PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terapi intravena adalah pemberian cairan atau obat ke dalam pembuluh
darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu melalui pemasangan infuse. Terapi
intravena melalui pemasangan infuse digunakam untuk mengobati berbagai
kondisi pasien di lingkungan perawatan rumah sakit. System terapi ini
menggunakan terapi berefek langsung, lebih cepat, lebih efektif dan dapat
dilakukan secara kontinu. Beberapa masalah bisa timbul pada pemberian terapi
intravena melalui infuse karena diberikan secra terus menerus dan dalam jangka
waktu yang lama antara lain dapat timbul kontaminasai mikroba melalui titik
akses ke sirkulasi dalam periode tertentu (misalnya phlebitis). Phlebitis
merupakan inflamasi pada vena, yang ditandai dengan adanya daerah yang
merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena.
B. RUANG LINGKUP
Dari beberapa pendapat diatas, terjadinya infeksi disebabkan adanya
perana host , agent, environment, sehingga prinsip pencegahannya adalah
memutuskan mata rantai interaksi ketiga elemen tersebut. Salah satu pemutusan
rantai elemen tersebut dengan mengontrol interaksi yaitu dengan melakuakan
semua prosedur kerja dengan baik dan benar yang meliputi Standart
Operasional Prosedur (SPO) perawatan dan tindakan serta penggunaan alat
yang baik. Pendeteksian dan penilaian phlebitis bisa dilakukan dengan cara
melakukan observasi dan montoring tempat infuse serta aseptic perawatan
infuse. Observasi dan monitoring tempat infuse dilakukan setiap pergantian shift
kerja oleh keperawatan dan aseptic perawatan infuse dilakukan tiap 24 sampai
dengan 48 jam sekali guna melakukan pendeteksian dan penilaiann adanya
phlebitis akibat infeksi kuman, sehingga kejadian phlebitis dapat dicegah dan
diatasi secara dini. Mengingat semakin jarang observasi dan monitoring tempat
infuse serta aseptic perawatan infuse dilakukan, maka gejala awal phlebitis pun
tidak dapat diketahui lebih dini.
1. Konsep phlebitis
a. Pengertian phlebitis
Phlebitis adalah inflamasi pada vena atau peradangan pada
pembuluh darah vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun
mekanik, yang mengakibatkan kerusakan pada endothelium dinding-
dinding pembuluh darah khususnya vena. Phlebitis merupakan inflamasi
pada vena, yang ditandai dengan adanya daerah yang merah, nyeri dan
pembengkakan didaerah penusukan atau sepanjang vena.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi phlebitis
Banyak faktor yang telah dianggap terlibat dalam terjadinya
phlebitis, faktor tersebut terdiri dari faktor internal (usia, status, nutrisi,
stress, keadaan vena, kondisi penyakit pasien seperti DM, sepsis dan
pasien kanker dalam pengobatan kemoterapi) dan faktor eksternal terdiri
dari:
Faktor internal:
Usia
Status nutrisi
Faktor penyakit
Stress
Keadaan vena
Tingginya angka
kejadian phlebitis
Faktor eksternal:
Obat/cairan
Lokasi, lama
pemasangan
Aseptic
pemasangan
Aseptic
perawatan
1. Faktor internal
a. Usia
Perawatan terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia. Pada
pasien anak dengan vena yang kecil keadaan yang banyak bergerak
dapat mengakibatkan kateter bergeser dan hal ini yang bisa
menyebabkan phlebitis. Sedangkan pada pasien usia lanjut vena
cenderung liat, kaku dan rapuh dapat menyebabkan terjadinya phlebitis.
b. Status nutrisi
Pada pasien dengan gizi buruk mempunyai vena yang tipis
sehingga mudah rapuh, selain itu pada gizi buruk daya tahan tubuhnya
kurang sehingga terjadi luka mudah terkena infeksi.
c. Stress
Tubuh berespon terhadap stress dan emosi atau fisik melalui
adaptasi imun. Rasa takut akan cedera tubuh dan nyeri sering terjadinya
pada pasien, konsekuensi rasa takut ini dapat sangat mendalam dimana
pasien yang mengalami lebih banyak rasa takut dan nyeri karena
pengobatan akan merasa lebih takut terhadap nyeri dan cenderung
menghindari perawatan medis, dengan rasa takut yang timbul sehingga
mengakibatkan vena menjadi vasokonstriksi dan sulit dipasang infuse,
dengan menghindari pelaksanaan pemasangan infuse akibat rasa takut
saat dipasang bisamengakibatkan phlebitis karena yang
vasokonstriksi/mengecil menjadikannya sulit dipasang infus dan
pemasangan yang berulang serta respon imun yang menurun dapat
meningkatkan resiko phlebitis.
d. Keadaan vena
Vena yang tipis, mudah pecah dan sering terpasang infuse mudah
mengalami phlebitis.
e. Faktor pebyakit
Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi terjadinya
phlebitis, misalnya pada pasien DM yang mengalami aterosklerosis akan
mengakibatkan aliran darah ke perifer berkurang sehingga jika terdapat
luka mudah mengalami infeksi.
2. Faktor eksternal
a. Obat atau cairan (faktor kimiawi)
Faktor kimia terdiri dari pH dan osmolaritas cairan infuse yang
ekstrem, mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut
sempurna selama pencampuran, bahan kateter, kecepatan pemberian
infuse dan obat (kecepatan yang tidak cepat kurang menyebabkan iritasi
daripada pemberian cepat) selalu diikuti dengan phlebitis.
3. Ciri-ciri phlebitis
Vena pada daerah pemasangan infuse dikatakan phlebitis apabila
terdapat dua tanda atau lebih dari tanda berikut,yaitu : nyeri, kemerahan,
bengkak, indurasi (pengerasan jaringan atau organ yang abnormal), vena
cord (struktur mirip tali atau benang).
Phlebitis adalah terdapat dua atau lebih dari tanda phlebitis, yang
terdiridari : nyeri pada lokasi pemasangan kateter, eritema, edema,
terdapat garis merah pada vena yang terpasang infuse, teraba keras.
Skala phlebitis menurut Terry (1995) adalah sebagai berikut :
a. 0 : tidak terdapat tanda phlebitis
b. 1+: terdapat satu tanda phlebitis
c. 2+: terdapat lebih dari satu tanda phlebitis
d. 3+: terdapat jelas semua tanda dari phlebitis
Skor visual untuk phlebitis yang telah dikembangkan oleh Andrew
jakson (2008) adalah:
a. Tempat insersi tampak sehat, skor 0 =tidak ada tanda phlebitis
b. Terdapat salah satu tanda (nyeri atau kemerahan) pada daerah
insersi terlihat jelas,
Skor 1 = mungkin tanda dini phlebitis
c. Terdapat dua tanda (nyeri, kemerahan, pembengkakan) pada
daerah insersi terlihat jelas.
Skor 2 = stadium dini phlebitis
d. Terdapat semua tanda (nyeri, kemerahan, pembengkakan)pada
daerah insersi terlihat jelas.
Skor 3 = stadium moderat phlebitis
e. Terdapat semua tanda (nyeri, kemerahan,indurasi,vena cord)
pada daerah insersi terlihat jelas.
Skor 4 = stadium lanjut atau awal trombophlebitis.
f. Terdapat semua tanda (nyeri, kemerahan, indurasi, vena cord,
demam) terlihat jelas.
Skor 5 = stadium lanjut thrombophlebitis
Pencegahan Phlebitis
a. Mencegah phlebitis bacterial
Pedoman ini menekankan kebersihan tangan, teknik aseptic,
perawatan daerah infuse serta antiseptis kulit. Walaupun lebih disukai
sediaan clorhexidine 2%, tictura yodium, iodofor atau alkohol70%
juga bisa digunakan.
c. Rotasichateter
May dkk (2005) melaporkan dimana mengganti tempat /
rotasi kanula ke lengan kontralateral setiap hari pada 15 pasien
menyebabkan bebas phlebitis. Namun, dalam uji control acak yang
dipublikasi baru-baru ini oleh Webster dkk disimpulkan bahwa kateter
bisa dibiarkan aman ditempatnya lebih dari 72 jam JIKA tidak ada
kontraindikasi. The Centers Of Diseasse Control and Prevention
menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi
potensi infeksi.
d. Aseptic perawatan
Dianjurkan aseptic perawatan untuk mencegah phlebitis,
tegaderm diganti setiap 48 jam.
e. Laju pemberian
Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infuse
larutan hipertonik diberikan makin rendah resiko phlebitis. Namun,
ada paradigm berbeda pemberian infuse, obat injeksi dengan
osmolaritas tinggi. Vena perifer yang paling besar dan kateter yang
sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infuse
yang diinginkan. Chateter harus diangkat bila terlihat tanda dari nyeri
atau kemerahan.
C. Tata laksana
Prosedur pemasangan infuse
Terapy intravena adalah pemberian cairan atau obat kedalam pembuluuh
darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu melalui pemasangan infuse. Dalam
pemasangan infuse diperlukan suatu prosedur pemasangan infuse, yaitu suatu
tata cara pemasangan jalur pemberian cairan infuse dan obat melalui pembuluh
vena perifer menggunakan infuse set.
Penetapan prosedur ini bertujuan untuk mendapatkan jalur pemberian cairan dan
obat yang aman, aseptic, dan benar.
Penatalaksanaan
1) Persiapan peralatan
a) Seperangkat alat infuse steril
b) Cairan infuse yang dibutuhkan
c) Jarum infuse / IV cateter sesuai ukuran
d) Kapas alcohol
e) Kasa gulung
f) Bengkok
g) Plester dan gunting verban
h) Standar infuse
i) Perlak kecil
j) Spalk
k) Tourniquet
l) Handscoen
m) Tegaderm atau transparan dressing
2) Persiapan pasien
a) Mengidentifikasi pasien
b) Beritahuksn kepada keluarga pasien dan pasien tindakan yang
akan dilakukan.
c) Atur posisi pasien senyaman mungkin
3) Persiapan lingkungan
a) Atur pencahayaan dengan baik
b) Atur peralatan ditempat tidur atau meja tindakan, dekatkan dengna
pasien
5) Perhatian
a) Kelancaran cairan dan jumlah cairan harus tepat sesuai dengan
program pengobatan
b) Bila terjadi hematom, bengkak, kemerahan dan nyeri pada tempat
pemasangan jarum, maka infus harus dihentikan dan dipindahkan
pemasangan kebagian tubuh yang lain.
c) Perhatikan reaksi selama 15 menit pertama, bila timbul reaksi
alergi (misalnya: menggigil, urtikaria atau syok) maka infus juga
harus diperlambat tetesannya jika perlu dihentikan, segera lapor
kepenanggung jawab ruangan atau dokter yang merawat.
d) Buat catatan pemberian infus secara terinci meliputi:
1. Tanggal, hari dan jam dilakukan pemasangan infus
2. Macam dan jumlah cairan atau obat serta jumlah tetesan
permenit
3. Keadaan umum pasien
4. Reaksi yang timbul akibat pemberian obat atau cairan
5. Nama dokter dan petugas pelaksana atau yang bertanggung
jawab
6. Perhatikan teknik septic dan anti septic
7. Cara pemasangan infus harus sesuai dengan perangkat infus
yang digunakan
8. Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan