Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Air Preheater (APH)


Air Preheater (APH) merupakan peralatan bantu dalam PLTU
yang berfungsi sebagai pemanas awal udara baik udara primer (Primary
air) maupun sekunder (Secondary air), sampai ke tingkat temperatur
tertentu sehingga dapat terjadi pembakaran optimal dalam boiler. Dalam
prosesnya, air preheater ini menggunakan gas buang (flue gas) hasil
pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya, kemudian mentransfer
panas tersebut ke aliran udara melalui elemen pemanas berputar (rotating
heat exchanger).
Air Preheater (APH) secara umum didefisikan sebagai alat untuk
memanaskan udara sebelum digunakan proses selanjutnya (contohnya
untuk udara pembakaran di boiler). Tujuan utama dari air preheater adalah
menaikkan effisiensi termal dari suatu proses.
Pada PLTU batubara menggunakan air preheater untuk
memanaskan udara primer dan udara sekunder dengan pemanas dari udara
gas buang melalui elemen sector plate. PLTU Paiton Unit 9 menggunakan
APH tipe Ljunstrom Trisector Ai rpreheater. APH tipe ini terdiri dari 3
partisi sector plate yang terdiri dari primary air (dingin), secondary air
(dingin) dan gas buang (panas). Pada tipe APH ini pembagian gas buang
50%, secondary air 35% dan primary air 15%. 1 unit APH terdiri dari 2
set motor penggerak, motor utama dan aux. Motor dikontrol menggunakan
frequently converter.
Gambar 2.1 Boiler APH (Flue Gas and Air System)

2.2. Fungsi dan Prinsip Kerja APH

Fungsi APH adalah untuk memanaskan udara sekunder dan udara


primer. APH menyerap panas dari gas buang melalui elemen sector plate
dan memindahkan panas ke udara sekunder dan primer yang masuk ke
dalam APH dengan cara memutar elemen plate secara kontinyu
(continuously rotating heat transfer elements)
Pada satu unit APH terdiri dari 1 set pilot bearing (direct bearing)
dan thrust bearing (block bearing) dengan sistem pelumasan
menggunakan pompa hidrolik sistem sirkulasi. Untuk membersihkan
jelaga pada sector elemen APH dan untuk mencegah korosi akibat
kandungan sulfur batubara digunakan sootblower. Tipe sootblower yang
digunakan adalah tipe long, tiap APH terdiri dari 1 buah sootblower. Pada
APH juga dilengkapi dengan fire detector menggunakan infrared. Jika
terjadi kebakaran atau timbul api di dalam APH maka akan dideteksi oleh
infrared dan dipadamkan menggunakan sootblower. Pada APH juga
dilengkapi dengan Ash Hopper yang digunakan untuk menampung abu
sisa gas buang yang jatuh dari sector plate. Secara umum air preheater
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu : Tubular Air Preheater dan
Regenerative Air Preheater.

2.2.1. Tubular Air Preheater

Air preheater jenis ini biasanya terdiri dari sejumlah tube steel
dengan diameter 40 sampai 65 mm dengan cara las dalam
penyambungannya atau di sambung pada tube plate di ujungnya. Baik gas
ataupun udara dapat mengalir melalui tube. Tubular Preheaters terdiri dari
tabung-tabung yang di susun sejajar (Straight tube bundles) melewati
saluran outlet dari boiler dan terbuka pada setiap sisi akhir saluran
(ducting).
Ducting atau saluran gas buang yang berasal dari furnace melewati
seluruh preheaters tubes, transfer panas yang terjadi dari gas buang untuk
udara bakar di dalam preheater. Udara ambien di paksa oleh fan untuk
melewati di salah satu ujung pada saluran dari tubular air preheater dan
udara yang dipanasi pada ujung lainnya dari dalam sudah berupa udara
panas yang mengalir ke dalam boiler dan digunakan untuk udara
pembakaran guna menaikkan efisiensi thermal boiler.

sumber : http://en.citizendium.org/wiki/Air_preheater
Gambar 2.2 Tubular Air Preheater
2.1. Regenerative Air Preheater

Regenerative air preheater merupakan tipe heater dengan rotating


plate yang terdiri dari plat-plat yang tersusun secara sedemikian rupa dan
dipasang di dalam sebuah casing yang terbagi menjadi beberapa bagian
yaitu dua bagian( bi-sector type), tiga bagian (tri-sector type) atau empat
bagian (quart-sector type). Setiap sector dibatasi dengan seal yang berguna
untuk membatasi aliran udara/gas yang mengalir. Seal memungkinkan
elemen-elemen yang ada didalamnya dapat berputar pada semua sektor,
tetapi tetap menjaga agar kebocoran gas/udara antar sektor dapat
diminimalisir sekaligus memberikan jalur pemisah antara udara bakar
dengan gas buang.

Gambar 2.3 Air Preheater Tipe Tri-sector, Tipe Quart-Sector, dan Concentric-
Sector.
Tri-sector adalah jenis yang paling banyak digunakan pada
pembangkit modern saat ini (Gb 3.2). Dalam desain tri-sector, sektor
terbesar (biasanya mencangkup sekitar setengah dari penampang casing)
dihubungkan dengan outlet boiler (economizer) berupa gas buang yang
masih memiliki temperatur tinggi. Gas buang mengalir diatas permukaan
elemen, dan kemudian mengalir menuju ke dust collectors untuk
menangkap debu-debu yang terbawa oleh gas buang sebelum di buang
menjadi tumpukan gas buang. Sektor kedua, yang lebih kecil dihembuskan
udara ambien oleh fan yang selanjutnya melewati elemen pemanas yang
berputar dan udara mengambil panas darinya sebelum masuk ke dalam
ruang bakar untuk pembakaran. Sektor ketiga, yang terkecil digunakan
untuk pemanas udara ambien yang nantinya akan diarahkan ke pulverizer
membawa campuran batubara dengan udara ke boiler untuk pembakaran.

2.3. Kerugian-kerugian yang terjadi pada Air Preheater (Losses)


Adanya kerugian-kerugian (losses) yang terjadi
mengakibatkan penurunan kinerja dari air preheater. Kerugian-
kerugian yang sering ditemukan antara lain, adanya faktor
pengotoran (fouling factor) dan kebocoran udara (air leakage).

2.3.1. Fouling Factor (Faktor Pengotoran)

Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan


panas pada heat exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari
fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen
dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya.
Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti
akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan
ataau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari
fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran
antara lain :
1) Temperatur fluida
2) Temperatur dinding plat
3) Kecepatan aliran fluida

2.3.2. Kebocoran Udara (Air Leakage)

Kebocoran udara atau Air leakage adalah berat atau jumlah


udara pembakaran yang ikut terbawa keluar dari sisi udara bakar (air
side) ke sisi gas buang (gas side). Seluruh kebocoran diasumsikan
terjadi di antara sisi udara masuk (air inlet) dan sisi keluar gas buang
(gas outlet).

Gambar 2.3 Leakage pada air preheater

2.4. Penelitian terdahulu


Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memperbaiki
performa dari rotary air preheater. Dalam buku “Fundamental of Heat
Exchanger Design” karangan Ramesh K. Shah dan Dusan P. Sekulic
menjelaskan bahwa Lambertson, dkk (1958) melakukan penelitian
mengenai pengaruh nilai konduksi konveksi (hA) yang berubah akibat
perubahan flow frontal area terhadap nilai efektifitas. Toeder Skiepko
dalam penelitiannya modeling and effect of leakages on heat transfer
performance of fixed matrix regenerators membahas mengenai
pengaruh leakages terhadap performa regenerator. Sreedhar dalam
penelitiannya analysis of performance of ljungstrom air preheater
elements membahas mengenaipegaruh bentuk matriks terhadap
performa air preheater. Mallikarjuna dalam penelitiannya improving
boiler efficiency by using air preheater yang menganalisa pengaruh
unjuk kerja air preheater sebelum dan sesudah overhaul terhadap
efisiensi boiler. Mclaughlin David C. Dkk dalam penelitiannya yang
menganalisa nilai x-ratio dan efisiensi air preheater menggunakan
metode effectiveness-NTU.

Anda mungkin juga menyukai