Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah peristiwa sementara dalam kehidupan wanita, tetapi kehamilan
dengan penyakit jantung dapat menimbulkan perubahan yang mempunyai akibat yang
nyata. Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak hamil. Jelaslah bahwa wanita
dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik
yang

dapat

mengurangi

kesempatan

hidup

wanita

tersebut.

Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan


termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan
dari gejala penyakit jantung. Kehamilan dapat mengubah fungsi serta fisiologis
kardiovaskuler sehingga dapat mempengaruhi tindakan maupun prognosis terhadap
jantungnya. Oleh karena kelainan jantung dapat mempengaruhi kehamilan, maka perlu
dipertimbangkan tindakan apa yang harus diambil serta nasihat apa yang perlu diberikan
pada masa kehamilan. Untuk hal tersebut perlu dipertimbangkan akibat keadaan dan
pengobatan jantung si ibu terhadap keadaan fetus yang akan dilahirkan. Akhirnya setiap
dokter yang merawat wanita dengan penyakit jantung mempunyai tanggung jawab
pemeliharaan baik waktu hamil maupun tidak hamil, pendidikan tentang fertilitas, daya
reproduksi, anjuran tentang hamil ataupun kelanjutan kehamilannya yang telah terjadi,
serta diskusi tentang kemungkinan pemberian kontrasepsi ataupun tindakan sterilisasi.
Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian
maternal non-obstetrik yang cukup penting.1 Angka kejadian penyakit jantung dalam
kehamilan bervariasi antara 0,4-4,1 %.2 Di Amerika Serikat dilaporkan kurang dari 2%.3
Di Inggris penyakit jantung dalam kehamilan merupakan penyebab kedua kematian
maternal.4 Angka kejadian penyakit jantung dalam kehamilan di Indonesia tahun 20052006 sekitar 1,2%.2 Penelitian tahun 2007 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.
Kariadi periode 2001-2005 kematian ibu ketiga disebabkan gagal jantung (21%) setelah
infeksi (29%) dan perdarahan (22,6%).5 Di negara maju kejadian penyakit jantung

rematik berkurang disertai semakin baiknya penanganan penyakit jantung bawaan pada
masa anak-anak atau remaja, maka jenis penyakit jantung pada kehamilan terbanyak
adalah penyakit jantung bawaan maupun sekuele yang ditinggalkannya. 1,2 Sebaliknya di
negara yang sedang berkembang penyakit jantung rematik masih merupakan endemic dan
tidak mendapatkan penanganan yang memadai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kehamilan, epidomiologi, dan penyakit jantung?
2. Bagaimana Epidemiologi penyakit jantung dalam kehamilan?
3. Bagaimana efek kehamilan pada sistem kasdiovaskuler?
4. Penyakit jantung apa saja yang dapat mempengaruhi kehamilan?
5. Bagaimana sebaiknya penatalaksanaan kehamilan terhadap rawannya
penyakit jantung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dengan kehamilan, epidomiologi, dan penyakit
2.
3.
4.
5.

jantung.
Untuk mengetahui Epidemiologi penyakit jantung dalam kehamilan
Untuk mengetahui efek kehamilan pada sistem kasdiovaskuler
Untuk mengetahui Penyakit jantung apa yang dapat mempengaruhi kehamilan
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan kehamilan terhadap rawannya
penyakit jantung

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Kehamilan
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan
sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008, p.
125). Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan
janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Hanafiah, 2008, p. 213). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008, p. 89).
B.Epideomologi
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu
didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan
dirinya sebagai suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif
dalam menjelaskan masalah kesehatan. Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos, dan
Logos. Epi = atas, demos = masyarakat, logos = ilmu, sehingga epidemiologi dapat
diartikan

ilmu

yang

mempelajari

tentang

masyarakat.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan determinan
penyakit pada populasi.

Distribusi : Orang, tempat, waktu


Frekuensi, ukuran frekuensi : Insiden dan atau prevalen
Determinan faktor risiko : faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi
risiko atas terjadinya penyakit atau masalah kesehatan Epidemiologi mengukur
suatu kejadian dan distribusi kejadian tersebut menurut variabel orang, tempat,
dan waktu, dan berupaya menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya
kejadian itu di kelompok populasi. Ilmu ini dikembangkan dari pengalaman

mempelajari beberapa wabah penyakit pada waktu-waktu tertentu dengan angka


kematian yang tinggi.
C. Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain Otot jantung yang
lemah (kelainan bawaan sejak lahir) dan atau adanya celah antara serambi kanan dan
serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan
antara kedua serambi saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan
darah bersih dan darah kotor tercampur.
Perubahan sistem kardiovaskuler maupun hematologis selama kehamilan dapat
mempersulit penegakan diagnosis penyakit jantung dan dapat memperberat penyakit
jantung sehingga memberikan dampak pada ibu yang sebelumnya sudah memiliki
kelainan anatomi maupun fungsi jantung. Periode intrapartum dan postpartum merupakan
masa kritis dimana kematian terbanyak terjadi pada periode ini. Manifestasi yang timbul
berupa kegagalan fungsi jantung yang meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu
dan janin. Tata laksana atau manajemen kehamilan pada ibu dengan penyakit jantung
adalah upaya tim. Yang terbaik adalah pelaksanaan antenatal dengan kerjasama antara
spesialis kebidanan, spesialis jantung, spesialis nutrisi, spesialis psikologi, dokter umum,
dan perawat. Manajemen persalinan normal maupun bedah sesar dengan anestesi regional
ataupun umum merupakan keadaan yang membahayakan bagi ibu hamil dengan penyakit
jantung maupun janinnya, sehingga keputusan bersama antara spesialis kebidanan,
jantung, dan anestesi sangat penting.6,7
Penyakit jantung pada ibu, baik bawaan atau didapat (acquired heart disease)
merupakan salah satu factor risiko kematian ibu dan bayi. Tingginya angka kematian
perinatal (AKP) merupakan manifestasi kurangnya kesempatan bagi ibu untuk
memperoleh pelayanan kebidanan maupun perinatologi yang memadai.8 Angka kematian
perinatal di rumah sakit-rumah sakit Indonesia berkisar 77,3 sampai 137,7 per 1000
kelahiran hidup.9 Hasil penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 1993-1998

didapatkan AKP sebesar 35%, terutama terjadi pada kasus rujukan dan kegawatan yang
sebagian besar datang dalam keadaan terlambat.10Pada penelitian tahun 1999 di RSUP
Dr. Kariadi didapatkan penyebab kematian perinatal terbanyak pada kasus rujukan yaitu
stillbirth (25,8%), prematuritas (24,3%), asfiksia (21,4%), dan intrauterine fetal
death/IUFD (21,4%).11 Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah asfiksia, trauma
kelahiran, infeksi, prematuritas, berat badan lahir rendah dan kelainan bawaan.8
Kesakitan dan kematian perinatal meningkat secara bervariasi pada hamil dengan
penyakit jantung. Terutama dipengaruhi saat dimulainya penyakit, beratnya penyakit serta
umur kehamilan saat lahir. Adanya gagal jantung dalam kehamilan mengakibatkan
tingginya persalinan prematur, pertumbuhan janin terhambat dan asfiksia kronis intra
uterin.1,12,13 Namun sampai saat ini belum diketahui angka kejadian kematian perinatal
yang disebabkan hamil dengan penyakit jantung di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi sebagai pusat pelayanan tersier, banyak
mendapat rujukan kasus hamil dengan penyakit jantung. Penyakit jantung pada
kehamilan memberikan dampak terhadap kesakitan dan kematian pada ibu. Fokus dari
upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI) adalah deteksi, penanganan dan
rujukan kehamilan atau persalinan risiko tinggi, termasuk penyakit jantung dalam
kehamilan. 14 Sarana obstetri untuk pelayanan ibu hamil telah disediakan dengan sistem
rujukan yang berjenjang, namun penggunaannya masih memprihatinkan. Keterlambatan
deteksi kehamilan atau persalinan risiko tinggi dan penanganannya yang kurang
memadai, rendahnya pertolongan persalinan yang dilakukan atau didampingi oleh tenaga
kesehatan, serta kurang siapnya Rumah Sakit Umum Daerah Tingkat II (RSU Dati II)
sebagai tempat rujukan primer, menyebabkan risiko kematian ibu tetap tinggi.11 Belum
semua RSU Dati II mempunyai dokter spesialis obstetri serta mampu melakukan
pelayanan obstetri esensial dengan Pelayanan Obstetri Esensial Dasar (POED) dan
Pelayanan Obstetri Esensial Komprehensif (POEK).11 Problematik dalam penanganan
penyakit jantung
BAB III
PEMBAHASAN

A. Epidemiologi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan


Hampir semua kelainan kardiovaskular, baik yang bawaan maupun yang diperoleh,
baik yang organik maupun yang fungsional, dapat dijumpai pada wanita hamil, hanya
frekuensi masing-masing tidak sama. Meskipun banyak kasus penyakit jantung dengan
kehamilan dijumpai diklinik dan rumah sakit di Indonesia, akan tetapi hanya sedikit yang
pernah dilaporkan dalam tulisan ilmiah. Dalam KOPAPDI-IV, Johan S. Masjhur
melaporkan 15 kasus pasien penyakit jantung postpartum di rumah sakit Dr. Hasan
Sidikin, Bandung dan Aryanto Suwondo mengemukakan 50 kasus kardiomiopati
peripartum di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Budi Susetyo melaporkan
36 kasus kardiomiopati peripartum di rumah sakit Dr.Sutomo, Surabaya, antara tahun
1976-1980. Sedangkan Thamrin A. Mohammad Di bagian Kebidanan rumah
sakit Dr.Cipto Mangunkusumo, melaporkan antara bulan januari 1969- juni 1982 adanya
77 kasus kelainan jantung pada 10.322 kehamilan (0,74%). Pada 77 kasus ini, 67 orang
menderita kelainan katup mitral dan 2 orang dengan kelainan katup aorta.
B. Efek Kehamilan Pada Sistem Kardiovaskuler
1. Aspek fisiologis
a.

Perubahan hemodinamik Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik


karena peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester
pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan
menetap sampai aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini
menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan
system vascular kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang
sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding
peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan
menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume darah ini mempunyai 2
tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan
metabolit ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang
banyak saat kelahiran. Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac

output saat istirahat akan meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output
yang terjadi mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada
pertengahan sampai akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh.
Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari
ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi cardiac output
dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka
cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada posisi tegak akan menurun
sampai 1,2 l/menit. Umumnya perubahan ini hanya sedikit atau tidak memberi
gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih menyukai posisi supinasi. Tetapi
pada posisi supinasi yang dipertahankan akan memberi gejala hipotensi yang
disebut supine hypotensive syndrome of pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan memperbaiki posisi wanita hamil miring pada salah satu sisi, Perubahan
hemodinamik juga berhubungan dengan perubahan atau variasi dari cardiac
output. Cardiac output adalah hasil denyut jantung dikali stroke volume. Pada
tahap awal terjadi kenaikan stroke volume sampai kehamilan 20 minggu.
Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke volume mulai menurun secara
perlahan karena obstruksi vena cava yang disebabkan pembesaran uterus dan
dilatasi venous bed. Denyut jantung akan meningkat secara perlahan mulai dari
awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 25
persen

diatas

tanpa

kehamilan

pada

saat

melahirkan.

Cardiac output juga berhubungan langsung dengan tekanan darah merata


dan berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal
kehamilan terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan
mendekati tekanan darah tanpa kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi
vascular sistemik akan menurun secara drastic mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan
pada kehamilan sekitar 20 minggu. Dan secara perlahan mendekati nilai normal
pada akhir kehamilan. Cardiac output sama dengan oxygen consumption dibagi
perbedaan oksigen arteri-venous sistemik Oxygen consumption ibu hamil
meningkat 20 persen dalam 20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat
sekitar 30 persen diatas nilai tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Peningkatan
ini terjadi karena kebutuhan metabolisme janin dan kebutuhan ibu hamil yang

meningkat.
Cardiac output juga akan meningkat pada saat awal proses melahirkan. Pada
posisi supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap kontraksi uterus
cardiac output akan meningkat 34 persen akibat peningkatan denyut jantung dan
stroke volume, dan cardiac output dapat meltingkat sebesar 9 liter/menit. Pada
saat melahirkan pemakaian anestesi epidural mengurangi cardiac output menjadi 8
liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga mengurangi cardiac output.
Setelah melahirkan cardiac output akan meningkat secara drastis mencapai 10
liter/menit (7-8 liter / menit dengan seksio sesaria) dan mendekati nilai normal
saat sebelum hamil, setelah beberapa hari atau minggu setelah melahirkan.
Kenaikan cardiac output pada wanita hamil kembar dua atau tiga sedikit lebih
besar dibanding dengan wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi sedikit
peningkatan

cardia

coutput

sepanjang

proses

laktasi.

Perubahan unsur darah juga terjadi dalam kehamilan. Sel darah merah akan
meningkat 20-30% dan jumlah lekosit bervariasi selama kehamilan dan selalu
berada dalam batas atas nilai normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII
meningkat, juga jumlah trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas
nilai normal. Kehamilan juga menyebabkan perubahan ukuran jantung dan
perubahan posisi EKG. Ukuran jantung berobah karena dilatasi ruang jantung dan
hipertrofi. Pembesaran pada katup tricuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan
dan menimbulkan bising bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim
keatas rongga abdomen akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan
mengakibatkan posisi jantung berobah kekiri dan keanterior dan apeks jantung
bergeser keluar dan keatas. Perubahan ini menyebabkan perubahan EKG.
sehingga didapati deviasi aksis kekiri, sagging ST segment dan sering didapati
gelombang T yang inversi atau mendatar pada lead III.

b. Distribusi Aliran Darah

Aliran Darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui. Distribusi aliran
darah dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat
sekitar 30 persen pada trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun
sampai melahirkan. Aliran darah kekulit meningkat 40 50 persen yang berfungsi
untuk menghilangkan panas. Mammary blood flow pada wanita tanpa kehamilan
kurang dari 1 persen dari cardiac output. Dan dapat mencapai 2 persen pada saat
kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak hamil aliran darah ke rahim sekitar 100
ml/menit (2 persen dari cardiac output) dan akan meningkat dua kali lipat pada
kehamilan 28 minggu dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat
kehamilan aterm, mendekati jumlah nilai darah yang mengalir ke ginjalnya
sendiri. Nilai semasa kehamilan pembuluh darah rahim berdilatasi maksimal,
aliran darah meningkat akibat meningkatnya tekanan darah maternal dan aliran
darah. Pada dasarnya wanita hamil selalu menjaga aliran darah ke rahimnya,
apabila redistribusi aliran darah total diperlukan oleh ibu atau jika terjadi
penurunan tekanan darah maternal dan cardiac output, maka aliran darah ke uterus
menurun dan tetap dipertahankan.
Vasokonstriksi yang disebabkan katekolamin endogen, obat vasokonstriksi,
ventilasi mekanix, dan beberapa obat anestetik yang berhubungan dengan pre
eklampsi dan eklampsi akan menurunkan aliran darah ke rahim. Pada wanita
normal aliran darah rahim mempunyai potensi dapat dibatasi. Dan pada wanita
berpenyakit jantung, pengalihan aliran darah dari rahim menjadi masalah karena
aliran darah sudah tidak teratur. Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak
sepenuhnya dimengerti, yang diakibatkan oleh perubahan volume cairan tubuh..
Total body water semasa kehamilan meningkat 6 sampai 8 lifer yang sebagian
besar berada pada ekstraseluler. Segera setelah 6 minggu kehamilan volume
plasma meningkat dan pada trimester kedua mencapai nilai maksimal 11/2 dan
normal. Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak untuk tingkatan yang
sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang mencapai nilai
kurang dari 30 persen, Perobahan vascular berhubungan penting dengan
perubahan hemodinamik pada saat kehamilan. Arterial compliance meningkat dan
terjadi peningkatan kapasitas venous vascular. Perubahan ini sangat penting dalam

memelihara hemodinamik dari kehamilan normal. Perubahan arterial yang


berhubungan dengan peningkatan fragilitas bila kecelakaan vaskuler terjadi yang
sering terjadi pada kehamilan dapat merugikan hemodinamik. Peningkatan level
hormon steroid saat kehamilan inilah yang menjadi alasan utama terjadinya
perobahan pada vaskuler dan miokard.
c. Perubahan hemodinamik dengan exercise
Kehamilan akan merobah respons hemodinamik terhadap exercise. Pada wanita
hamil derajat exercise yang diberikan pada posisi duduk menyebabkan
peningkatan cardiac output yang lebih besar dibanding dengan wanita tanpa
kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Dan maksimum cardiac output
dicapai pada tingkatan exercise yang lebih rendah. Peningkatan cardiac output
relatif lebih besar dari peningkatan konsumsi oksigen, sehingga terdapat
perbedaan oksigen arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada
wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini
menunjukkan pelepasan oksigen ke perifer sedikit kurang efisien selama
kehamilan.
Pada wanita tanpa kehamilan, latihan akan meningkatkan stroke volume
yang lebih besar dan sedikit peningkatan denyut jantung dari pada yang didapati
pada individu yang tidak terlatih. Pada saat kehamilan efek latihan ini tidak
kelihatan dan kemungkinan karena peningkahin stroke volume dibatasi akibat
kompresi vena kava inferior atau meningkatnya distensibility vena. Exercise
semasa kehamilan tidak jelas apakah lebih berbahaya atau lebih bermanfaat pada
wanita dengan penyakit jantung daripada pada wanita tanpa kehamilan. Pada
manusia, diketahui tipe exercise mempengaruhi hemodinamik maternal dan
perfusi uterus. Regular aerobic endurance exercise semasa hamil berhubungan
dengan berkurangnya berat kelahiran. Sebagian besar pengurangan tersebut
karena berkurangnya massa lemak janin dan tidak jelas apakah hal ini merugikan.

C. Penyakit-Penyakit Jantung Yang Mempengaruhi Kehamilan

1. Penyakit Jantung Reumatik


Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik.
Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada criteria
Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif. Manifestasi yang terbanyak
adalah poliartritis migrant serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan
diagnosis demam rematik adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena
sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan dengan kehamilannya
serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila terjadi demam rematik
pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk.
Adanya aktivitas demam rematik dapat diduga bila terdapat:
Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya
Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi
Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tempatnya dan
C reaktif protein positif dan ASTO 300 Todd unit atau lebih.
2. Kelainan Katup Jantung
Kelainan katup jantung yang sering dijumpai pada kehamilan berturut-turut
adalah mitral stenosis (MS), gabungan MS dengan mitral insufisiensi (MS-MI), mitral
insufisiensi (MI), aorta stenosis (AS), aorta insufisiensi (AI), gabungan antara AS dan AI
(AS-AI), penyakit katup pulmonal dan penyakit katup trikuspidal.
Angka kejadian kelainan katup jantung di RSCM (1983) berkisar 69%-79% dari penyakit
jantung dalam kehamilan. Peneliti di luar negeri mendapatkan angka antara 85%-95%,
perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan tingkat sarana diagnostik.
Mengingat Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan tingkat
sosioekonomi yang belum maju, sebenarnya diharapkan angka kejadian kelainan katup
jantung lebih tinggi dibandingkan dengan Negara yang sudah maju.
3. Kelainan Jantung Bawaan pada Kehamilan
Biasanya kelainan jantung bawaan oleh penderita sebelum kehamilan, akan tetapi
kadang-kadang dikenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik waktu hamil. Dalam usia

reproduksi dapat dijumpai koarktatio aortae, duktus arteriosus Botalli persistens, defek
septum serambi dan bilik, serta stenosis pulmonalis. Penderita tetralogi Fallot biasanya
tidak sampai mencapai usia dewasa kecuali apabila penyakit jantungnya dioperasi. Pada
umunya penderita kelainan jantung bawaan tidak mengalami kesulitan dalam kehamilan
asal penderita tidak sianosis dan tidak menunjukkan gejala-gejala lain di luar kehamilan
Penyakit jantung bawaan dibagi atas :
1. Golongan sianotik (right to left shunt)
2. Golongan asianotik (left to right shunt)
3. Golongan sianotik
D. Penatalaksanaan
Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung, yang sebaiknya dilakukan
dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardilogi, banyak ditentukan oleh
kemampuan fungsionil jantungnya.
Dalam persalinan
a. Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan bersalin per
vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta bekerjasama dengan ahli
penyakit dalam.
b. Membuat daftar his : daftar nadi, pernapasan, tekanan darah yang diawasi dan
dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada
tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis.
Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2-1,6
mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, suntikan dapat diulang 1-2 kali
dalam dua jam. Di kamar diuretikum.
c. Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah
jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi, dan ditolong secara spontan. Dalam
20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi
vakum atau forseps. Kalau dijumpai disproporsi sefalopelvik, maka dilakukan
seksio sesarea dengan local anastesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan
beberapa ahli multidisiplin.

Penanganan secara umum


a. Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat
membahayakan jiwanya.
b. Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan
untuk dikerjakan.
c. Pada kasuster tentu sangat dianjurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan
d.

tubektomi, setelah penderita afebris, tidak anemis, dan sedikit keluhan.


Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi yang
baik adalah IUD (AKDR).

Masa laktasi
a. Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II, yang
sanggup melakukan kerja fisik.
b. Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV.
Prognosis Bagi ibu
Prognosis bagi wanita hamil dengan penyakit jantung tergantung pada beratnya
penyakit yang diderita menurut klasifikasi fungsional, umur penderita, dan penyulitpenyulit lain yang tidak berasal dari jantung. Tentunya penanganan yang tepat dan
keinginan wanita untuk sembuh dengan mentaati berbagai pantangan ikut pula
menentukanprognosis.
Angka kematian ibu dalam keseluruhannya berkisara antara 1 dan 5%, dan bagi penyakit
yang berat sampai 15%. Menurut klasifikasi fungsionil angka kematian ibu ditemukan
sebagai berikut:
Kelas

0,17%

Kelas

II

0.28%

Kelas

III

5,52%

Kelas

IV

5,84%

Pemeriksaan lengkap dan menyeluruh risiko maternal dan janin merupakan dasar
untuk pengelolaan pasien secara optimal. Walaupun terdapat berbagai macam variasi
kelainan jantung dan status fungsional, terdapat beberapa prediktor selama kehamilan
yang diajukan oleh Siu et al.16 Pada penelitian prospektif multisenter yang melibatkan
562 ibu hamil dengan penyakit jantung di 13 rumah sakit di Kanada, Siu et al.16
mengidentikasi kelas NYHA buruk atau sianosis, disfungsi sistolik ventrikel kiri, dan
obstruksi jantung kiri sebagai factor penting yang menentukan komplikasi kardiovaskuler
maternal. Dalam penerapan klinis klasifikasi tersebut terbukti sangat berguna sebagai
dasar untuk menentukan tidak hanya risiko terhadap ibu dan juga risiko terhadap janin.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kehamilan ialah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Epidemiologi ialah
salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health)
yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah

kesehatan lainnya dalam masyarakat, sedang penyakit jantung ialah sebuah


kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.
2. Epidemiologi penyakit jantung dalam kehamilan Hampir semua terjadi, baik yang
bawaan maupun yang diperoleh, baik yang organik maupun yang fungsional,
dapat dijumpai pada wanita hamil, hanya frekuensi masing-masing tidak sama.
3. Efek-efek kehamilan pada sistem kasdiovaskuler antara lain Perubahan
hemodinamik, Distribusi Aliran Darah, serta Perubahan hemodinamik dengan
exercise.
4. Macam penyakit jantung yang mempengaruhi kehamilan ialah Penyakit Jantung
Reumatik, Kelainan Katup Jantung, dan Kelainan Jantung Bawaan pada
Kehamilan.
5. Penatalaksanaan atau Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung, yang
sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardilogi,
banyak ditentukan oleh kemampuan fungsionil jantungnya. Baik dari segi
persalinan, penanganan secara umum, serta pada masa laktasi. Prognosis bagi
wanita hamil dengan penyakit jantung tergantung pada beratnya penyakit yang
diderita menurut klasifikasi fungsional, umur penderita, dan penyulit-penyulit lain
yang tidak berasal dari jantung

B. Saran
Penanganan yang tepat dan keinginan wanita untuk sembuh dengan mentaati
berbagai pantangan serta mengikuti semua aturan sesuai dengan sistem kesehatan akan
mengurangi tingkat epidemiologi penyakit jantung pada saat kehamilan. Tentunya juga
akan mengurangi angka kematian pada bayi dan ibu hamil di negara indonesia.

Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang penyakit jangtung dalam
kehamilan serta perencanaan dan evaluasinya

Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyakit
jangtung dalam kehamilan serta perencanaan dan evaluasinya serta dapat
lebih banyak menyediakan referensi referensi buku tentang Ilmu
Kesehatan Masyarakat perencanaan dan evaluasi program KIA.

Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti tentang penyakit jangtung dalam kehamilan
untuk meningkatkan mutu pengetahuan dalam kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Gowan Mary & Castolli William, Menjaga Kebugaran Jantung, tr.by: Patuan Raja;
Sugeng Hariyanto & Sukon, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Patel Chandra, Panduan Praktis Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung, tr.by: Alextri
Aantjono Widodo, PT Gramedia, Jakarta, 1998.
Pearce Evelyn, Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis, tr.by: Sri Yuliani Handoyo, PT
Gramedia, Jakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai