Anda di halaman 1dari 22

Refera

t
TROPHIC FEEDING

Disusun Oleh:
Fitri Sri Wulandari Darus
1611901017

Pembimbing:
dr. Rahayu Suharmadji, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
rahmat kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
referat ini yang berjudul “Trophic Feeding” yang diajukan sebagai persyaratan untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Anak. Terima kasih penulis
ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Rahayu Suharmadji, Sp.A yang telah
bersedia membimbing, sehingga referat ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini masih memiliki kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan referat ini. Akhir kata, penulis
berharap agar referat ini dapat memberi manfaat kepada semua orang. Atas perhatian
dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Bangkinang, Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 4
1.1 Trophic feeding ......................................................................................................... 4

1.1.1 Definisi..................................................................................................... 4
1.1.2 Perkembangan fungsi oral-motor............................................................. 4
1.1.3 Faktor predisposisi kekurangan gizi pada bayi prematur...........................5
1.1.4 Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur...........................5
1.1.5 Keuntungan pemberian ASI........................................................................6
1.1.6 Pemberian ASI pada bayi prematur saki.....................................................7
1.1.7 Pemberian ASI pada bayi prematur sakit....................................................9
1.1.8 Menilai kecukupan pemberian ASI bayi prematur...................................11
1.1.9 Kebutuhan Nutrisi.....................................................................................11
1.1.10 Densitas kalori dan kebutuhan cairan....................................................12
1.1.11 Pemilihan jenis nutrisi...........................................................................13
1.1.12 Cara pemberian nutrisi enteral (trophic feeding)....................................15
1.1.13 Formula transisi.....................................................................................15

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................16


DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 trophic feeding
Pemberian nutrisi dengan trophic feeding
merupakan salah satu metode pemberian nutrisi
dini pada bayi prematur dimana jumlahnya di
Indonesia masih tergolong banyak. Untuk
nengurangi risiko nosokomial maka diharapkan
dengan pemberian nutrisi lebih awal maka akan
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan
bayi prematur sehingga akan mempersingkat
waktu rawat di rumah sakit.
Bayi prematur masih merupakan masalah
yang penting dalam bidang perinatologi, karena
berkaitan dengan kejadian mortalitas dan
morbiditas masa neonatus. Bayi prematur adalah
bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan di
bawah 37 minggu. Berdasarkan kurva
pertumbuhan intrauterin dan Lubchenko, maka
kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan
