Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA

MAKALAH

Disusun Oleh :
1. Yuniarti 201310201136
2. Zainal Arifin 201310201137
3. Danang Purwadi 201310301138
4. Addina Nur Hidayati 201310201139
5. Ade Humairah 201310201140

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipoglikemi adalah salahsatukegawatan yang mengancam bila tidak
segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah kurang
dari 50 mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang
disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel
otot. Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada
pengidap diabetes dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah
sebagai sumber energi utama.
Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465
partisipan dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah
mengalami sekali atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17%
menderita demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada
riwayat hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia ada 26% pada kelompok
pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat
15% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali,
dan menjadi 16% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau
lebih. (Soemadji 2007, 1870)
Prevalensi penderita hipoglikemi atau Diabetes Mellitus di Indonesia
adalah pada tahun 2006 mencapai 14 juta orang, dimana sebanyak 50%
penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya melakukan
pengobatan secara teratur. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2030, yaitu sebanyak 21,3 juta penderita. Sepuluh negara
terbanyak menderita Diabetes Mellitus yaitu India, Cina, Amerika Serikat,
Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Banglades, dimana lebih
dari 90% menderita Diabetes Mellitus type II. (WHO, 2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)
Hipoglikemia = Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala
hipoglikemia apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari
2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih
tinggi. (Petter Patresia A, 1997)
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true
glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa
darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung
pada kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan
tubuh.(www.medicare.com)
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau
kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat
didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku
untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di
bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL
setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip
reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik,
yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang
setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan
gejala akan terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai
asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan
pemeriksaan Dextrostix berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas
fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah
10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma
hipoglikemik).

B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
a) Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas
sehingga terjadi hiperinsulin.
b) Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
c) Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
d) Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :


a) Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b) Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
c) Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan
kesadaran.

Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun


berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti
terlihat pada table. Nilai kadar glukose darah/ plasma atau serum untuk diagnosis
Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :

DARAH
KELOMPOK UMUR GLOKUSE <mg/dl
PLASMA/SERUM
Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

C. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien
tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis
yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau
alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat
dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin
dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan
yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah
hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin.
Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak
sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa
darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada
lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.
Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya
disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa
oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini
maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80
mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi
belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA


Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan makan
b. kesalalahan dosis obat
c. latihan jasmani yang berlebihan
d. penurunan kebutuhan insulin
e. penyembuhan dari penyakit
f. nefropati diabetik
g. hipotiroidisme
h. penyakit Addison
i. hipopituitarisme
j. hari-hari pertama persalinan
k. penyakit hati berat
l. gastro paresis diabetik
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. pengendalian glukosa darah yang ketat
b. pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
c. penggantian jenis insulin

E. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus
menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,
penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun
hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga
di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi
sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting
pada diabetes ketoasidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis
diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah
menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara
normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam,
dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolik.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem
saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat
mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di
bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

Pathway Hipoglikemia
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia
F. TANDA DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah
sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah
yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu
dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar
gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan
beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh
tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan
kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya
glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan,
kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun
gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal
ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin,
gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika
cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi.
Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-
lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat
autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan,
rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20
mg%).(3)
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
a. Perubahan tingkah laku
b. Serangan sinkop yang mendadak
c. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
d. Keringat berlebihan waktu tidur malam
e. Bangun malam untuk makan
f. Hemiplegi/ afasia sepintas
g. Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa
75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang
pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan
bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan
glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan.
Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya
coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat
mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu
diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian
gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung
dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa
intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti
dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1
mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang
berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam
waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak
efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang
terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai
pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
I. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu
membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan
sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika
hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko
mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin
harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat
untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan
penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari
serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

J. DATA-DATA LABORATORIUM HIPOGLIKEMIA


Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan gula
darah, urea darah, serum creatinin (BUN), mikoro albumunurea, dan
glikohemoglobin (Hb) Ph dan bagian tekanan dari karbon dioksida (PCO2).
tabel 51-1 menjelaskan bahwa rasional peningkatan dari studi ini. Periksa
bagian urinary menunjukkan adanya pemeriksaan.tabel 51-2 menunjukkan gula
darah normal, penjelasan mengenai interprestasi yang tidak normal pada
keadaan koma, perawat memberi perawatan sampai pemeriksaan gula darah
selanjutnya. (Donna 1991)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA


1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi,
lakukan :
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
a. Beri oksigen
b. Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
a. Cek capillary refill
b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan
c. Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
d. Cek Frekuensi Pernafasan
e. Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
f. Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi
pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk
memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan,
atau instruksi dokter.

B. PENGKAJIAN SEKUNDER HIPOGLIKEMIA


Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya
seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
3. Data fokus
Data Subyektif:
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c. Nyeri kepala
d. Sering menguap
e. Irritabel
Data obyektif:
a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr/

4. Pengkajian head to toe


Data Objektif
a. Riwayat penyakit dahulu
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan
kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan
atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin
atau obat antihiperglikemik oral.

Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea
pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas
dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (
dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia
berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih
dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda :
Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk,
alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang
(tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah
meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis,
kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar
glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan
terhadapglukosa darah.
C. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas,
peningkatan sekresi trakheobronkheal
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan
3. PK: Hipoglikemia
4. Kurang pengetahuan tentang asma b.d kurang informasi, keterbatas-an
kognisi, tidak familier dengan sumber informasi

D. RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi


1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindak- Airway Suctioning (3160)
napas tiidak efektif an keperawatan selama … 1 Pastikan kebutuhan suctioning
b.d obs-truksi jalan x 24 jam jalan napas klien 2 Auskultasi suara napas sebelum dan
nafas / pe- efektif, dengan kriteria : sesudah suctioning
ningkatan sekresi 3 Informasikan pada klien dan ke-
trakhe-obronkheal. Status Respirasi : Patensi luarga tentang suctioning
Jalan Nafas (0410) : 4 Meminta klien napas dalam sebe-
Batasan - Suara napas bersih lum suctioning
karakteristik : - Tidak ada sianosis 5 Berikan oksigen dengan kanul nasal
- Dispneu - Tidak sesak napas / untuk memfasilitasi suctioning
- Orthopneu dispneu nasotrakheal
- Sianosis - Irama napas dan
6 Gunakan alat yang steril setiap
- Ronkhi/krepitasi frekuensi napas dalam melakukan tindakan
- Kesulitan rentang normal 7 Anjurkan klien napas dalam dan
berbicara - Klien tidak merasa ter- istirahat setelah kateter dikeluarkan
- Batuk tidak cekik dari nasotrakheal
efektif atau tidak - Tidak ada sianosis 8 Monitor status oksigen klien
ada - Tidak gelisah 9 Hentikan suction apabila klien
- Mata melebar - Sputum berkurang menunjukkan bradikardi
- Produksi
sputum me-ningkat Status Respirasi : Airway manajemen ( 3140)
- Gelisah Ventilasi (0403) 1. Buka jalan napas, gunakan teknik
- Perubahan - chin lift atau jaw thrust bila perlu
frekuensi dan irama Mendemonstrasikan2. Posisikan klien untuk memaksi-
napas ba-tuk efektif malkan ventilasi
- Suara nafas yang bersih3. Identifikasi klien perlunya pema-
- Tidak ada sianosis sangan jalan napas buatan
- Tidak ada dispneu 4. Pasang mayo bila perlu
(mam-pu bernafas dengan 5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
mudah) 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Tidak ada pursed lips suction
7. Auskultasi suara napas , catat
adanya suara tambahan
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator
bila perlu
9. Monitor respirasi dan status oksigen

Cough Enhancement (3250)


1. Monitor fungsi paru-paru, kapasitas
vital, dan inspirasi maksimal
2. Dorong pasien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3
kali
3. Anjurkan klien nafas dalam be-
berapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan batukkan di akhir
ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan secret di mulut, hidung
dan trachea / tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-
butuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2,
humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan
petugas jaga.

Mengatur posisi (0840)


1 Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2 Miringkan kepala bila muntah

Fisioterapi dada (3230)


1. Tentukan adanya kontraindikasi
fisioterapi dada
2. Tentukan segmen paru-paru yang
memerlukan fisioterapi dada
3. Posisikan klien dengan segmen paru
yang memerlukan drainase dile-
takkan lebih tinggi
4. Gunakan bantal kepala untuk
membantu mengatur posisi
5. Kombinasikan teknik perkusi dan
posturnal drainase
6. Kombinasikan teknik fibrasi dan
posturnal drainase
7. Kelola terapi inhalasi
8. Kelola pemberian bronchodilator,
mukolitik
9. Monitor dan tipe sputum
10. Dorong batuk sebelum dan sesudah
posturnal drainase

2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindak- Airway manajemen ( 3140)


efektif b.d an perawatan selama … X 1. Buka jalan napas, gunakan teknik
hiperventilasi, kele- 24 jam pola nafas efektif, chin lift atau jaw thrust bila perlu
lahan otot dengan criteria : 2. Posisikan klien untuk memaksi-
pernafasan malkan ventilasi
Respiratory status 3.: Identifikasi klien perlunya pema-
Batasan Airway patency (0410) : sangan jalan napas buatan
karakteristik : - Suara napas bersih 4. Pasang mayo bila perlu
- Penurunan - Tidak ada sianosis 5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
tekanan inspirasi -/ Tidak sesak napas 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
ekspirasi - Irama napas dan suction
- Penurunan frekuensi napas da-lam 7. Auskultasi suara napas , catat
ventilasi per menit rentang normal adanya suara napas tambahan
- Penggunaan - Pasien tidak merasa 8. Kolaborasi pemberian bronkodilator
otot na-fas tercekik bila perlu
tambahan - Tidak ada sianosis 9. Monitor respirasi dan status oksigen
- Pernafasan nasal- Tidak gelisah
flaring - Sputum berkurang Respirasi Monitoring (3350)
- Dispneu 1 Monitor rata-rata, ritme, kedalaman,
- Ortopneu Respiratory status :dan usaha napas
- Penyimpangan ventilation (0403) 2 Catat gerakan dada apakah simetris,
dada - Respirasi dalam rentang ada penggunaan otot tambahan, dan
- Nafas pendek normal retraksi
- Posisi tubuh
- Ritme dalam batas 3 Monitor crowing, suara ngorok
menun-jukkan normal 4 Monitor pola napas : bradipneu,
posisi 3 poin - Ekspansi dada simetris takipneu, kusmaul, apnoe
- Nafas pursed-lip- Tidak ada sputum di 5 Dengarkan suara napas : catat area
(de-ngan bibir) jalan napas yang ventilasinya menurun / tidak
- Ekspirasi - Tidak ada penggunaan ada dan catat adanya suara tam-
meman-jang otot-otot tambahan bahan
- Peningkatan - Tidak ada retraksi dada6 K/p suction dengan mendengarkan
diame-ter anterior- - Tidak ditemukan suara ronkhi atau krakles
posterior dispneu 7 Monitor peningkatan gelisah, ce-
- Frekuensi nafas- Dispneu saat aktivitas mas, air hunger
Ø Bayi : < 25 atau > ti-dak ditemukan 8 Monitor kemampuan klien untuk
60 - Napas pendek-pendek batuk efektif
Ø 1-4 th : < 20 atau > ti-dak ditemukan 9 Catat karakteristik dan durasi batuk
30 - Tidak ditemukan tak-til10Monitor sekret di saluran napas
Ø 5-14 th : < 14 atau > fremitus 11Monitor adanya krepitasi
25 - Tidak suara napas
12Monitor hasil rontgen thorak
Ø > 14 th : < 11 atau tambahan 13Bebaskan jalan napas dengan chin
> 24 lift atau jaw thrust bila perlu
- Kedalaman 14 Resusitasi bila perlu
nafas 15 Berikan terapi pengobatan sesuai
Ø Volume tidal de- advis (oral, injeksi, atau terapi
wasa saat istira-hat inhalasi)
500 ml
Ø Volume tidal ba-yi
6-8 ml/kg BB Cough Enhancement (3250)
- Penurunan 1 Monitor fungsi paru-paru, kapasitas
kapasitas vital vital, dan inspirasi maksimal
- Timing rasio 2 Dorong klien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3
kali
3 Anjurkan klien nafas dalam be-
berapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan batukkan di akhir
ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan sekret di mulut, hidung
dan trakhea / tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian O2
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-
butuhan : kanul na-sal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2, air
humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan
petugas
3 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan tindak-1. Pantau kadar gula sebelum
an keperawatan selama … pemberian obat hipoglikemia
Populasi resiko x 24 jam, perawat akan2. Pantau tanda gejala hipoglikemia
tinggi : menangani dan3. Jika klien dapat menelan berikan jus
- DM meminimalkan episode jeruk, cola, atau jahe setiap 15 menit
- Nutrisi Parenteral hipoglikemia dngan gejala : sampai kadar gula meningkat diatas
- Sepsis - Kadar gula <70 mg/dl 69 mg/dl
- Terapi - Kulit lembab dingin,4. Jika klien tidak dapat menelan
Kortikosteroid pucat berikan glucagon SC atau 50 ml
- Hiperglikemia - Takikardi glukosa 50% IV
- Hiupoglikemia - Gelisah 5. Periksa kadar gula darah setelah 1
hiperfungsi kelenjar - Tidak sadr jam pemberian terapi glukosa
adrenal - Mudah mengantuk 6. Konsul dengan ahli gizi untuk
- Tidak terkoordinasi pemberian kudapan atau kabohidrat
yang lebih kompleks

4. Kurang Setelah diberikan penje- Teaching : Disease


pengetahuan klien / lasan selama … X per- Process (5602)
orang tua tentang temuan klien / orang tua
1. Berikan penilaian tentang tingkat
asma b.d kurang mengetahui dan mema- pengetahuan klien / orang tua
infor-masi, hami tentang penyakit- tentang proses penyakitnya
keterbatasan kogni- nya, dengan criteria : 2. Jelaskan patofisiologi asma dan
si, tak familier bagaimana hal ini berhubungan
dengan sumber Knowledge : Disease dengan anatomi dan fisiologi dengan
informasi. Process (1803) : cara yang sesuai.
- Mengetahui jenis 3./ Gambarkan tanda dan gejala yang
Batasan nama penyakitnya biasa muncul pada asma dengan cara
Karakteristik : - Mampu menjelaskan yang sesuai
- Mengungkapkan proses penyakit 4. Gambarkan proses penyakit asma
ma-salah - Mampu menjelaskan dengan cara yang sesuai
- Tidak tepat factor resiko 5. Identifikasi kemungkinan penyebab
mengi-kuti perintah- Mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
- Tingkah laku efek penyakit 6. Bantu klien / orang tua mengenali
yang berlebihan- Mampu menjelaskan factor pencetus serangan asma
(histeris, tanda dan gejala penyakit 7. Berikan informasi pada klien /
bermusuhan, - Mampu menjelaskan orang tua tentang kondisi klien
agitasi, apatis) komplikasi dengan tepat
- Mampu menjelaskan 8. Informasikan kepada orang tua
bagaimana mencegah tentang kemajuan / perkembangan
komplikasi penyakit klien dengan cara yang
sesuai
Knowledge : 9. Sediakan informasi tentang peng-
Health
behavors(1805) ukuran diagnostik yang ada
- Mampu menjelaskan10. Diskusikan perubahan gaya hidup
pola nutisi yang sehat yang mungkin diperlukan untuk
- Mampu menjelaskan mencegah komplikasi di masa yang
aktifitas yang ber-manfaat akan datang dan atau proses pe-
- Mampu menjelaskan ngontrolan penyakit
efek tembakau / merokok 11. Diskusikan pilihan terapi atau
- Mampu menjelaskan penanganan
teknik manajemen stress 12. Gambarkan pilihan rasional reko-
- Mampu menjelaskan mendasi manajemen terapi / pe-
efek zat kimia nanganan
- Mampu menjelaskan
13. Dukung klien / orang tua untuk
bagaimana mengura-ngi mengeksplorasikan atau men-
resiko sakit dapatkan second opinion dengan
- Mampu menjelaskan cara yang tepat
bagaimana menghin-dari 14. Eksplorasi kemungkinan sumber
lingkungan yang atau dukungan dengan cara yang
berbahaya (factor tepat
pencetus) 15. Instruksikan klien / orang
- Mampu menjelaskan tua mengenai tanda dan gejala
pemakaian obat se-suai asma untuk melaporkan pada
resp pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang disediakan
tim kesehatan yang lain dengan cara
yang tepat

Teaching Procedur / Treatment (5618)


1. Informasikan kepada klien dan
orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama
prosedur pengobatan akan dilakukan
3. Informasikan tentang peralatan
yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua
siapa yang akan melakukan prosedur
pe-ngobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan
dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk
kooperatif saat dilakukan prosedur
pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang
mungkin akan dialami selama di-
lakukan prosedur pengobatan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan
salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Tanda dan gejala hipoglikemia
terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan
karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu
untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat
mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis.
Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada
gangguan; Breathing: Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal
dan Circulation: Kebas,kesemutan di bagian ekstremitas,keringat
dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran.

B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan
darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur
tetap/protokol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan , sangat
tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku
yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA

__________Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4, jilid III. (2006). Jakarta: FKUI

Corwin, Elizaeth J. (2006). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC

Hall, Jasse B., Schmitt, Gregors A.( 2007). Critical Care: Just The Facts. USA: Mc
Graw-Hill Companies inc

Joanne C. McCloskey. 2005. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year


Book

Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey

Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama,


Jakarta, Trans Info Media, 2009.

Long, Barbara C. (2006). Perawatan Medical Bedah; Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. USA: Mosby

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Morton, patricia Gonce dkk. (2005). Critical Care Nursing A Holistik Approach.8th
ed. USA: Lippincot

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ns-


nining.blogspot.com/2009/07/koma-hipoglikemi.html

RAB, tabrani. 2007. Agenda Gawat Darurat (critical care jilid 2). Bandung :
PT.Alumi

Anda mungkin juga menyukai