rangsangan

penguatan dan teknik pelemahan (sedatifikasi, Sie) yang

menghasilkan rangsangan pelemahan. Beraneka ragam teknik-

teknik diungkapkan untuk masing- masing jenis teknik

penjaruman itu, secara garis besar dapat disimpulkan dan dapat

dilihat dari gambar dibawah ini:


a. Teknik pelemahan: penusukan dengan rangsangan/ tenaga

yang kuat, kasar, teknik penguatan: penusukan dengan

rangsangan / tenaga yang lemah, lembut.


b. teknik penguatan: arah jarum penusukan mengikuti aliran

Ci- meridian, seolah- olah jarum menghantarkan kepergian Ci-

meridian, teknik pelemahan: arah jarum. Penusukan melawan

aliran Ci- meridian, seolah- olah jarum menyambut kedatangan

Ci- meridian.
c. Teknik pelemahan: jarum ditinggalkan untuk waktu yang

lama, lebih dari 10 menit. Kadang- kadang sampai setengah

jam. Teknik penguatan: jarum tidak ditinggal atau ditinggal

kurang dari 10 menit (Kiswojo dan Kusuma, 1978:157-161).

7. Vertigo
1. Definisi Vertigo
Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang

cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam)

(Smeltzer & Bare, 2012).


Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu

gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak

memutar atau bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem

keseimbangan (Sherwood, 2010).


Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar

merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan

seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan

( Labuguen, 2011).

2. ETIOLOGI
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan,

terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh

merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ

keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki

saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa

disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang

menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri

(Mardjono, 2011).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi

tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.

Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):


a. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
b. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
c. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis

semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan

benign paroxysmal positional.


d. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,

penyakit maniere.
e. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
f. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf

vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai

cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.


g. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena

berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient

ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

3. PATOFISIOLOGI / PATHWAYS
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang

disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam

sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus

menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain

yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang

menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,

susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.


Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap

oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler

memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul

kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah

proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di

pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,

visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika

semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.

Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak

tubuh dalam keadaan bergerak.


Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap

lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau

sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang

gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi

akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di

samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga

muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,

ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price & Wilson, 2012).

4. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan

dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu

makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,

puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,

mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis

(Smeltzer & Bare, 2012).

5. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis.
Terapi menurut Kang (2010), terdiri dari :
1) Terapi Kausal adalah pengobatan dengan cara meniadakan

atau memusnahkan penyebab penyakitnya, misalnya sulfonamid,

antibiotika, obat malaria, dan sebagainya


2) Terapi Simptomatis adalah pengobatan untuk

menghilangkan atau meringankan gejala penyakit, sedangkan

penyebab yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya

pemberian analgetik pada reumatik atau sakit kepala


3) Terapi Subtitusi adalah pengobatan dengan cara

menggantikan zat-zat yang seharusnya dibuat oleh organ tubuh

yang sakit, misalnya insulin pada penderita diabetes dan tiroksin

pada penderita hipotiroid.


Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :
1) Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.

2) Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.

3) Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke

kiri dan ke kanan.

4) Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak

dari tempat tidur.

5) Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.

6) Gerakkan kepala secara hati-hati.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan

kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi

maka bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang

belakang.

b. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi

penurunan aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.


c. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.

d. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium,

radiologik.

e. Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik,

otologik, pemeriksaan fisik umum (Kang 2010).


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat

a. Letih, lemah, malaise

b. Keterbatasan gerak

c. Ketegangan mata, kesulitan membaca

d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri

kepala

e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,

aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b. Sirkulasi

a. Riwayat hypertensi

b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal

c. Pucat, wajah tampak kemerahan.

c. Integritas Ego

a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.

b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,

ketidakberdayaan depresi.
c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit

kepala.

d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

d. Makanan dan cairan

a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein,

coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan

berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).

b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)

c. Penurunan berat badan

e. Neurosensoris

a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,

stroke.

c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang

keras, epitaksis.

e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore.

f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir


g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.

h. Penurunan refleks tendon dalam

i. Papiledema.

f. Nyeri/ kenyamanan

a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal

migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,

sinusitis.

b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah

c. Fokus menyempit

d. Fokus pada diri sndiri

e. Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis,

gelisah.

f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g. Keamanan

a. Riwayat alergi atau reaksi alergi

b. Demam (sakit kepala)

c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis


d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)

h. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang

berhubungan dengan penyakit.


i. Penyuluhan / pembelajaran

a. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga

b. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.

c. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. DIAGNOSA

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan

saraf, vasopressor.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-

adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat.

3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal

sumber informasi, kurang kemampuan mengingat.

C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan

saraf, vasopressor.
Tujuan:
Nnyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :

a. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.

b. Tanda-tanda vital normal.

c. Klien tampak rileks.

Intervensi dan rasional :

1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.

Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan

keperawatan.

2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.

Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri

3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.

Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah

ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.

Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan

lebih nyaman.

5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.


Rasional : untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih

nyaman.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-

adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat.


Tujuan :
Koping individu menjadi lebih adekuat.
Kriteria hasil :

a. Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.

b. Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan

koping yang dimiliki.

c. Mengkaji situasi saat ini yang akurat.

d. Menunjukkan perubahan gaya hidup yang

diperlukan/situasi yang tepat.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.

Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan

fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan

tindakan keperawatan.

2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan

segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.


3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala,

penenangan dan hasil yang diharapkan.

Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang

diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk

pulih.

4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil

keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.

Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal

sumber informasi, kurang kemampuan mengingat.


Tujuan :
Klien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan

proses pengobatan.

Kriteria hasil :

1 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari

suatu tindakan.

2 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta

dalam regimen perawatan.

Intervensi dan rasional :

1 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.


Rasional: megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya.

2 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya

sekarang.

Rasional: dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan

keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

3 Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.

Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah

pengetahuan klien tetang penyakitnya.


4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang

telah diberikan.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta

menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang

normal.

Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh

yang kurang baik.

6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang

dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.

Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat

mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti

berbaring, beristirahat pada saat serangan.


DAFTAR PUSTAKA
Aryando, T. 2008. Kemajuan dalam penelitian Penangganan dan Deteksi Dini
penderita Kanker Payudara dengan Perhatian Khusus pada Kualitas
Hidup. (Thesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Doenges, M. E., 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Kang. L. S., 2010. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia


Kedokteran No. 144, Jakarta.

Labuguen, R.H., 2011. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, Volume 73, Number 2.

Mardjono M. & Sidharta P., 2010. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.

Marril KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 14
November 2019. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2012. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses


penyakit.Vol, EGC, Jakarta.

Sherwood, L., 2010. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2012. Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner & Suddarth, vol:3, EGC, Jakarta.

Wasito, B. 2010. Teknologi Pengobatan komplementer Alternatif untuk Penyakit


Diabetes melitus. (Riset Terapan). Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, R.I.

Anda mungkin juga menyukai