dengan berat badan yang rendah. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) dibedakan atas bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR), yaitu bila < 1500 gram,
dan bayi berat lahir amat sangat rendah
(BBLASR), yaitu bila < 1000 gram (Yu, dan
Montintja, 1996).
Dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh
World Health Organization (WHO) semua bayi
yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram disebut low birth weight infant,
sedangkan yang kurang dari 1500 gram disebut
i
very low birth dengan berat badan lahir sangat rendah adalah
weight infant. sekitar 6-7%. Di negara yang berkembang angka
Khusus kematian ini kurang lebih dari 3 kali lipat. Di
untuk masalah Indonesia kejadian bayi prematur belum dapat
berat badan ditentukan secara pasti namun angka di rumah
lahir sangat sakit Cipto
rendah, sampai
saat ini masih
banyak
ditemukan bayi
lahir dengan
berat badan
lahir sangat
rendah dengan
berbagai
penyebab.
Dimana bayi
berat badan
lahir sangat
rendah akan
mengalami
banyak masalah
yang akhirnya
meningkatkan
angka
morbiditas dan
mortalitas bayi
(Sitohang,
2004) .
Di negara-
negara maju
angka kejadian
kelahiran bayi
prematur
i
Mangunkusumo berkisar antara 22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1
tahun (Sitohang, 2004).
Dengan makin pesatnya perkembangan bidang perinatologi, makin banyak bayi
kecil yang terselamatkan. Di negara berkembang, angka kematian bayi BLSR
sangat menurun hingga mencapai 5%. Pemberian nutrisi pada bayi-bayi kecil
tersebut merupakan suatu tantangan, karena nutrisi yang sebelumnya didapat
langsung dari plasenta kini harus diberikan peroral (Aminullah, 1997).
Menurut banyak ahli gizi neonatal, pemberian gizi pada bayi prematur harus
mendekati tingkat pertumbuhan postnatal dari janin normal dari usia kehamilan
yang sama. Sayangnya, kebanyakan bayi prematur, terutama mereka yang lahir
prematur dengan berat lahir sangat rendah, tidak diberi jumlah nutrisi yang cukup
untuk mencapai tingkat pertumbuhan janin normal dan, sebagai hasilnya, akhirnya
pertumbuhan dibatasi selama periode mereka di rumah sakit setelah lahir.
Pembatasan pertumbuhan adalah masalah yang signifikan, karena banyak penelitian
telah menunjukkan secara definitif bahwa gizi, terutama protein, pada tahap kritis
pengembangan menghasilkan perawakannya jangka panjang pendek, kegagalan
pertumbuhan organ, dan kedua defisit saraf jumlah dan koneksi dendritik serta
kemudian perilaku dan hasil kognitif(Sluncheva, 2010).
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang
dilahirkan cukup bulan (matur) maupun kurang bulan (prematur). Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI memberikan banyak keuntungan
fisiologis maupun emosional. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6
bulan pertama, dan rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Namun, orangtua dari anak yang terlahir prematur seringkali menemukan
kesulitan dalam pemberian ASI. Hal ini disebabkan karena pada bayi prematur
selain berat lahir rendah mungkin disertai juga gangguan medis akibat belum
matangnya fungsi pernafasan, jantung, saluran cerna, serta fungsi organ lainnya.
Bahkan kadang bayi prematur memerlukan perawatan di ruang intensif. Seluruh hal

2
tersebut di atas dapat menjadi hambatan, khususnya dalam pemberian ASI sebagai
nutrisi bayi prematur. Dalam uraian berikut ini, akan diulas lebih lanjut mengenai
pemberian ASI pada bayi prematur secara praktis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.1 Definisi

Trophic feeding adalah pemberian nutrisi enteral minimal (sinonim mencakup


makanan atau gizi enteral minimal, pada pencernaan, usus, dan pemberian makanan
hypocaloric awal) merupakan sebuah konsep yang relatif baru yang telah
diperkenalkan ke dalam praktek klinis dalam upaya untuk mengatasi pengaruh dari
kelaparan enteral. Dari beberapa penelitian ada bukti yang cukup untuk
menentukan apakah pemberian nutrisi susu jumlah kecil pada bayi prematur berat
lahir rendah atau sangat rendah selama minggu pertama setelah lahir dibandingkan
dengan puasa membantu perkembangan usus dan meningkatkan makan,
pertumbuhan dan perkembangan.
Bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Berkaitan dengan hal tersebut, bayi dapat dikelompokkan berdasarkan
berat lahirnya, sebagai berikut:
 Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir -- < 2500 gram.
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir 1000- < 1500
gram.
 Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1000
gram.
Sehubungan dengan berat lahir dan usia kehamilan, terdapat beberapa kekhususan
pemberian minum pada bayi prematur. Hal tersebut berkaitan dengan kematangan
perkembangan fungsi oral motor pada bayi prematur.

1.1.2 Perkembangan fungsi oral-motor


Keterampilan oral-motor bayi prematur dibagi ke dalam 4 fase,
yaitu:
 Berkembangnya refleks menghisap.
 Kematangan proses menelan.
 Kematangan fungsi pernafasan.
 Koordinasi gerakan menghisap, menelan, dan bernafas.
Komponen refleks menghisap sudah mulai ada sejak usia kehamilan 28 minggu,
namun sinkronisasi masih tidak teratur, dan bayi mudah mengalami kelelahan.
Sejalan dengan proses pematangan, maka mekanisme yang lebih teratur akan
didapatkan pada usia kehamilan 32-36 minggu. Dari berbagai penelitian telah
dikemukakan hubungan yang kuat antara kematangan bayi dan terorganisirnya pola
suckling. Penelitian Jones membuktikan bahwa masa transisi dapat dipercepat
dengan paparan suckling lebih dini.

1.1.3 Faktor predisposisi kekurangan gizi pada bayi prematur


Permasalahan medis bayi prematur yang mungkin ditemukan diantaranya
yaitu ketidakstabilan keadaan umum bayi, bayi sulit menjalani masa transisi pada
saat tidur ke keadaan bangun maupun sebaliknya, henti napas, daya tahan yang
terbatas, inkoordinasi refleks mengisap, menelan, dan bernafas, serta kurang
baiknya kontrol fungsi oral motor. Akibat permasalahan di atas, maka bayi
prematur berisiko mengalami kekurangan gizi. Kekurangan gizi ini diantaranya
disebabkan oleh meningkatnya kecepatan pertumbuhan dan kebutuhan metabolisme
yang tinggi, cadangan yang tidak cukup, sistem fisiologi tubuh yang belum
sempurna, atau karena bayi dalam keadaan sakit.

1.1.4 Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur


ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan ASI dari ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan karena ASI merupakan
cairan tubuh yang dinamis, dan komposisi ASI senantiasa berubah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. ASI pertama yang dikonsumsi bayi, disebut fore-
milk (ASI awal), mengandung kadar lemak yang lebih rendah, yang secara konstan
meningkat kadarnya dalam hind-milk (ASI akhir), dan hal ini diduga yang
mendasari timbulnya rasa puas atau kenyang pada bayi.
Selain itu, ASI bayi prematur ternyata mengandung lebih banyak sistein,
taurin, lipase yang meningkatkan absorbsi lemak, asam lemak tak jenuh rantai
panjang (long chain polyunsaturated fatty acids), nukleotida, dan gangliosida,
selain juga memiliki bioavailabilitas yang lebih besar terhadap beberapa jenis
elemen mineral.
Kandungan gizi ASI bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
matur (cukup bulan), sehingga pertumbuhan bayi prematur pada awalnya seringkali
cukup baik. Komposisi ASI bayi prematur akan berubah menjadi serupa ASI bayi
matur dalam waktu 3-4 minggu, namun pada saat itu masa kehamilan bayi juga
sudah cukup bulan sehingga ASI-nya sesuai dengan kebutuhannya. Untuk bayi
yang pada usia kronologis 4 minggu masa kehamilan belum mencapai 37 minggu
selain ASI perlu ditambahkan Human Milk Fortifier (fortifikasi ASI).
Fortifikasi ASI mengandung protein bovine whey-predominant atau
hidrolisat, karbohidrat yang khususnya terdiri atas polimer glukosa/maltodekstrin,
mengandung natrium, kalsium, fosfor, magnesium, beberapa mikronutrien serta
vitamin. Dari Cochrane Reviews, didapatkan bahwa fortifikasi multikomponen ASI
meningkatkan retensi nitrogen, memperbaiki pertumbuhan, serta kandungan
mineral tulang. Fortifikasi dimulai jika toleransi minum > 100 mL/kgbb/hari atau
bayi sudah mencapai pemberian minum secara penuh. Untuk nutrisi yang optimal,
bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi 180 mL/kgbb/hari. Pemberian Human
milk fortifier atau ASI yang difortifikasi umumnya dihentikan saat bayi akan
pulang dari perawatan rumah sakit.
1.1.5 Keuntungan pemberian ASI
Kebutuhan nutrisi untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan
menjadikan tata laksana nutrisi bayi baru lahir menjadi suatu tantangan tersendiri.
Pada bayi sakit kritis, hal ini memerlukan perhatian khusus karena risiko tidak
adekuatnya nutrisi yang diberikan.
Dari berbagai penelitian didapatkan bukti yang menunjukkan keuntungan
pemberian ASI jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungan tersebut di
antaranya, pencernaannya yang lebih mudah, lebih sedikit residu lambung dan
kejadian muntah, menurunkan kejadian infeksi seperti sepsis dan meningitis,
maupun enterokolitis nekrotikans. Dari penelitian Lukas dkk., didapatkan perbaikan
hasil keluaran perkembangan neurologis di usia 7 - 8 tahun dari bayi prematur yang
mendapatkan ASI. Penelitian serupa di Australia, memberikan hasil bahwa terdapat
penurunan prevalens IQ yang rendah pada bayi prematur yang mendapat ASI.
Selain itu, didapatkan pula bahwa kejadian Retinopathy of Prematurity berkurang
dan bayi prematur juga mengalami perbaikan fungsi retina dengan pemberian ASI
eksklusif.
Peran nukleotida ASI dalam imunonutrisi khususnya pada bayi prematur
telah menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini. Melalui ASI terjadi transfer hormon
dan faktor pertumbuhan, dan pada ASI terdapat faktor proteksi imunologis serta
antimikroba. Selain itu pemberian ASI mengurangi risiko alergi atau atopi.

1.1.6 Pemberian ASI pada bayi prematur sehat


Kemampuan bayi untuk menyusu bergantung pada kematangan fungsi
refleks hisap dan menelan. Bayi dengan usia kehamilan ibu di atas 34 minggu
(berat di atas 1800 gram) dapat disusukan langsung kepada ibu karena refleks hisap
dan menelannya biasanya sudah cukup baik.
Bayi yang usia kehamilan ibu 32 minggu hingga 34 minggu (berat badan
1500-1800 gram) seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks menghisap
masih kurang baik, oleh karena itu, Ibu dapat memerah ASI dan ASI dapat
diberikan dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet.
Jika bayi lahir dengan usia kehamilan ibu kurang dari 32 minggu (berat
badan 1250-1500 gram), bayi belum memiliki refleks hisap dan menelan yang baik,
maka ASI perah diberikan dengan menggunakan pipa lambung/orogastrik (sonde).
Pemberian minum dengan menggunakan cangkir merupakan metode
alternatif pemberian minum bayi prematur. Metode ini juga didukung oleh Baby
Friendly Hospital Initiative. Lang dkk. melakukan penelitian di Nepal pada bayi
prematur yang diberikan ASI dengan cangkir, dan kini metode tersebut telah
dipraktekkan hampir di seluruh dunia. Namun demikian, masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pemberian ASI dengan cangkir, karena hasil-hasil
penelitian masih kontroversi. Meta analisis Cochrane menyebutkan bahwa
pemberian minum dengan menggunakan cangkir tidak direkomendasikan di atas
penggunaan botol, karena penggunaan cangkir tidak memberikan keuntungan yang
bermakna dalam mempertahankan pemberian ASI setelah bayi dipulangkan dari
rumah sakit, selain juga didapatkan bahwa pemberian minum dengan cangkir
berpotensi terhadap perawatan yang lebih lama di rumah sakit. Namun, terdapat
peningkatan prevalens menyusui saat bayi prematur mendapatkan ASI dengan
menggunakan cangkir dibandingkan dengan bayi yang menggunakan botol, dan hal
serupa juga ditemukan pada bayi yang cukup bulan/matur.
Menyusui dengan menggunakan cangkir atau botol, berhubungan dengan
kejadian tersedak yang cukup tinggi. Namun demikian, penggunaan cangkir cukup
aman. Pemberian ASI dengan cangkir memerlukan waktu yang lebih lama dengan
volume minum yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang
menggunakan botol, tetapi keuntungan yang diperoleh yaitu bayi dapat melakukan
pengaturan atas kebutuhan minum, yang sesuai dengan perkembangan neurologis
bayi prematur, sehingga tidak menyebabkan keterpaksaan saat minum.
Bukti obyektif lain didapatkan dari pengamatan denyut jantung dan saturasi
oksigen, bahwa pada bayi yang diberi minum melalui cangkir, didapatkan laju
denyut jantung yang lebih rendah serta saturasi oksigen yang lebih baik, sehingga
pemberian minum dengan cangkir lebih alami dibandingkan kelompok yang
mendapat pemberian ASI melalui botol susu. Bayi yang diberikan minum dengan
cangkir menunjukkan perilaku yang lebih matur dibandingkan bayi yang diberi
minum dengan botol pada usia di atas 6 minggu.
Penelitian serupa di Amerika Serikat oleh Jones (2005) didapatkan pola
oksigenasi yang lebih stabil pada bayi prematur yang menyusu langsung pada ibu
dibandingkan dengan bayi yang menyusu pada botol. Hasil pada penelitian ini juga
didukung oleh penelitian serupa yang menemukan bahwa BBLSR yang menyusu
langsung pada ibu lebih jarang mengalami desaturasi oksigen dibandingkan
kelompok yang mendapat pemberian susu melalui botol. Sehingga dari hasil
penelitian di atas, adalah logis untuk meningkatkan keterampilan minum bayi
prematur setelah pemberian minum dengan pipa lambung, dengan disusukan
langsung ke ibu tanpa harus melalui proses pemberian minum dengan
menggunakan botol susu.
Kenyataannya, banyak BBLSR tidak dapat menyusu langsung pada payudara ibu
pada saat lahir, dan memerlukan pemberian minum dengan ASI perah melalui pipa
orogastrik. Belum didapatkan data kapan waktu terbaik mempersiapkan bayi untuk
menyusu langsung pada ibu. Selain itu, banyak kekuatiran neonatologis bahwa
BBLSR sebaiknya tidak menyusu langsung karena kuatir beban kerja yang terlalu
berat bagi bayi, selain juga refleks hisap baru matang di usia 34 minggu. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Berger dkk. menemukan bahwa resting energy
expenditure bayi prematur yang menyusu langsung pada ibu lebih rendah
dibandingkan bayi yang menyusu pada botol. Hasil penelitian ini mendukung pula
penggunaan ASI dibandingkan susu formula dari sudut keseimbangan/balans
energi. Dari penelitian ini didapatkan pula bahwa bayi > 32 minggu tampaknya
cukup aman untuk dapat menyusu langsung pada ibu, jika bayi dapat menoleransi
pemberian minum oral, untuk mendapatkan keuntungan nutrisi, fisiologis, dan
emosional.
Gambaran klinis yang dapat dijadikan acuan bahwa bayi prematur dapat
mulai diberikan asupan nutrisi oral yaitu jika didapatkan: bayi dapat menoleransi
pemberian nutrisi oral bolus, stabil fisiologinya, fungsi respirasi stabil, terdapat
non-nutritive sucking yang ritmis dan usia kehamilan sekurangnya antara 32-34
minggu.

1.1.7 Pemberian ASI pada bayi prematur sakit


Bayi lahir prematur seringkali disertai masalah kesehatan. Bayi prematur
sakit berat mungkin belum dapat minum (nutrisi enteral) sehingga perlu diberikan
nutrisi melalui infus (nutrisi parenteral). Bayi yang lahir dengan berat lahir di
bawah 1250 gram dengan permasalahan medis, mungkin perlu mendapat pemberian
nutrisi parenteral selama 24 sampai 48 jam pertama, kemudian diberikan trophic
feeding 10 mL/kgBB/24 jam. Jika bayi sudah dapat menoleransi pemberian minum,
maka jumlah minum dapat dinaikkan sambil menurunkan pemberian nutrisi
parenteral.
Dilaporkan bahwa terdapat gangguan struktur dan fungsi gastrointestinal,
vili usus yang memendek, hilangnya DNA mukosa saluran cerna, kandungan
protein dan aktivitas enzim berkurang, meskipun status anabolisme dipertahankan
dengan pemberian nutrisi parenteral. Pada model tikus, atrofi gastrointestinal terjadi
setelah 3 hari tanpa asupan enteral, dan perbaikan terjadi setelah mulai dilakukan
pemberian nutrisi enteral. Pemberian trophic feeding (minimal enteral feeding,
gastrointestinal priming, early hypocaloric feeding), merupakan suatu konsep yang
diperkenalkan, untuk menghindari efek puasa. Prinsip trophic feeding yaitu untuk
menstimulasi perkembangan saluran cerna/gastrointestinal, tanpa memperberat
derajat penyakit. Trophic feeding diberikan dengan jumlah 10-20 mL/kg/hari.
Karena bayi prematur seringkali tidak dapat melakukan koordinasi antara
gerakan menghisap, menelan, dan bernafas, maka perlu digunakan selang
orogastrik. Metode yang sering digunakan yaitu infus susu kontinu dan intermiten
(bolus) yang diberikan setiap 3 jam. Penelitian terkini memberikan hasil bahwa
pemberian nutrisi secara bolus, memperbaiki konsentrasi hormon-hormon terkait
dengan keadaan puasa-minum, sehingga memperbaiki perkembangan saluran cerna,
serta didapatkan toleransi minum dan pertumbuhan yang lebih baik pada bayi yang
mendapatkan nutrisi enteral secara bolus. Oleh karena itu, pemberian minum secara
bolus lebih menguntungkan daripada pemberian minum kontinu pada bayi prematur
dengan saluran cerna yang relatif lebih sehat.
Data penelitian terbaru juga menyokong pemberian minum lebih awal (GI
early priming), yang ternyata tidak menambah komplikasi perawatan bayi baru
lahir di ruang intensif. Masih diperlukan penelitian lanjutan, dalam hal penambahan
volume early feeding, agar pemberian terapi nutrisi parenteral dapat dikurangi.
Pemberian nutrisi enteral lebih memiliki keuntungan dibandingkan nutrisi
parenteral, di antaranya yaitu mempertahankan integritas mukosa saluran cerna dan
menurunkan kejadian sepsis akibat translokasi bakteri.
Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa toleransi terhadap susu, fungsi
hati, penyakit metabolik tulang, lama hari perawatan, dan penambahan berat bayi
mengalami perbaikan setelah dilakukan pola trophic feeding. Infeksi Rumah Sakit
(IRS) juga berkurang, mungkin disebabkan perbaikan barrier mukosa
gastrointestinal, atau disebabkan perubahan yang melibatkan flora enterik yang
menguntungkan. Penggunaan ASI memberikan efek yang paling nyata, karena
berhubungan dengan menurunnya morbiditas.
Rekomendasi pemberian minum pada bayi lahir dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu harus berdasarkan pada berat lahir dan tahap perkembangan,
yang ditingkatkan sesuai dengan usia koreksi. Berdasarkan usia koreksi,
Peningkatan pemberian minum pada kebanyakan bayi prematur hampir menyamai
bayi cukup bulan.

1.1.8 Menilai kecukupan pemberian ASI bayi prematur


Uji pengukuran berat (weighing test) sering digunakan untuk
memperkirakan asupan susu bayi yang mendapat ASI. Pada hari yang sama sampel
susu dikumpulkan, bayi ditimbang sebelum dan sesudah mendapatkan ASI, tanpa
menggunakan pakaian. Peningkatan berat sesudah bayi mendapatkan ASI (gram)
dihitung sebagai jumlah asupan ASI (gram). Pengukuran berat tersebut dikonversi
ke dalam ukuran volume, dengan mengalikan dengan faktor berat jenis, yaitu 1,031.
Berat bayi diharapkan meningkat sekitar 20-40 g/hari, jika peningkatan di atas 40
g/hari perlu dipertimbangkan kemungkinan pemberian nutrisi yang berlebihan, atau
disebabkan retensi cairan.

1.1.9 Kebutuhan Nutrisi


Pada masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar
dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan; untuk mencapai
tumbuh kembang optimal. Pertumbuhan BBLR yang direfleksikan per kilogram
berat badan hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga BBLR membutuhkan
dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada
umumnya BBLR dengan berat lahir kurang dari 1500 g, memerlukan nutrisi
parenteral segera sesudah lahir. Belum ada standar kebutuhan nutrien yang disusun
secara tepat untuk BBLR, sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang
ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrien yang mendekati kecepatan
tumbuh dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa gestasi serta
mempertahankan kadar normal nutrien dalam darah dan jaringan tubuh.1
1.1.10 Densitas kalori dan kebutuhan cairan
Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67
kkal/100 ml pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama dapat
digunakan untuk BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu 81
kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz) seringkali lebih disukai. Formula ini memungkinkan
pemberian kalori lebih banyak dengan volume lebih kecil, menguntungkan bila
kapasitas lambung terbatas atau bayi memerlukan restriksi cairan dan mensuplai
cukup air untuk ekskresi metabolit dan elektrolit dari formula.1
Panduan pemberian minum berdasarkan BB2
Berat Lahir <1000 g 1000-1500 g 1500-2000 g 2000-2500
g
Minum melalu Pemberian minum Pemberian minum Apabila
pipa lambung. melalui pipa melalui pipa mampu
lambung (gavage lambung (gavage sebaiknya
Pemberian feeding). feeding). diberikan
minum awal : < minum per
10 mL/kg/hari Pemberian minum Pemberian minum oral.
awal : < 10 awal : < 10
ASI perah/ ter m mL/kg/hari. mL/kg/hari. ASI perah/
formula/ hal term
strength preterm ASI perah/ term ASI perah/ term formula.
formula. formula/ hal formula/ hal
strength preterm strength preterm
Selanjutnya formula. formula.
minum
ditingkatkan jika Selanjutnya Selanjutnya minum
memberikan minum ditingkatkan jika
toleransi yang ditingkatkan jika memberikan
baik: tambahan memberikan toleransi yang baik:
0,5-1 mL toleransi yang tambahan 2-4 mL
interval 1 jam baik: tambahan 1- interval 3 jam
setiap > 24 jam. 2 mL, interval 2 setiap > 12-24 jam.
jam, setiap > 24
Setelah 2 jam. Setelah 2 minggu:
minggu: ASI ASI perah + HMF
perah + HMF Setelah 2 minggu: (human milk
(human mil k ASI perah + HMF fortifier)/
fortifier)/ (human milk full
full fortifier)/ strength preterm
strength preterm full formula.sampai
formula.sampai strength preterm berat badan
berat badan formula.sampai mencapai 2000 g
mencapai 2000 g. berat badan
mencapai 2000 g.
1.1.11 Pemilihan jenis nutrisi
Pemilihan jenis nutrisi yang akan diberikan pada awal minggu-minggu
pertama kehidupan sangat penting mengingat kemampuan toleransi bayi terutama
juga untuk dampak jangka panjang. Merupakan kesepakatan global bahwa ASI
adalah pilihan utama karena berbagai keunggulannya. Apabila ASI tidak ada, maka
formula merupakan pilihan berikutnya. Beberapa pusat melakukan pengenceran
pada awal pemberian, tetapi hal ini dikatakan tidak rasional dan tidak terbukti
manfaatnya bahwa formula yang diencerkan tidak memacu maturasi motilitas usus.
Formula prematur kini terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi
nutrien ASI, misalnya dengan menambahkan glutamat (mengurangi kejadian
sepsis) dan nukleotida (perbaikan pertumbuhan linear dan lingkar kepala). Yang
perlu diperhatikan dan dicegah pada penambahan berbagai nutrien ini adalah
terjadinya hiperosmolaritas yang dapat memicu terjadinya NEC.1
1.1.12 Cara pemberian nutrisi enteral (trophic feeding)
Cara pemberian nutrisi tergantung dari beberapa faktor seperti keadaan klinis,
masa gestasi dan juga keterampilan dan pengalaman petugas di tempat perawatan
