Anda di halaman 1dari 18

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG

OLEH :

dr. I Gusti Ayu Harry Sundariyati, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik dan
anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat terjadi
perubahan hormonal di dalam tubuhnya. Perubahan yang terjadi dapat mencakup sistem
gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf. Perubahan yang
terjadi pada satu sistem dapat saling memberi pengaruh pada sistem lainnya dan dalam
menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perubahan yang terjadi pada
masing-masing sistem. Perubahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolik yang disebabkan
kebutuhan janin, plasenta dan rahim.1
Penyakit jantung masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian non-
obstetrik yang tinggi pada kehamilan/persalinan, dapat terjadi pada 0,4-4% dari kehamilan.
Dilaporkan angka rata-rata mortalitas wanita hamil dengan klasifikasi New York Heart
Association kelas I dan II sebesar 0,4 hingga 6,8 % dan lebih tinggi lagi pada penderita yang
tingkat keparahannya kelas III dan IV. Dilaporkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab
kematian sebesar 5,6 % dari 1459 kehamilan di Amerika Serikat sejak tahun 1987 hingga 1990.
Hal itu disebabkan oleh peningkatan beban hemodinamik pada saat hamil, bersalin dan
melahirkan yang dapat meperburuk gejala dan mencetuskan berbagai macam komplikasi pada
wanita yang sebelumnya sudah menderita penyakit jantung.2
Deteksi dini serta follow up yang teliti serta penatalaksanaan yang agresif sangat
membantu untuk menurunkan angka mortalitas bagi wanita yang hamil dengan penyakit jantung.
Dibutuhkan pengetahuan tentang perubahan fisiologis pada system kardiovaskuler selama
kehamilan dan puerpurium, gejala dan tanda yang menyerupai penyakit jantung pada kehamilan
yang normal, efek dari perubahan fisiologis pada kehamilan pada kelainan kardiovaskuler, dan
diagnosis serta penatalaksanaan pada penyakit kardiovaskuler yang sudah ada.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan dapat
memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Dan penyakit jantung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau
persalinan. Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan. Klasifikasi
fungsional yang diajukan oleh New York Heart Association adalah:1,2,3,4
Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan fisik).
Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila melakukan aktifitas
fisik maka terasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi angina
pektoris).
Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja merasa lelah, sesak
nafas, jantung berdebar).
Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan gejala-gejala
dekompensasio walaupun dalam istirahat).
Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau kematian
intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan kehamilan pekerjaan jantung menjadi
sangat berat sehingga klas I dan II dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.

2.2 Epidemiologi

Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam kehamilan berkisar
antara 1 –2%. Penyakit jantung rematik merupakan jenis penyakit jantung terbanyak, dan lebih
dari 90% biasanya dengan kelainan katup mitral (stenosis katup mitral), disusul penyakit jantung
kongenital dan penyakit otot jantung.1
Meskipun banyak kasus penyakit jantung dengan kehamilan dijumpai di klinik dan
rumah sakit di Indonesia, akan tetapi hanya sedikit yang pernah dilaporkan dalam tulisan ilmiah.
Dari laporan pendahuluan mengenai insiden kelainan jantung pada kehamilan diperoleh angka
3,1 % dari sekitar 20 % penderita yang dirawat di Bagian Kebidanan dan Kandungan
RSCM/FKUI Jakarta dan dikonsulkan ke kardiologis (Aziz, Hartanuh, Sugeng dan Samil).
Menurut Samil angka kematian penyakit jantung di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSCM
Jakarta merupakan urutan keempat setelah eklamsia, perdarahan dan infeksi. Mortalitas
terbanyak pada multipara sebesar 1,6 %, dengan insiden 1,21 % dari seluruh kasus
obstetric/ginekologis yang dirawar di bagian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang
DW, Suhatno Djoko Sumantri terhadap 4741 kasus persalinan di RSU Dr. Soetomo Surabaya
selama empat tahun (1990-1993), didapatkan ibu hamil dengan penyakit jantung (tidak termasuk
hipertensi dalam kehamilan) adalah 31 kasus per tahun atau 0,65 % per tahun dengan angka
kematian sebesar 4,88 %. Dibandingkan dengan 0,3 % per tahun 91972-1973) dan 0,5% per
tahun (1978-1982), angka kejadian ibu hamil dengan penyakit jantung tersebut menunjukkan
adanya peningkatan dari tahun ke tahun.1

2.3 Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan primer akibat
kelainan kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati. Sedangkan sekunder akibat penyakit lain
seperti hipertensi, anemia berat, dan lain-lain.1,3

2.4 Kehamilan dan Fisiologi Kardiovaskuler

Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk
system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala
penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi
pada saat kehamilan.1,2

a. Perubahan Hemodinamik

Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan volume
darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia
kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah
ini menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan sistem vaskuler
kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume
plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan
terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume darah ini
mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan
metabolit ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat
kelahiran.
Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cadiac output saat istirahat akan meningkat
sampai 40%. Peningkatan cadiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada usia kehamilan
20 minggu. Pada pertengahan sampai akhir kehamilan cadiac output dipengaruhi oleh posisi
tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas
bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi cadiac output dimana bila dibandingkan
dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka cadiac output akan menurun 0,6 l/menit
dan pada posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit. Umumnya perubahan ini hanya sedikit
atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih menyukai posisi supinasi.
Tetapi pada posisi supinasi yang dipertahankan akan memberi gejala hipotensi yang disebut
supine hypotensive syndrome of pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki
posisi wanita hamil miring pada salah satu sisi, Perubahan hemodinamik juga berhubungan
dengan perubahan atau variasi dari cadiac output. Cadiac output adalah hasil denyut jantung
dikali stroke volume. Pada tahap awal terjadi kenaikan stroke volume sampai kehamilan 20
minggu. Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke volume mulai menurun secara perlahan
karena obstruksi vena cava yang disebabkan pembesaran uterus dan dilatasi venous bed. Denyut
jantung akan meningkat secara perlahan mulai dari awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 25 persen diatas tanpa kehamilan pada saat melahirkan.
Curah jantung (cadiac output) juga berhubungan langsung dengan tekanan darah merata
dan berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal kehamilan terjadi
penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan mendekati tekanan darah tanpa
kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi vascular sistemik akan menurun secara drastic
mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan saat kehamilan sekitar 20 minggu. Dan secara perlahan
mendekati nilai normal pada akhir kehamilan. Cadiac output sama dengan oxygen consumption
dibagi perbedaan oksigen arteri-venous sistemik Oxygen consumption ibu hamil meningkat 20
persen dalam 20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat sekitar 30 persen diatas nilai
tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan metabolisme
janin dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat.
Cadiac output juga akan meningkat pada saat awal proses melahirkan. Pada posisi
supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap kontraksi uterus cadiac output akan
meningkat 34 persen akibat peningkatan denyut jantung dan stroke volume, dan cadiac output
dapat meningkat sebesar 9 liter/menit. Pada saat melahirkan pemakaian anestesi epidural
mengurangi cadiac output menjadi 8 liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga
mengurangi cadiac output. Setelah melahirkan cadiac output akan meningkat secara drastis
mencapai 10 liter/menit (7-8 liter / menit dengan seksio sesaria) dan mendekati nilai normal saat
sebelum hamil, setelah beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Kenaikan cadiac output
pada wanita hamil kembar dua atau tiga sedikit lebih besar dibanding dengan wanita hamil
tunggal. Adakalanya terjadi sedikit peningkatan cadiac output sepanjang proses laktasi.
Perubahan unsur darah juga terjadi dalam kehamilan. Sel darah merah akan meningkat
20-30% dan jumlah leukosit bervariasi selama kehamilan dan selalu berada dalam batas atas nilai
normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII meningkat, juga jumlah trombosit meningkat
tetapi tidak melebihi nilai batas atas nilai normal. Kehamilan juga menyebabkan perubahan
ukuran jantung dan perobahan posisi EKG. Ukuran jantung berubah karena dilatasi ruang
jantung dan hipertrofi. Pembesaran pada katup trikuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan
dan menimbulkan bising bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim keatas rongga
abdomen akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan mengakibatkan posisi jantung
berobah kekiri dan keanterior dan apeks jantung bergeser keluar dan keatas. Perubahan ini
menyebabkan perubahan EKG sehingga didapati deviasi aksis kekiri, sagging ST segment dan
sering didapati gelombang T yang inversi atau mendatar pada lead III.

b. Distribusi Aliran Darah


Aliran darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui. Distribusi aliran darah
dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat sekitar 30 persen pada
trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun sampai melahirkan. Aliran darah ke kulit
meningkat 40 - 50 persen yang berfungsi untuk menghilangkan panas. Mammary blood flow
pada wanita tanpa kehamilan kurang dari 1 persen dari cadiac output. Dan dapat mencapai 2
persen pada saat kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak hamil aliran darah ke rahim sekitar
100 ml/menit (2 persen dari cadiac output) dan akan meningkat dua kali lipat pada kehamilan 28
minggu dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat kehamilan aterm, mendekati jumlah
nilai darah yang mengalir ke ginjalnya sendiri. Nilai semasa kehamilan pembuluh darah rahim
berdilatasi maksimal, aliran darah meningkat akibat meningkatnya tekanan darah maternal dan
aliran darah. Pada dasarnya wanita hamil selalu menjaga aliran darah ke rahimnya, apabila
redistribusi aliran darah total diperlukan oleh ibu atau jika terjadi penurunan tekanan darah
maternal dan cadiac output, maka aliran darah ke uterus menurun dan tetap dipertahankan.1,2
Vasokonstriksi yang disebabkan katekolamin endogen, obat vasokonstriksi, ventilasi
mekanik, dan beberapa obat anestetik yang berhubungan dengan pre eklampsi dan eklampsi akan
menurunkan aliran darah ke rahim. Pada wanita normal aliran darah rahim mempunyai potensi
dapat dibatasi. Dan pada wanita berpenyakit jantung, pengalihan aliran darah dari rahim menjadi
masalah karena aliran darah sudah tidak teratur. Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak
sepenuhnya dimengerti, yang diakibatkan oleh perobahan volume cairan tubuh. Total body water
semasa kehamilan meningkat 6 sampai 8 lifer yang sebagian besar berada pada ekstraseluler.
Segera setelah 6 minggu kehamilan volume plasma meningkat dan pada trimester kedua
1
mencapai nilai maksimal 1 /2 dari normal. Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak

untuk tingkatan yang sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang mencapai
nilai kurang dari 30 persen, Perubahan vaskuler berhubungan penting dengan perobahan
hemodinamik pada saat kehamilan. Arterial compliance meningkat dan terjadi peningkatan
kapasitas venous vascular. Perubahan ini sangat penting dalam memelihara hemodinamik dari
kehamilan normal. Perubahan arterial yang berhubungan dengan peningkatan fragilitas bila
kecelakaan vaskuler terjadi yang sering terjadi pada kehamilan dapat merugikan hemodinamik.
Peningkatan level hormon steroid saat kehamilan inilah yang menjadi alasan utama terjadinya
perubahan pada vaskuler dan miokard.1,2

c. Perubahan hemodinamik dengan exercise


Kehamilan akan merubah respons hemodinamik terhadap exercise. Pada wanita hamil
derajat exercise yang diberikan pada posisi duduk menyebabkan peningkatan cadiac output yang
lebih besar dibanding dengan wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Dan
maksimum cadiac output dicapai pada tingkatan exercise yang lebih rendah. Peningkatan cadiac
output relatif lebih besar dari peningkatan konsumsi oksigen, sehingga terdapat perbedaan
oksigen arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada wanita tanpa kehamilan
dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini menunjukkan pelepasan oksigen ke perifer
sedikit kurang efisien selama kehamilan.2
Pada wanita tanpa kehamilan, latihan akan meningkatkan stroke volume yang lebih besar
dan sedikit peningkatan denyut jantung dari pada yang didapati pada individu yang tidak terlatih.
Pada saat kehamilan efek latihan ini tidak terlihat dan kemungkinan karena peningkatan stroke
volume dibatasi akibat kompresi vena kava inferior atau meningkatnya distensibility vena. 1

2.5 Kelainan Katup Jantung pada Kehamilan

Kelainan katup jantung adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemukan pada
saat kehamilan. Gangguan ini dapat meningkatkan kejadian gagal jantung, morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janin yang dikandung. Jenis-jenis kelainan ini meliputi mitral stenosis
yang disebabkan penyakit jantung rematik, mitral dan aorta regurgitasi, kelainan katup tricuspid
serta katup jantung prostetik.3

Sudah diketahui bahwa pada kehamilan terjadi peningkatan volume darah mencapai 30
hingga 50 % yang diikuti dengan meningkatnya curah jantung (cadiac output). Hal ini muncul
pada trimester pertama dan mencapai puncaknya pada 20-24 minggu usia kehamilan. Setelah itu
akan bertahan dan mulai menurun 3 hari setelah melahirkan. Suara murmur dapat terdengar
sebagai hal yang normal pada kehamilan. Biasanya lemah, middiastolik dan terdengar sepanjang
garis sternalis kiri. Intensitasnya meningkat seiring dengan meningkatnya curah jantung, namun
bila terdengar sangat keras serta berupa murmur diastolik, murmur kontinus atau murmur sistolik
yang kuat maka pemeriksaan ekokardiografi sangat diperlukan.3,4

Risiko terjadinya komplikasi jantung pada ibu hamil akan menigkat pada kasus dengan
stenosis katup yang berat serta menurunkan fungsi sistolik ventrikel kiri (stenosis aorta dengan
area katup <1,5 cm2 dan stenosis mitral dengan area katup < 2 cm2), seperti stenosis mitral
dengan hipertensi pulmonal, regurgitasi berat dengan gangguan fungsi ventrikel kiri dan sindrom
Marfan’s   dengan aneurisma pada ascending aorta. Risiko juga akan meningkat pada ibu yang
memiliki riwayat penyakit jantung seperti: aritmia, gagal jantung dengan kelas NYHA III-IV.
Untuk itu peran konseling sebelum konsepsi sangat diperlukan. Semua kejadian kelainan katup
diharapkan dapat ditemukan sebelum kehamilan terjadi. Untuk mendapatkan adanya kelainan
katup diperlukan pemeriksaan fisik jantung yang tepat. Auskultasi jantung yang benar tentu
sangat membantu untuk menemukan kecurigaan terjadinya kelaina katup jantung. Pemeriksaan
penunjang utama adalah ekokardiografi untuk memastikan adanya kelainan katup jantung
tersebut. Pemeriksaan ekokardiografi meliputi jenis murmur, gradiennya, anatomi katup mitral,
ukuran anatomi aorta descending, dimensi ventrikel kiri dan Fraksi Ejeksi (EF). Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah persiapan menjalani kehamilan pada ibu yang menggunakan katup
jantung prostetik.3,5

Untuk memprediksi komplikasi pada nenonatal yang perlu diperhatikan adalah adanya
gangguan pada fungsi jantung (NYHA II ke atas) dan obstruksi jantung kiri. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah lahir premature, intrauterine growth retardation, respiratory distress
syndrome, hemoragik intraventrikel dan kematian. Pada beberapa kasus kehamilan dengan
kelainan katup jantung, penggunaan antibiotika diperlukan untuk menghindari terjadinya
(profilaksis) endokarditis.4

a. Stenosis Mitral

Penyakit jantung rematik adalah penyebab utama kelainan katup ini. Pada stenosis mitral
terjadi tahanan pada ventrikel kiri yang menyebabkan tekanan pada atrium kiri dan vena
pulmonal meningkat. Hal ini dapat menimbulkan kongesti pulomal dan edema. Selain itu,
stenosis mitral dapat diikuti dengan aritmia atrial selama kehamilan dan saat melahirkan. Karena
selama kehamilan terjadi peningkatan volume dan curah jantung maka dapat terjadi sesak nafas
dan menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Bila frekuensi detak jantung meningkat maka
pengisian saat diastolik turun maka tekanan atrial yang meningkat dapat menimbulkan kongesti
paru dan edema. Risiko maternal pada ibu dengan mitral stenosis yang lain adalah
tromboemboli.2,3

Terapi yang diberikan untuk mengatasi gejala antara lain adalah : diuretik, mengurangi
asupan garam dan mengurangi aktivitas fisik. Untuk mengatasi peningkatan frekuensi detak
jantung dan perbaikan pengisian diastolik digunakan Beta Blocker. Bila terjadi fibrilasi atrial
yang dapat menambah risiko terjadinya tromboemboli maka dapat dilakukan kardioversi.
Pengguanan Beta Blocker dan digoxin dimaksudkan untuk mengontrol frekuensi detak jantung.
Jika diperlukan maka prokainamid dan quinidine dapat dipakai sebagai antiaritmia. Guna
mencegah tromboemboli, antikoagulan digunakan jika diperlukan. Selain itu, digunakan pula
antibiotic sebagai profilaksis endokarditis selama masa melahirkan. 4
Pada mitral stenosis dengan area katup mitral yang ketat ( area katup < 1 cm 2) dan
disertai gejala yang signifikan ( NYHA III-IV), maka dapat dilakukan valvuloplasti mitral
dengan balon atau pembedahan. Percutaneous ballon mitral valvulopasty biasa dikerjakan pada
trimester kedua dan selama pelaksanaan maka dibutuhkan pelindung pelvis untuk pencegahan
radiasi pada janin. Terkadang hal ini dapat dikerjakan dengan bantuan transesofageal
ekokardiografi (TEE). Bila tidak ada yang ahli dalam melakukan valvuloplasti maka
pembedahan untuk dilakukan commisurotomy dapat diupayakan.3

Melahirkan pervaginam dapat dilakukan dengan bantuan anestesi pada epidural. Sectio
caesarea dikerjakan jika memang ada indikasi dari gangguan jalan lahir. Saat melahirkan dapat
terjadi peningkatan tekanan 8-10 mmHg pada atrium kiri dan vena pulmonal. Unutk mengetahui
gejala dan gangguan hemodinamik selama proses melahirkan dianjurkan menggunakan Swan-
Ganz kateter.

2.6 Evaluasi Pasien dengan Penyakit Jantung


a. Anamnesa
Pada pasien dengan penyakit jantung yang telah terdiagnosis sebelum kehamilannya,
harus dicari data-data mengenai: usia saat pertama kali diagnosis ditegakkan, gejala-gejala
sebelumnya dan komplikasi yang ada, prosedur diagnostik sebelumnya termasuk kateterisasi
jantung, excercise test (treadmill) atau ekokardiografi, riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat
operasi, derajat kesembuhan, gejala sisa, obat-obat yang dipakai, diet, pembatasan-pembatasan
aktifitas, serta sedapat mungkin didapatkan catatan medis mengenai perawatan rumah sakit,
prosedur diagnostik dan pengobatan sebelumnya.
Pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya, harus ditanyakan mengenai
riwayat demam rematik atau penyakit-penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit
jantung seperti demam scarlet, sistemik lupus eritematosus, penyakit paru-paru, penyakit ginjal,
difteri atau pneumonia, riwayat perawatan di Rumah sakit dan riwayat operasi besar
sebelumnya.
Perlu ditanyakan juga mengenai tanda-tanda dan gejala penyakit jantung seperti sianosis
pada  waktu  lahir  atau  waktu  aktivitas,  “squatting”  pada  masa  kanak-kanak, infeksi saluran napas
berulang, gangguan irama jantung, dispnu pada saat istirahat atau aktifitas, batuk-batuk lama,
hemoptisis, asma, nyeri dada, riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan kelainan-kelainan
kongenital.2,5

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu dievaluasi mengenai berat badan dan tinggi badan, kelainan
pada wajah, jari-jari dan tubuh yang menunjukkan kelainan kongenital dan perubahan-perubahan
pada kulit seperti sianosis, pucat, angioma, xantelasma, dan xanthoma. Tekanan darah harus
diukur secara hati-hati dengan cuff yang sesuai, kalau perlu pada kedua lengan dan pada
beberapa posisi. Denyut nadi radial harus dinilai dengan cermat, pada Aorta Insufisiensi dapat
dijumpai denyut yang kolaps (Collapsing pulse), denyut yang lemah pada cadiac output yang
rendah, pulsus alternans atau pulsus paradoksus.
Inspeksi pada kepala dan wajah untuk mencari adanya tanda-tanda kelainan kongenital,
pengukuran JVP dan penilaian denyut karotid dan kelenjar thyroid. Inspeksi dan palpasi pada
dada untuk mencari adanya kelainan bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum, precordial
bulging, denyut apeks kordis, thrill. Pada auskultasi perlu dinilai bunyi jantung I, II, III,
IV, murmur jantung, opening snap, gallop dsb. Selanjutnya juga perlu dilakukan pemeriksaan
pada paru-paru, abdomen dan ekstremitas serta sistim-sistim organ tubuh lainnya. 5

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium rutin, seperti hematologis, kimia darah, gula darah.
2. EKG, bila perlu dapat dilakukan monitor 24 jam.
3. Phonokardiogram, untuk menilai bunyi jantung dan murmur.
4. Ekokardiografi.
5. Lain-lain, seperti kultur tenggorok (throat culture), C-reactive protein, ASTO, kultur darah.6

d. Diagnosis
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan bila ditemukan adanya satu diantara gejala-gejala
berikut :
1. Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus-menerus;
2. Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thrill;
3. Pembesaran jantung yang jelas pada gambaran foto toraks;
4. Aritmia yang berat.
Kadang-kadang penyakit jantung dalam kehamilan baru diketahui kalau sudah terjadi
dekompensasio seperti adanya sesak nafas, sianosis, edema atau ascites.3,6

e. Penanganan
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi penambahan berat badan
yang berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi, infeksi saluran pernafasan atas dan
preeklampsia sedapat-dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung.
Saat-saat berbahaya adalah pada kehamilan 28 – 32 minggu karena merupakan puncak
hemodilusi, partus kala II karena venous return yang meningkat saat mengedan, dan masa
postpartum sebagai akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim sirkulasi sehingga beban
jantung bertambah berat.
Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung membutuhkan kerja sama tim yang
kompak dan terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti obstetri ginekologi, kardiologi, ilmu
penyakit dalam, dan anestesi.3,6
a) Kelas I dan II
Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai terjadinya gagal jantung pada kehamilan,
persalinan dan nifas. Faktor pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis,
oleh karena itu semua wanita hamil dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin dicegah
terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas atas .
Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4 hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali setelah makan ) dan hanya
pekerjaan ringan yang diizinkan.
2. harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang yang dapat menularkan
infeksi saluran nafas atas, merokok, penggunaan obat-obat yang memberatkan pekerjaan
jantung.
3. tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti adanya batuk, ronki basal,
dispnoe dan hemoptoe.
4. sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan untuk istirahat.
Persalinan biasanya pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk seksio sesarea.
Penggunaan teknik analgesia untuk menghilangkan nyeri persalinan sangat dianjurkan, yang
umum dipakai adalah analgesia epidural. Apabila akan dilakukan seksio sesarea,
kebanyakan klinikus menyukai analgesia epidural namun penggunaan harus hati-hati pada
hipertensi pulmonar. Anestesi umum dengan tiopental, suksinil kolin, N2O dan 30 % O2 juga
memberikan hasil yang memuaskan.3

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada persalinan pervaginam adalah :

1. ibu harus dalam posisi setengah duduk (kepala dan dada ditinggikan) dan miring ke kiri.
2. Penolong persalinan harus memberikan pendekatan psikologis supaya ibu tetap tenang
dan merasa aman.
3. Untuk mencegah timbulnya dekompensasio kordis sebaiknya dibuat daftar pengawasan
khusus untuk mencatat nadi dan pernapasan secara berkala (tanda-tanda vital harus
dimonitor diantara tiap his, dalam kala I setiap 10-15 menit dan dalam kala II setiap
10 menit. Apabila terdapat peningkatan denyut nadi lebih dari 115 x/mt atau peningkatan
respirasi lebih dari 28 x/mt dan disertai dispnu merupakan tanda-tanda dini kegagalan
ventrikel, dan pasien perlu diberikan morfin, digitalis, oksigen dan diuretik).
4. Bila dibutuhkan oksitosin, berikan dalam konsentrasi tinggi (20 U/ltr) dengan tetesan
rendah dan pengawasan keseimbangan cairan.
5. Nyeri persalinan dapat diatasi dengan pemberian obat seperti Tramadol 100 mg
supositoria, pethidin 50 mg IM, atau morphin 10-15 mg IM.
6. Persalinan kala II biasanya diakhiri dengan ekstraksi forseps atau ekstraksi vakum dan
sedapat mungkin ibu dilarang mengedan.
7. Penanganan kala III dilakukan secara aktif, namun pemakaian preparat ergometrin
merupakan kontraindikasi, karena kontraksi uterus yang dihasilkan bersifat tonik dengan
akibat terjadi pengembalian darah ke dalam sirkulasi sistemik kurang lebih 1 liter.
8. Setelah kala III selesai, harus dilakukan pengawasan yang ketat untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya gagal jantung atau edema paru, karena saat tersebut merupakan
saat yang paling kritis selama hamil, pemasangan gurita dengan kantong pasir di dinding
perut dapat dilakukan untuk mencegah perubahan mendadak sirkulasi (kolaps
postpartum). 6
Dalam kondisi sehari-hari, apabila ditemukan pasien dengan kegagalan jantung maka
penanganan awal harus mencakup langkah-langkah standar resusitasi, termasuk diantaranya:
Perhatikan airway, breathing dan circulation.
Bagi ibu hamil, posisi yang dianjurkan adalah setengah duduk miring ke kiri, untuk
mencegah efek hipotensi akibat penekanan vena cava inferior oleh uterus gravidarum.
Pemberian  Morfin  /  petidin,  β  Bloker  atau    diuretik.
Digitalisasi.
Antibiotika untuk profilaksis terhadap endokarditis.6

b) Kelas III dan IV


Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV ada dua kemungkinan
penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau meneruskan kehamilan dengan tirah baring
total dan pengawasan ketat, dan ibu dalam posisi setengah duduk.
Kelas III sebaiknya tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat di Rumah Sakit selama
kehamilan, persalinan dan nifas, dibawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli
kebidanan, atau dapat dipertimbangkan untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan
hendaknya pervaginam dan dianjurkan untuk sterilisasi.
Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang terbaik ialah
mengusahakan persalinan pervaginam. 6

c) Pengawasan Nifas
Pengawasan nifas sangat penting diperhatikan, mengingat kegagalan jantung dapat terjadi
pada saat nifas, walaupun pada saat kehamilan atau persalinan tidak terjadi kegagalan
jantung. Komplikasi-komplikasi nifas seperti perdarahan post partum, anemia, infeksi dan
tromboemboli akan lebih berbahaya pada pasien-pasien dengan penyakit jantung.
Sebaiknya penderita penyakit jantung dirawat di rumah sakit sekurang-kurangnya 14 hari
setelah melahirkan dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta diberi antibiotika
untuk mencegah endokarditis.
Laktasi dibolehkan bagi wanita yang sanggup secara fisik, namun bagi penderita penyakit
jantung kelas III dan IV tetap dilarang untuk menyusui. 3,6
f. Konseling Prakonsepsi, Asuhan Antenatal dan Kontrasespsi
Sebagian besar wanita hamil dengan penyakit jantung sudah mengetahui tentang kelainan
jantung yang dialaminya dan biasanya sudah mendapat pengobatan atau bahkan telah menjalani
operasi jantung, jauh sebelum kehamilannya. Oleh karena itu konseling prakonsepsi memegang
peranan penting dalam manajemen penyakit jantung dalam kehamilan.
Dalam konseling prakonsepsi, kepada calon ibu hamil dan partnernya harus diberikan
penjelasan yang menyeluruh tentang kondisi penyakit jantung yang dialami dan risiko-risiko
yang akan terjadi dalam kehamilannya.
Kepada pasien jantung kelas I dan II yang menginginkan kehamilan, harus dilakukan
optimalisasi kondisi jantung sehingga komplikasi yang dapat terjadi dapat diminimalisasi.
Sedangkan bagi pasien dengan kelas III dan IV dianjurkan untuk tidak menikah, atau bila
menikah dianjurkan menghindari kehamilan. Apabila telah terjadi kehamilan sangat dianjurkan
untuk dilakukan terminasi kehamilan, sebaiknya sebelum minggu ke 12 dimana risikonya masih
minimal. 2,5
Kebanyakan pasien juga menginginkan informasi tentang risiko bagi janin yang
dikandung, terutama apakah janinnya akan mengalami penyakit jantung kongenital juga. Pada
ibu hamil dengan penyakit jantung berat, hipoksia berat dan cadiac output yang rendah sering
menyebabkan insiden abortus spontan, lahir mati, bayi berat lahir rendah atau bayi dengan
kelainan kongenital lain.
Pada asuhan antenatal, penting sekali diupayakan supaya ibu mendapat istirahat yang
cukup, sekurang-kurangnya 8-10 jam, dan istirahat baring sekurang-kurangnya ½ jam setiap kali
setelah makan dengan diit rendah garam, tinggi protein, dan pembatasan masuknya cairan.
Kenaikan berat badan yang berlebihan juga harus diwaspadai, dan total kenaikan berat badan
sebaiknya tidak melebihi 12 kg. Untuk mencegah peningkatan volume darah yang berlebihan
dapat diberikan diuretik. Aktivitas fisik harus dibatasi oleh karena pada wanita hamil dengan
penyakit jantung biasanya tidak dapat meningkatkan cadiac output seperti pada orang normal
sehingga jaringan akan mengambil lebih banyak oksigen dari darah arteri dengan akibat aliran
darah uteroplacenta akan berpindah ke organ-organ lain. 3
Status hemodinamik juga harus dipantau secara teratur dan peningkatan tekanan darah
seperti pada preeklampsia harus dihindari. Pada setiap kunjungan harus ditentukan kelas
fungsional pasien, apabila terjadi dekompensasio kordis maka pasien digolongkan dalam satu
kelas lebih tinggi.
Pemberian suplementasi besi dan asam folat secara dini dan teratur dapat mencegah
anemia yang memperberat kerja jantung. Juga harus dilakukan pencegahan terhadap infeksi yang
dapat mencetuskan terjadinya gagal jantung. Pemeriksaan antenatal dilakukan 2 minggu sekali
dan setelah kehamilan 28 minggu, seminggu sekali.
Konseling tentang kontrasepsi selama konseling prakonsepsi harus mencakup
keseluruhan informasi tentang metode kontrasepsi yang tersedia serta efek samping yang dapat
ditimbulkan. Secara umum preparat hormonal kurang disukai, oleh karena resiko tromboemboli
yang dapat terjadi. Namun pemberian preparat progestin parenteral masih dianjurkan.3,6
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar TB. Wanita Kehamilan dan Penyakit Jantung. Bagian Kardiologi dan Kedokteran
Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2005.
2. Boestan IN. Penyakit Jantung & Kehamilan. Airlangga University Press; 2007.
3. Laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Manajoer AM, Ranita R. Penyakit-Penyakit Pada Kehamilan
Peran Seorang Internis. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008.
4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta;
2008.
5. Kusmarjadi D. Hamil Dengan Kelainan Jantung. 2008. Available from :
http://www.drdidispog.com/2008/11/hamil-dengan-kelainan-jantung.html Diakses pada :
Agustus 2016.
6. Cho L. Heart Disease and Pregnancy. 2009. Available from :
http://my.clevelandclinic.org/heart/women/conditions_pregnancy.aspx Diakses pada :
Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai