Anda di halaman 1dari 18

TATALAKSANA PAJANAN

OKUPASIONAL PADA
PETUGAS KESEHATAN

Konseling dan Tes HIV


Bapelkes
14-19 Juni 2021
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu
menerapkan tatalaksana konseling Pasca pajanan
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
Menjelaskan kaitan antara pajanan okupasional dan
penularan HIV
Melakukan proses konseling dan tes HIV dalam
penanganan pajanan okupasional
Memahami pentingnya konseling dan dukungan untuk
petugas yang terpajan
Pajanan yang memiliki risiko
penularan infeksi
Perlukaan kulit

Pajanan pada selaput mukosa

Pajanan melalui kulit yang luka

Gigitan berdarah
Bahan yang memberi risiko
penularan infeksi
Darah
Cairan bercampur darah yang kasat mata
Cairan yang potensial terinfeksi; semen,
sekret vagina, c.cerebrospinal,c.sinovia,
c.pleura, c.pericardial, c.peritoneal,
c.aminion
Virus yang terkonsentrasi
Status infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan :
 HbsAg positif
 HCV positif
 HIV positif
 Untuk sumber yang tidak diketahui
pertimbangkan risiko ketiga infeksi diatas
 Jangan melakukan tes pada jarum bekas
Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan:

 Pernah mendapat vaksin HBV

 Status serologi HBV bila pernah mendapat


vaksin

 Anti HCV dan ALT

 Antibodi HIV
Profilaksis pasca pajanan (PPP)
HBV ; berikan sesegera mungkin, terbaik
24 jam pertama

HCV ; tidak dianjurkan PPP

HIV ; PPP diberikan dalam 2-4jam


pertama, diawali dengan konseling
pajanan okupasional
Yang harus diingat pada
penanganan pajanan
okupasional
Sumber pajanan perlu dievaluasi untuk
kemungkinan adanya HIV
Tes antibodi HIV dilakukan melalui
prosedur VCT/ penawaran rutin PITC
Evaluasi klinik pada petugas terpajan
harus melalui konseling dan mendapat
persetujuan (informed consent)
Konseling cara mengurangi pajanan
Laporan pasca pajanan sesuai alur
Profilaksis ARV pada pasca
pajanan
Pencegahan pasca pajanan (PPP) adalah pemberian
ARV dalam waktu singkat untuk mengurangi
kemungkinan didapatnya infeksi HIV setelah terpapar
ketika bekerja atau setelah kekerasan seksual.
PPP sebaiknya ditawarkan pada kedua kelompok
pajanan tersebut dan diberikan sesegera mungkin dalam
waktu 72 jam setelah paparan. Penilaian kebutuhan PPP
harus berdasarkan status HIV sumber paparan jika
memungkinkan, dan pertimbangan prevalensi dan
epidemiologi HIV di tempat tersebut.
Profilaksis ARV pada pasca
pajanan
PPP tidak diberikan jika orang yang berisiko terpapar
sebenarnya HIV positif atau sumber paparannya HIV
negatif.
Lamanya PPP HIV adalah 28-30 hari. Pilihan obat PPP
harus didasarkan pada paduan ARV lini pertama yang
digunakan, juga mempertimbangkan kemungkinan
resistansi ARV pada sumber paparan. Oleh karena itu,
sebelum pemberian PPP sebaiknya diketahui jenis dan
riwayat ARV sumber paparan, termasuk kepatuhannya.
Efek samping ARV sering terjadi, maka konseling
kepatuhan berobat pada PPP harus dilakukan
CATAT
• Tanggal dan jam kejadian (pajanan)
• Uraian kejadian lebih rinci
• Sumber pajanan bila diketahui
• Pengobatan PPP secara rinci bila
mendapatkannya
• Tindak lanjut
• Hasil pengobatam
• Simpan semua data pajanan
Informasi kepada orang yang
terpajan (1)
• Risiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah =
0.3% jika sumber pasien adalah HIV positif
• Risiko transmisi sesuai dengan jenis
kecelakaan
• PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan
status HIV dari sumber pasien
• PPP tidak 100% efektif
• Minum ARV
• Efek samping ARV
• Hindari hubungan seks yang tak terlindungi
sampai konfirmasi setelah 3 bulan
Informasi kepada orang yang
terpajan (2)
• Penjelasan yang jelas oleh dokter
mengenai risiko dan tindakan yang dapat
digunakan untuk melepaskan stress dan
kegelisahan!
• Keputusan PPP harus ditangan
terpajan!
• Tanda tangani formulir penolakan jika
Petugas Kesehatan menolak PPP
Alur Tatalaksana Pajanan dari pasien terinfeksi HIV
Menentukan Kode Pajanan (KP)

Apakah sumber pajanan berupa darah,cairan tubuh lain atau bahan


yang berpotensi menularkan infeksi (OPIM)/alat terkontaminasi

tidak
ya

OPIM Darah /cairan


berdarah Tidak perlu PPP

Macam pajanan yang terjadi

Kulit/mukosa yang kompromis Kulit yang intak Pajanan perkutan

volume Tidak perlu PPP Seberapa berat

Sedikit Banyak Tidak berat Lebih berat


mis.1 tts mis.percikan mis.goresan mis.tusukan dalam

KP 1 KP 2 KP 2 KP 3
Menentukan Kode status HIV (KS)
Bagaimana status HIV dari sumber pajanan ?

HIV (-)
HIV (+) Tidak diketahui statusnya Tidak diketahui sumbernya

Tidak perlu PPP

Pajanan dgn titer tinggi


Pajanan dgn titer rendah
mis.AIDS lanjut, Inf.HIV primer
mis.CD4 tinggi/asimtomatik
VL tinggi, CD4 rendah

KS
KS 1 KS 2
Tidak tahu
Menentukan Pengobatan Profilaksis Pasca Pajanan
Kategori Pajanan (KP) Kode status/Kadar RNA HIV Anjuran Pengobatan
sumber (KS)

1 1 (rendah) - Obat tidak dianjurkan


- Risiko toksisitas lebih tinggi
dari risiko penularan

1 2 (tinggi) - Pertimbangkan AZT/3TC


- Pajanan memiliki risiko yang
perlu dipertimbangkan

2 1 (rendah) -dianjurkan AZT/3TC


kebanyakan pajanan masuk
kategori ini,

2 2 - dianjurkan AZT/3TC dan


indinavir/nelvinavir

3 1 atau 2 - ditemukan adanya kenaikan


risiko penularan
Pertolongan
Bagan Alur PERTAMA
Manajemen
Pajanan
Penilaian Risiko Pajanan Penilaian
Okupasional sumber
VCT pajanan ?
Konseling Post-exposure
prophylaxis counselling

Konseling Pra-tes

Tes dasar HIV


Dan serologi lainnya sesuai kebutuhan

Konseling Pasca tes

Dokumentasi Formal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai