Anda di halaman 1dari 26

PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN

GANGGUAN KARDIOVASKULER PADA


KEHAMILAN

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

YESI DESTRIANI / KHGC 19117

HUSNI MUBAROK / KHGC 19102

DADAN HAMDANI / KHGC 199095

ALVIN CAHYA BAHARI / KHGC 19092

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

KampusII : Jl. Nusa Indah No. 24 Tlp. (0262) 4704803

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “Penyakit pada masa kehamilan : Gangguan
kardiovaskuler pada masa kehamilan”. Dengan harapan makalah ini dapat
membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan maternitas.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan maternitas. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
keperawatan maternitas secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah
yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan
pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Garut, mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Penyakit jantung adalah penyebab utama ketiga kematian pada wanita
berusia 25 tahun sampai 44 tahun. Karena relatif sering terjadi pada wanita usia
subur, penyakit jantung mempersulit pada sekitar 1 persen kehamilan (Leveno,
Kenneth J, 2009).
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena
kehamilan dapa t memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Penyakit
jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem
jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan
diafragma oleh besarnya janin yang dikandungnya sehingga dapat mengubah
posisi jantung dan pembuluh darah sehingga terjadi perubahan dari kerja jantung.
Yang dapat mempengaruhi antara lain:
         Pengaruh peningkatan hormone tubuh
         Terjadi haemodelusi darah dengan puncaknya pada kehamilan 28 – 32
minggu
         Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim
         Kembalinya darah setelah placenta lahir karena kontraksi rahim dan
terhentinya terhentinya peredaran darah placenta
         Saat post partum sering terjadi infeksi.
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
B . Rumusan Masalah
1) Apa pengertian gangguan kardiovaskuler pada kehamilan ?
2) Apa etiologi dari gangguan kardiovaskuler pada kehamilan ?
3) Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari ?
4) Apa gangguan kardiovaskuler pada kehamilan pemeriksaan penunjang
yang dapat di lakukan pada anak dengan gangguan kardiovaskuler pada
kehamilan ?
5) Bagaimana penatalaksanaan dari gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
?
6) Apa saja komplikasi yang terjadi dari gangguan kardiovaskuler pada
kehamilan?
7) Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan gangguan kardiovaskuler pada
kehamilan ?
C. Tujuan
1.Tujuan umum
Mengetahui konsep dasar medis dan asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental .
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui landasan teori dari gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
(pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)
2) Mengetahui WOC pada gangguan kardiovaskuler pada kehamilan .
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada maternitas dengan ganguan
kardiovaskuler pada kehamilan secara efisien dan tepat dengan peka
budaya serta menghargai sumber-sumber etnik, agama, atau faktor lain
dari setiap klien yang unik.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional

(Prawirohardjo, 2008).

Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin normal yang tumbuh

dalam rahim ibu. Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau

kondisi ibu yang kita perlakukan seperti orang sakit (Angriani, 2009).

Kehamilan adalah salah satu dari tiga periode dalam kehidupan wanita,

saat wanita mengalami perubahan hormonal yang penting. Terjadi perubahan

fisik, mental dan emosional pada masa kehamilan (Agriningrum, 2004).

Kehamilan adalah mengandung anak (gestasi dari periode menstruasi

sebelumnya sampai persalinan, yang normalnya adalah 40 minggu atau 280

hari), dan dibagi menjadi tiga periode atau trimester


masing-masing berlangsung 3 bulan. Kehamilan 40 minggu dikatakan cukup

bulan (Brooker, 2008).

1. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan

Dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan pengetahuan tentang

fisiologi awal kehamilan. Tanda-tanda persumtif adalah perubahan fisiologik

pada ibu hamil. Tanda-tanda tidak pasti atau terduga adalah perubahan

anatomik dan fisiologik pada ibu hamil. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah

data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan

(Prawirohardjo, 2008).

Terjadi perubahan fisik dan adaptasi fisik selama kehamilan. Perubahan-

perubahan fisik itu diantaranya, perubahan sistem reproduksi, perubahan

sistem sirkulasi, perubahan sistem respirasi, perubahan sistem pencernaan,

perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan traktus urinarius, perubahan

integumen (Angriani, 2009).

Dalam kehamilan selalu terjadi perubahan-perubahan dalam sistem

kardiovaskuler yang biasanya masih dalam batas fisiologik. Perubahan-

perubahan tersebut diakibatkan karena (hidremia) dalam kehamilan yang

sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

antara 32 dan 36 minggu, karena uterus gravidus yang makin lama makin

besar mendorongdiafragma ke kiri, ke atas, dan ke depan, sehingga

pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan

putaran. Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan tersebut di atas.


Dari uraian di atas mudah dapat dipahami bahwa penyakit jantung menjadi lebih

berat karena kehamilan, bahkan dapat terjadi dekompensasi kordis

(Prawirohardjo,

2007).

Banyak perubahan fisiologis pada kehamilan normal menyebabkan

diagnosis penyakit jantung menjadi lebih sulit. Pada kehamilan normal sering

dijumpai jantung sistolik fungsional (Hartanto, 2005).

B. Penyakit Jantung (Kardiovaskuler)

1. Pengertian

Sistem Kardiovaskuler (kumpulan fungsi) tubuh yang bertugas menyuplai

(mengirim dan atau memenuhi kebutuhan) darah pada seluruh jaringan tubuh

untuk kepentingan metabolisme sel-sel menarik kembali darah ke jantung untuk

selanjutnya membebaskan bahan sisa metabolisme. Sistem kardiovaskuler

mengedarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh (FK UNDIP, 2005).

Penyakit jantung (heart disease) sering digunakan untuk menerangkan

sebuah penyakit pembuluh darah jantung. Pembuluh- pembuluh darah itu, yang

disebut arteri koroner, menyuplai otot jantung dengan oksigen dan berbagai zat

gizi yang sangat penting. Jika aliran darah melalui pembuluh-pembuluh ini

terganggu atau terhambat, kerusakan yang parah atau kematian terhadap otot

jantung seringkali terjadi (Sunarni,2005).


2. Fakta-fakta mengenai penyakit jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di dunia, tercatat

15 juta orang meninggal akibat penyakit ini atau sama dengan 30% dari total

kematian di seluruh dunia. Menurut Word Health Report 1997 (WHO), lebih dari

15 juta orang di dunia meninggal karena penyakit sirkulasi, yaitu 7,2 juta karena

penyakit jantung koroner, 4,6 juta orang karena stroke, 500 ribu karena demam

rematik dan penyakit jantung rematik dan 3 juta karena penyakit lainnya

(Mangoenprasodjo, 2004).

3. Macam-macam penyakit jantung

Macam-macam penyakit jantung yang diuraikan oleh Sunarni

(2005) :

A. Angina

Angina merupakan rasa sakit seperti diremas-remas atau tekanan dalam

dada yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak memadai bagi otot

jantung. Biasanya rasa nyeri tersebut berlangsung hanya satu hingga 20 menit

saja. Angina hampir selalu disebabkan oleh aterosklerosis, pembentukan plak

yang mengandung kolesterol, yang terus menyempit dan akhirnya menghalangi

pembuluh darah memasok jantung–arteri koroner. Angina merupakan kondisi

serius yang membutuhkan pengawasan medis yang ketat. Jika ada hambatan

yang cukup besar terhadap arteri koroner, terapi shelation (pelebaran) mungkin

merupakan langkah yang tepat.


b. Aritmia Kardiak

Banyak gangguan ritme jantung berkaitan dengan ketidakcukupan kadar

magnesium dalam otot jantung. Magnesium pertama kali terbukti bernilai sekali

untuk menyembuhkan aritmia kardiak. Ada banyak sekali kajian klinis yang

memperlihatkan bahwa magnesium bermanfaat sekali untuk mengatasi banyak

tipe aritmia termasuk fibrilasi arteri, kontraksi ventrikuler dini, takikardia

ventrikuler dan aritmia ventrikuler yang serius.

c. Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif mengacu pada ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah secara efektif.Gagal jantung kongestif paling sering terjadi

karena berbagai efek jangka panjang tekanan darah tinggi, gangguan katup

jantung atau kardiomiopati. Secara khusus gagal jantung kongestif selalu

ditandai dengan status penipisan cadangan energi dan banyak pasien gagal

jantung kongestif mengalami kekurangan magnesium. Disamping memberikan

manfaatnya sendiri terhadap gagal jantung kongestif, suplementasi magnesium

juga mencegah menipisnya cadangan magnesium yang disebabkan oleh terapi

obat-obat konvensional untuk gagal jantung kongestif–digitalis, diuretik dan

vasodilasator. Suplementasi magnesium terbukti dapat memberikan efek positif

pada pasien gagal jantung kongestif yang menerima terapi obat-obat

konvensional meskipun kadar magnesium darahnya normal.


c. Kardiomiopati

Kardiomiopati mengacu pada setiap penyakit otot jantung yang

menyebabkan pengurangan kekuatan kontraksi jantung dan penurunan efisiensi

sirkulasi darah sebagai akibatnya. Kardiomiopati mungkin disebabkan karena

virus, gangguan metabolik, gizi buruk, keracunan, penurunan kekebalan,

penyakit degeneratif, faktor genetik atau penyebab yang belum diketahui.