bayi. Walaupun bayi mendapat nutrisi parenteral, harus diusahakan pemberian
nutrisi enteral walaupun hanya sedikit sebagai trophic feeding yang jumlahnya
ditingkatkan sesuai kondisi klinis bayi. Diharapkan pada awal minggu kedua nutrisi
enteral penuh sudah tercapai. Bila ada ASI, dapat diberikan langsung ataupun
dipompa tergantung keadaan bayi dan pemberian tambahan human milk fortifier
(HMF) diperlukan. Pemberian formula dapat dengan botol/ dot, sonde lambung
(nasogastrik / orogastrik), transpilorik atau gastrostomi dengan berbagai
pertimbangannya. 1
Pemberian secara bolus ataupun drip (continueous infusion) hasilnya masih tetap
kontroversial. Jumlah dan frekwensi formula yang diberikan berlainan tergantung
dari berbagai hal. Salah satu faktor terpenting pada pemberian nutrisi enteral pada
BBLR adalah kecepatan penambahan formula yang dikaitkan dengan tenjadinya
enterokolitis nekrotikans. Pada buku Pediatric Nutrition Handbook dianjurkan
untuk menaikkan volume tidak melebihi 20 ml/kgbb/hari, sedangkan peneliti lain
menganjurkan antara 24-30 ml/kgbb/hari. Salah satu contoh cara pemberian nutrisi
pada BBLR menurut The Children’s Hospital, Medical University of South
Carolina tertera pada Tabel 3.1
1.1.13 Formula transisi
Formula transsisi merupakan formula peralihan dari formula 24 kal ke formula
standar (20 kal) dan kini lebih popular dengan nama after discharge formula (ADF)
atau pretern discharge formula (PDF). Biasanya formula prematur (FP) dengan 24
kkal/fl.oz. diberikan hingga akhir perawatan bayi dan selanjutnya bayi mendapat
formula standar (FS, 20 kkal/ fl.oz.) untuk digunakan di rumah. Karena umumnya
bayi dipulangkan pada berat badan sekitar 1500 g, maka perlu dilakukan re-evaluasi
terhadap penggunaan formula untuk di rumah atau ADF. Melanjutkan penggunaan
FP merupakan salah satu jalan keluar tetapi seringkali dana dan ketersediaan di
pasaran menjadi masalah. Komposisi nutrien formula transisi ini merupakan antara
FS dan FP dengan harga sedikit lebih rendah. Beberapa penelitian tentang
penggunaan formula ini diantaranya hingga usia 9 bulan menunjukkan hasil yang
hampir sama yaitu pertumbuhan linear yang lebih tinggi, kenaikan berat badan
lebih besar dan komposisi tubuh yang serupa dibandingkan dengan bayi yang
mendapat formula standar.1
BAB III
KESIMPULAN
ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi lahir kurang bulan dan cukup
bulan. Pemberian ASI pada bayi kurang bulan memberikan keuntungan nutrisi,
fisiologis, maupun emosional. Cara pemberian ASI tergantung pada kemampuan
bayi menghisap dan menelan.
Pemberian nutrisi dengan trophic feeding merupakan salah satu metode
pemberian nutrisi dini pada bayi prematur dimana jumlahnya di Indonesia masih
tergolong banyak. Untuk nengurangi risiko nosokomial maka diharapkan dengan
pemberian nutrisi lebih awal maka akan mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan bayi prematur sehingga akan mempersingkat waktu rawat di rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Klingenberg C, Embleton ND, Jacobs SE, O'Connell LAF, Kuschel CA.


praktik pemberian makan enteral pada bayi prematur sangat: survei
internasional. Arch Dis Child Fetal Neonatal 2012; 97: 56-61.
2. GPC ALIMENTACION Enteral del recién Nacido prematuro menor o igual
32 semanas de Edad gestacional. México: Secretaria de Salud, 2010. En:
www.cenetec.salud.gobmx / interior / gpc.html. 6. Monash Newborn
Feeding Pedoman Steering Group. Pedoman Praktek Bukti Berbasis
Pengelolaan Feeding di Monash Newborn. 29-11-2012.
3. NHS. Newcastle Neonatal Jasa pedoman Enteral Nutrition [secara online].
Juni2009.//www.library.nhs.uk/childhealth/viewresource.aspx?resID=23711
3
4. McClure RJ. Trophic feeding dari bayi prematur. Acta Paediatr 2001; 90
(436): 19-21.
5. Daun A, Dorling J, Kempley S, McCormick K, Mannix P. Awal atau
Tertunda Enteral Feeding untuk prematur Pertumbuhan-Dibatasi Bayi: A
Trial Acak. Pediatrik

Anda mungkin juga menyukai