Beberapa kajian menunjukan bahwa suplementasi magnesium dapat

menghasilkan perbaikan fungsi jantung pada para pasien yang mengalami

berbagai macam kardiomiopati. Yang lebih mengesankan adalah penelitian

dengan menggunakan koenzim Q10. Apapun penyebabnya, kekurangan koenzim

Q10 ditemukan dalam darah dan jaringan mikokardial sebagian besar pasien

penderita kardiomiopati. Beberapa kajian terhadap para pasien yang mengalami

berbagai macam kardiomiopati menunjukan manfaat yang cukup besar dengan

suplementasi koenzim Q10. Dari 80 pasien yang dirawat, 89% mengalami

perbaikan meskipun terus menggunakan koenzim Q10.

d. Prolaps Katup Mitral

Prolaps katup mitral mengacu pada hilangnya kesehatan atau

ketidaknormalan katup mitral jantung yang menyebabkan kabocoran katup dan

menyebabkan desiran jantung yang dapat didengar dengan stetoskop. Penelitian

menunjukan bahwa 85% pasien penderita prolaps katup mitral mengalami

kekurangan magnesium secara kronis.


Koenzim Q10 juga terbukti sangat bermanfaat dalam kasus prolaps katup mitral

simptomatik. Fungsi jantung menjadi normal pada tujuh dari para pasien yang

dirawat dengan koenzim Q10.

C. Kehamilan dengan Jantung

1. Definisi Kehamilan Penyakit Jantung

Penyakit jantung telah menjadi salah satu penyebab utama kematian

wanita usia subur dalam dekade terakhir. Etiologinya berubah, karena

kebanyakan wanita hamil yang memiliki masalah jantung kini memiliki kelainan

jantung konginetal. Penyakit jantung yang terjadi akibat pewarisan genetik dan

gaya hidup, seperti penyakit arteri koroner, kini prevalensinya meningkat pada

wanita usia reproduktif, kemungkinan akibat perubahan gaya hidup (Nuning,

2009).

Selama kehamilan curah jantung (cardiac output) meningkat sebesar 30

sampai 50 persen. Peningkatan curah jantung menjadi maksimun pada

pertengahan kehamilan. Curah jantung dalam posisi terbaring lateral meningkat

43 persen akibat meningkatnya frekuensi nadi. Wanita dengan disfungsi jantung

yang parah mungkin mengalami perburukan gagal jantung (Hartanto, 2005).

Insiden penyakit jantung terdapat pada 1% kelahiran hidup. Dalam kurun waktu

satu tahun terdapat 2500 orang dewasa yang mengalami penyakit jantung

kongenital. Pada ibu hamil yang mengalami penyakit jantung kongenital sebesar

0,8%. (Angelina dkk, 2011).


Penyakit jantung serius dalam kehamilan relatif jarang terjadi, hanya

sekitar 1%, tetapi sangat bermakna dalam hal morbiditas dan mortalitas maternal

dan janin. Terdapat dua perubahan fisiologis utama pada sistem kardiovaskuler

dalam kehamilan yang berdampak serius pada wanita yang memiliki penyakit

sebelumnya. Perubahan fisiologis yang pertama yaitu, peningkatan curah jantung

sebesar 20% pada minggu ke-8 dan hingga 50% pada akhir trimester kedua

kehamilan. Perubahan fisiologis yang kedua yaitu, peningkatan curah jantung

lebih lanjut selama persalinan adalah 15% pada kala satu dan 50% pada kala dua

akibat nyeri dan aktivitas uterus, serta 60-80% segera setelah kehamilan karena

vena kava tidak lagi mengalami kompresi dan autoinfusi (Billington, 2010).

Insiden penyakit jantung rheumatik (Rheumatik Heart Disease [RHD]) di negara

barat telah mengalami penurunan drastis, tetapi penyakit ini masih menjadi

penyakit jantung yang paling banyak terjadi di negara berkembang. Penyakit ini

biasanya bersifat asimptomatik dan sering kali baru terdiagnosis pada kehamilan

(Chandralela,2009).

1. Pengaruh Penyakit Jantung dalam Kehamilan

Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi

karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit jantung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Untuk mempertahankan

curah jantung yang efektif, jantung memerlukan pasokan oksigen yang baik

untuk memberikan energi yang cukup untuk miokardium sehingga kontraksi

jantung efektif. Pada


kehamilan, peningkatan frekuensi denyut jantung meningkatkan kebutuhan

oksigen miokardium, yang mungkin signifikan pada wanita hamil penderita

penyakit jantung (Tomlinson, 2006).

Dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung.

Kehamilan sangat berpengaruh terhadap penyakit jantung. Perubahan volume

darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung merupakan hasil dari proses

adaptasi sebagai upaya kompensasi untuk mengatasi kelainan yang ada. Saat-saat

yang berbahaya bagi ibu hamil dengan penyakit jantung, yaitu :

a. Kehamilan 32-36 minggu apabila hipervolemia mencapai puncaknya

b. Partus kala II apabila wanita mengerahkan tenaga untuk meneran

c. Masa pospartum, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis.

Ateri-vena hilang dan darah yang seharusnya masuk ke ruang intervilus

sekarang masuk ke dalam sirkulasi besar.

Dalam ketiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat.

Apabila tenaga cadangan jantung dilampaui, maka terjadi dekompensasi kordis,

jantung tidak sanggup lagi menunaikan tugasnya (Prawirohardjo, 2007).

Tenaga kesehatan harus waspada pada gejala dekompensasi saat output jantung

mencapai puncak (20-24 minggu kehamilan, sebelum hamil, saat hamil, akan

melahirkan dan waktu melahirkan. Gejala dan tanda dekompensasi jantung dan

gagal jantung kongestif menurut Varney (2004) :


a. Suara paru-paru abnormal, dengan atau tanpa batuk, masih berbunyi abnormal

saat wanita dengan gagal jantung kongestif mengambil nafas dalam 2 atau 3 kali

b. Peningkatan ketidakmampuan melakukan aktivitas normal

c. Peningkatan kesulitan bernafas (dyspnea) saat menggunakan tenaga

berlebihan (berbeda dari normal dyspnea yang terjadi saat kehamilan akibat

hiperventilasi karena peningkatan progesteron)

d. Hemoptysis

e. Sianosis

f. Edema pada bagian bawah kaki dan tangan (berbeda dari normal “dependent

edema” saat kehamilan).

Dekompensasi kordis biasanya terjadi perlahan-lahan dan dapat dikenal

apabila perhatian secara terus menerus ditujukan kepada beberapa gejala

tertentu. Apabila timbul gejala-gejala dekompensasi kordis, wanita harus segera

dirawat dan digolongkan ke dalam kelas satu tingkat lebih tinggi. Penderita harus

istirahat baring dan diberi pengobatan dengan digitalis (Prawirohardjo, 2007).

D. Klasifikasi
Klasifikasi asosiasi penyakit jantung New York pada ibu hamil:
Kelas 1 : pasien tidak terbatas dalam kegiatan fisik. Kegiatan fisik biasa tidak
menyebabkan kelelahan yang tidak semestinya, Palpitasi, sesak nafas atau nyeri
angina.
Kelas 2 : pasien sedikit terbatas kegiatan fisikya. Kegiatan fisik biasa
menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak nafas, atau nyeri angina.
Kelas 3 : pasien jelas terbatas dalam kegiatan fisiknya. Kegiatan fisik yang kurang
dari biasa menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak nafas, atau nyeri angina.
Kelas 4 : pasien tidak mampu melakukan sembarangan kegiatan fisik tanpa
merasa tidak enak. Gejala-gejala insufisiensi jantung atau sindrom angina bisa ada
sekalipun dalam keadaan istirahat. Bila melakukan kegiatan fisik rasa tidak enak
bertambah berat.
(Raybura, William F, 2001)

E. Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat berupa kelainan primer maupun sekunder.
         Kelainan Primer, kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital,
bentuk kelainan katub, iskemik dan cardiomiopati.
         Kelainan Sekunder, kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti
hipertensi, anemia berat, hipervolumia, perbesaran rahim, dll.

F. Patofisiologi
Pada saat kehamilan curah jantung meningkat hingga 30 sampai 50 persen.
Hampir separuh dari peningkatan total tersebut terjadi pada 8 minggu, dan
maksimal pada pertengahan kehamilan. Peningkatan dini curah jantung terjadi
akibat meningkatnya isi sekuncup disertai berkurangnya resistensi vaskuler dan
penurunan tekanan darah. Pada tahap kehamilan selanjutnya juga terjadi
peningkatan denyut nadi istirahat, dan isi sekuncup semakin meningkat, mungkin
berkaitan dengan meningkatnya pengisisan diastolic akibat meningkatnya volume
darah.
Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang
signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami
perburukan gagal jantung sebelum pertengahan kehamilan. Pada wanita yang lain,
gagal jantung terjadi pada trimester ketiga saat hypervolemia normal pada
kehamilan mencapai puncaknya. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus gagal
jantung terjadi peripartum saat timbul tambahan beban hemodinamik. Kondisi ini
merupakan saat kemampuan fisiologis jantung mengubah curah jantung secara
cepat sering kesulitan menghadapi penyakit jantung structural (Leveno, Kenneth
J, 2009).
G. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala seperti kelelahan, dan sesak nafas ringan dan tanda-tanda
klinik seperti desah sistolik, suara jantung ketiga, dan edema bisa jadi tanda-tanda
penyakit jantung merupakan hal fisiologik selama kehamilan. Diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menetapkan penyakit jantung jika ada
sembarangan gejala dan tanda berikut, sesak nafas yang cukup berat buat
mengganggu kegiatan, ortopnea progresif, sesak nafas malam hari yang
paroksimal, nyeri dada seperti angina menyertai setiap kegiatan fisik atau stress,
emosional, desah sistolik yang lebih dari III, IV (diastolic, prediastolik atau terus-
menerus), pembesaran jantung yang nyata, aritmia berat, sianosis, dan pelebaran
ujung-ujung jari (clubbing) (Raybura, William F, 2001).
1.      Cepat merasa lelah
2.      Jantungnya berdebar-debar
3.      Sesak nafas apalagi disertai sianosis (kebiruan)
4.      Edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
5.      Mengeluh tentang bertambah besarnya Rahim yang tidak sesuai
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).
1.      Dyspnea atau ortopnea progresif
2.      Batuk malam hari
3.      Hemoptysis
4.      Sinkop
5.      Nyeri dada
6.      Sianosis
7.      Jari gada
8.      Distensi menetap vena jugularis
9.      Murmur sistolik derajat 3/3 atau lebih
10.  Murmur diastolic
11.  Kardiomegali
12.  Aritmia persisten
13.  Bunyi jantung kedua terpisah menetap
(Leveno, Kenneth J, 2009)

H. Komplikasi
Penyakit jantung pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dalam bentuk :
a.       Dapat terjadi keguguran
b.      Persalinan prematuritas atau berat lahir rendah
c.       Kematian perinatal yang makin meningkat
d.      Pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau
fisik (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).

I. Penatalaksanaan
Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan
tergantung pada derajat fungsinya
         Kelas I : tidak ada pengobatan tambahan yang dibutuhkan,
penanganannya biasa secara berobat jalan. Pasien harus beristirahat
beberapa kali sehari untuk mengurangi kerja jantung.
         Kelas II : biasanya tidak memerlukan terapi tambahan kurangi kerja
fisik terutama antara kehamilan 28 – 36 minggu
         Kelas III : memerlukan digitalisasi/ obat lainnya sebaiknya dirawat
di rumah sakit sejak kehamilam 28 – 30 minggu
         Kelas IV : harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan
bekerjasama dnegan kardiologi
Penatalaksanaan harus melibatkan ahli kandungan, ahli jantung, ahli
anestesi dan ahli bedah jantung, hipertensi pulmonal dan sindrom marfan
merupakan kontra indikasi untuk hamil. Sebagian besar otot-otot kardiovaskuler
dapat digunakan pada kehamilan dengan mempertimbangkan potensi resiko
terhadap ibu dan bayi. Indikasi untuk operasi sama dnegan wanita yang tidak
hamil. Jika ada indikasi untuk operasi cardiopulmonary bypasss support harus
dnegan aliran tinggi.
Kegagalan jantung harus ditangani secara agresif dengan istirahat baring,
oksigen, turniket (rotating tourniquets), digoksin (0,5 mg intravena selama 10
menit diikuti dengan 0,25 mg intravena tiap 2- 4 jam sampai 2mg jika
diperlukan), dan morfin (10 -15 mg intravena tiap 2 – 4 jam). Takikardi ibu yang
jelas harus diobati dengan pemberian propranolol (0,2 – 0,5 mg intravena tiap 3
menit sampai denyut jantung turun menjadi 110 kali per menit), digoksin, atau
kardioversi (25 – 100 watt-detik).
Asosiasi jantung Amerika menganjurkan pemberian antibiotika pada
pasien-pasien hamil dengan penyakit katup jantung sebelum dilakukan bedah
sesar atau kateterisasi uretra, atau dalam persalinan melalui vagina yang
berkomplikasi. Pemakaian beta agonis untuk mengatasi partus premature adalah
kontra indikasi pada penderita dengan penyakit jantung yang jelas. Sulfas
magnesikus dapat dipergunakan dengan hati-hati, karena dengan dosis tinggi
mungkin terjadi keracunan jantung.
(Raybura, William F, 2001)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data Demografi: Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat.
B. Aktifasi dan istirahat
         Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal
         Dispenia nocturnal karena pengerahan tenaga
C. Sirkulasi
         Takikardia, palpitasi, disritmia
         Riwayat penyakit jantung congenital
         Perubahan poksisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding
dengan uterus.
         Dapat mengalami pembesaran jantung dan murmur diastolic dan sistolik
secara kontinu.
         Peningkatan tekanan darah
         Clubbing dan sianosis
         Nadi mungkin menurun
         Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, dan trobositopenia.
         Riwayat hipertensi kronis
D. Eliminasi
         Menurunnya keluaran urine
E. Makanan dan cairan
         Obesitas
         Mual dan muntah
F. Malnutrisi
         Diabetes mellitus
         Dapat mengalami edema ekstrimitas bawah
G. Nyeri dan rasa nyaman
         Dapat mengeluh nyeri dada dengan tanpa paktivitas
H. Pernafasan
         Pernafasan mungkin kurang dari 14 x / menit
         Krekle
         Hemoptisis
         Takipnea
         Dispnea
         Ortopnea

I. Pemeriksaan penunjang
EKG, untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, adanya
kardiomegali, tanda penyakit pericardium , iskemia atau infark, bisa ditemukan
tanda-tanda aritmia.
Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui dehidrasi dalam kehamilan
namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan pelindung di
abdomen dan pelvis.

1.      Elektrokardiografi
Terdapat beberapa perubahan akibat kehamilan yang perlu
dipertimbangkan saat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
elektrokardiografi. Sebagai contoh, karena pada kehamilan lanjut
diafragma terangkat, rata-rata terjadi deviasi 15 derajat sumbu kiri di
elektrokardiogram sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan perubahan
ST ringan di sadapan inferior. Selain itu, kontraksi premature atrium dan
ventrikel relative sering terjadi. Kehamilan tidak mengubah temuan
voltase.
2.      Ekokardiografi
Metode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahui
fungsi dan anatomi bilik, katup, dan pericardium. Luasnya penerapan
ekokardiografi, sebagian besar penyakit jantung selama kehamilan dapat
diagnosis secara noninvansif dan akurat. Sebagai perubahan normal yang
dipicu oleh kehamilan dan terlihat pada ekokardiografi adalah regurgitasi
tricuspid dan peningkatan signifikan ukuran atrium kiri dan luas potongan
melintang outflow ventrikel kiri .
Akan tetapi, sepanjang kehamilan dan masa nifas perlu
diberikan perhatian khusus terhadap pencegahan dan deteksi dini gagal
jantung. Infeksi terbukti merupakan factor penting yang memicu gagal
jantung. Setiap pasien harus dianjurkan untuk menghindari kontak dengan
mereka yang mengidap infeksi saluran napas, termasuk demam salesma,
dan melaporkan setiap serta mengurangi risiko aritmia yang mengancam
jiwa. Wanita yang bersangkut harus diberi antibiotic profilaksis jika
terdapat regurgitasi, kerusakan katup, atau factor risiko lain.
(Leveno, Kenneth J, 2009)
I.       Pathways Keperawatan

28
a. Tidur malam cukup (8-10
Wanita dengan Penyakit Jantung Tanda dan Gejala : jam)
Nyeri dada terutama saat beraktivitas fisik b. Tirah baring
Jantung berdebar-debar c. Diit rendah garam, tinggi
Faktor Predisposisi : Bising jantung yang nyaring Dekompensasi Kordis protein
a. Kelainan jantung konginetal Pembesaran jantung yang jelas d. Pembatasan masuknya
b. Perubahan hemodinamik pada kehamilan Edema pada bagian kaki dan tangan cairan
c. Penyakit jantung koroner Cepat merasa lelah e. Dirawat 1 minggu sebelum
d. Bertambahnya volume darah selama Jari tabuh HPL
kehamilan pada penderita penyakit jantung Dyspnea
e. Penyakit jantung Hemoptysis IUGR
a. Pemeriksaan antenatal pertama
f. Perubahan gaya hidup
yang disertai dengan pengkajian
IUFD
riwayat dengan cermat
Diagnosa : Komplikasi b. Rujukan yang bersifat segera ke
Kehamilan dengan Penyakit Jantung Abortus
klinik pengobatan ibu
Kelas IV Kelas III
Kelas II Kelas I c. Kerja sama dengan dokter
kardiolog tersier

Prematuritas
Penatalaksanaan dari tim multidisipliner
Nifas dibutuhkan di pusat spesialis kehamilan yang b
Tidak boleh hamil Hamil
Hamil a. Istirahat dan mobilisasi tahap demi
Dekompensasi Abortus Dismaturitas tahap
Kordis Terapeutik b. Menghindari infeksi
Abortus Terapeutik Berhasil BBLR c. Dirawat di rumah sakit (sekurang-
ama kehamilan dan nifas untuk mencegah timbulnya dekompensasi
abortus Peringan kala II: kurangnya 14 hari post partum)
teurapetik Persalinan a. Forseps d. Laktasi diperbolehkan bagi
Pengawasan ketat Pemberian sedasi da dengan derivat morf b. Akstraktor wanitayang sanggup secara fisik
Tidur malam cukup (8-10 jam) n analgesi
Pendekatan psikologis agar ibu tenang vakum
Tirah baring Ditidurkan setengah duduk in Bagan 2.1
Diit rendah garam, tinggi protein Pengawasan khusus Tidak Berhasil : Dekompensasi Kordis
Sumber : Prawirohardjo (2008)
Pembatasan masuknya cairan
Dirawat 1 minggu sebelum HPL Angelina dkk, 2011
J.      Diagnose Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas,
perubahan frekuensi jantung (00029).
2.      Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan
perubahan volume sirkulasi (00200).
3.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
(00126).

K.    Fokus Intervensi dan Rasional


a.       Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan volume
sirkulasi, disritmia, perubahan kontraktilitas, miokard dan perubahan
inotropik pada jantung
Hasil yang diharapkan :
         Menunjukkan tanda vital pada batas yang dapat diterima dan
bebas gagal jantung
         Melaporkan penurunan episode dispnea, angina
         Ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung
Tindakan
         Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung
Rasional : biasanya terjadi takikardi, untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas ventrikuler
         Catat bunyi jantung
Rasional : s1 dan s2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa, irama s3 dan s4 dihasilkan sebagai aliran darah kedalm
serambi yang distensi.

b.      Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan


perubahan volume sirkulasi
Hasil yang diharapkan :
         Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual
         Tanda vital dalam batas normal
         Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
Tindakan
         Selidiki perubahan tiba-tiba, contoh cemas, bingung, pingsan
Rasional : perfusi selebral secara langsung sehubungan dengan
curah jantung dan juga dipengaruhi oleh asam basa, hipoksia
atau emboli sistemik
         Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, catat kekuatan nadi
perifer
Rasional : vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan
curah jantung dibuktikan oleh penuruna perfusi kulit dan
penurunan nadi.

c.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif


Hasil yang diharapkan:
         Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode
berulang dan mencegah komplikasi
         Mengidentifikasi stres pribadi/ faktor resiko dan beberapa teknik
untuk menangani
         Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu
Tindakan:
         Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengobatan
         Kuatkan rasional pengobatan
Rasional : pasien percaya bahwa pengubahan program pasca
pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau
merasa lebih sehat. Pemahaman program, obat dan pembatasan
dapat meningkatkan kerjasama untuk mengontrol gajala.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.,edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa keperawatan NANDA: definisi dan klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Leveno, Kenneth J. (2009). Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana . Jakarta : EGC.
Raybura, William F. (2001). Obstetri dan ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai